Anda di halaman 1dari 24

KARYA ILMIAH

PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DARI HULU

SAMPAI HILIR YANG BERDAYA SAING

DISUSUN OLEH:

NAMA : ARYAN KRISTIAN NOMLENI

NIM : 2004060036

KELAS : AGROTEK 1

MATA KULIAH: PENGANTAR EKONOMI PERTANIAN

TUGAS :1

UNIVERSITAS NUSA CENDANA


KATA PENGANTAR

Puji syukur pada Allah yang telah memberikan saya kemudahan untuk dapat menyelesaikan
karya ilmiah berjudul “pengembangan agribisnis dari hulu sampai hilir” ini sesuai dengan
waktu yang ditentukan. Tanpa adanya berkat dan rahmat Allah tidak mungkin rasanya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Tujuan dari penyusunan karya ilmiah ini adalah untuk pemenuhan tugas Mata Kuliah
pengantar ekonomi pertanian yang diempu oleh Bapa dosen pengantar ekonomi pertanian,
saya mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan saran beliau, sehingga saya dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini.

Dalam karya ilmiah ini kami memaparkan bagaimana pentingnya pengembangan agribisnsi
di Indonesia berperan serta untuk membangun bangsa Indonesia menjadi lebih maju baik dari
segi ekonomi dan pertanian. Sebuah anugerah luar biasa bagi bangsa dengan penuh kekayaan
sumber daya alam (SDA), maka dari itu dengan unsur SDA yang kita miliki ini mari kita
berjuang bersama melalui pengembangan agribisnis dari hulu sampai hilir untuk menjadikan
bangsa Indonesia menjadi lebih baik kedepannya.

saya dengan penuh kesadaran, menyadari bahwa karya tulis ini masih sangat jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu kritik dan saran sebagai masukan bagi saya kedepan dalam
pembuatan karya ilmiah sangatlah berarti. Akhir kata saya mohon maaf bila ada kata-kata
dalam penyampaian yang kurang berkenan. Sekian dan terima kasih.

kupang, 19 September 2020

penyusun
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 latar belakang


1.2 perumusan masalah
1.3 tujuan penulisan karya ilmiah
1.3.1 tujuan
1.3.2 manfaat

BAB II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 landasan teori

2.1.1 sistem agribisnis

2.1.1.1 subsistem produksi

2.1.1.2 subsistem pengelolaan

2.1.1.3 suubsitem pemasaran

BAB III PEMBAHASAN

3.1 pengembangan budidaya pertanian


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Agribisnis merupakan serangkaian kegiatan yang terkait dengan


upaya peningkatan nilai tambah kekayaan sumber daya alam hayati,
yang dulu lebih berorientasi kepada bentuk pertanian primer atau usaha
tani dengan fokus produksi, namun sekarang telah mengalami perubahan
paradigma ke suatu sektor ekonomi moderen dan besar. Agribisnis terdiri
dari lima subsistem yang merupakan suatu kesatuan mata rantai yang
saling bekerja sama dan mendukung serta saling mempengaruhi satu
sama lain. Kelima subsistem tersebut adalah subsistem pengadaan
sarana produksi pertanian (subsistem I), subsistem budidaya atau
produksi usaha tani (subsistem II), subsistem pengolahan dan industri
hasil pertanian (subsistem Ill), subsistem hasil pemasaran hasil pertanian
dan pengolahannya (subsistem IV) dan subsistem kelembagaan
penunjang kegiatan agribisnis (subsistem V).
Krisis rnoneter yang melanda Indonesia pada tahun 1997 telah
memperburuk kondisi perekonomian negara ini. Hampir semua sektor
bisnis pada sendi-sendi perekonomian Indonesia mengalami kemunduran
bahkan kelumpuhan. Hanya sedikit sekali sektor bisnis yang mampu
bangkit kembali dan bertahan melalui krisis moneter tersebut. Salah
satunya adalah sektor agribisnis, yang termasuk didalamnya subsektor
pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Bahkan
beberapa subsektor agribisnis tersebut, seperti perikanan dan kehutanan
bukan saja mampu bertahan namun juga mampu memberikan
sumbangan yang cukup besar terhadap pendapatan devisa negara
Indonesia.
Data statistik Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 1999
menurut lapangan usaha atas dasar harga yang berlaku menunjukkan
bahwa sub sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan
perikanan secara kolektif mengalami peningkatan dari tahun-tahun
sebelumnya, terutama bila dibandingkan dengan sektor usaha lain pada
perekonomian lndonesia. Sektor-sektor lain seperti pertambangan dan
penggalian serta industri pengolahan mengalami penurunan PDB
terutama pada tahun 1998 akibat terimbas krisis moneter. Secara rinci
presentase PDB berbagai sektor usaha dari tahun 1997.
PDB lapangan usaha subsektor pertanian, peternakan, kehutanan,
perkebunan dan perikanan dari tahun 1997 sampai tahun 1999 atas dasar
harga yang berlaku.
Persentase Produk Domestik Bruto menurut lapangan usaha atas dasar harga yang
berlaku tahun 1997-1999. Lapangan Usaha Pertanian, perkebunan, kehutanan,
peternakan dan perikanan Pertambangan dan penggalian lndustri pengolahan
dan Perdagangan. Hotel dan Restoran --. Lainnya 1 32;41 % ( 27,06% 1 28;40 %
Total 1997 16,09 % 8,85 % 26,79 % 15.85 % 100 % 1100% 1100% Sumber :
Statistik Indonesia, 1999. 1998 18,06 % 13,73 % 24,48 % 16.67 % 1999 19,41 % 9,90
% 25,78 % 16.51 %
Produk Domestik Bruto atas dasar harga berlaku untuk lapangan usaha tanaman
bahan makanan, perkebunan, dan kehutanan
Salah satu subsektor agribisnis yang mengalami peningkatan
pendapatan yang cukup baik adalah subsektor perikanan. Salah satu
peternakan dan perikanan tahun 1997-1999 (Milyar Rupiah).
komoditas perikanan yang memberikan sumbangan yang besar terhadap
perolehan devisa lndonesia adalah komoditas udang. Walaupun sempat
Lapangan Usaha Tanaman bahan makanan, Tanaman perkebunan, Peternakan,hasil-
hasil Kehutanan, dan Perikanan Total
1.2 Perumusan masalah
Dari hasil data di atas dapat menyimpulkan rumusan masalah sebagai berikut :
 Di indonesia sektor agribisnis sudah meningkat drastis dari tahun ke tahun
namun diindonesia belum memiliki alat teknologi yang lebih memadai
sehingga memperlambat proses pekerjaan dalam mengembangankan agribisnis
 Dari data diatas di indonesia sangat berkembang terutama pada sektor
agribisnis namun masih memiliki kendala terutama di sektor pertanian yang
dimana setiap para petani belum memiliki bekal atau pengalaman untuk
merintis sebuah usaha
budidaya tani

1.3 Tujuan penulisan karya ilmiah:


1.3.1 tujuan
Ada beberapa poin tujuan dari penulisan karya ilmiah ini yaitu :
 Agar indonesia dapat mengembangkan kemajuan pengembangan agribisnis di
indonesia terutama di sektor pertanian
 Membantu para petani agar dapat memahami konsep-konsep pertanian dan
tata cara dalam merintis sebuah usaha budidaya tani
1.3.2 Manfaat
Manfaat dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui pengembangan
agribisnis dan peran agribisnis terutama dalam sektor pertanian dalam membina para
petani agar memahami tata cara dalam melakukan budidaya pertanian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 landasan teori
agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau
keseluruhan dari mata rantai produksi (usahatani), pengolahan hasil dan pemasaran
yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Downey dan Erickson
(1987) mengartikan agribisnis sebagai kegiatan yang berhubungan dengan
penanganan komoditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau
keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi
(agroindustri), pemasaran masukan-keluaran pertanian dan lembaga untuk penunjang
kegiatan. Dari beberapa penjelasan di atas, bisa ditarik kesimpulan bahwa agribisnis
merupakan sat kesatuan usaha di bidang pertanian yang terdiri dari beberapa
subsistem, yaitu subsistem hulu (pengadaan input produksi), budidaya/usahatani, hilir
(agroindustri), pemasaran, dan berbagai lembaga penunjang kegiatan.

Salah satu subsitem yang berperan penting dalam sistem agribisnis adalah subsistem
usahatani. Adiwilaga (1992) mengartikan subsistem usahatani sebagai kegiatan usaha
manusia untuk mengusahakan tanahnya dengan maksud untuk memperoleh hasil
tanaman atau hewan tanpa mengakibatkan berkurangnya kemampuan tanah yang
bersangkutan untuk memperoleh hasil selanjutnya. Sedangkan Saragih (1998)
mendefinisikan subsitem usaha tani merupakan kegiatan mengelola input-input
(lahan, tenaga kerja, modal, teknologi dan manajemen) untuk menghasilkan produk
pertanian berupa bahan pangan, hasil perkebunan, buah-buahan, bunga, tanaman
tanaman hias, hasil ternak, hewan dan ikan.

Dalam konsep usahatani mengenal istilah tri tunggal usahatani. Tri Tunggal Usahatani
adalah suatu konsep yang di dalamnya terdapat tiga fondasi atau modal dasar dari
kegiatan usahatani. Tiga modal dasar tersebut adalah petani, lahan dan komoditas.
Dari pengertian tersebut, petani memiliki suatu kedudukan yang memegang alih
dalam menggerakkan kegiatan usahatani. Kemudian lahan diperlukan sebagai tempat
untuk
menjalankan usahatani. Sedangkan komoditas yang dibudidayakan dalam usahatani
bisa berupa tanaman, ikan ataupun ternak. Ketiga fondasi utama dalam sahatani ini
harus mampu berjalan dengan baik dan beriringan agar didapatkan hasil usahatani
yang memuaskan.
2.1.1 sistem agribisnis
Agribisnis sebagai suatu sistem adalah agribisnis merupakan seperangkat unsur yang
secarateratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Disini dapat
diartikan bahwa agribisnis terdiri dari berbagai sub sistem yang tergabung dalam
rangkaian interaksi dan interpedensi secara reguler, serta terorganisir sebagai suatu
totalitas.

2.1.2 pengertian subsistem produksi


Sistem produksi merupakan suatu rangkaian dari beberapa elemen yang saling
berhubungan dan saling menunjang satu sama lain untuk mencapai tujuan yang
diharapkan oleh perusahaan.
Merupakan sistem integral yang terdiri dari komponen struktural dan komponen
fungsional perusahaan. Komponen struktural terdiri dari bahan, alat-alat, mesin,
tenaga kerja, informasi, dan lain sebagainya. Sedangkan komponen fungsional
meliputi perencanaan, pengendalian, pengawasan, dan hal kegiatan lain yang
berhubungan dengan manajemen perusahaan.
Sistem produksi terdiri dari berbagai subsistem yang saling berinteraksi seperti
Perencanaan dan pengendalian produksi, pengendalian kualitas, perawatan fasilitas
produksi, penentuan standar operasi, penentuan fasilitas produksi, dan penentuan
harga pokok produksi.

2.1.2.1 Macam-Macam Sistem Produksi


Sistem produksi ada banyak macam dan dibedakan berdasarkan proses, tujuan, atau
kategori lainnya. Berikut ini akan membahas mengenai macam-macam sistem
produksi yang sering digunakan yaitu berdasarkan proses menghasilkan output dan
tujuan operasinya.

1. Berdasarkan Proses Menghasilkan Output


Berdasarkan proses menghasilkan output, sistem produksi terbagi menjadi dua
macam,
yaitu continuous process dan intermittent process.
Continuous process merupakan jenis yang biasanya dikenal dengan proses produksi
kontinu. Dalam hal ini, alat-alat yang digunakan untuk produksi barang disusun dan
diatur dengan memperhatikan urutan kegiatan dalam menghasilkan produk. Arus
bahan dalam proses produksi juga sudah distandarisasi sebelumnya. Continuous
process akan memudahkan perusahaan yang memiliki produk dengan demand yang
tinggi sehingga produknya akan lebih mudah dipasarkan.
Sedangkan Intermittent process merupakan sistem produksi yang terputus-putus dan
berupa kegiatan produksi yang dilakukan tidak berdasarkan standar namun
berdasarkan produk yang dikerjakan. Maka dari itu, peralatan produksi disusun dan
diatur secara fleksibel. Intermittent proses sangat cocok digunakan bagi perusahaan
dengan produk yang digunakan pada musim-musim tertentu seperti perusahaan
produksi jaket musim dingin.
custom-form-newsletter

2. Berdasarkan Tujuan Operasinya


Jika ditinjau dari tujuan operasinya, sistem produksi dibedakan menjadi empat
macam, yaitu :
a. Engineering to Order (ETO), dibuat jika pemesan meminta produsen membuat
produk mulai dari proses perancangan.
b. Assembly to Order (ATO), adalah ketika produsen membuat desain standar dan
modul operasional standar, maka produk dirakit sesuai dengan modul dan permintaan
konsumen. Contoh perusahaan yang menerapkan sistem ATO adalah pabrik mobil.
c. Make to Order (MTO), adalah ketika produsen akan menyelesaikan pekerjaan akhir
suatu produk setelah menerima pesanan untuk item (produk) tersebut.
d. Make to Stock (MTS), adalah ketika produksi barang akan diselesaikan sebelum
ada pesanan dari konsumen.
Setelah mengetahui pengertian dan macam-macam sistem produksi, Anda bisa
memutuskan kegiatan dan proses produksi yang sesuai dengan perusahaan Anda.
Pada dasarnya, perusahaan yang bergerak di bidang produksi akan melakukan riset
pasar terlebih dahulu untuk mengetahui banyaknya permintaan dan kebutuhan dari
pasar. Dengan demikian, perusahaan akan lebih mudah untuk menentukan banyaknya
barang yang harus diproduksi dan sistem produksi yang harus digunakan.
Anda juga membutuhkan proses akuntansi yang dimulai dari pencatatan sampai
dengan pelaporan keuangan. Maka dari itu, perusahaan Anda harus memiliki software
akuntansi agar semua pengelolaan keuangan menjadi sangat mudah. Harmony
merupakan software akuntansi online yang dapat membantu Anda mengelola
keuangan bisnis.
2.1.2.2 pengertian subsistem pengelolaan
Sub sistem ini mencakup kegiatan pembinaan dan pengembangan usahatani dalam
rangka meningkatkan produksi primer pertanian. Termasuk kedalam kegiatan ini
adalah perencanaan pemilihan lokasi, komoditas, teknologi, dan pola usahatani dalam
rangka meningkatkan produksi primer. Disini ditekankan pada usahatani yang intensif
dan
sustainable (lestari), artinya meningkatkan produktivitas lahan semaksimal mungkin
dengan cara intensifikasi tanpa meninggalkan kaidah-kaidah pelestarian sumber daya
alam yaitu tanah dan air. Disamping itu juga ditekankan usahatani yang berbentuk
komersial bukan usahatani yang subsistem, artinya produksi primer yang akan
dihasilkan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam artian ekonomi terbuka
Lingkup kegiatan ini tidak hanya aktivitas pengolahan sederhana di tingkat petani,
tetapi menyangkut keseluruhan kegiatan mulai dari penanganan pasca panen produk
pertanian sampai pada tingkat pengolahan lanjutan dengan maksud untuk menambah
value added (nilai tambah) dari produksi primer tersebut. Dengan demikian proses
pengupasan, pembersihan, pengekstraksian, penggilingan, pembekuan, pengeringan,
dan peningkatan mutu.
2.1.2.3 subsistem pemasaran
subsistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil usahatani dan agroindustri baik
untuk pasar domestik maupun ekspor. Kegiatan utama subsistem ini adalah
pemantauan dan pengembangan informasi pasar dan market intelligence pada pasar
domestik dan pasar luar negeri.
ub sistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil usahatani dan agroindustri baik
untuk pasar domestik maupun ekspor. Kegiatan utama subsistem ini adalah
pemantauan dan pengembangan informasi pasar dan market intelligence pada pasar
domestik dan pasar luar negeri.
Sistem pemasaran adalah kumpulan lembaga-lembaga yang melakukan tugas
pemasaran barang, jasa, ide, orang, dan faktor-faktor lingkungan yang saling
memberikan pengaruh dan membentuk serta mempengaruhi hubungan perusahaan
dengan pasarnya. Sistem pemasaran agribisnis merupakan suatu kesatuan urutan
lembaga-lembaga pemasaran yang melakukan fungsi-fungsi pemasaran untuk
memperlancar aliran produk pertanian dari produsen awal ke tangan konsumen akhir
dan sebaliknya memperlancar aliran uang, nilai produk yang tercipta oleh kegiatan
produktif yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran, dari tangan konsumen
akhir ke tangan produsen awal dalam suatu sistem komoditas.
Sistem pemasaran agribisnis tersebut mencakup kegiatan produktif yang dilakukan
oleh lembaga-lembaga yang ada dalam sistem komoditas tersebut, baik secara vertikal
berdasarkan urutan penambahan kegunaan maupun secara horizontal berdasarkan
tingkatan kegiatan produktif yang sama. Tingkat produktivitas sistem pemasaran
ditentukan oleh tingkat efisiensi dan efektivitas seluruh kegiatan fungsional sistem
pemasaran tersebut, yang selanjutnya menentukan kinerja operasi dan proses sistem.
Efisiensi sistem pemasaran dapat dilihat dari terselenggaranya integrasi vertikal dan
integrasi horizontal yang kuat, terjadi pembagian yang adil dari rasio nilai tambah
yang tercipta dengan biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produktif masing-masing
pelaku.

A. Aspek Pemasaran Agribisnis


Pengertian pemasaran jauh lebih luas dari pasar. Di dalam pemasaran tercakup semua
kegiatan yang berkaitan dengan usaha memasarkan produk, termasuk juga jalur
pemasaran/tata niaganya. Untuk lebih jelasnya akan dibahas mengenai pasar, jalur
pemasaran/ tata niaga, dan kegiatan pemasaran.
1. Pasar
Pasar dapat diartikan sebagai suatu organisasi tempat para penjual dan pembeli dapat
dengan mudah saling berhubungan. Bagi pengusaha agribisnis pertanian, pasar
merupakan tempat melempar hasil produksinya. Dikenal ada beberapa macam pasar
(saluran distribusi) dalam agribisnis pertanian, antara lain pasar langsung atau saluran
distribusi langsung, saluran distribusi tidak langsung, dan eksportir.
Saluran distribusi langsung yaitu saluran distribusi yang langsung mengarah pada
konsumen, seperti hotel, restauran, rumah sakit dan rumah tangga. Saluran distribusi
langsung ini biasanya dilakukan oleh pengusaha agribisnis pertanian dalam skala kecil
atau pengusaha agribisnis pertanian yang sudah besar tetapi secara khusus
mengadakan kerjasama dengan pihak konsumen dengan kriteria dan kualitas hasil
peroduksi yang sudah disepakati. Dalam hal ini misalnya seorang pengusaha
agribisnis pertanian mengadakan kerjasama dengan pihak industri pengolahan yang
berbasis pertanian.
Saluran distribusi tidak langsung, seperti pasar pasar tradisional, swalayan, pedagang
pengecer dan koperasi. Mata rantai atau tata niaga perdagangan dalam saluran
distribusi ini sangat beragam. Ada kalanya seorang pelaku agribisnis pertanian yang
langsung membawa hasil produksinya ke pasar, tetapi tidak sedikit pula yang karena
keterbatasan sarana transportasi, arus informasi, dan komunikasi, hasil produksi
agribisnis pertanian harus dikumpulkan oleh pedagang pengumpul.
Saluran distribusi yang terakhir adalah eksportir. Dari eksportir inilah nantinya
konsumen luar negeri dapat dijangkau. Untuk melakukan ekspor hasil produksi
agribisnis pertanian, biasanya ditetapkan standar mutu yang dikeluarkan oleh negara
tujuan terhadap kualitas produk agribisnis pertanian. Dalam melakukan ekspor perlu
memperhatikan keadaan dan kebutuhan pasar negara yang akan dituju.

2. Jalur Pemasaran Atau Tataniaga Produk Agribisnis Pertanian


Sebelum sampai ke tangan konsumen, produk usaha agribisnis pertanian ini hampir
selalu melalui perantara. Jalan yang dilalui oleh produk agribisnis pertanian tersebut,
dengan atau tanpa melalui perantara hingga sampai kepada konsumen dikenal dengan
istilah jalur pemasaran atau jalur tata niaga.
Pada umumnya jalur tata niaga ada dua macam yaitu jalur langsung sederhana dan
jalur dengan perantara.
a. Jalur tata niaga agribisnis pertanian secara langsung
Di sini produsen langsung berhadapan dengan konsumen. Harga yang dibayar
konsumen sama besamya dengan yang diterima produsen. Dengan demikian, dari segi
harga, produsen akan mendapatkan harga yang wajar. Di lain pihak konsumen juga
merasa untung karena mendapat produk yang lebih segar. Meskipun demikian, jalur
tata niaga ini mempunyai beberapa kelemahan seperti lingkup atau kapasitas pasar
atau konsumen yang tidak begitu luas, produsen tidak tertarik untuk meningkatkan
pendapatan dengan mengolah produk menjadi bentuk lain dan dengan harga yang
lebih baik, serta produsen tidak dapat meluaskan jaringan pemasaran karena dengan
meluaskan jaringan pemasaran, berarti terlepas dari profesinya sebagai petani atau
produsen.
b. Jalur tata niaga agribisnis pertanian dengan perantara
Jalur tata niaga ini melibatkan pedagang perantara sehingga produsen tidak dapat
langsung berhubungan dengan konsumen. Yang dimaksud dengan pedagang perantara
yaitu pedagang yang memiliki dan menguasai barang serta menyalurkan dengan
tujuan mendapat keuntungan.
Macam pedagang perantara yang biasa dijumpai dalam usaha agribisnis pertanian
adalah pedagang eceran, pedagang besar, dan pedagang pengumpul. Pedagang eceran
merupakan perantara yang menjual barang dagangannya langsung kepada konsumen
akhir. Sementar pedagang besar adalah pedagang yang menerima produk agribisnis
pertanian dari petani atau pedagang pengumpul dan menyalurkan kepada pedagang
kecil atau eceran. Sedangkan pedagang pengumpul merupakan pedagang yang
mengumpulkan sejumlah kecil produk dan beberapa produsen dan menjualnya dalam
jumlah besar pada langganannya. Pendek kata, semua pedagang yang berfungsi
sebagai penyalur dan produsen ke konsumen adalah pedagang perantara.
Banyaknya pedagang perantara membuat mata rantai tata niaga menjadi semakin
panjang. Akibatnya tingkat harga yang diterima petani relatif sangat rendah dibanding
dengan harga yang harus dibayar oleh konsumen. Untuk mengatasi hal ini, perlu
adanya upaya memperpendek jalur tata niaga, disamping upaya peningkatan efisiensi
peranan lembaga tata niaga serta perbaikan sarana transportasi.

3. Kegiatan Pemasaran Produk Agribisnis Pertanian


Dalam usaha agribisnis pertanian kegiatan pemasaran berperan sebagai pembuka jalan
bagi produk untuk sampai ke pasar. Bila kegiatan ini sampai terhambat, produk akan
tersendat-sendat memasuki pasar. Padahal, produk dari usaha agribisnis pertanian
mempunyai sifat yang mudah sekali rusak atau tidak tahan lama.
Berkaitan dengan kegiatan pemasaran, yang perlu dilakukan oleh pengusaha
agribisnis pertanian adalah memahami tentang studi pemasaran, memperkirakan
jumlah produksi, mempersiapkan produk, menentukan harga jual, menentukan
distribusi, dan menentukan kebijakkan promosi.
a. Studi Pemasaran Agribisnis Pertanian
Studi pemasaran ini mencakup aspek yang cukup luas, antara lain studi pasar, studi
mengenai produk yang dihasilkan, distribusi, konsumen, dan promosi (jika perlu).
Studi pemasaran dimaksudkan untuk mencari data-data mengenai permintaan
terhadap jenis komoditas agribisnis pertanian pada waktu lalu, sekarang, dan yang
akan datang.

b. Memperkirakan Jumlah Produksi Agribisnis Pertanian


Perkiraan jumlah produksi berfungsi untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan
pemasaran telah sesuai dengan yang direncanakan. Pada umumnya permintaan
terhadap produk usaha agribisnis pertanian selalu mengalami pasang surut. Jika tidak
diatasi dengan usaha memperkirakan jumlah penjualan maka akan terjadi kelebihan
produk yang tidak bisa dilempar ke pasar. Atau, kalaupun bisa memasuki pasar maka
harganya akan turun jauh di bawah harga yang di inginkan.
c. Mempersiapkan Produk Agribisnis Pertanian
Pengusaha agribisnis harus benar-benar tahu produk seperti apa kualitas produk yang
diinginkan oleh konsumen. Untuk menghasilkan produk yang bisa memenuhi
keinginan konsumen, antara lain dapat ditempuh dengan cara:
1. Menetapkan standar kualitas produk agribisnis pertanian,
2. Tidak mengandalkan satu jenis produk atau komoditas agribisnis pertanian,
3. Usahakan menggunakan kemasan spesial sehingga menarik konsumen,
4. Buat inovasi untuk mencoba membuat produk olahan sehingga produk
agribisnis pertanian bisa memiliki nilai tambah.

4. Menentukan Kebijakan Harga Jual Produk Agribisnis


Harga jual akan sangat menentukan posisi pengusaha dalam persaingan. Harga jual
yang ditetapkan harus benar-benar dapat memberikan kepuasan kepada konsumen di
samping harus dapat memenuhi pencapaian tujuan perusahaan. Memang pada
kenyataannya harga jual komoditi agribisnis pertanian sangat tidak menentu. Hal ini
tentu saja akibat dari tidak adanya estimasi produksi yang dilakukan oleh praktisi
agribisnis pertanian karena memang daya dukung sumber data untuk melakukan itu
sangat tidak mewakili. Akan tetapi, sebagai pelaku agribisnis yang maju, tentu saja
segala upaya akan dilakukan untuk membuat analisa pasar terhadap kebutuhan
konsumen akan jenis produk agribisnis. Selain itu perkiraan jumlah produksi secara
nasional terhadap jenis komoditi agribisnis pertanian juga perlu dilakukan. Dengan
melakukan estimasi produksi dan analisa kebutuhan konsumen tersebut, maka paling
tidak pelaku usaha agribisnis pertanian sudah berupaya untuk mengantisipasi resiko
harga jatuh pada saat panen. Sekalipun tingkat akurasi analisa pasar tersebut masih
sangat rendah. Dengan jam terbang yang tinggi, maka tingkat akurasi akan semakin
baik.
5. Menentukan Distribusi Produk Agribisnis
Dalam menentukan saluran distribusi produk atau komoditas, pengusaha agribisnis
pertanian dapat memilih untuk melakukannya sendiri atau melalui perantara. Ada
beberapa alasan pengusaha memilih perantara dalam mendistribusikan produknya
antara lain ;
1. Pertimbangan dana dan personalia penjualan,
2. Efisiensi kerja,
3. Keadaan prasarana daerah pemasaran setempat, dan
4. Pengetahuan dan pengalaman menangani daerah pemasaran setempat.

6. Menentukan Kebijakan Promosi Produk Agribisnis


Promosi merupakan kegiatan memperkenalkan, meyakinkan, dan mengingatkan
kembali manfaat dan kualitas produk kepada konsumen. Promosi biasanya dilakukan
terhadap jenis komoditi agribisnis baru atau peluncuran varietas baru. Kegiatan
promosi harus memperhatikan beberapa hal, yaitu:
1. Jumlah dana yang tersedia untuk promosi,
2. Masa tahapan siklus produksi,
3. Konsumen yang ingin dituju, dan
4. Sifat atau ciri khusus produk yang dihasilkan.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Perkembangan Budidaya pertanian dalam kegiatan Agribisnis

Kegiatan budidaya pertanian secara umum akan berbeda setiap komoditas pertanian,
sector pertanian terbagi pada beberapa sub sector yaitu : sector pertanian tanaman pangan,
sector perkebunan, peternakan dan hortikultura. Masing-masing komoditas tersebut telah
menunjukan perannya dalam kegiatan agribisnis terutama pada sub sector budidaya.

3.1.1 Tanaman Pangan

Tanaman pangan merupakan menjadi prioritas penting untuk dikembangkan untuk


mencukupi kebutuhan pangan utama yaitu beras. Beberapa tanaman pangan yang
dikembangkan di Indonesia meliputi padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau
dan ubi kayu. Padi merupakan komoditas produk tanaman pangan yang paling tinggi
produksinya dibandingkan komoditi tanaman pangan lainnya. Pada tahun 2007 produksi
padi nasional adalah 57,15 juta ton dan mengalami peningkatan sampai 66, 46 juta ton
pada tahun 2010, namun pada tauhun 2011 produksinya menurun menjadi 65,47 juta ton
atau turun 1,10%. Banyak faktor yang menyebabkan penurunan produktivitas komoditas
padi adalah iklim yang tidak menetu sepanjang tahun 2011 dan tingginya alih fungsi
lahan sawah menjadi lahan perkebunanataupun pemukiman. Begitu juga dengan komoditi
jagung mengalami penurunan produksi 18,32 juta ton pada tahun 2010 menjadi 17,62
pada tahun 2011 atau turun sekitar 3,8 %. Kacang kedelai juga mengalami penurunan
6,97 % dari tahun 2010 dengan produksi mencapai 907, 03 ribu ton turun menjadi 843,8
ribu ton pada tahun 2011.

Tabel 1. Perkembangan produksi tanaman pangan di Indonesia tahun 2007-2012

Tahun Komoditi
padi jagung k.kedelai k.hija k.tanah u.kayu u.jalar
u
2007 57,157,4 13,287,52 592,534 322,4 789,08 1998805 1,886,85
35 7 87 9 8 2
2008 60,325,9 16,317,25 77,571 298,0 770,05 2175699 1,881,76
25 1 59 4 1 1
2009 64,398,8 17,629,74 974,512 314,4 777,88 2203914 2,057913
90 8 86 8 5
2010 66,4693 18,327,63 907,031 291,7 779,22 2391811 2,051,04
94 6 05 8 8 6
2011 65,740,9 17,629,03 843,838 341,0 690,94 2400962 2,192,24
46 3 97 9 4 2
Petumb -1,10 -3,81 -6,97 16,93 -11,33 0,38 6,88
hanm20
11 over
2010

Sumber : Statistik Kementerian Pertanian (diolah)

: Angka ramalan

Tabel 1 diatas menunjukan bahwa komoditi tanaman pangan seperti padi, jagung, dan
kacang kedelai mengalami penurunan produksi, walaupun penurunannya tidak signifikan.
Hal ini mungkin disebabkan oleh iklim yang tidak bisa diprediksi sepanjang tahun 2011
sehingga banyaknya terjadi gagal panen didaerah-daerah sentra produksi. Sedangkan
untuk komoditi ubi kayu dan ubi jalar mengalami peningkatan, ubi kayu pada tahun 2010
produksinya 23,91 juta ton pada tahun 2011 naik menjadi 24,0 juta ton atau sekitar 0,38
%. Komoditi ubi jalar menunjukan peningkatan produksi yang tinggi sebesar 6,88 %.
Meningkatnya produksi ubi kayu maupun ubi jalar disebakan oleh komoditi tersebut lebih
tahan terhadap perubahan iklim atau cuaca, selain itu komoditi ubi kayu menunjukan
harga yang tinggi dan permintaannya tinggi sehingga petani tertaruk untuk
mengembangan tanaman ubi kayu.

Walaupun penurunan produksi dari berbagai makanan pokok pada komoditas tanaman
pangan, perlu untuk lebih meningkatkan produksi pangan dalam negeri karena sangat
berkaitan dalam hal mewujudkan kemandirian pangan dalam negeri oleh produk dalam
negeri sendiri.

Tabel 2. Luas Panen tanaman pangan seluruh Indonesia tahun 2007-2011

tahun komoditas
padi Jagung K,kedelai K,hijau K, tanah U, kayu U,lajar
2007 47,05 36,60 12,91 10,53 11,25 166,36 106,64
2008 48,94 40,78 01,31 10,72 12,15 180,57 107,80
2009 49,99 42,37 13,42 10,91 12,91 187,46 111,92
2010 50,15 44,36 13,73 11,30 11,30 202,17 113,27
2011 49,80 45,65 13,59 11,48 12,81 203,02 123,26
Pertum- -0,71 2,92 -0,99 1,60 2,05 0,42 8,82
Buhan
2011
over
20007

Sumber : Statistik Pertanian (diolah)

: Angka sementara

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa luas panen pertanian tanaman pangan tidak menunjukan
peningkatan yang signifikan, bahkan pada tahun 2011 mengalami penurunan dari tahun
2010 walaupun penurunannya tidak signifikan. Namun untuk komoditi tanaman kacang
hijau mengalami peningkatan luas panen dari 258, 15 Ha pada tahun 2010 naik menjadi
297,12 Ha atau naik 15,10 %. Dari sisi penggunaan lahan untuk tanaman pertanian maka
lahan paling luas adalah komoditi padi, jagung, ubi kayu, kacang tanah, kacang kedelai,
kacang hijau dan ubi jalarar.

3.1.2 Peternakan

Peternakan merupakan subsector yang penting dalam pertanian karean fungsinya sebagai
sumber pangan asal hewani serta untuk peningkatan pendapatan para petani/ peternak.
Peternakan terdiri dari ternak ruminansia dan non ruminansia, yang termasuk ternak
rumniansia adalah sapi, kerbau, kambing dan domba sedangkan ternak non ruminasia
adalah unggas, kuda dan babi.

Tabel 3. Produksi daging, telur dan sapi pada tahun 2007-2011

Tahun komiditi
daging telur susu
2007 2,069,520 1,382,140 657,680
2008 2,136,720 1,323,600 646,950
2009 2,204,290 1,306,870 827,250
2010 2,365,670 1,366,200 909,430
2011 2,468,220 1,432,190 925,780
Pertumbuhan 4,33 4,83 1,79
2011 0ver 2010

Sumber : Statistik Pertanian (diolah)

*) : Angka sementara

Dari tabel 3 terlihat terjadi peningkatan produksi daging (semua daging ternak), telur
(semua telur ayam dan itik) dan susu dari tahun ketahun. Peningkatan produksi produk
peternakan pada tahun 2011 seperti daging mencapai 4,33% , telur 4,83 % dan susu 1,79
%. Walaupun peningkatannya tidak signifikan tapi ini menunjukan bahwa permintaan
terhadap produk peternakan terus meningkat seiring dengan meningkatanya pendapatanan
masyarakat dan kesadaran masyarakat untuk mengkonsusmsi protein asal hewani
semakin tinggi. Hal ini berarti masih memberikan peluang untuk pengembangan atau
melakukan kegiatan budidaya peternakan diamsa yang akan datang.

Tabel 4. Perkembangan populasi beberapa ternak, pad atahun 2007-2011

Tahun komoditas
sapi kerbau Sapi parah Ayam Ayam
petelur pedaging
2007 11,514,871 2,085,779 374,067 111,488,876 891,659,345
2008 12,256,604 1,930,716 457,577 107,955,170 902,052,418
2009 12,759,838 1,932,927 474,701 111,417,637 1,026,378,58
0
2010 13,581,570 1,999,604 488,448 105,210,062 986,871,712
2011 14,824,007 1,305,011 597,069 110,300,428 1,041,968,24
6
Petumbuhan 9,15 (43,74) 22,25 4,84 5,58
2011 over
2010

Sumber : Statistik Pertanian (diolah)

*) : Angka sementara

Dari tabel 4 terlihat bahwa rata-rata populasi ternak menunjukan peningkatan setiap
tahunnya, namun yang mengalami penurunan di tahun 2011 adalah populasi kerbau turun
sebesar 34,7 % dari tahun 2010. Peningkatan populasi tentu didorong oleh berbagai faktor
baik faktor sumber daya peternakan, permintaan dan bibit yang unggul.

3.1.3 Perkebunan

Sub sector perkebunan merupakan komoditas ekspor terbesar Indonesia dan memberikan
pendapatan yang besar jug bagi devisa negara diantara sub sector pertanian laiinnya.
Kegiatan budidaya perkebunan sudah mengalami perkembangan yang pesat dengan
dukungan teknologi. Beberapa komoditas perkebunan di Indonesia adalah sawit, karet,
kakao, kopi, kelapa, lada, pinang, atsiri dan rempah-rempah lainnya.

Tabel 5. Produksi beberapa komoditi perkebunan tahun 2007-2011

Tahun komoditi
sawit karet kakao kopi lada
2005 11,861,615 2,270,891 748,828 640,365 18,328
2006 17,350,848 2,637,230 769,386 682,158 77,534
2007 17,664,725 2,775,172 740,006 676,475 74,131
2008 17,539,788 2,751,286 803,593 698,016 8,042
2009 19,324,293 2,440,374 809,583 682,591 82,834
2010 21,958,120 2,734,854 837,918 686,921 179,318
2011 22,508,001 3,088,427 712,231 633,991 77,800
Pertumbuhan 2,5 12,9 -15,0 -7,7 -56,6
2011 0ver
2010

Sumber : Statistik Pertanian (diolah)

*) : Angka sementara

Dari tabel terlihat bahwa komoditi perkebunan sawit dan karet mengalami peningkatan
dari tahun ketanun, pada tahun 2011 sudah mencapai 22,5 juta ton, dan Indonesia
merupakan produsen sawit terbesar didunia. Untuk komoditi karet tercatat pada tahun
2011 mencapai 3,08 juta ton dan Indonesia merupakan produsen nomor dua terbesar di
dunia. Komoditi kakao yang juga merupakan komoditi unggulan perkebunan Indonesia
produksi tahun 2011 turun sebesar 15 % dari tahun 2010. Kegiatan budidaya perkebunan
sudah memberikan dampak yang tinggi terhadap peningkatan pendapatan petani, sumber
devisa dan penyedia lapangan pekerjaan.
Tabel 6. Luas lahan beberapa komoditas perkebunan tahun 2007-2011

Tahun Komoditas
Sawit karet kakao kopi lada
2005 5,453,817 2,279,391 1,167,046 1,255,172 191,992
2006 6,594,914 3,346,427 1,320,820 1,308,732 192,604
2007 6,766,836 3,413,717 1,375,279 1,295,912 189,054
2008 7,363,847 3,424,217 1,425,216 1,295,111 183,082
2009 7,873,294 3,435,270 1,587,136 1,266,235 185,914
2010 8,385,3894 3,445,415 1,650,621 1,210,365 186,296
2011 8,908,399 3,456,127 1,667,254 1,292,965 179,038
Pertumbuhan 6,2 0,3 1,6 6,8 (3,9)
2011 over
2010

Sumber : Statistik Pertanian (diolah)

*) : Angka sementara

Dari tabel 6 bahwasanya luas lahan yang paling luas adalah komoditas sawit pada
tahun 2011 mencapai 8,9 juta Ha selanjutnya lahan karet 3,4 juta Ha, kakao 1,6 juta Ha,
lada 1,3 juta Ha, namun untuk komoditi lada mengalami penurunan setiap tahun, pada
tahun 2011 turun 3,9% atau luas lahannya 179,03 ribu Ha. Komoditi perkebunan
semunya merupakan komoditas ekspor.

3.1.4 Hortikultura

Tanaman hortikultura terdiri dari tanaman sayuran, buah-buahan, florikutura dan


biofarmaka. Indonesia memiliki berbagai ragam tanaman sayuran dan buah-buahan serta
florikultura sesuai dengan iklim tropis.

Tabel 7. Produksi beberapa tanaman hortikultura tahun 2007-2011

tahun komoditi
Bawang merah Cabe besar Cabe rawit
2007 802,810 676,828 451,965
2008 853,615 695,707 457,353
2009 965,164 787,433 591,294
2010 1,048,934 807,160 521,704
2011 877,244 857,191 583,023
Pertumubuhan 2011 (16,4) 6,2 11,8
0ver 2010

Sumber : Statistik Pertanian (diolah)

*) : Angka sementara

Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa produksi bawang merah mengalami peurunn yang sangat
signifikan pada tahun 2011 samapai 16,4 % sedangkan untuk komoditi cabai mengalami
peningkatan, walaupun peningkatanya tidak signifikan.

3.2 Faktor-faktor Pendukung Kegiatan Budidaya Pertanian

3.2.1 Lingkungan budidaya pertanian

Faktor-faktor lingkungan yang perlu diperhatikan dalam menjalankan kegiatan budidaya


atau usaha pertanian, dapat dikelompokan yaitu, faktor lingkungan mikro dan faktor
lingkungan makro. Faktor mikro dapat disebut sebagai faktor internal sedangkan faktor
makro dapat disebut sebagai faktor eksternal. Penggabungan dari faktor internal dan
eksternal tersebut diebut lingkungan usaha pertanian. Tujuh faktor makro yang
berpengaruh dalam melaukan budidaya pertanian adalah mencakup faktor klimatik,
edafik, biotic, teknologi, ekonomi financial, social budaya, dan kebijakan pemerintah.

Iklim/klimatik sangat menetukan komoditas yang akan diusahakan baik untuk tanaman
maupun peternakan. Komoditas yang diusahakan harus cocok dengan iklim setempat agar
produktivitasnya tinggi dan memberikan manfaat yang lebih baik bagi manusia. Iklim
juga berpengaruh terhadap cara mengushakan serta teknologi yang cocok dengan iklim
tersebut. Faktor klimatik meliputi curah hujan, suhu udara, kelembapan udara, radiasi
sinar matahari dan kecepatan angin.

Curah hujan, menjadi faktor yang sangat penting dalam pertanian dan peternakan dalam
hal mengairi persawahan maupun untuk penyediaan air minum ternak dan pengadaan
makanan ternak sepanjang tahun. Berkaitan dengan hal tersebut perlu untuk mempelajari
peta curah hujan untuk mengetahui jumlah bulan kering dan jumlah bulan basah
sepanjang tahun.

3.2.2 Faktor Tanah/ lahan


Tanah sebagai sebagai faktor alam juga menentukan dalam usaha pertanian. Ada tanah
pasir yang sanagat porous, ada tanah kuarsa yang berbutir halus, tanah liat yang susah
penggarapannya pada waktu kering karena keras, ada tanah yang gembur dan subur
sehingga sanagat menguntungkan. Sebagian besar tanah Indonesia adalan tanah yang
subur dan sanagat baik untuk digunakan sebagai lahan pertanian.

Tabel . Luas lahan pertanian tahun 2005-2009

Tahun Sawah non Sawah Tegelan/kebun Ladang/ Total/lahan


irigasi irigasi huma pertanian
2005 3,090,084 4,672,997 11,498,226 5,214,967 24,446,274
2006 3,138,054 4,679,291 11,523,336 5,102,680 24,433,361
2007 3,142,112 4,754,842 12,004,535 5,202,308 25,103,797
2008 2,173,294 4,841,584 11,853,848 5,324,282 25,192,963
2009 3,162,965 4,898,822 12,281,190 5,453,364 25,796,341

Sumber : Kementerian Pertanian

Dari tabel diatas terlihat luas lahan petanian mengalami peningkatan walaupun tidak
terlalau signifikan, lahan pertanian yang bertambah tersebut adalah untuk sector
perkebunan dan plawija. Pada tahun 2009 lahan untuk perkebunan mencapai 12,281 juta
Ha, sedangkan un tuk lahan swah tidak ada peningkatan bahkan cenderung mengalami
penurunan. Komposisi lahan pertanian dapat dilihat pada diagram berikut

3.2.3 Tenaga Kerja

Tenaga kerja dalam hal ini petani merupakan faktor penting dalam proses produksi
komoditas pertanian. Tenaga kerja harus mempunyai kualitas berpikir yang maju untuk
dapat mengadopsi inovasi-inovasi baru, tertama dalam pencapaian teknologi untuk
melakukan buduaya yang baik sehingga produktivitasnya akan tinggi.

Tenaga kerja kerja berumur 15 tahun keatas yang bekerja pada sector pertanian pada
tahun 2008 mencapai 41,331,706 orang pada tahun 2009 mencapai 41,611,840 orang
sedangkan tahun 2010 mengalami penurunan dengan jumlah 41,494,941 orang separoh
dari angkatan kerja di Indoesia. Hal ini melihatkan banyaknya tenaga kerja pada
subsektor pertanian terutama di pedesaan.

Jika dilihat secara system agribisnis, maka tenaga kerja yang terlibat dalam agribisnis
akan menjadi lebih tinggi baik yang bekerja di sector hulu, sector jasa dan lain-lain.
Sampai saat ini tenaga kerja dalam sitem agribisnis masih terbesar pada subsistem
budidaya pertanian, hal ini disebakan oleh masih rendahnya tingkat pendidikan para
petani.

3.2.4 Arah Pengembangan Kegiatan Budidaya Pertanian

Mengingat peran penting pertanian dalam perekonomian bangsa Indonesia telah


menjadikan pertanian termasuk sebagai prioritas untuk tetap dikembangakan, karena
sektor pertanian akan berkaitan dengan ketersediaan pangan dan tenaga kerja. Untuk itu
beberapa hal yang menjadi perhatian dalam pengembangan pertanian kedepan khusus
untuk subsistem budidaya pertanian adalah dengan beberapa hal diantaranya melaui
Intensifikasi pertanian, ekstensifikasi pertanian, diversifikasi pertanian, peningkatan
teknologi, dan penelitian dan pengembangan.

Intensifikasi dan diversifikasi pertanian perlu dilakukan di daearah pada penduduk yang
tidak bisa lagi dilakukan ektensifikasi seperti pulau Jawa, sedangkan untuk pulau diluar
pulau Jawa masih memungkinkan untuk kegiatan ektensifikasi. Disamping intensifikasi,
ektensifikasi dan diversifikasi perlu pengembangan bidang penelitian dan pengembagan
mekanisasi pertanian
BAB IV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1 Kesimpulan

Dari hasil penulisan karya ilmiah diatas saya dapat menyimpulkan bahwa data
perkembangan agribisnis diindonesia dari tahun ke tahun sangat berkembang pesat
sehingga dapt membantu masyarakat indonesia dalam meningkatkan ekonomi dan tingkat
kesejahteraan di indonesia

4.2 Rekomendasi

Anda mungkin juga menyukai