Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PENGANTAR ILMU PERTANIAN


PENGEMBANGAN AGRIBISNIS & AGROINDUSTRI DALAM
PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT

Disusun oleh :
KELOMPOK 7
Muazim Fajar Hakim (2110005301049)
Gusti Aditiya (2110005301068)
Irfan Ardiansyah (2110005301025)
Elnidar Gowasa (2110005301035)

Dosen Pembimbing :
Afri Rona Diyanti SP. MP

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TAMANSISWA PADANG
2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami hadiahkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat
dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul.
“PENGEMBANGAN AGRIBISNIS & AGROINDUSTRI DALAM PENINGKATAN
PENDAPATAN MASYARAKAT”
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu dosen Afri Rona
Diyanti SP.MP selaku dosen mata kuliah Pengantar Ilmu Pertanian. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kelompok 7 yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah.
Penulis menyadari ada banyak kekurangan pada penulisan Makalah ini. Oleh
sebab itu, kami mintak saran dan kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan
makalah kami. Kami juga berharap semoga Makalah ini mampu memberikan
pengetahuan tentang “PENGEMBANGAN AGRIBISNIS & AGROINDUSTRI
DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT”.

Padang, 19 OKTOBER 2021


Penyusun

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kebijakan Pengembangan Agribisnis dan Agroindustri................................2
2.2 Pengalaman dan Pengembangan Agribisnis dan Agroindustri .....................3
2.3 Tantangan dan Peluang ..................................................................................3
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan industri di Indonesia dimulai sejak masuknya penanaman
modal dari luar negeri. Kebijakan ini terutama untuk mendorong terciptanya
struktur perekonomian yang seimbang, sehingga diharapkan terjadi
transformasi sector perekonomian,dari dominasi pertanian kedominasi sektor
industri, termasuk agroindustri di dalamnya.
Agroindustri merupakan industri yang pada umumnya mengandalkan
sumberdaya alam lokal yang mudah rusak tergantung kondisi alam, bersifat
musiman,serta teknologi dan manajemennya akomodatif terhadap
heterogenitas sumberdaya manusia (dari tingkat sederhana sampai teknologi
maju) dengan kandungan bahan baku lokal yang tinggi.
Agroindustri memiliki peranan strategis dalam upaya pemenuhan bahan
kebutuhan pokok, perluasan kesempatan kerja dan berusaha, pemberdayaan
produksi dalam negeri, perolehan devisa, pengembangan sektor ekonomi
lainnya, serta perbaikan perekonomian masyarakat di perdesaan.
Agroindustri sebagai penarik pembangunan sektor pertanian diharapkan
mampu berperan dalam menciptakan pasar bagi hasil-hasil pertanian melalui
berbagai produk olahannya. Agar agroindustri dapat berperan sebagai
penggerak utama. Agroindustri mempunyai kaitan input-output yang besar
dengan industri lainnya,

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana upaya Pengembangan Agribisnis dan Industri di Indonesia?
2. Apa tantangan dan peluang Agribisnis dan Industri?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan Agribisnis dan Industri di Indonesia
2. Untuk mengetahui tantangan dan peluang Agribisnis dan industri

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kebijakan Pengembangan Agribisnis dan Agroindustri


Di banyak negara Asia perhatian terhadap pengentasan atau pengurangan
kemiskinan di pedesaan diwujudkan dalam bentuk kebijakan komprehensif,
diantaranya berupa industrialisasi pedesaan. Tetapi upaya tersebut tidak
seluruhnya berhasil, karena kegiatannya tidak reintegrasi dengan
pembangunan pedesaan secara keseluruhan (Srivasta, 1990 dalam PAI, 1996)
Pertanian adalah aktivitas ekonomi utama di pedesaan. Sebab itu bentuk dari
industrialisasi pedesaan adalah adanya keterkaitan substansial produksi
komoditas pertanian dengan industri (agroindustri) :
a. Jika industri sarana produksi pertanian (industri pra-panen) mampu
Menyediakan inputs (saprotan) yang diperlukan dalam
memproduksiseperti pupuk, benih/bibit/bantalan (pedeh), pestisida, dan
sebagainya.,maka backward linkages berfungsi,
b. Bila hasil pertanian, sebagai bahan baku agroindustri mampu memenuhi
kebutuhan industri, forward linkages berfungsi.
Keterkaitan antara pertanian dan industri sering diabaikan karena fokus
perhatian lebih besar kepada industri atau kepada usaha tani menyebabkan
kegagalan dari pembangunan ekonomi pedesaan; beberapa contoh kegagalan
demikian ditemukan pada pembahasan berikutnya.
Pokok bahasan mencakupagribisnis dan agroindustri. PAI (1996)
mendefinisikan agribisnis adalah keseluruhan sistemdari semua komponen
kegiatan termasuk manufaktur dan distribusi farm-supply (saprotan), kegiatan
produksi (budi daya komoditas pertanian), penyimpanan, pengolahan hasil dan
distribusi produk olahannya, dan segala aspek yang terkait.

2
2.2 Pengalaman Pengembangan Agribisnis dan Agroindustri di Beberapa
Negara
Keberhasilan atau kegagalan pengembangan agribisnis dan agroindustri
di beberapa negara Asia (Bang Lades,Malasiya,Indonesia,Taiwan,Korea
selatan,Pakistan) adalah contoh untuk tidak meniru pendekatan yang membuat
gagal, atau meniru pendekatan yang membuat berhasil.

2.3 Tantangan Dan Peluang


1. Tantangan
a) Sinergi antara klaster agribisnis
PAI (1996) mengemukakan unsur-unsur pendukung agribisnis
dari rumusan agribisnis oleh Srivastava (1990). Unsur-unsur tersebut
dirinci menjadi klaster- klaster agribisnis yang saling terkait seperti
ditunjukkan dalam Agribisnis berawal dan berakhir dalam bentuk
agroindustri yaitu agroindustry pra panen dan pasca panen.
Simatupang (1989) menyebut keterkaitan dengan agroindustri pra
panen sebagai backward linkages, dan yang dengan agroindustri pasca
panen sebagai forward linkages. Baik backward maupun forward
linkages masih sangat lemah. Sebagai contoh industri olahan kedelai
harus mengimpor kedelai, karena produksi kedelai domestik tidak
mencukupi. Sementara, upaya intensifikasi dan ekstensifikasi kedelai
terhambat oleh ketersediaan benih kedelai yang dihasilkan oleh
industri benih kedelai. Pertanaman jagung hibrida domestik terbatas
luasnya, karena benih jagung hibrida domestik tidak tersedia di sentra-
sentra produksi jagung.
b) Pertanian vs Agroindustri
Syarat utama agar upaya transformasi sistem dan usaha
agribisnis ke sistem dan usaha agribisnis maju (moderen), sistem
pertaniannya sendiri harus tangguh dan moderen (Baharsjah, 1996).
Pada tahun 1981, Badan Litbang Pertanian menyelenggarakan diskusi
di Balai Penelitian Tanaman Pangan (Balittan) Sukamandi untuk
merumuskan “sistem pertanian yang tangguh”. Rumusan itu diperoleh

3
dari perbandingan ciri pertanian dan agroindustri Berdasarkan
perbedaan ciri pertanian dan agroindustri itu dirumuskan:
1. Dalam pengembangan agroindustri, bukan industri yang
menyesuaikan diri dengan pertanian, tetapi pertanian yang
menyesuaikan diri dengan industri
2. Sistem pertanian yang tangguh adalah sistem pertanian yang
mampu menyediakan bahan baku agroindustri secara
berkesinambungan dengan kualitas yang memenuhi standar
industry.
c) Karakteristik petani pelaku agribisnis
Di pedesaan dapat dijumpai berbagai tingkat kemajuan petani
dan profil agribisnisnya. Tingkat kemajuan Kelompok Tani (Poktan)
adalah cerminan dari tingkat kemajuan petani yang bergabung di
dalamnya. Tingkat kemajuan petani berdasarkan klasifikasi dari Badan
Penyuluhan dan Pengambangan Sumber Daya Manusia Pertanian
(Suprapto, 2009), dan profil agribisnis berdasarkan tingkat kemajuan
Poktan menurut Bank. Pembangunan Asia (Meyer and Nagarajan,
2000) disintesis dalam Pembinaan petani dalam Poktan tidak dapat
digeralisasi. Untuk mempersempit kesenjangan dalam aspek ekonomi,
pendapatan dan kesejahteraan, prioritas pembinaan diberikan kepada
petani / Poktan pemula, diikuti oleh Poktan Madya.
2. Peluang
Dari sejak agribisnis diagendakan telah banyak proyek/program yang
bernuansa peningkatan dan kesejahteraan masyarakat petani. Distorsi yang
disebabkan oleh krisis moneter diikuti oleh krisis ekonomi dan krisis
politik, pada tahun-tahun awal era reformasi, menihilkan keberhasilan
usaha pembinaan dan pengembangan agribisnis. Bahkan, menihilkan
keberhasilan program intensifikasi padi sehingga Indonesia harus
mengimpor beras sebanyak 5,9 juta ton pada 1998/99. LOI (Letter of
Intens) yang disepakati dengan IMF makin membuka peluang pasar bebas
yang mematikan usaha agribisnis domestik; sebagai contoh adalah kedelai
dan jagung. Jajaran Kementerian Pertanian berupaya untuk menggali

4
peluang potensi agribisnis komoditas pertanian pangan, hortikultura,
perkebunan dan peternakan di pedesaan dengan menerapkan pendekatan
yang komprehensif dan melibatkan institusi yang terkait.

5
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
a) Kebijakan Pengembangan Agribisnis dan Agroindustri
Di banyak negara Asia perhatian terhadap pengentasan atau
pengurangan kemiskinan di pedesaan diwujudkan dalam bentuk
kebijakan komprehensif, diantaranya berupa industrialisasi pedesaan.
Tetapi upaya tersebut tidak seluruhnya berhasil, karena kegiatannya
tidak reintegrasi dengan pembangunan pedesaan secara keseluruhan
(Srivasta, 1990 dalam PAI, 1996) Pertanian adalah aktivitas ekonomi
utama di pedesaan.
b) Pengalaman Pengembangan Agribisnis dan Agroindustri di
Beberapa Negara
Keberhasilan atau kegagalan pengembangan agribisnis dan
agroindustri di beberapa negara Asia adalah contoh untuk tidak meniru
pendekatan yang membuat gagal, atau meniru pendekatan yang
membuat berhasil.
c) Tantangan Dan Peluang
1. Tantangan
a) Sinergi antara klaster agribisnis
b) Pertanian vs Agroindustri
c) Karakteristik petani pelaku agribisnis
2. Peluang
Dari sejak agribisnis diagendakan telah banyak
proyek/program yang bernuansa peningkatan dan kesejahteraan
masyarakat petani.

6
DAFTAR PUSTAKA

Poniman, E. Yulianingsih dan Suryanto. 2015 : Sumbangan Pemikiaran : Program


Intensifikasi & Ekstensifikasi Kedelai. Balingtan, P.T. Kanisius, 75 hal.
Reeves, T.G. 1998. Sustainable Intensification of Agriculture. CIMMYT, Mexico.
DT.
Sadjad, S. 2001. Agribisnis yang Membumi : Kisah Sukses Bob Sadino IPB Press.
Simatupang, P. 1996. Agroindustri dan Mekanisme Pertanian Penunjang
Diversifikasi Tanaman Pangan. Agro Ekonomi.
Simatupang, P. 1989. Pengembangan Agroindustri Pedesaan Agro Ekonomi.
Subandi, A. Harsono dan H. Kustiyastuti. 2007. Areal Pertanaman dan Sistem
Produksi Kedelai di Indonesia. Dalam Kedelai: Teknik Produksi dan
MPengembangan. Puslitbangtan, Badan Litbang Pertanian, hal. 104 –129.

Anda mungkin juga menyukai