Anda di halaman 1dari 18

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii


1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
Latar Belakang ................................................................................................. 1
Tujuan .............................................................................................................. 1
Manfaat ............................................................................................................ 2
2. GAGASAN ..................................................................................................... 2
Kondisi Hortikultura di Indonesia ..................................................................... 2
Solusi yang Pernah Ditawarkan ........................................................................ 3
Gagasan Baru yang Ditawarkan ........................................................................ 3
Pihak-Pihak yang Terlibat ................................................................................. 7
Langkah-Langkah Strategis Implementasi Gagasan .......................................... 7
3. KESIMPULAN .............................................................................................. 8
Inti Gagasan ..................................................................................................... 8
Teknik Implementasi Gagasan .......................................................................... 8
Prediksi Keberhasilan Gagasan ......................................................................... 8
4. DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 9
LAMPIRAN ..................................................................................................... 10
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota dan dosen pendamping .................... 10
Lampiran 2. Biodata Dosen Pendamping ........................................................ 13
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas ............ 14
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana ............................................... 17

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Spesifikasi ukuran wahana ...................................................................... 4
Tabel 2 Pihak-pihak yang terlibat ......................................................................... 7

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Tren konsumsi buah dan sayur maret 2016 .......................................... 2
Gambar 2 Model desain Giggarm Horticulture Skyfarm (Tampak Dalam) ........... 5
Gambar 3 Model desain Giggarm Horticulture Skyfarm (tampak luar) ................. 5

iii
1

1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) memproyeksikan bahwa pada tahun
2050 jumlah penduduk dunia akan bertambah menjadi 9,7 miliar jiwa, salah satunya
Indonesia. Populasi Indonesia pada 2050 akan berada pada angka 366 juta jiwa dari
271 juta pada 2020 atau meningkat sebesar 35%. Dengan demikian pertumbuhan
pembangunan di perkotaan juga akan berkembang pesat yang berimplikasi pada
kebutuhan akan pangan semakin meningkat drastis.
Dalam memenuhi pangan dunia, Food and Agriculture Organization
Corporate Statistical Database (FAOSTAT) memproyeksikan setidaknya produksi
tahunan pangan dunia harus meningkat 70 persen sejak 2005 sampai 2050. Antara
2009 dan 2050, nilai sebenarnya dari konsumsi daging sapi diproyeksikan naik
lebih dari 14 kali, susu sepuluh kali lipat, dan buah dan sayuran hingga lebih dari
tiga kali lipat (Gunning-Trant, et al., 2015). Hal ini disebabkan oleh pola perilaku
masyarakat yang semakin berubah dimana masyarakat kota akan memperhitungkan
segala jenis kebutuhannya, termasuk konsumsi makanan yang sehat dan bergizi.
Masyarakat Indonesia masa depan akan beralih ke makanan yang memiliki nilai
gizi lebih tinggi namun dengan kalori rendah. Untuk mendukung kenaikan
permintaan ini, impor banyak komoditas pangan pertanian diproyeksikan
meningkat di tahun 2050 jika Indonesia masih belum menemukan solusinya
(Gunning-Trant, et al., 2015).
Tantangan utama dalam memenuhi kebutuhan pangan Indonesia yaitu alih
fungsi lahan yang semakin meningkat. Analisis oleh Lambin dan Meyfroidt
(2011) menunjukkan bahwa menjelang tahun 2030 saja diperlukan antara 125
sampai 416 juta ha lahan untuk pertanian dan padang gembala, tetapi di sisi lain
sekitar 48 sampai 100 juta ha lahan juga diperlukan untuk perkembangan
perkotaan. Lebih jauh sekitar 30 sampai 87 juta ha lahan pertanian yang ada
mengalami degradasi sehingga menurun produktivitasnya. Tentunya diperlukan
adanya solusi untuk bisa mengantisipasi pemenuhan kebutuhan pangan yang
dihadapkan dengan tantangan tersebut.
Dengan demikian, konsep Horticulture skyfarm merupakan konsep yang
diharapkan dapat menjadi solusi dalam menghadapi permasalahan ketahanan
pangan Indonesia di perkotaan. Program ini adalah konsep berkebun di dalam suatu
wahana yang menggabungkan antara atap gedung vertikal dan ruang di udara untuk
bercocok tanam sehingga dapat menjadi sumber ketahanan pangan serta menyiasati
minimnya lahan Indonesia di masa depan. Skyfarm ini dilengkapi oleh teknologi
modern yang bisa menganalisis dan memenuhi kebutuhan tanaman secara mandiri.
Tujuan
Karya tulis ini bertujuan untuk menciptakan sarana dan prasarana produksi
pangan mandiri dengan wahana pertanian masa depan di udara yang dapat
diaplikasikan di Indonesia masa depan guna meningkatkan produktivitas pangan
khususnya hortikultura.
2

Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan karya ilmiah ini adalah:
a) Mahasiswa memberikan kontribusi untuk mendukung ketahanan pangan
dalam menciptakan ide kreatif konsep horticulture sky farm berbasis
aerodigital farming di kawasan perkotaan.
b) Membantu pemerintah dalam melaksanakan tugasnya yaitu ketahanan
pangan berupa produksi pangan mandiri.
c) Mencetuskan gagasan yang peduli terhadap masalah/dampak keterbatasan
wilayah khususnya di Indonesia.
2. GAGASAN
Kondisi Hortikultura di Indonesia
Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang mempunyai
potensi untuk didorong pengembangannya. Sejak tahun 2009 produksi pertanian
sayuran (kangkung, bayam, sawi) mengalami peningkatan, disebabkan petani padi
yang beralih menjadi petani sayuran karena dianggap lebih menguntungkan dan
cepat panen. Akan tetapi, kecenderungan peningkatan produksi pertanian tidak
akan bertahan lama. Konversi lahan pertanian menjadi permukiman dan gedung
komersial lainnya semakin cepat.
Selama lima tahun terakhir, kebutuhan pangan hortikultura di Indonesia
mengalami peningkatan. Seiring dengan meningkatnya kesadaran untuk memiliki
pola hidup sehat. Gambaran kebutuhan pangan hortikultura dapat dianalisa melalui
tren konsumsi buah (warna biru) dan sayur (warna oranye) berikut:

104 110

75 58
Urban Buah Sayur Rural
Gambar 1 Tren konsumsi buah dan sayur maret 2016

Meningkatnya kebutuhan pangan hortikultura ini sejalan dengan


meningkatnya penduduk Indonesia. Penduduk Indonesia sekarang yang tinggal di
perkotaan mencapai 50% dan diprediksi pada tahun 2030 akan menjadi 67%.
Tingginya populasi penduduk di perkotaan merupakan faktor utama peralihan
fungsi lahan pertanian. Peralihan fungsi lahan ini akan berdampak pada penurunan
produktivitas pangan hortikultura.
Jenis tanaman hortikultura yang dipilih untuk ditanam di wahana horticulture
sky farm yaitu tanaman semusim, tanaman dengan nilai gizi yang tinggi serta
berumur kurang dari setahun. Tanaman semusim merupakan produk unggulan
3

