DISUSUN OLEH:
NIM : 2004060036
KELAS : AGROTEK 1
TUGAS :1
Puji syukur pada Allah yang telah memberikan saya kemudahan untuk dapat menyelesaikan
karya ilmiah berjudul “pengembangan agribisnis dari hulu sampai hilir” ini sesuai dengan
waktu yang ditentukan. Tanpa adanya berkat dan rahmat Allah tidak mungkin rasanya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Tujuan dari penyusunan karya ilmiah ini adalah untuk pemenuhan tugas Mata Kuliah
pengantar ekonomi pertanian yang diempu oleh Bapa dosen pengantar ekonomi pertanian,
saya mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan saran beliau, sehingga saya dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini.
Dalam karya ilmiah ini kami memaparkan bagaimana pentingnya pengembangan agribisnsi
di Indonesia berperan serta untuk membangun bangsa Indonesia menjadi lebih maju baik dari
segi ekonomi dan pertanian. Sebuah anugerah luar biasa bagi bangsa dengan penuh kekayaan
sumber daya alam (SDA), maka dari itu dengan unsur SDA yang kita miliki ini mari kita
berjuang bersama melalui pengembangan agribisnis dari hulu sampai hilir untuk menjadikan
bangsa Indonesia menjadi lebih baik kedepannya.
saya dengan penuh kesadaran, menyadari bahwa karya tulis ini masih sangat jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu kritik dan saran sebagai masukan bagi saya kedepan dalam
pembuatan karya ilmiah sangatlah berarti. Akhir kata saya mohon maaf bila ada kata-kata
dalam penyampaian yang kurang berkenan. Sekian dan terima kasih.
penyusun
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
BAB 1. PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Salah satu subsitem yang berperan penting dalam sistem agribisnis adalah subsistem
usahatani. Adiwilaga (1992) mengartikan subsistem usahatani sebagai kegiatan usaha
manusia untuk mengusahakan tanahnya dengan maksud untuk memperoleh hasil
tanaman atau hewan tanpa mengakibatkan berkurangnya kemampuan tanah yang
bersangkutan untuk memperoleh hasil selanjutnya. Sedangkan Saragih (1998)
mendefinisikan subsitem usaha tani merupakan kegiatan mengelola input-input
(lahan, tenaga kerja, modal, teknologi dan manajemen) untuk menghasilkan produk
pertanian berupa bahan pangan, hasil perkebunan, buah-buahan, bunga, tanaman
tanaman hias, hasil ternak, hewan dan ikan.
Dalam konsep usahatani mengenal istilah tri tunggal usahatani. Tri Tunggal Usahatani
adalah suatu konsep yang di dalamnya terdapat tiga fondasi atau modal dasar dari
kegiatan usahatani. Tiga modal dasar tersebut adalah petani, lahan dan komoditas.
Dari pengertian tersebut, petani memiliki suatu kedudukan yang memegang alih
dalam menggerakkan kegiatan usahatani. Kemudian lahan diperlukan sebagai tempat
untuk
menjalankan usahatani. Sedangkan komoditas yang dibudidayakan dalam usahatani
bisa berupa tanaman, ikan ataupun ternak. Ketiga fondasi utama dalam sahatani ini
harus mampu berjalan dengan baik dan beriringan agar didapatkan hasil usahatani
yang memuaskan.
2.1.1 sistem agribisnis
Agribisnis sebagai suatu sistem adalah agribisnis merupakan seperangkat unsur yang
secarateratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Disini dapat
diartikan bahwa agribisnis terdiri dari berbagai sub sistem yang tergabung dalam
rangkaian interaksi dan interpedensi secara reguler, serta terorganisir sebagai suatu
totalitas.
PEMBAHASAN
Kegiatan budidaya pertanian secara umum akan berbeda setiap komoditas pertanian,
sector pertanian terbagi pada beberapa sub sector yaitu : sector pertanian tanaman pangan,
sector perkebunan, peternakan dan hortikultura. Masing-masing komoditas tersebut telah
menunjukan perannya dalam kegiatan agribisnis terutama pada sub sector budidaya.
