MOH SABIL
E 321 19 103
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................1
2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Padi Sawah Organik dan Nonorganik.......12
2.9 Hipotesis.......................................................................................................................24
ii
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................37
iii
BAB I
PENDAHULUAN
mencari teknik bertanam secara aman dan baik untuk lingkungan maupun
kerusakan lingkungan akibat pemakaian pupuk dan pestisida kimia yang tidak
tanah dan konservasi air yang mampu memberikan hasil yang lebih tinggi
dibandingkan dengan padi non organik. Kebutuhan pupuk organik dan pestisida
1
untuk tanaman
2
organik dapat diperoleh dengan cara mencari dan membuat sendiri seperti pupuk
organik merupakan salah satu hal yang dapat digunakan sebagai solusiuntuk
mengatasi dampak dari mahalnya harga saprodi dan juga dapat digunakan untuk
Pertanian padi organik ini selain ramah lingkungan, biaya untuk usahatani
pun sangat rendah karena pupuk dan pestisida yang digunakan berasal dari alam
disekitar lingkungan petani dan bila dibeli harganya pun relatif murah, sehingga
harga jualnya lebih tinggi dari beras konvensional (Mayrowani, 2012) maka dari
itu, pertanian padi organik patut dilirik selain harga jual yang mahal, baik untuk
kesehatan dan produk organik bebas dari residu dibandingkan produk non
organik.
tahun ketahun. Terlihat dari kebutuhan pasar tahun 2005 terhadap padi organik
sekitar 550.300 kuintal dan terus meningkat hingga tahun 2009 menjadi 1.141.102
kuintal namun yang sangat disayangkan produksi padi organik tidak dapat
mengimbangi permintaan pasar yang semakin tinggi. Sampai tahun 2015, jumlah
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, DIY, Bali, NTT, NTB, Kalimatan
Jika dilihat dari segi produksi, kita dapat mengetahui dari penelitian–
lebih tinggi dari produksi padi sawah non organik. Seperti penelitian yang
produksi usahatani padi organik sebesar 7,4 Ton/Ha dan produksi padi non
organik sebesar 6,5 Ton/Ha. Penelitian yang dilakukan oleh Guswulandari (2010)
di Kecamatan Sarolangun untuk hasil produksi padi organik sebesar 6,8 Ton/Ha
dan untuk padi non organik sebesar 4,9 Ton/Ha, dengan produksi yang tinggi
dimana tanaman pangan masih cukup banyak ditanam oleh masyarakat. Salah satu
tanaman pangan yang diproduksi di Provinsi Jambi adalah tanaman padi sawah.
Produksi padi sawah di Provinsi Sulawesi Tengah perlu diterapkan
Sebagian besar masyarakat sudah mengetahui kelebihan padi sawah organik dari
padi sawah non organik, baik dari pelaku budidayanya maupun konsumennya.
pasar tersebut belum dapat tercukupi sepenuhnya karena terbatasnya petani yang
diterapkan oleh petani yang ada di Desa Labuan Toposo Kecamatan Labuan.