hortikultura Indonesia yang dibuktikan dengan ekspor tujuh belas jenis tanaman
semusim dengan nilai ekspor mencapai US $ 454.549 (Badan Pusat Statistik, 2018).
Namun, kebanyakan tanaman tersebut berasal sentra-sentra penghasil produk
hortikultura yang umumnya terletak jauh dari pusat kota sehingga menimbulkan
dampak menurunnya kualitas produk dan meningkatknya harga produk saat
dipasarkan di perkotaan. Oleh karenanya, diperlukan suatu inovasi yang mampu
menjadikan kawasan perkotaan mandiri terhadap pemenuhan pangan hortikultura.
Solusi yang Pernah Ditawarkan
Mengingat laju pertumbuhan penduduk di perkotaan yang terus meningkat.
Badan ketahanan pangan telah mengembangkan Kawasan Rumah Pangan Lestari
(KRPL). KRPL merupakan program yang dikembangkan untuk memanfaatkan
lahan pekarangan. Tanaman yang ditanam berupa tanaman jenis hortikultura.
KRPL telah tersebar di 18.000 titik di 34 provinsi. Di daerah perkotaan, Menteri
Perumahan Rakyat menetapkan sedikitnya 40% areal perumahan harus melingkupi
Ruang Terbuka Hijau (RTH). Kebijakan ini juga melahirkan konsep urban farming
atau pertanian perkotaan. Pertanian perkotaan memiliki beberapa pilihan teknik
penanaman, yaitu akuaponik, hidroponik, vertikultur, dan wadah pot. Konsep
pertanian perkotaan yang banyak dikembangkan salah satunya melalui program
Jakarta Greencity yang merupakan program pertanian di atas atap gedung
tinggi(rooftop farming). Peran serta masyarakat perkotaan secara luas adalah
mengembangkan komunitas pertanian perkotaan, seperti salah satu contohnya yaitu
Indonesia berkebun. Sebuah komunitas yang berkembang dengan gagasan back to
nature dan grow your own food ini telah mengembangkan jaringannya di 33 kota
dan 9 kampus.
Kelemahan dari program pertanian perkotaan adalah masih menggunakan
lahan yang tersisa. Menurut aktivis kemandirian pangan dari organisasi persatuan
indonesia berseru, konsep urban farming yang telah berkembang di perkotaan
masih sekadar tren. Adanya komunitas dan kebijakan pemerintah untuk
menggencarkan konsep pertanian perkotaan belum optimal. Dikarenakan sampai
saat ini masih ada kebutuhan pangan hortikultura yang dipasok dari daerah ke kota-
kota besar bahkan hingga melakukan impor. Gaya hidup masyarakat perkotaan
yang tidak mau sulit untuk menanam dan memanen juga menjadi kendala dari
program tersebut untuk berjalan dengan lancar.
Gagasan Baru yang Ditawarkan
Kebutuhan produk holtikultur masyarakat perkotaan yang semakin
meningkat harus diimbangi dengan suplai yang seimbang. Kebutuhan tersebut
memerlukan tempat untuk budidaya tanaman, cara-cara bercocok tanam yang
sesuai dengan gaya hidup perkotaan, dan prosedur lainnya. Pemanfaatan teknologi
juga merupakan salah satu kebutuhan penunjang untuk menciptakan ketahanan
pangan hortikultura di perkotaan. Horticulture Skyfarm merupakan konsep terpadu
4

yang mengintegrasikan sektor teknologi, Badan Ketahanan Pangan, Kementrian


Pertanian, Pengusaha, dan Masyarakat. Horticulture Skyfarm dibangun sebagai
wahana berkebun modern di atas bangunan atau gedung tinggi di perkotaan.
Program ini merupakan konsep yang dikembangkan untuk meningkatkan
ketahanan pangan di daerah perkotaan dengan menyesuaikan gaya hidup dan
infrastruktur yang tersedia di perkotaan.
Horticulture sky farm akan memiliki ukuran yang variatif bergantung pada
ukuran dan tinggi gedung host nya. Faktor lain yang memengaruhi juga keadaan di
sekitar gedung. Review oleh Al-Kodmany (2018) menyatakan bahwa secara umum
tinggi gedung di dunia terbagi menjadi 4 yaitu gedung tinggi dengan tinggi 50 m
keatas, pencakar langit dengan tinggi 150 m keatas, super tinggi dengan tinggi 300
m keatas, dan sangat tinggi dengan tinggi 600 m keatas. Berdasarkan klasifikasi
tersebut, kriteria gedung yang sesuai yaitu pencakar langit dan super tinggi karena
memiliki rentang ketinggian dengan resiko minimum terhadap pemukiman
dibawahnya, cuaca ekstrem diatasnya, maupun penerbangan sipil.
Tabel 1 Spesifikasi ukuran wahana
Tinggi Gedung Diameter Wahana Jarak Wahana ke Gedung
150 m - 300 m 30 m - 50 m 50 m - 100 m
300 m - 500 m 50 m - 80 m
5

