FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
JAKARTA
2023
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI i
DAFTAR GAMBAR 1
DAFTAR TABEL 2
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 7
C. Tujuan Penelitian 9
D. Manfaat Penelitian 9
i
DAFTAR GAMBAR
1
DAFTAR TABEL
2
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
PDB pertanian pada kuartal II 2020 meningkat 16,24% dan secara year on
year (yoy) naik 2,19 persen. Pertumbuhan ekonomi kuartal-II 2020 yang
(BPS, 2021).
No. 18 Th. 2012). Pangan adalah kebutuhan paling mendasar manusia, sumber
kehidupan manusia dan tidak mungkin hidup tanpa pangan (Tranggono et.
al,2019).
3
Peningkatan rata-rata presentase pengeluaran untuk konsumsi umbi-
rata-rata konsumsi umbi umbian per kapita mengalami fluktuasi dari tahun
umbian per kapita mengalami peningkatan dari 0,49 persen pada tahun 2015
permintaan umbi-umbian.
kalsium tinggi dan dapat dijumpai di daerah yang beriklim tropis serta
menyebar pada tepi pantai hingga pegunungan lebih dari 100 mdpl
bagian pelepah (kulit), batang, dan daun yang dapat digunakan untuk bahan
diversifikasi pangan lokal yang berfokus pada satu komoditas utama di satu
4
Pembangunan pertanian sebagai salah satu subsistem pembangunan
pemenuhan kebutuhan pokok manusia. Oleh karena itu, diperlukan upaya dan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per Kapita Jawa Barat sebesar
sebagai penghasil talas dengan rasa yang sangat enak adalah Kabupaten
744 hektar (Ha), luas panen 692 hektar, produksi sebesar 11.165 ton, dan
Kecamatan Rumpin 16.135 ton, Kecamatan Bojong Gede 15.480 ton dan
Kecamatan Ranca Bungur 14.761 ton pada tahun 2020 (BPS, 2020).
5
Cimangggu, Pasar Merdeka, Pasar Sukasari dan Pasar Gunung Bundar.
hubungan dagang dan rasa saling percaya yang sudah terjalin cukup lama.
Selain itu ada alasan lain yaitu harapan ingin mendapatkan harga jual talas
B. Perumusan Masalah
Desa Pabuaran adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Kemang
Desa Pabuaran. Budidayanya yang tidak sulit dan alam yang cocok untuk
menanam talas. Selain itu, harga juga menentukan keputusan petani untuk
meskipun harganya berfluktuasi tetapi harga yang diterima pada tingkat petani
dikeluarkan dan harga talas yang diterima oleh petani. Kecenderungan harga
input produksi yang semakin naik tidak sebanding dengan penerimaan yang
dihasilkan jika petani tidak menerapkan pola produksi yang baik dan efisien.
Petani sebagai produsen tidak memiliki posisi tawar yang tinggi karena
petani sebagai price taker (penerima harga). Hal ini terjadi karena petani tidak
lainnya dan jauhnya jarak lokasi pemasaran dari desa menyebabkan petani
6
harus mengeluarkan biaya lebih yaitu biaya transportasi.
usahatani talas. Harga pupuk dari tahun ke tahun terus meningkat, karena
Hal ini mengakibatkan petani harus mengeluarkan biaya produksi yang tinggi,
C. Tujuan
D. Manfaat Penelitian
dan juga pembaca. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi
7
Secara akademis diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Silalahi (2009), Velayati (2013), dan Assafa
dilakukan pada tempat dan waktu yang berbeda. Penelitian tersebut juga sama-
lahan dan petani yang menggarap lahan sendiri. Velayati (2013) melakukan
pendapatan usahatani talas menurut status kepemilikan lahan yaitu lahan milik
hal inilah yang menjadi kelebihan dalam penelitian yang dilakukan. Penelitian
(DEA). Selain Silalahi (2009) dan Velayati (2013), penelitian yang dilakukan
keuntungan dari usahatani talas teradap pendapatan total rumah tangga petani,
tanaman talas dan juga degradasi lahan secara terus-menerus yang membuat
digunakan untuk melihat tingkat efisiensi dari suatu usahatani. Penelitian yang
dilakukan Adhifa (2016), Sitepu (2010) dan Silalahi (2009) yang melakukan
penelitian terkain R/C rasio namun dilakukan pada komoditas yang berbeda.