luas lahan, benih, pupuk dan obat – obatan sedangkan faktor sosial-ekonomi yang
tenaga kerja dan biaya. Upaya peningkatan produksi tidak akan menguntungkan
bila penggunaan input produksi tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh dan
modal telah dikeluarkan petani. Petani yang rasional tentunya tidak lagi hanya
berorientasi pada produksi yang tinggi saja, namun lebih menitikberatkan pada
(1978) dalam Agustian (2014) menyatakan bahwa petani sebagai produsen yang
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhi Produksi Padi Sawah Organik Dan Non Organik Di Labuan
Kabupaten Donggala”
usaha tani padi sawah organik dan nonorganik yaitu faktor biologi dan faktor
sosial-ekonomi. Faktor biologi yang dilihat yaitu luas lahan, benih, pupuk dan
obat – obatan sedangkan faktor sosial – ekonomi yang dilihat yaitu biaya
dantenaga kerja. Semakin baik atau semakin tinggi faktor – faktor tersebut maka
akan berpengaruh terhadap produksi padi sawah organik dan anorganik sebab
berpengaruh terhadap produksi padi. Pada kenyataannya apakah faktor – faktor itu
Labuan. Dalam penelitian ini peneliti mencoba untuk mengkaji pengaruh faktor –
1. Apa faktor – faktor yang mempengaruhi produksi padi sawah organik dan non
2. Untuk mengetahui pendapatan dan penerimaan yang diterima petani padi sawah
1. Sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas
KAJIAN TEORI
Lahan rawa lebak merupakan rawa yang terdapat di kiri dan kanan sungai
besar dan anak-anaknya, dengan topografi datar, tergenang air pada musim
penghujan, dan kering pada musim kemarau. Pada keadaan air macak-macak
sampai dengan ketinggian air lebih kurang 30 cm, lahan tersebut ditanami padi
sedangkan pada kondisi kering tanaman pangan lainnya dapat ditanam. Lahan
rawa lebak diklasifikasikan menjadi tiga tipe, yaitu lahan rawa lebak dangkal
dengan kedalaman genangan air maksimum 50 cm, rawa tengahan 50 - 100 cm,
dan rawa lebak dalam lebih dari 100 cm3. (Waluyo, dkk, 2008). Daerah penelitian
merupakan lahan rawa lebak karena di sisi lahan ada sungai besar.
diperoleh dari usahataninya tersebut. Dalam usahatani terdapat empat unsur pokok
yang selalu ada unsur tersebut dikenal juga dengan istilah faktor produksi yang
terdiri dari tanah, tenaga kerja, modal dan pengelolaan (Hernanto, 1989).
sawah mempunyai peran sebagai manajer, juru tani dan anggota masyarakat.
Petani sebagai manajer akan berhadapan dengan berbagai alternatif yang harus
diputuskan mana yang harus dipilih untuk diusahakan. Petani harus menentukan
jenis tanaman, menentukan cara-cara pembelian sarana produksi, mengusahakan
permodalan, dan sebagainya. Petani sebagai juru tani harus dapat mengatur,
ekonomis. Petani sebagai anggota masyarakat yang hidup dalam suatu ikatan
panen tinggi namun berdampak negatif terhadap lingkungan. Selain itu, residu
nonorganik telah mencemari air tanah sebagai sumber air minum yang tidak baik
bagi kesehatan manusia. Hasil produk pertanian nonorganik juga berbahaya bagi
2002).
diperlukan beberapa perlakuan seperti penambahan unsur hara yang berasal dari
yang disesuaikan dengan syarat tumbuh dari jenis tanaman yang dibudidayakan.
Budidaya pertanian modern atau yang lebih dikenal dengan istilah pertanian
nonorganik memerlukan pengolahan lahan dan penambahan bahan kimia sintesis
sebagai unsur hara. Penambahan unsur hara ini memiliki tujuan untuk mendukung
tanaman contohnya pemberian pupuk urea, NPK, TSP maka dari itu, tanaman
menjadi responsif terhadap unsur hara sehingga tanaman dapat memberikan hasil
yang diinginkan seperti memiliki masa panen cepat dan memberikan kuantiatas
yang tinggi. Pada budidaya pertanian anorganik yang biasanya ditanam disatu
area lahan monokultur akan didapati serngan hama ataupun penyakit, oleh sebab
negara Eropa, Amerika dan Asia Timur. Melalui program revolusi hijau, produksi
turutama dibenua Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Peningkatan produksi pangan
tidak terlepas dari penggunaan produk teknologi moderen seperti benih unggul,
monokultur akan tetapi pada kenyataannya program revolusi hijau hanya dapat
berhasil diwilayah dengan sumber daya tanah dan air yang baik serta infrastruktur
hasil produksi dengan penambahan unsur hara dari luar ekosistem yaitu pestisida
namun memberikan dampak yang negatif bagi lingkungan dan juga kesehatan
bagi manusia.
sekitar. Ciri utama pertanian organik adalah penggunaan varietas lokal yang relatif
masih alami diikuti dengan penggunaan pupuk organik dan pestisida organik.