Tahun Komoditi
padi jagung k.kedelai k.hija k.tanah u.kayu u.jalar
u
2007 57,157,4 13,287,52 592,534 322,4 789,08 1998805 1,886,85
35 7 87 9 8 2
2008 60,325,9 16,317,25 77,571 298,0 770,05 2175699 1,881,76
25 1 59 4 1 1
2009 64,398,8 17,629,74 974,512 314,4 777,88 2203914 2,057913
90 8 86 8 5
2010 66,4693 18,327,63 907,031 291,7 779,22 2391811 2,051,04
94 6 05 8 8 6
2011 65,740,9 17,629,03 843,838 341,0 690,94 2400962 2,192,24
46 3 97 9 4 2
Petumb -1,10 -3,81 -6,97 16,93 -11,33 0,38 6,88
hanm20
11 over
2010
: Angka ramalan
Tabel 1 diatas menunjukan bahwa komoditi tanaman pangan seperti padi, jagung, dan
kacang kedelai mengalami penurunan produksi, walaupun penurunannya tidak signifikan.
Hal ini mungkin disebabkan oleh iklim yang tidak bisa diprediksi sepanjang tahun 2011
sehingga banyaknya terjadi gagal panen didaerah-daerah sentra produksi. Sedangkan
untuk komoditi ubi kayu dan ubi jalar mengalami peningkatan, ubi kayu pada tahun 2010
produksinya 23,91 juta ton pada tahun 2011 naik menjadi 24,0 juta ton atau sekitar 0,38
%. Komoditi ubi jalar menunjukan peningkatan produksi yang tinggi sebesar 6,88 %.
Meningkatnya produksi ubi kayu maupun ubi jalar disebakan oleh komoditi tersebut lebih
tahan terhadap perubahan iklim atau cuaca, selain itu komoditi ubi kayu menunjukan
harga yang tinggi dan permintaannya tinggi sehingga petani tertaruk untuk
mengembangan tanaman ubi kayu.
Walaupun penurunan produksi dari berbagai makanan pokok pada komoditas tanaman
pangan, perlu untuk lebih meningkatkan produksi pangan dalam negeri karena sangat
berkaitan dalam hal mewujudkan kemandirian pangan dalam negeri oleh produk dalam
negeri sendiri.
tahun komoditas
padi Jagung K,kedelai K,hijau K, tanah U, kayu U,lajar
2007 47,05 36,60 12,91 10,53 11,25 166,36 106,64
2008 48,94 40,78 01,31 10,72 12,15 180,57 107,80
2009 49,99 42,37 13,42 10,91 12,91 187,46 111,92
2010 50,15 44,36 13,73 11,30 11,30 202,17 113,27
2011 49,80 45,65 13,59 11,48 12,81 203,02 123,26
Pertum- -0,71 2,92 -0,99 1,60 2,05 0,42 8,82
Buhan
2011
over
20007
: Angka sementara
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa luas panen pertanian tanaman pangan tidak menunjukan
peningkatan yang signifikan, bahkan pada tahun 2011 mengalami penurunan dari tahun
2010 walaupun penurunannya tidak signifikan. Namun untuk komoditi tanaman kacang
hijau mengalami peningkatan luas panen dari 258, 15 Ha pada tahun 2010 naik menjadi
297,12 Ha atau naik 15,10 %. Dari sisi penggunaan lahan untuk tanaman pertanian maka
lahan paling luas adalah komoditi padi, jagung, ubi kayu, kacang tanah, kacang kedelai,
kacang hijau dan ubi jalarar.
3.1.2 Peternakan
Peternakan merupakan subsector yang penting dalam pertanian karean fungsinya sebagai
sumber pangan asal hewani serta untuk peningkatan pendapatan para petani/ peternak.
Peternakan terdiri dari ternak ruminansia dan non ruminansia, yang termasuk ternak
rumniansia adalah sapi, kerbau, kambing dan domba sedangkan ternak non ruminasia
adalah unggas, kuda dan babi.
Tahun komiditi
daging telur susu
2007 2,069,520 1,382,140 657,680
2008 2,136,720 1,323,600 646,950
2009 2,204,290 1,306,870 827,250
2010 2,365,670 1,366,200 909,430
2011 2,468,220 1,432,190 925,780
Pertumbuhan 4,33 4,83 1,79
2011 0ver 2010
*) : Angka sementara
Dari tabel 3 terlihat terjadi peningkatan produksi daging (semua daging ternak), telur
(semua telur ayam dan itik) dan susu dari tahun ketahun. Peningkatan produksi produk
peternakan pada tahun 2011 seperti daging mencapai 4,33% , telur 4,83 % dan susu 1,79
%. Walaupun peningkatannya tidak signifikan tapi ini menunjukan bahwa permintaan
terhadap produk peternakan terus meningkat seiring dengan meningkatanya pendapatanan
masyarakat dan kesadaran masyarakat untuk mengkonsusmsi protein asal hewani
semakin tinggi. Hal ini berarti masih memberikan peluang untuk pengembangan atau
melakukan kegiatan budidaya peternakan diamsa yang akan datang.
Tahun komoditas
sapi kerbau Sapi parah Ayam Ayam
petelur pedaging
2007 11,514,871 2,085,779 374,067 111,488,876 891,659,345
2008 12,256,604 1,930,716 457,577 107,955,170 902,052,418
2009 12,759,838 1,932,927 474,701 111,417,637 1,026,378,58
0
2010 13,581,570 1,999,604 488,448 105,210,062 986,871,712
2011 14,824,007 1,305,011 597,069 110,300,428 1,041,968,24
6
Petumbuhan 9,15 (43,74) 22,25 4,84 5,58
2011 over
2010
*) : Angka sementara
Dari tabel 4 terlihat bahwa rata-rata populasi ternak menunjukan peningkatan setiap
tahunnya, namun yang mengalami penurunan di tahun 2011 adalah populasi kerbau turun
sebesar 34,7 % dari tahun 2010. Peningkatan populasi tentu didorong oleh berbagai faktor
baik faktor sumber daya peternakan, permintaan dan bibit yang unggul.
3.1.3 Perkebunan
Sub sector perkebunan merupakan komoditas ekspor terbesar Indonesia dan memberikan
pendapatan yang besar jug bagi devisa negara diantara sub sector pertanian laiinnya.
Kegiatan budidaya perkebunan sudah mengalami perkembangan yang pesat dengan
dukungan teknologi. Beberapa komoditas perkebunan di Indonesia adalah sawit, karet,
kakao, kopi, kelapa, lada, pinang, atsiri dan rempah-rempah lainnya.
Tahun komoditi
sawit karet kakao kopi lada
2005 11,861,615 2,270,891 748,828 640,365 18,328
2006 17,350,848 2,637,230 769,386 682,158 77,534
2007 17,664,725 2,775,172 740,006 676,475 74,131
2008 17,539,788 2,751,286 803,593 698,016 8,042
2009 19,324,293 2,440,374 809,583 682,591 82,834
2010 21,958,120 2,734,854 837,918 686,921 179,318
2011 22,508,001 3,088,427 712,231 633,991 77,800
Pertumbuhan 2,5 12,9 -15,0 -7,7 -56,6
2011 0ver
2010
*) : Angka sementara
Dari tabel terlihat bahwa komoditi perkebunan sawit dan karet mengalami peningkatan
dari tahun ketanun, pada tahun 2011 sudah mencapai 22,5 juta ton, dan Indonesia
merupakan produsen sawit terbesar didunia. Untuk komoditi karet tercatat pada tahun
2011 mencapai 3,08 juta ton dan Indonesia merupakan produsen nomor dua terbesar di
dunia. Komoditi kakao yang juga merupakan komoditi unggulan perkebunan Indonesia
produksi tahun 2011 turun sebesar 15 % dari tahun 2010. Kegiatan budidaya perkebunan
sudah memberikan dampak yang tinggi terhadap peningkatan pendapatan petani, sumber
devisa dan penyedia lapangan pekerjaan.
Tabel 6. Luas lahan beberapa komoditas perkebunan tahun 2007-2011
Tahun Komoditas
Sawit karet kakao kopi lada
2005 5,453,817 2,279,391 1,167,046 1,255,172 191,992
2006 6,594,914 3,346,427 1,320,820 1,308,732 192,604
2007 6,766,836 3,413,717 1,375,279 1,295,912 189,054
2008 7,363,847 3,424,217 1,425,216 1,295,111 183,082
2009 7,873,294 3,435,270 1,587,136 1,266,235 185,914
2010 8,385,3894 3,445,415 1,650,621 1,210,365 186,296
2011 8,908,399 3,456,127 1,667,254 1,292,965 179,038
Pertumbuhan 6,2 0,3 1,6 6,8 (3,9)
2011 over
2010
*) : Angka sementara
Dari tabel 6 bahwasanya luas lahan yang paling luas adalah komoditas sawit pada
tahun 2011 mencapai 8,9 juta Ha selanjutnya lahan karet 3,4 juta Ha, kakao 1,6 juta Ha,
lada 1,3 juta Ha, namun untuk komoditi lada mengalami penurunan setiap tahun, pada
tahun 2011 turun 3,9% atau luas lahannya 179,03 ribu Ha. Komoditi perkebunan
semunya merupakan komoditas ekspor.
3.1.4 Hortikultura
tahun komoditi
Bawang merah Cabe besar Cabe rawit
2007 802,810 676,828 451,965
2008 853,615 695,707 457,353
2009 965,164 787,433 591,294
2010 1,048,934 807,160 521,704
2011 877,244 857,191 583,023
Pertumubuhan 2011 (16,4) 6,2 11,8
0ver 2010
*) : Angka sementara
Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa produksi bawang merah mengalami peurunn yang sangat
signifikan pada tahun 2011 samapai 16,4 % sedangkan untuk komoditi cabai mengalami
peningkatan, walaupun peningkatanya tidak signifikan.
Iklim/klimatik sangat menetukan komoditas yang akan diusahakan baik untuk tanaman
maupun peternakan. Komoditas yang diusahakan harus cocok dengan iklim setempat agar
produktivitasnya tinggi dan memberikan manfaat yang lebih baik bagi manusia. Iklim
juga berpengaruh terhadap cara mengushakan serta teknologi yang cocok dengan iklim
tersebut. Faktor klimatik meliputi curah hujan, suhu udara, kelembapan udara, radiasi
sinar matahari dan kecepatan angin.
Curah hujan, menjadi faktor yang sangat penting dalam pertanian dan peternakan dalam
hal mengairi persawahan maupun untuk penyediaan air minum ternak dan pengadaan
makanan ternak sepanjang tahun. Berkaitan dengan hal tersebut perlu untuk mempelajari
peta curah hujan untuk mengetahui jumlah bulan kering dan jumlah bulan basah
sepanjang tahun.
Dari tabel diatas terlihat luas lahan petanian mengalami peningkatan walaupun tidak
terlalau signifikan, lahan pertanian yang bertambah tersebut adalah untuk sector
perkebunan dan plawija. Pada tahun 2009 lahan untuk perkebunan mencapai 12,281 juta
Ha, sedangkan un tuk lahan swah tidak ada peningkatan bahkan cenderung mengalami
penurunan. Komposisi lahan pertanian dapat dilihat pada diagram berikut
Tenaga kerja dalam hal ini petani merupakan faktor penting dalam proses produksi
komoditas pertanian. Tenaga kerja harus mempunyai kualitas berpikir yang maju untuk
dapat mengadopsi inovasi-inovasi baru, tertama dalam pencapaian teknologi untuk
melakukan buduaya yang baik sehingga produktivitasnya akan tinggi.
Tenaga kerja kerja berumur 15 tahun keatas yang bekerja pada sector pertanian pada
tahun 2008 mencapai 41,331,706 orang pada tahun 2009 mencapai 41,611,840 orang
sedangkan tahun 2010 mengalami penurunan dengan jumlah 41,494,941 orang separoh
dari angkatan kerja di Indoesia. Hal ini melihatkan banyaknya tenaga kerja pada
subsektor pertanian terutama di pedesaan.
Jika dilihat secara system agribisnis, maka tenaga kerja yang terlibat dalam agribisnis
akan menjadi lebih tinggi baik yang bekerja di sector hulu, sector jasa dan lain-lain.
Sampai saat ini tenaga kerja dalam sitem agribisnis masih terbesar pada subsistem
budidaya pertanian, hal ini disebakan oleh masih rendahnya tingkat pendidikan para
petani.
Intensifikasi dan diversifikasi pertanian perlu dilakukan di daearah pada penduduk yang
tidak bisa lagi dilakukan ektensifikasi seperti pulau Jawa, sedangkan untuk pulau diluar
pulau Jawa masih memungkinkan untuk kegiatan ektensifikasi. Disamping intensifikasi,
ektensifikasi dan diversifikasi perlu pengembangan bidang penelitian dan pengembagan
mekanisasi pertanian
BAB IV
4.1 Kesimpulan
Dari hasil penulisan karya ilmiah diatas saya dapat menyimpulkan bahwa data
perkembangan agribisnis diindonesia dari tahun ke tahun sangat berkembang pesat
sehingga dapt membantu masyarakat indonesia dalam meningkatkan ekonomi dan tingkat
kesejahteraan di indonesia
4.2 Rekomendasi