perbandingan antara nilai output dan nilai input. Analisis R/C untuk
10
menganalisis R/C rasio dengan membandingkan dua mitra usahatani yang
biaya tunai. Lain halnya dengan penelitian Silalahi (2009) yang melakukan
yaitu lahan sewa dan milik sendiri, sedang kan Sitepu (2010) tidak melakukan
memiliki R/C rasio lebih besar dari 1 Penelitian Adhifa (2016), Sitepu (2010),
dan Silalahi (2009) yang samasama menganalisis R/C rasio namun beda
komoditi yang diteliti memiliki R/C rasio sebesar 1.58 persen untuk talas pada
Silalahi (2009), 1.48 persen untuk Bayam organik pada Adhifa (2016), dan
1.57 persen untuk jamur tiram putih pada Sitepu (2010). Dari masing-masing
R/C rasio tersebut diketahui bahwa talas memiliki R/C rasio tertinggi, hal ini
berarti talas memiliki tambahan peneriman yang lebih besar dari setiap
B. Kerangka Teori
chinense L.; A. esculentum L.; Taro. Nama daerah misal: keladi (Sumatera),
taleus (Jawa), ufi lole (Nusa Tenggara), paco (Sulawesi), bête/komo (Maluku).
11
var. esculenta., sedangkan C. esculenta var. antiquorum hanya dijumpai
memiliki umbi tunggal yang berukuran sedang hingga besar dan tidak terdapat
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Subdivisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo/Bangsa : Arales
Famili/Suku : Araceae
Genus/Marga : Colocasia
Talas mampu tumbuh dan berkembang baik padaiklim tropis dan sub
ataupun juga curah hujan rendah. Curah hujan yang optimal untuk
dapat tumbuh pada ketinggian 0-1300 mdpl. Di indonesia, talas dapat tumbuh
Semakin tinggi ketinggian tempat maka umur panen juga kana semakin
12
2. Konsep Usahatani
sumberdaya secara efisien dan efektif pada suatu usaha pertanian agar
diperoleh hasil maksimal. Sumber daya itu adalah lahan, tenaga kerja, modal,
3. Penerimaan Usahatani
meliputi hasil penjualan tanaman, ternak, ikan atau produk yang dijual.
13
yang lain (Tuwo, 2011).
memperoleh barang dan jasa. Biaya pada usaha tani terbagi menjadi dua
1) Biaya tetap yaitu biaya faktor produksi untuk usaha tani yang tidak
2) Biaya variabel yaitu biaya faktor produksi untuk usaha tani yang bergabung
Biaya dalam usaha tani terbagi atas biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan.
Biaya tunai adalah biaya yang dibayarkan dengan uang secara tunai, seperti
yang digunakan, contoh dari biaya tersebut adalah biaya tenaga kerja, biaya
5. Pendapatan Usahatani
produksi. Secara umum pendapatan usahatani terdiri dari dua hal pokok yaitu
14
penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu tertentu. Keberhasilan
TR = Y . Py
Keterangan:
TR = total revenue
Y = tingkat output
Py = harga output.
besarnya biaya dan pendapatan dapat dibagi dalam dua golongan. Pertama
adalah faktor internal atau eksternal dan kedua adalah faktor manajemen.
Faktor internal dan eksternal akan saling memengaruhi biaya dan pendapatan
mempengaruhi dari segi input adalah ketersediaan dan harga input, sedangkan
dari segi output adalah permintaan dan harga jual. Pendapatan usahatani dapat
Pd = TR – TC
Keterangan:
15
Pd = pendapatan usahatani ( Rp)
TR = total penerimaan ( Rp )
TC = total biaya ( Rp )
6. R/C Ratio
analisis R/C rasio merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk
usaha tani 11 yang diperoleh petani untuk setiap satuan biaya yang
dikeluarkan dalam kegiatan usaha tani. Nilai R/C rasio yang dihasilkan dapat
bernilai lebih satu atau kurang dari satu. Apabila nilai R/C rasio lebih dari satu
maka penerimaan yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan
kurang dari satu menunjukan bahwa tiap unit biaya yang dikeluarkan akan
16
C. Kerangka Pemikiran
ditahun 2020 mengalami penuruan produksi talas menjadi 16.320 Ton/Ha. Hal
ini bisa terjadi akibat harga pupuk yang semakin mahal , luas lahan produksi
talas yang semakin tahun berkurang akibat alih fungsi lahan menjadi
perumahan dan wabah penyakit Covid-19 yang membuat produksi talas serta
bawang dan cabai merah yang lebih besar pendapatannya di Desa Pabuaran.
pelaksanaan serta evaluasi pada proses produksi yang kurang. Hal ini terjadi
17
Kenaikan harga pupuk secara terus
Talas adalah komoditas unggulan menerus menyebakan terjadinya
di Desa Pabuaran Kecamatan perubahan harga input produksi
Kemang. talas, ditambah semakin banyak alih
fungsi lahan menjadi perumahan
yang akan berdampak dengan
penurunan produksi talas di Desa
Pabuaran Kecamatan Kemang.