Oleh karena dibudidayakan tanpa penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia
maka produk pertanian organik ini pun terbebas dari residu zat berbahaya
(Andoko, 2010). Pertanian organik sering juga disebut sebagai sistem pertanian
berkelanjutan dapat dikaji dari aspek penggunaan faktor produksi atau hubungan
Tabel 2
Perbedaan Sistem Pertanian Organik dengan Sistem Pertanian Non- Organik
No Sistem Pertanian Non-Organik Sistem Pertanian Organik
Lahan: Lahan:
Olah Tanah Intensif (OTI). - Olah Tanah Minimum (OTM).
1 - Olah Tanah Bermulsa (OTB).
- Olah Tanah Konservasi (OTK).
- Tanpa Olah Tanah (TOT).
Benih: Benih:
2 - Varietas unggul. - Varietas lokal.
- Varietas Lokal
Pupuk/Bahan kimia: Pupuk:
- Urea. - Pupuk hijau.
- TSP. - Pupuk kandang.
3
- NPK. - Bokasi.
- ZPT.
- KCl.
Pestisida kimia: Pestisida:
4 Insektisida. - Pestisida alami.
Herbisida. - Pengendalian hama terpadu.
Tenaga kerja/Energi: Tenaga kerja/Energi:
- Manusia. - Manusia.
- Traktor. - Hewan ternak.
5
- Energi minyak bumi. - Traktor ringan.
- Energi matahari, air, angin,
biomassa.
Manajemen: Manajemen:
Orientasi jangka pendek. - Orientasi jangka panjang.
Product oriented. - Economic and ecological
6
Manajemen industrial. oriented.
- Manajemen global dan
indegenius local.
Sumber : Salikin, 2003.
Cara bertanam padi organik pada dasarnya tidak berbeda dengan bertanam
penggunaan pupuk dan pestisida, tidak semua varietas padi cocok untuk
dibudidayakan secara organik. Varietas padi yang cocok ditanam secara organik
hanyalah jenis varietas non-hibrida atau varietas alami. Agar berproduksi optimal,
jenis padi ini tidak menuntut penggunaan pupuk kimia (Andoko, 2010).
alami. Dalam pemberantasan hama dan penyakit, pestisida yang digunakan juga
tanah dan air yang digunakan untuk padi organik harus terbebas dari pestisida dan
kandungan kimia lainnya. Pada tahap ini petani melakukan pengolahan lahan
sawah dengan cara membajak menggunakan traktor dan kerbau. Pemberian pupuk
kandang pada usahatani padi organik dapat dilakukan dengan cara ditebarkan
berupa pupuk kandang dan petro-organik sedangkan pada usahatani non organik
menggunakan pupuk NPK dan Urea. Perbedaan lain antara usahatani organik dan
a. Faktor biologi seperti lahan pertanian (dimana dalam hal ini peneliti ingin
b. Faktor sosial – ekonomi seperti tenaga kerja, tingkat pendidikan formal dan
2.5.1 Benih
benih komoditas pertanian, semakin tinggi produksi pertanian yang akan dicapai.
lahan tersebut. Menurut Mubyarto (1989), lahan sebagai salah satu faktor
2.5.3 Pupuk
adalah pupuk organik dan pupuk anorganik. Menurut Sutejo (dalam Rahim dan
Diah Retno, 2007), pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari penguraian
bagian – bagian atau sisa tanaman dan binatang, misal pupuk kandang, pupuk
hijau, kompos, bungkil, guano, dan tepung tulang. Sementara itu, pupukanorganik
atau yang biasa disebut sebagai pupuk buatan adalah pupuk yang sudah
2.5.4 Pestisida
menguntungkan usaha tani namun di sisi lain pestisida dapat merugikan petani.
Pestisida dapat menjadi kerugian bagi petani jika terjadi kesalahan pemakaian
baik dari cara maupun komposisi. Kerugian tersebut antara lain pencemaran
Tenaga kerja merupakan penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang
sedang mencari pekerjaan dan melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan
tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri yang terdiri dari ayah sebagai
kepala keluarga, isteri, dan anak-anak petani. Tenaga kerja yang berasal dari
secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai dengan uang. (Mubyarto, 1989).
