Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH PANDEMI COVID-19 TERHADAP KUALITAS

HASIL PANEN PETANI CABAI LOKAL

Disusun Oleh :

Angga Lesmana (C1011211136)

Sayrul Rahmadan (C1011211039)

Danang Praasetyo (C1011211146)

Wirata Sophan Hadi (C1011211161)

Fitri Yunita (C1011211161)

Maria Tiara (C1011211132)

Anggre Oday (C1011211155)


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2022

ii
Kata Pengantar

Syukur Alhamdulliah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna

memenuhi tugas untuk mata kuliah Dasar Dasar Ilmu Tanah dengan Judul: “Pengaruh Pandemi

Covid-19 Terhadap Kualitas Hasil Panen Petani Cabai Lokal”

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak

pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat

terselaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna

dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami

mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritikan yang membangun dari

berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi

perkembangan dunia pendidikan dan pertanian.

3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
BAB III........................................................................................................................................................18
PENUTUP...............................................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................18
3.2 Saran..........................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................19

4
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penelitian

5
BAB II
PEMBAHASAN

Indonesia adalah negara agraris yang memberi konsekuensi pada perlunya perhatian

pemerintah pada sektor pertanian yang kuat dan tangguh, oleh karena itu salah satu sektor yang

mendukung pertumbuhan ekonomi adalah sektor pertanian. Indonesia merupakan negara

pertanian yang artinya pertanian memegang peranan yang sangat penting dari keseluruhan

perekonomian nasional, hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja

pada sektor pertanian. Pertanian merupakan basis perekonomian Indonesia. Peran sektor

pertanian di samping sebagai sumber penghasil devisa negara yang besar, juga merupakan

sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk Indonesia, dan bila dilihat dari jumlah orang

yang bekerja, maka sektor pertanian paling banyak menyerap tenaga kerja (Saifullah, 2018).

Sektor holtikultura menjadi subsektor yang telah menjadi perubahan kekuatan untuk jadi

sumber ekonomi baru di tingkat pedesaan dan perkotaan, karena tanaman holtikultura menjadi

jalan keluar untuk mengatasi masalah krisis pangan dunia. Holtikultura memang masuk kedalam

subsektor tanaman pangan, dan holtikultura sudah membuktikan bahwasanya telah menjadi

sumber baru didalam sektor pangan pertanian (Direktorat Jendral Holtikultura, 2015).

Komoditas holtikultura terdiri dari 4 bagian, diantaranya adalah tanaman hias, tanaman

buah-buahan, tanaman sayursayuran serta obat-obatan. Komoditas ini memiliki prospek yang

bagus bila dikembangkan melihat sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang amat tinggi.

Perkembangan komoditas hortikultura, terutama sayur-sayuran, baik sayuran daun maupun buah,

cukup potensial dan prospektif, karena didukung oleh potensi sumberdaya alam, sumberdaya

6
manusia, ketersediaan teknologi, dan potensi serapan pasar di dalam negeri maupun pasar

internasional yang terus meningkat. Salah satu jenis tanaman sayuran yang banyak dikonsumsi

oleh masyarakat adalah cabai merah.

Cabai merah adalah komoditas hortikultura yang penting, tetapi produksinya baik kuantitas

maupun kualitas masih rendah. Cabai merah bagi masyarakat sudah tidak asing lagi, hampir

semua orang sudah mengenal tanaman ini. Dalam kehidupan sehari-hari cabai merah memegang

peranan yang penting, terutama bagi ibu-ibu rumah tangga, peranan cabai merah juga dapat

memenuhi gizi masyarakat, selain itu cabai merah jika dibudidayakan dengan tujuan untuk nilai

bisnis tentunya bisa menembus pasaran dengan mudah, hal ini dikarenakan oleh semua unsur

masyarakat tentunya membutuhkan tanaman ini terutama untuk bahan konsumsi rumah tangga

(Prayitno, dkk 2013).