Karakteristik Petani:
Usia
Jenis Kelamin Analisis Usahatani
Tingkat pendidikan Biaya
Pengalaman Bertani Pendapatan
Luas lahan penerimaan
Status lahan R/C rasio
keluarga.
Rekomendasi
18
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
al., 2014).
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret – April dengan periode
C. Penentuan Sampel
sampel yang memiliki jumlah relatif kecil, kurang dari 100 orang (Sugiyono,
D. Sumber Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan
19
diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara).
sekunder tersebut berasal dari jurnal ilmiah, laporan penelitian, dan data-
data yang diperoleh dari lembaga terkait seperti Badan Pusat Statistik
F. Definisi Operasional
antara lain:
20
1. Petani adalah petani yang melakukan kegiatan usahatani tanaman talas di
3. Biaya tunai dalam penelitian ini adalah besarnya nilai uang tunai rupiah
4. Biaya yang diperhitungkan adalah (biaya nontunai) nilai semua input yang
digunakan namun tidak dalam bentuk uang tunai atau pengeluaran untuk
pemakaian input milik sendiri (biaya penyusutan alat, pajak lahan, dan
5. Penerimaan usahatani merupakan nilai uang rupiah (Rp) yang diraih dari
tunai dan biaya total. Pendapatan atas biaya tunai merupakan selisih antara
biaya total merupakan selisih antara penerimaan total dengan biaya total
usahatani.
usahatani. Dalam batasan nilai R/C rasio dapat diketahui apakah suatu
21
karakteristik petani responden mengenai usia petani, tingkat pendidikan,
Kecamatan Kemang.
keuntungan yang diperoleh petani talas di Desa Pabuaran. Sebelum diolah, data
primer yang terkumpul terlebih dahulu melalui proses verifikasi dan validasi
1. Analisis Biaya
Biaya usaha tani dibagi menjadi dua berdasarkan biaya yang langsung
Biaya tunai
3. Sewa lahan
1. Bibit
2. Penyusunan alat
22
Nilai penyusutan alat dalam penelitian ini dihitung menggunakan
Keterangan:
2. Analisis Penerimaan
penerimaan tidak tunai. Penerimaan total dari suatu usaha tani merupakan nilai
produksi dari usaha tani, yaitu harga jual dari produk dikalikan total produksi
TR = P x Q
Keterangan:
3. Analisis Pendapatan
23
usaha tani dan pengeluaran tunai usaha tani. Perhitungkan pendapatan usaha
Keterangan:
𝝅 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 = 𝑻𝑹 − 𝑩𝑻𝑶
Keterangan:
4. R/C Ratio
R/C = TR / TC
Keterangan:
24
25
DAFTAR PUSTAKA
26
Petani Kelapa Sawit Desa Lubuk Bunut Kecamatan Hutaraja Tinggi
Kabupaten Padang Lawas. Skripsi. Program Studi Agribisnis.
Universitas Medan Area.
Sastrapradja, S. 1977. Ubi-Ubian. Lembaga Biologi Nasional (LIPI).
Bogor.
Silalahi, H. 2009. Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Talas di
Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Skripsi.
Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Sitepu. 2010. Analisis Pendapatan Usahatani dan Saluran Pemasaran
Jamur Tiram Putih di Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor.
Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Menejemn Pemasaran Hasil-Hasil
Pertanian Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. Ui-Press. Jakarta.
Soekartawi. 2011. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk
Pengembangan.
Suratiyah, K. 2015. Ilmu Usahatani Edisi Revisi. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Sugiyono. 2008. Metode Kuantitatif Kualitatif dan R&D. ALFABETA.
Bandung.
Supriyanto, A. Sani, dan M. Machdudz. 2010. Metodelogi Riset
Manajemen Sumber Daya Manusia. UIN Maliki Press. Malang.
Tranggono, A. Wirman, C. Sulistiowati, A. Avianto, T. 2019. Makalah
Strategi Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia.
https://panganbijak.org/. [11 November 2020].
Tuwo, A. 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut - Pendekatan
Ekologi, Sosial Ekonomi, Kelembagaan dan Sarana Wilayah
(Pertama). Brilian Internasional. Surabaya
Velayati R. 2013. Analisis Efisiensi dengan Pendekatan Data
Envelopment Analysis (DEA) dan Pendapatan Usahatani Talas di
Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor. Skripsi. Fakultas Ekonomi
Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
Ladeska V et.al . 2021. Colocasia esculanta L. (Taro Plant): Study of
Pharmacognosis, Phytochemical, and Pharmacological Activity.
Fakultas Farmasi dan Sains, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr.
HAMKA Jakarta
27
Lampiran
28