Ukuran tenaga kerja dapat dinyatakan dalam hari orang kerja (HOK)
2.5.6 Biaya
usahatani, biaya dibedakan atas biaya tunai dan biaya tidak tunai. Biaya tunai (riil)
adalah biaya yang dikeluarkan dalam bentuk uang tunai, yang termasuk dalam
biaya tunai pada usahatani adalah biaya pembelian input seperti bibit, pupuk dan
pestisida, sewa lahan, sewa alat pertanian, biaya irigasi dan biaya tenaga kerja luar
keluarga, biaya pajak, biaya sewa gudang, dan bunga peminjaman uang
sedangkan biaya tidak tunai, yaitu biaya penyusutan alat pertanian dan biaya
tenaga kerja dalam keluarga. Apabila biaya yang tidak dibayarkan ini dihitung
sebagai biaya usahatani, maka analisis usahatani itu akan berakhir dengan angka
negatif.
1) biaya uang dan biaya in natura, biaya yang berupa uang tunai misalnya upah
kerja untuk persiapan atau penggarapan tanah, termasuk upah untuk ternak, biaya
untuk membeli pupuk, pestisida, dan lain-lain sedangkan biaya-biaya panen, bagi
hasil, sumbangan dan mungkin pajak-pajak yang dibayarkan dalam bentuk natura.
2) biaya tetap dan biaya variabel, biaya tetap adalah jenis biaya yang besar
kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya sewa tanah yang
berupa uang sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya
3) biaya rata-rata adalah hasil bagi antara biaya total dengan jumlah produk yang
dihasilkan sedangkan biaya marjinal adalah biaya tambahan satu satuan produk
pada suatu tingkat produksi tertentu (Daniel, 2004) dalam (Lubis, 2011)
TC = FC + VC
Dimana :
seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam usahataninya baik biaya tetap
dan variabel seperti biaya input pembelian bibit, pupuk dan pestisida, sewa lahan,
sewa alat pertanian, biaya irigasi dan biaya tenaga kerja luar keluarga, biaya
pajak, biaya sewa gudang, bunga peminjaman uang, bahkan biaya penyusutan alat
dan tenaga kerja dalam keluarga. Untuk mendapatkan total biaya maka jumlahkan
membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru dan juga bagaimana cara
yang rendah maka petani akan lambat mengadopsi inovasi baru dan
adopsi inovasi. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal seorang petani, akan
lebih cepat dalam menerima adopsi inovasi dan petani akan memiliki cara berpikir
yang lebih luas dan semakin rendah tingkat pendidikan normal maka akan lambat
sumber usahatani meliputi jumlah nilai hasil penjualan serta nilai penggunaan
rumah dan yang dikonsumsi. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara
antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan tersebut dapat
TR = Y x Py
Dimana :
TR = Total Penerimaan
Py = Harga Y
Daniel (2002) dalam Kusrina (2005) mengatakan pada setiap akhir panen
kemudian dinilai dalam uang. Tetapi tidak semua hasil ini diterima oleh petani.
Hasil itu harus dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkannya untuk biaya
keluarga sendiri, upah petani sebagai manajer, bunga modal sendiri, keuntungan
atau pendapatan kotor dikurangi biaya alat-alat luar dan bunga modal luar.
dengan bunga modal sendiri. Pendapatan bersih adalah selisih dari pendapatan
selisih dari pendapatan petani dikurangi dengan upah keluarga dan bunga sendiri.
untuk mencapai dibidang pertanian. Pada akhirnya akan dinilai dengan uang yang
produksi dilapangan yang pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan
berperan sebagai pengelola, sebagai pekerja dan penanam modal pada usahatani,
maka pendapatan itu dapat digambarkan sebagai balas jasa dari kerja sama faktor
Pd = TR – TC
Pd = Pendapatan usahatani
TR = Total penerimaan
TC = Total biaya.