1. Helium Cell 6. Main Water Pipe


2. Steering Jet 7. Fuel Cell
3. Hatch 8. Motherboard
4. Cultivation Disk 9. Brake Jet
5. Smart Compartment 10. Agricultural Robotics

Gambar 2 Model desain Giggarm Horticulture Skyfarm (Tampak Dalam)

Gambar 3 Model desain Giggarm Horticulture Skyfarm (tampak luar)

Fitur di dalam Giggarm Horticulture Skyfarm antara lain:


1. Helium Cell
Agar wahana ini tetap terapung, diperlukan suatu bagian yang
memiliki massa jenis lebih ringan dari udara. Oleh karena itu digunakan
konsep sel Helium yang dahulu pernah dipakai sebagai pengangkat badan
kenderaan “Zeppelin”.
2. Steering Propulsion Jet
Sebagai wahana tanpa awak, sistem navigasi dan penggerak
diperlukan untuk menempatkan wahana di posisi yang sesuai. Oleh
karenanya, wahana dilengkapi steering propulsion jet yang bertenaga
plasma. Plasma yang merupakan materi yang penuh dengan atom-atom
6

berenergi tinggi ini merupakan salah satu konsep energi masa depan
(Anonim 2019).
3. Cultivation disc
Fitur ini merupakan fitur utama dari wahana ini. Segala kegiatan
utama budidaya tanaman berbasis aerodigital farming terjadi disini.
Berbagai sensor yang disematkan pada fitur ini digunakan untuk
meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya selama proses budidaya
dan mengurangi campur tangan manusia (Madushanki, et al., 2019).
4. Smart Compartment
Fitur ini merupakan bagian dari cultivation disc. Di dalamnya terdapat
berbagai robot pertanian yang mempunyai fungsi perawatan terhadap
tanaman. Penggunaan robot pertanian pada wahana ini mendukung fungsi
tanpa awak dan mengurangi penurunan profitabilitas. (Shamsiri, et al.,
2018).
5. Main Watering System
Sumber pengairan utama pada wahana berasal dari fitur ini. Fitur ini
menggunakan konsep Smart Irrigation. Smart Irrigation System secara
otomatis memutus suplai air ketika tidak dibutuhkan dan membuka ketika
dibutuhkan berdasarkan data kelembapan media dan kadar air tanaman yang
diperoleh dari sensor (Ogidan, et al., 2019).
6. Sensor-Sensor
Sensor-sensor tersemat pada hampir seluruh bagian wahana, terutama
di cultivation disc sebagai pemantau kelembapan, suhu, kadar air, dan
kesiapan panen tanaman. Selain itu juga terdapat di wahana secara umum
untuk memantau cahaya dan suhu sehingga bisa di proses oleh
motherboard.
7. Fuel Cell
Segala peralatan yang tersemat di wahana ini menggunakan daya yang
berasal dari fuel cell ini sehingga bisa dikatakan mandiri energi. Fuel cell
yang dipakai menggunakan konsep sel fisi nukler yang tengah
dikembangkan di dunia saat ini sebagai solusi energi ramah lingkungan oleh
ITER sebagai lembaga resmi yang melakukan riset untuk energi masa depan
(Breeze, 2017).
8. Motherboard
Fitur ini merupakan otak dari wahana karena bertindak
mengendalikan wahana seutuhnya dan membuat keputusan berdasarkan
input data yang diterima dari sensor-sensor pada wahana. Segala peralatan
dan fitur respon dari wahana ini melakukan fungsinya sesuai perintah
motherboard.
9. Stasiun Panen
Fitur ini berupa suatu kawasan dilengkapi dengan fasilitas stasiun
untuk pemanenan tanaman ketika tanaman di suatu wahana telah memasuki
7