Komoditas cabai merah saat ini merupakan salah satu komoditas andalan petani sayuran di

Indonesia karena dapat ditanam pada berbagai lahan, tidak mengenal musim tanam, dapat dijual

dalam bentuk segar maupun olahan, serta mempunyai nilai sosial ekonomi yang tinggi (Sugiarti,

2003).

Tahun 2019, produksi cabai besar mencapai 1,27 juta ton dan pada tahun 2020 ditargetkan

mencapai 1,35 juta ton. Luas panen cabai besar tahun 2019 mencapai 144.391 ha dengan

produktivitas rata-rata sebesar 8,77 ton/ha. Lahan usaha tani cabai berada di 33 provinsi dan 225

kabupaten/kota, sedangkan pada tahun 2019, produksi cabai sebesar 1,37 juta ton, dan

ditargetkan mencapai 1,47 juta ton pada tahun 2020. Pada 2019, luas panen cabai mencapai

177.581 ha dengan tingkat produktivitas 7,8 ton/ha. Lahan cabai rawit tersebar di 33 provinsi dan

219 kabupaten/kota. Produksi komoditas bawang merah produksinya pada tahun 2019 sebesar

1,52 juta ton. Pada 2020, produksi mencapai 1,66 juta ton. Luas panen bawang merah tahun 2019

7
mencapai 157.808 ha dengan hasil 9,62 ton/ha. Lahan bawang merah tersebar di 33 provinsi di

175 kabupaten/kota.

Sebelum pandemi Covid-19, Direktorat Jenderal Hortikultura (Ditjen Hortikultura) menargetkan

peningkatan produksi cabai dan bawang merah 7% per tahun. Peningkatan tersebut direncanakan

dicapai melalui swadaya masyarakat yang diungkit dengan dana Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN). Pada tahun 2020, pengembangan kawasan aneka cabai dengan APBN

mencakup areal produksi seluas 10.000 ha dengan dana Rp130 miliar, sedangkan pengembangan

kawasan bawang merah seluas 5.500 ha dengan dana Rp145,5 miliar (Ditjen Hortikultura 2020).

Strategi lain untuk meningkatkan produksi cabai dan bawang merah adalah dengan

mengoptimalkan dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dialokasikan sebesar Rp6,39 triliun.

Kegiatan usaha hortikultura yang difokuskan pada perolehan KUR meliputi usaha peralatan

mesin, usaha budi daya, usaha perbenihan, usaha lanskap, usaha pasca-panen, dan usaha

pemasaran (Zuraya 2020). Sejalan dengan komitmen untuk meningkatkan produksi serta

menjaga stabilitas harga cabai dan bawang merah, Ditjen Hortikultura mengembangkan

instrumen yang mampu memprediksi ketersediaan dan harga selama tiga bulan ke depan yang

dikenal dengan Early Warning System atau disingkat EWS.

Kinerja Produksi

Cabai Besar dan Cabai Rawit

Sentra produksi cabai besar adalah provinsi Jawa Barat (23,03%), Jawa Tengah

(15,57%), Sumatera Utara (14,40%), Jawa Timur (8,80%), Sumatera Barat (7,04%) dan provinsi-

provinsi lain (26,33%). Sentra produksi cabai rawit adalah Jawa Timur (30,38%), Jawa Tengah

(13,77%), Nusa Tenggara Barat (NTB) (11,86%), Jawa Barat 11,75%, Aceh (5,40%) dan

8
provinsi-provinsi lain (23,39%) (Pusdatin 2016). Dalam tulisan ini, produksi cabai besar adalah

penjumlahan produksi cabai merah besar dan produksi cabai merah keriting. Data time series

menunjukkan bahwa peningkatan produksi cabai besar selama 2016- 2019 jauh lebih rendah

dibandingkan cabai rawit.