tahap yang ditunggu oleh petani dimana akan dihitung diakhir panen. Petani juga
Efisiensi Penggunaan Faktor- Faktor Produksi Pada Usahatani Padi Organik dan
menyimpulkan bahwa faktor produksi (bibit, luas lahan, pupuk, pestisida dan
tenaga kerja) terhadap produksi padi organik yang berpengaruh secara nyata dan
signifikan adalah variabel luas lahan, bibit, dan pupuk. Sedangkan variabel tenaga
kerja tidak berpengaruh signifikan. Faktor produksi (bibit, luas lahan, pupuk,
pestisida dan tenaga kerja) terhadap produksi padi non organik yang berpengaruh
secara nyata dan signifikan adalah variabel luas lahan dan pupuk. Variabel bibit
Persepsi Petani Pada Usahatani Padi Organik (Studi kasus : di Dusun Gadingsari,
maupun non organik tidak terpaut banyak selisihnya dimana pada usahatani
organik biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 4.684.725 sedangkan pada usahatani
non organik biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 4.179.610. Selanjutnya bahwa
rata-rata penerimaan pada usahatani padi organik sebesar Rp. 14.062.667 dan
usahatani padi non organik sebesar Rp. 11.471.833 menunjukkan bahwa rata-rata
penerimaan padi organik lebih besar dari usahatani padi non organik. Rata–rata
petani padi non organik masing-masing sebesar Rp. 9.377.941,634 untuk padi
organik dan Rp. 7.292.223,33 untuk padi non organik. R/C ratio masing – masing
sebesar 3,4047 dan 2,8018 yang berarti usahatani padi organik lebih efisien dan
Kabupaten Ngawi) menyimpulkan bahwa pada uji regresi linear berganda untuk
usahatani padi system organik, variabel biaya benih secara nyata berpengaruh
terhadap jumlah penerimaan. Variabel luas lahan, biaya pupuk organik dan biaya
lahan secara nyata berpengaruh positif terhadap jumlah produksi. Variabel biaya
pestisida kimia (cair) dan biaya tenaga kerja secara nyata tidak berpengaruh
terhadap jumlah produksi. Variabel biaya benih, biaya pupuk kimia (padat), biaya
mengimpor beras hal ini dikarenakan produksi pangan lokal tidak mampu
lokal. Jika hal ini terus dibiarkan maka Indonesia akan mengalami krisis pangan.
nonorganik dapat dipengaruhi beberapa faktor. Luas lahan, benih, pupuk, tenaga
dan nonorganik adalah luas lahan, benih, pupuk, tenaga kerja pestisida, biaya dan
tingkat pendidikan formal. Adapun skema kerangka pemikiran dalam penelitian
Padi Sawah
- Pestisida
- Pupuk
- Benih
- Tenaga Kerja
- Biaya
- Pendidikan formal
Produksi Padi Produksi Padi non organik
Organik
1. Faktor – faktor (luas lahan, benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja, biaya dan
tingkat pendidikan formal) berpengaruh terhadap produksi padi organik dan non
organik
2. Pendapatan dan penerimaan petani padi sawah organik lebih besar dari petani
METODE PENELITIAN
mengusahakan padi sawah non organik dan petaninya mengelola usahatani padi
padi sawah organik dan padi sawah nonorganik. Ruang lingkup penelitian ini
Labuan Toposo Kecamatan Labuan. Data yang diambil dalam penelitian ini
adalah tahun 2014, ini dikarenakan pada tahun 2015 mengalami gagal panen dan
pada tahun 2016 data belum bisa diambil dikarenakan petani baru melaksanakan
panen pada bulan Oktober. Adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian ini
yaitu :
1. Identitas dari petani sampel / responden, yang meliputi nama, umur, status,
2. Data yang menjadi faktor - faktor yang mempengaruhi produksi padi sawah
organik yang meliputi : luas lahan, benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja, biaya
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.