tahap panen. Stasiun ini akan terintegrasi dengan industri manufaktur, pusat
perbenlanjaan, dan pusat pengolahan produk sampingan.
Pihak-Pihak yang Terlibat
Tabel 2 Pihak-pihak yang terlibat
Pihak Instansi Fungsi
Pemerintah Provinsi Mengatur keberlanjutan
program (regulasi dan
perizinan gedung).
Dinas Tata Ruang dan Wilayah Mengatur gedung mana
saja yang sesuai dan tidak
sesuai.
Pemerintah
Dinas Perhubungan / LAPAN Membuat regulasi terkait
kebijakan aviasi dan ruang
udara.
Kementrian Pertanian Memastikan keberlanjutan
industri dan penyaluran
output.
Perguruan Tinggi Riset mengenai tumbuhan
dan sistem pemasaran.
LIPI Riset material dan rancang
Riset bangun wahana.
BATAN Riset tenaga nuklir.
BRIN Riset teknologi yang akan
disematkan pada wahana.
Swasta dan LSM AMDAL, dan sosialisasi
Industri kepada masyarakat.
Pengusaha Agribisnis Sebagai mitra penyaluran
output
Langkah-Langkah Strategis Implementasi Gagasan
Langkah strategis perlu direncanakan dengan matang agar proyek ini dapat
terealisasi dengan baik.
1. Tahap Perancangan dan Kerjasama : merancang pembangunan dengan
mengadakan agenda pertemuan berupa penyatuan pandangan, konsultasi, dan
pengerjaan proyek bersama dari perwakilan pemerintahan, perusahaan, dan
akademisi; dan
2. Tahap Eksekusi, Monitoring, dan Evaluasi: memelihara dan memantau sehari-
hari, mendeteksi kesalahan untuk mengoptimalkan pengembangan dan
perbaikan model yang kedepannya bisa diimplementasikan di daerah lainnya.
8

3. Tahap Pengembangan : meningkatkan fungsi serta kapabilitas wahana


sehingga bisa digunakan untuk jenis tanaman lain serta meningkatkan efisiensi
dan produktivitas wahana.

3. KESIMPULAN
Inti Gagasan
Konsep wahana pertanian modern Giggarm horticulture skyfarm merupakan
konsep yang dapat menjadi solusi dalam menghadapi situasi pertumbuhan
penduduk perkotaan yang semakin meningkat, konversi lahan menjadi bangunan
gedung atau permukiman, dan kebutuhan pangan hortikultura yang semakin
meningkat.
Teknik Implementasi Gagasan
Tahap-tahap dalam pengimplementasian gagasan ini adalah sebagai berikut:
1. Sinergi berbagai pihak mulai dari pemerintah, lembaga riset, pakar, LSM,
hingga pengusaha agribisnis.
2. Sosialisasi yang jelas kepada khalayak umum, terutama masyarakat di sekitar
lokasi pembangunan, serta membuka peluang kerjasama seluas-luasnya. Serta
melakuka monitoring evaluasi agar bisa dirancang pemodelan di daerah
lainnya.
Prediksi Keberhasilan Gagasan
Bentuk implementasi dari program Horticulture Skyfarm adalah pemerintah
melalui Kementrian Pertanian memberikan kebijakan untuk meningkatkan
produktivitas tanaman hortikultura di kawasan perkotaan serta mendukung
terciptanya wahana pertanian hortikultura modern. Pemerintah dapat menjalankan
fungsinya yaitu tanggung jawab untuk menjaga ketahannan pangan masyarakat
perkotaan Indonesia, sehingga masyarakat perkotaan mendapatkan jaminan
kehidupan yang aman menghadapi keterbatasan pasokan pangan hortikultura dan
memiliki cara bercocok tanam yang modern. Maka dari itu, program horticulture
skyfarm dapat menguntungkan semua pihak. Apabila gagasan ini diterapkan secara
konsisten di seluruh kota-kota di Indonesia, maka akan mewujudkan ketahanan
pangan hortikultura di perkotaan dan dapat memaksimalkan ruang-ruang yang ada
di daerah perkotaan sebagai lahan bercocok tanam.
9