Adapun data luas panen (Ha), produksi (Ton), dan provitas (Ton/Ha) cabai besar dan cabai rawit

pada provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2019. Dimana luas lahan cabai rawit 2.078 Ha lebih

besar dari luas lahan cabai besar 708 Ha, Jumlah produksi Cabai rawit 5.731 Ton lebih besar dari

jumlah produksi cabai besar 1.613 Ton, dan provitas cabai rawit 2,76 Ton/Ha lebih besar dari

cabai besar 2,28 Ton/Ha.

Cabe Besar

N Luas Panen Produksi Provitas


Kabupaten
O (Ha) (Ton) (Ton/Ha)
1 Sambas 90 239 2,66
2 Bengkayang 123 688 5,59
3 Landak 8 7 0,84
4 Mempawah 44 79 1,80
5 Sanggau 224 281 1,25
6 Ketapang 28 75 2,66
7 Sintang 33 106 3,21
8 Kapuas Hulu 35 27 0,77
9 Sekadau 2 2 1,00
10 Melawi 34 39 1,15
11 Kayong Utara - - -
12 Kubu Raya 66 33 0,50
13 Kota Pontianak - - -
14 Kota Singkawang 21 38 1,81

9
Jumlah 708 1613 2,28

Cabe rawit

N Luas Panen Produksi Provitas


Kabupaten
O (Ha) (Ton) (Ton/Ha)
1 Sambas 167 609 3,65
2 Bengkayang 166 719 4,33
3 Landak 121 170 1,41
4 Mempawah 104 328 3,15
5 Sanggau 424 800 1,89
6 Ketapang 267 904 3,38
7 Sintang 255 851 3,34
8 Kapuas Hulu 146 173 1,19
9 Sekadau 37 54 1,46
10 Melawi 106 244 2,30
11 Kayong Utara 42 462 10,14
12 Kubu Raya 191 299 1,57
13 Kota Pontianak 21 125 5,94
14 Kota Singkawang 31 31 0,99
Jumlah 2078 5731 2,76

10
Dampak Covid-19 terhadap petani Cabai Lokal

Dengan adanya virus ini yang telah menginfeksi ribuan sektor perekonomian dunia.

Masyarakat Indonesia juga diharapkan tidak panik dengan stok pangan yang ada. Kita dapat

mengambil pelajaran dari penyebaran wabah virus ini untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas

pertanian Indonesia sebagai pertanian yang unggul. Dapat disimpulkan bahwa terdapat 6 dampak

yang dapat mempengaruhi sektor pertanian :

1. Kesehatan Para Petani

Secara umum bahwa mayoritas petani merupakan populasi relatif orang tua dibandingkan

dengan populasi pekerja umum. Sensus penduduk pada tahun 2017 hampir rata-rata usia petani

sekitar 58 tahun. Jika wabah virus covid-19 ini tidak kunjung henti maka dikhawatirkan dapat

menimbulkan kepanikan masyarakat dan akan menambah keterpurukan produksi pangan.

2. Tenaga Kerja Pertanian

Saat ini bisa dikatakan bahwa para tenaga kerja pertanian masih relatif tinggi yang diakibatkan

karena rendahnya daya serap tenaga kerja pada sektor industri. Namun penyerapan yang terjadi

di dalam usaha tani sangat terbatas, tidak mudah untuk di standardkan, dirasionalkan, dan

dispesialisasikan.

3. Keselamatan Pekerja dan Alat Pelindung Diri (APD)

Keselamatan berarti bebas dari kecelakaan, maka dari itu bertujuan untuk menjamin kesehatan

baik jasmani maupun rohani para tenaga kerja. Penerapan prokes sangat diperlukan dalam

kondisi saat ini yaitu selalu menggunakan masker atau faceshield, bercuci tangan, dan

menggunakan handsanitizer.

11
4. Kerusakan Sumber Daya Pangan

Perlu diketahui bahwa potensi geografis di Indonesia yang berkaitan dengan ketahanan pangan

sangat mendukung dan berpotensi positif karena faktor yang mempengaruhi yaitu cuaca dan

iklim, lahan, teknologi dan infrastruktur. Tetapi ketahanan dibidang pertanian memiliki mutu

yang kurang baik dan kurang stabil, dikarenakan faktor proses produksi yang rendah, kualitas

dan proses perawatan yang kurang terjamin. Hal ini juga ditakutkan bahwa adanya virus yang

menyebabkan buah dan sayuran mudah membusuk.

5. Rantai Pasokan Pangan Melambat

Saat ini sektor pertanian menjadi tulang punggung ditengah upaya pemerintah menanggulangi

wabah. Merebaknya kasus pandemi virus Covid-19 telah menimbulkan dampak yang cukup

signifikan di berbagai sektor, termasuk pada sektor pangan. Hambatan yang muncul dalam

masalah distribusi dan logistik antar wilayah dan antar negara berpotensi untuk menurunkan

ketersediaan pangan di dalam negeri.

6. Harga Pasar dan Pertanian

Menjaga stabilitas harga pasar saat ini memang sangat sulit, berawal dari adanya social

distancing, menghindari kerumunan, penutupan dan praktik lainnya untuk menghambat

penyebaran wabah. Maka dari itu sangat sulit bagi konsumen untuk mendapatkan bahan pangan

terutama bahan pokok sehingga mempengaruhi stabilitas supplay dan demand barang & jasa

yang menjadikan harga pasar dan pertanian semakin meningkat drastis.

12
Tidak hanya itu pandemi covid-19 juga telah berdampak besar terhadap tenaga kerja yang

berada di perkotaan yang sementara ini dinonaktifkan dan bahkan di PHK. Kondisi saat ini

menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah pengangguran di wilayah perkotaan dan

mengakibatkan sebagian buruh perkotaan kembali ke sektor pertanian di perdesaan.

Penyediaan kesempatan kerja di sektor pertanian masih memungkinkan untuk

menampung limpahan tenaga kerja yang terkena dampak pandemi Covid-19 pada berbagai

sektor pertanian melalui kegiatan usaha pertanian, buruh pertanian, pengelolaan hasil, serta

distribusi dan pemasaran hasil. Secara nasional, sektor pertanian memiliki peran dalam

menyediakan pangan, kesempatan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat, dan perolehan

devisa negara.Oleh karena itu, sektor pertanian masih menjadi salah satu pilihan bagi tenaga

kerja yang terkena dampak pandemi covid-19, baik sebagai sumber mata pencaharian utama

maupun pekerjaan sampingan.

Meningkatkan Produksi Tanaman

Salah satu upaya yang tepat untuk meningkatkan produktifitas tanaman cabai adalah

dengan cara meningkatkan kesuburan tanah serta bibit unggul dan melakukan pembudidayaan

tanaman pangan dengan benar. Karena pada dasarnya bertani itu tidaklah mudah, namun dengan

adanya pengetahuan mengenai ilmu pertanian maka kegiatan bertani akan mudah dikerjakan.

Berikut beberapa cara yang dapat diterapkan para petani cabai untuk meningkatkan hasil panen

tanaman cabai :

13
1. Intensifikasi pertanian

Intensifikasi pertanian adalah salah satu cara pengolahan lahan pertanian yang sebaik – baiknya

dilakukan guna untuk meningkatkan hasil pertanian dengan memanfaatkan beragam jenis sarana

yang ada. Cara intensifikasi pertanian ini termasuk salah satu cara yang banyak dipilih sebagai

cara untuk meningkatkan hasil pertanian khususnya di daerah Jawa dan juga pulau Bali.

Hal ini disebabkan, lahan pertanian yang ada di Jawa dan pulau Bali tersebut cenderung sempit.

Intensifikasi pertanian bisa juga dilakukan dengan cara menjalankan program panca usaha tani

yang selanjutnya berlanjut dengan sapta usaha tani.

Berikut ini adalah langkah – langkah yang bisa dilakukan untuk meningkatkan hasil pertanian

melalui program sapta usaha tani yaitu:

a. Pengolahan tanah dan pengairan yang dilakukan dengan baik serta teratur

b. Penggunaan bibit tanaman yang unggul

c. Melakukan pemupukan secara teratur hingga menyerap ke bagian – bagian akar tanaman

d. Langkah pemberantasan hama dan penyakit pada tanaman

e. Pengolahan pasca panen

2. Ekstensifikasi pertanian

Ekstensifikasi pertanian yaitu salah satu cara untuk meningkatkan hasil pertanian dengan jalan

memperluas lahan. Sebagai contoh bisa bisa dilakukan dengan membuka area hutan,

memanfaatkan daerah – daerah sekitar rawa, membuka semak belukar dan lahan pertanian yang

belum pernah digunakan sebelumnya. Bukan hanya itu, ekstensifikasi pertanian ini juga bisa

dilakukan dengan membuka persawahan jenis pasang surut. Cara meningkatkan hasil pertanian

14
melalui ekstensifikasi pertanian yang satu ini adalah cara yang juga banyak dipilih dan dilakukan

pada daerah – daerah  dengan penduduknya yang jarang seperti di pulau Sumatera, Kalimantan

dan Irian Jaya.

3. Diversifikasi pertanian

Diversifikasi pertanian termasuk salah satu jenis usaha dengan cara memanfaatkan beberapa

jenis produksi. Hal ini bertujuan untuk menghindari adanya ketergantungan pada salah satu jenis

tanaman saja. Terdapat 2 cara yang bisa dilakukan dalam diversifikasi pertanian ini yaitu dengan

memperbanyak jenis kegiatan – kegiatan pertanian contohnya yaitu seorang petani tumbuhan

pangan juga beternak lainnya seperti beternak ayam dan ikan.

4. Mekanisasi pertanian

Mekanisasi pertanian adalah cara meningkatkan hasil dengan memanfaatkan mesin – mesin

pertanian yang modern terutama untuk daerah yang lahan pertanian nya yang luas.

5. Rehabilitasi pertanian

Cara untuk meningkatkan hasil pertanian selanjutnya adalah melakukan rehabilitasi pertanian.

Metode ini adalah sebagai cara untuk memperbaiki lahan yang awalnya sudah tidak

menghasilkan lagi kemudian dilakukan sebuah upaya agar lahan tersebut kembali menjadi lahan

produktif dengan mengganti tanaman yang mulanya sudah tidak lagi produktif atau

menghasilkan dengan jenis tanaman yang produktif.

15
16
17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

18
DAFTAR PUSTAKA

Imam Aris Munandar. (2021). Strategi Peningkatan Pendapatan Petani Cabai Merah (Capsicum

annuum L) Pada Masa Pandemic Covid-19 di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan

Marelan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian [JIMTANI], 1(4).

http://jurnalmahasiswa.umsu.ac.id/index.php/jimtani/article/view/828

‌Satu Data Kalbar. (2019). Kalbarprov.go.id. http://data.kalbarprov.go.id/dataset/data-produksi-

luas-panen-dan-provitas-cabe-besar-di-kalbar-per-kabupaten-tahun-2019

Satu Data Kalbar. (2019). Kalbarprov.go.id. http://data.kalbarprov.go.id/dataset/data-produksi-

luas-panen-dan-provitas-cabe-rawit-di-kalbar-per-kabupaten-tahun-2019

‌Alifia Paranggi. (2021, June 27). Dampak Pandemi Covid-19 Pada Leading Sektor Pertanian

Indonesia. Retizen.id; Republika.co.id.

https://retizen.republika.co.id/posts/11907/dampak-pandemi-covid-19-pada-leading-

sektor-pertanian-indonesia

Susilowati, G., & Gunawan, E. (n.d.). Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan

Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP

PRODUKSI, HARGA SERTA KONSUMSI CABAI DAN BAWANG MERAH.

https://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/20-BBRC-2020-III-3-3-GBS.pdf

19

Anda mungkin juga menyukai