a. Data Primer
penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan kuisioner kepada petani padi sawah
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari referensi, laporan hasil
penelitian ataupun berbagai bentuk informasi dari instansi yang ada kaitannya
dengan penelitian ini dengan cara mengutip dan mengadakan studi pustaka dari
desa, desa yang dipilih secara sengaja yaitu Desa Labuan Toposo yang pertanian
padi sawahnya adalah pertanian padi sawah organik sebanyak 445 petani dan non
organik sebanyak 359 petani yang merupakan pertanian padi sawah non organik
sebanyak 462 Petani. Penarikan sampel dalam penelitian ini didekati dengan
dengan menggunakan rumus dari Taro Yamane atau Slovin (Riduan, 2007)
sebagai berikut :
n= NdN2+1
dimana :
n = Jumlah Sampel
d2 = presisi (15%)
diperoleh jumlah sampel sebesar 40,40 responden petani organik. Untuk sampel
non organik diambil dari Desa Labuan Toposo yang berjumlah 821 petani.
N
n= 821 =42,16 responden
Nd2+1 = (821).0,152+1
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah analisis deskriptif
kuantitatif. Untuk tujuan pertama analisis yang digunakan adalah analisis yang
digunakan mengacu pada rumusan tujuan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menganalisis faktor luas lahan, benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja, biaya
dan pendidikan formal terhadap produksi padi sawah organik dan non organik dan
melihat faktor dominan dari faktor – faktor yang ada terhadap produksi di
Kecamatan Labuan.
regresi linear berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS) Regression.
Analisis regresi berganda adalah suatu teknik statistikal yang dipergunakan untuk
independen.
residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi.
harus linier dalam variabel. Salah satu model regresi non linier dalam variabel
β1 β2 β3 β4 β5 β6
Y = β0 X1 X2 X3 X4 X5 X6 e. (3.4)
berikut :
β7lnX7 +µ (3.1)
β7lnX7 +µ (3.2)
Dimana :
X6 = Biaya (Rp)
A = Konstanta
µ = Kesalahan pengganggu
X6 = Biaya (Rp)
rumus: 𝑅 2 / (𝑘−1)
F=
(1−𝑅 2 )/(𝑛−𝑘)
Dimana:
R² = Koefisien determinasi
Fhitung dan F tabel. Jika: F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima,
determinasi berkisar antara nol sampai dengan satu. Semakin mendekati nol
dependen
3.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
estimasi karena bila terjadi penyimpangan terhadap asumsi klasik tersebut maka
uji t dan uji F yang dilakukan sebelumnya tidak valid dan secara statistik dapat
1. Normalitas
telah distandarisasi pada model regresi terdistribusi normal atau tidak. Nilai
umumnya disebabkan karena distribusi data yang dianalisis tidak normal, karena
pengambilan sampel bahkan karena kesalahan dalam melakukan input data atau
memang karakteristik data tersebut sangat jauh dari rata-rata. Untuk mendeteksi
terdistribusi secara normal apabila nilai probabilitas dari Jarque-Bera lebih besar
2. Autokorelasi
satu dengan observasi lain yang berlainan waktu. Dalam kaitannya dengan asumsi
dengan variabel gangguan lainnya. Sedangkan salah satu asumsi penting metode
OLS berkaitan dengan variabel gangguan adalah tidak adanya hubungan antara
terjadi pada data runtut waktu (time series) dan sebagian besar data time series
terjadi karena data time series seringkali menunjukkan adanya trend yang sama
yaitu adanya kesamaan pergerakan naik turun. Adanya autokorelasi dalam suatu
3. Namun estimator metode OLS tidak mempunyai varian yang minimum lagi
model regresi dapat dilakukan dengan uji Lagrange Multiplier (LM) yang
yang hanya berlaku hubungan autokorelasi antar residual dalam order pertama
atau autoregresif order pertama disingkat AR(1), uji LM bisa dilakukan untuk
untuk model autoregresif yang lebih tinggi seperti AR(2), AR(3) dan seterusnya.