4. DAFTAR PUSTAKA
Al-Kodmany, K., 2018. The Sustainability of Tall Building Developments:
Buildings, 8(7).
Anonim. 2019. What is plasma. URL: https://www.plasmatreat.com/plasma-
technology/what-is-plasma.html. Diakses tanggal 2 November 2019.
Azadi, HHP dan Hasfiati, L. 2010. Agricultural land conversion drivers: A
comparison between less developed, developing and developed countries.
Land Degradation and Development. 22(6): 596-604.
Badan Pusat Statistik. 2018. Statistik Indonesia. Jakarta: BPS RI.
Badan Pusat Statistik. 2018. Statistik Tanaman Sayuran dan Buah-Buahan
Semusim. Jakarta: BPS RI.
Breeze, P. 2017. Nuclear Power. 1st ed. London: Academic Press.
Lambin, E.F. dan Meyfroidt, P. 2011. Global land use change, economic
globalization, and the looming land scarcity. Washington DC: National
Academy of Sciences.
Food and Agriculture Organization. 2019. FAO in Indonesia. URL:
http://www.fao.org/indonesia/news/detail-events/ru/c/1110775/. Diakses
pada 24 November 2019.
Madushanki, A., Halgamuge, M., Wirasagoda, H., dan Syed, A. 2019. Adoption of
the Internet of Things (IoT) in Agriculture and Smart Farming towards Urban
Greening: A Review. International Journal of Advanced Computer Science
and Applications. 10(4): 11-28.
Mulyani, A. dan Agus, F. 2017. Kebutuhan dan ketersediaan lahan untuk
mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai lumbung pangan dunia tahun 2045.
Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian. 15(1).
Ogidan, O., Adegboro, O.G. dan Onile, A. 2019. Smart Irrigation System: A Water
Management Procedure. Agricultural Sciences. 10(1): 25-31.
Shamsiri, R., Weltzie, C., Hameed, A.I., dan Yule, I.J. 2018. Research and
development in agricultural robotics: A perspective of digital farming.
International Journal of Agricultural and Biological Engineering. 11(4).
Trubus. 2017. Urban Farming. URL: https://www.trubus-online.co.id/urban-
farming-bertanam-di-perkotaan/. Diakses pada 1 November 2019.
10

LAMPIRAN

Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota dan dosen pendamping


11
12
13

Lampiran 2. Biodata Dosen Pendamping


14
15
16

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas

No Nama/NIM Program Bidang Alokasi Uraian Tugas


Studi Ilmu Waktu (jam
/minggu)
1 Zahra Azhar Shafira P. Manajemen Manajemen 4 jam/ Koordinasi anggota:
H / H24180102 minggu - Monitoring
- Administrasi
- Penyusunan gagasan
2 Apriyani Supriatna / Mateorologi Geofisika 4 jam/ - Penyusunan gagasan
G24180010 Terapan dan minggu - Pencarian sumber
Meteorologi literatur
3 Muhammad Fahrury Ilmu Ilmu 4 jam/ - Desain poster
Romdendine/G64180069 Komputer Komputer minggu - Editor
- Perancang prototype
17

Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana

Anda mungkin juga menyukai