Salah satu cara untuk menguji ada atau tidaknnya masalah autokorelasi dalam
model regresi adalah dengan melihat nilai probabilitas F-statistic. Jika nilai
probabilitas F-statistic lebih besar dari 0,05 maka model dinyatakan tidak ada
3. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas sering ditemui dalam data cross section, sementara itu data
diperoleh tidak efisien, baik dalam sampel kecil maupun dalam sampel biasa,
terhadap semua variabel penjelas. Salah satu cara untuk menguji gejala
squared. Jika nilai Obs*R squared lebih besar dari 0,05 maka model dinyatakan
4. Multikolinearitas
adanya hubungan yang linear yang sempurna atau pasti, diantara beberapa atau
regresi adalah dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) dari masing –
masing variabel bebas terhadap variabel terikat .Jika nilai VIF tidak lebih dari 10
1) Petani padi sawah organik adalah petani yang mengusahakan usahatani padi
sawah organik.
3) Luas lahan adalah luas areal petakan lahan yang digunakan untuk tanaman padi
(Ha)
4) Biaya produksi padi adalah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi
(Rp)
5) Biaya tetap adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dalam 1 kali masa
6) Biaya tidak tetap adalah biaya yang penggunaannya habis dalam 1 kali masa
produksi yang meliputi biaya bibit, pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja
(Rp/ha)
7) Total biaya usahatani adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani selama
responden (tahun)
digunakan pada kegiatan usahatani padi sawah / musim tanam yang meliputi
10) Tenaga kerja dalam keluarga adalah jumlah hari tenaga kerja yang
11) Tenaga kerja luar keluarga adalah jumlah hari tenaga kerja yang digunakan
12) Penerimaan usahatani adalah jumlah uang yang diperoleh dari penjualan
sejumlah output atau dengan kata lain merupakan segala pendapatan yang
Algifari, 2000. Analisis Regresi, Teori kasus dan Solusi. BPFE Universitas
maret 2016)
Provinsi Jambi.Jambi.
Provinsi Jambi.Jambi.
Eliyas, Sebastian Saragih. 2008. Pertanian Organik :Solusi Hidup Harmoni dan
Firdaus, Muhammad dkk. 2008. Swasembada Beras Dari Masa ke Masa. IPB
Press. Bogor.
Muhammadiyah Malang.
http://eprints.umm.ac.id/6149/1/ANALISIS_KOMPARASI_USAHA_TANI_PAD
I_SISTEM_ORGANIK_DAN_PADI_SISTEM_KONVENSION AL.pdf.
Hasugian, Julia Kristina. 2014. Analisis Komparasi Usahatani Padi Organik dan
http://repository.uksw.edu/bitstream/handle/123456789/494/T1_522007009_BAB
Sumatera Utara
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf
Ida. 2011. Analisis Bagian Harga Yang Diterima Petani Karet Didesa Panerokan
Isyanto, AY. 2012. Faktor Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Produksi Pada
2017)
Junaidi, 2014. Analisis Produksi, Distribusi dan Pendapatan Petani dan Dampak
http://www.academia.edu/29579625/Perbandingan_Pertanian_Organik_dan_Anor
http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/FAE30-2b.pdf (diakses 12
oktober 2015).
Universitas Diponegoro.
Purwasasmita, Mubiar dan Alik Sutaryat. 2012. Padi SRI Organik Indonesia.
Rifai, Mien. 2003. Kamus Biologi Umum. Balai Pustaka. Jakarta Riduan. 2007.
Sari Wahyuni, Nilam. 2013. Analisis Usahatani Padi Organik Kelompok Tani
(Tidak di publikasikan)
maret 2016)
Santoso, NK. 2012. Analisis Komparasi Usahatani Padi Organik dan Anorganik
2015
Siwi, P. 2009. Analisa Pendapatan dan Persepsi Petani Pada Usahatani Padi
Desember 2016)
Malang
Jakarta
Jakarta
Suliyanto, 2011. Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS. Andi.
Jakarta
Berkelanjutan.Kanisius, Yogyakarta.
http://jambi.tribunnews.com/2011/05/10/petani-iuran-memperluas-areal- sawah
Waluyo, dkk. 2008. Fluktuasi Genangan Air Lahan Rawa Lebak Dan Manfaatnya
Widarjono, Agus. 2007. Ekonometrika Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan