Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

PENGARUH SUBSISTEM INPUT DAN SUBSISTEM PRODUKSI

TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI TAMBAK

UDANG VANAME

OLEH :

KELOMPOK 6

1. NUR APRILIA (4517033027)

2. MOH. YAYAN RIZKY APRIANTO (4517033025)

3. HALIL AL QALBI (4517033026)

4. MAHSYURA (4517033028)

5. MUHAMMAD FAJAR RASIDI (4517033031)

JURUSAN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BOSOWA

MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena

hanya dengan segala rahmat-Nyalah akhirnya kami bisa menyusun makalah

dengan judul “Pengaruh Subsistem Input dan Subsistem Produksi Terhadap

Peningkatan Pendapatan Petani Tambak Udang Vaname” ini tepat pada waktunya.

Kami selaku penyusun berharap semoga makalah yang telah kami susun

ini bisa memberikan banyak manfaat serta menambah pengetahuan terutama

mengenai fungsi produksi dalam hal hukum kenaikan hasil semaik menurun.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan

yang membutuhkan perbaikan, sehingga kami sangat mengharapkan masukan

serta kritikan dari para pembaca.

Makassar, Maret 2020

penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai potensi yang sangat

besar dalam hal pengembangan industri perikanan baik untuk tujuan ekspor

maupun untuk memenuhi gizi nasional. Menurut data Badan Pusat Statistik

(BPS) tahun 2012, salah satu subsektor pertanian yang memberikan

kontribusi yang cukup besar terhadap sektor pertanian adalah subsektor

perikanan. Pada tahun 2011 sumbangan subsektor perikanan sebesar 2.19%,

dibawah subsektor tanaman pangan dan hortikultura (6.22%) dan

mengungguli subsektor kehutanan (0.70%), peternakan (1.62%), dan

perkebunan (1.98%).

Salah satu komoditi yang semarak dan potensial untuk diusahakan

adalah udang Vanamei. Udang vanamei adalah salah satu jenis komoditi yang

banyak dibudidayakan di Indonesia. Dengan tingkat kelangsungan hidup yang

tinggi, kemampuan adaptasi yang tinggi, laju pertumbuhan yang cepat, serta

kemampuan pangsa pasar yang flesksibel menjadikan komoditi tersebut

semajin banyak diminati untuk dibudidayan oleh petani. Potensi tersebut jika

dimanfaatkan secara optimal diharapkan akan mampu mendongkrak

kontribusi terhadap PDB Indonesia, sebagaimana komoditi tersebut sebagai

komoditi unggulan yang mampu meningkatkan produksi, pendapatan dan

kelangsungan hidup petaninya.


Dalam mengusahakan komoditi udang vanamei perlu dilakukam upaya-

upaya untuk meningkatkan produksi dengan penggunaan faktor-faktor

produksi yang efektif dan efisien untuk hasil optimal yang diinginkan.

penulisan ini bertujuan untuk menganilisis pengaruh penggunaan subsistem

input yang digunakan oleh petani terhadap pendapatan yang akan diterimanya

dalam mengusahanan udang vanamei.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam penulisan ini yaitu bagaimana

pengaruh penggunaan subsistem input terhadap pendapatan petani udang

vanamei untuk untuk penggunaan 1 hektar lahan tambak.

1.3 Tujuan

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh

penggunaan subsistem input terhadap pendapatan petani udang vanamei

untuk untuk penggunaan 1 hektar lahan tambak.

1.4 Manfaat

Penulisan ini bermanfaat sebagai bahan referensi usaha tambak udang

vanamei dalam hal pengaruh penggunaan subsistem input terhadap

pendapatan petani udang vanamei untuk untuk penggunaan 1 hektar lahan

tambak.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Agribisnis

Menurut Arsyad, dkk (2006: 16), agribisnis adalah suatu kegiatan usaha

yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi,

pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian arti

luas. Dimaksud dengan “ada hubungannya” dengan pertanian dalam artian

luas adalah kegiatan usaha yang menunjukan kegiatan pertanian dan kegiatan

kegiatan usaha yang ditunjukkan oleh kegiatan pertanian.

Konsep agribisnis sebenarnya adalah suatu konsep yang utuh, mulai

dari proses produksi, mengolah hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang

berkaitan dengan kegiatan pertanian. Agribisnis sebagai sistem adalah

keseluruhan aktivitas produksi input, produksi dan produksi pengolahan dari

hasil suatu pertanian (Soekartawi, 2003: 42). Agribisnis diartikan sebagai

kegiatan pertanian yang ditunjukkan untuk mendapatkan keutungan usaha,

tenaga kerja, rencana penggunaan tanah, biaya penggunaan tanah, sarana dan

kebutuhan lain yang penting. Dengan demikian, agribisnis merupakan konsep

yang utuh mulai dari proses produksi, pengolahan hasil dan aktivitas lain

yang berkaitan dengan kegiatan pertanian (Nurani, 2007: 38).

2.2 Sistem Agribisnis

Agribisnis merupakan suatu cara lain melihat pertanian sebagai suatu

sistim bisnis yang terdiri dari empat subsistem yang berkaitan yaitu :

subsistem agribisnis hulu, (pengadaan dan penyaluran saranan produksi),


subsistem agribisnis usaha tani (produksi primer), subsistem agribisnis hilir

(pengolahan,penyimpanan,distribusi tata niaga), dan sub sistem jasa

penunjang. Agribisnis secara umum mengandung pengertian sebagai

keseluruhan operasi yang terkait dengan aktivitas untuk menghasilkan dan

mendistribusikan input produksi, aktivitas untuk produksi usaha tani, untuk

pengolahan dan pemasaran. Agribisnis memberikan suatu konsep dan

wawasan yang sangat dalam tentang pertanian modern menghadapi milenium

ketiga (Saragih, 2010).

Agribisnis sebagai suatu sistem adalah seperangkat unsur yang secara

teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Disini dapat

diartikan bahwa agribisnis terdiri dari dari berbagai sub sistem yang

tergabung dalam rangkaian interaksi dan interpedensi secara reguler, serta

terorganisir sebagai suatu totalitas (Siagian,1997).

Adapun kelima mata rantai atau subsistem tersebut dapat diuraikan

sebagai berikut:

1. Subsistem Penyediaan Sarana Produksi

Sub sistem penyediaan sarana produksi menyangkut kegiatan pengadaan

dan penyaluran. Kegiatan ini mencakup Perencanaan, pengelolaan dari

sarana produksi, teknologi dan sumberdaya agar penyediaan sarana

produksi atau input budidaya memenuhi kriteria tepat waktu, tepat

jumlah, tepat jenis, tepat mutu dan tepat produk.


2. Subsistem Budidaya atau proses produksi

Subsistem ini mencakup kegiatan pembinaan dan pengembangan

budidaya dalam rangka meningkatkan produksi primer pertanian.

Termasuk kedalam kegiatan ini adalah perencanaan pemilihan lokasi,

komoditas, teknologi, dan pola budidaya dalam rangka meningkatkan

produksi primer. Disini ditekankan pada budidaya yang intensif dan

sustainable (lestari), artinya meningkatkan produktivitas lahan

semaksimal mungkin dengan cara intensifikasi tanpameninggalkan

kaidah-kaidah pelestarian sumber daya alam yaitu tanah dan air.

Disamping itu juga ditekankan budidaya yang berbentuk komersial bukan

budidaya yang subsistem, artinya produksi primer yang akan dihasilkan

diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam artian ekonomi

terbuka. Budidaya adalah sebagian dari kegiatan di permukaan bumi

dimana seorang petani, sebuah keluarga atau manajer yang digaji

bercocok tanam atau memelihara ternak. Petani yang berusaha tani

sebagai suatu cara hidup, melakukan pertanian karena dia seorang petani.

Apa yang dilakukan petani ini hanya sekedar memenuhi kebutuhan.

Dalam arti petani meluangkan waktu, uang serta dalam

mengkombinasikan masukan untuk menciptakan keluaran adalah usaha

tani yang dipandang sebagai suatu jenis perusahaan. Menurut Maxwell L.

Brown, 1974 dan Soekartawi (2002) Pengelolaan usaha tani yang efisien

akan mendatangkan pendapatan yang positif atau suatu keuntungan, usaha

tani yang tidak efisien akan mendatangkan suatu kerugian. Usaha tani
yang efisien adalah usaha tani yang produktivitasnya tinggi. Ini bisa

dicapai kalau manajemen pertaniannya baik.

Dalam faktor-faktor produksi dibedakan menjadi dua kelompok :

a. Faktor biologi, seperti lahan pertanian dengan macam-macam tingkat

kesuburan, benih, varietas pupuk, obat-obatan, gulma dsb.

b. Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja,

tingkat pendidikan, status pertanian, tersedianya kredit dan

sebagainya.

Menurut Soekartawi (1995) Menjelaskan bahwa dalam budidaya,

seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan

efisen untuktujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu

tertentu. Yang dimaksud dengan efektif bila petani atau produsen dapat

mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baik, dan

dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan

keluaran atau output yang melebihi masukan atau input.

3. Subsistem Agroindustri/pengolahan hasil

Lingkup kegiatan ini tidak hanya aktivitas pengolahan sederhana di

tingkat petani, tetapi menyangkut keseluruhan kegiatan mulai dari

penanganan pasca panen produk pertanian sampai pada tingkat

pengolahan lanjutan dengan maksud untuk menambah value added atau

nilai tambah dari produksi primer tersebut. Dengan demikian proses

pengupasan, pembersihan, pengekstraksian, penggilingan, pembekuan,

pengeringan, dan peningkatan mutu.


4. Subsistem Pemasaran

Subsistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil budidaya dan

agroindustri baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Kegiatan utama

subsistem ini adalah pemantauan dan pengembangan informasi pasar dan

market intelligence pada pasar domestik dan pasar luar negeri.

5. Subsistem Penunjang

Subsistem ini merupakan penunjang kegiatan pra panen dan pasca

panen yang meliputi :

- Sarana Tataniaga

- Perbankan/perkreditan

- Penyuluhan Agribisnis

- Kelompok tani

- Infrastruktur agribisnis

- Koperasi Agribisnis

- BUMN

- Swasta

- Penelitian dan Pengembangan

- Pendidikan dan Pelatihan

- Transportasi

- Kebijakan Pemerintah

2.3 Petani Tambak

Secara garis besar pengertian petani tambak tidak berbeda dengan petani

yang bekerja di sektor pertanian lainnya seperti sawah, kebun, dan lain-
lain. Yang membedakan adalah lahan yang dikelola dan hasil produksinya.

Dalam Kamus Pertanian Umum (2013: 104), dijelaskan bahwa petani

adalah orang yang menjalankan usaha tani dengan melakukan kegiatan

pertanian sebagai sumber mata pencarian pokoknya. Sehingga dapat

dikatakan petani adalah orang yang melakukan usaha dengan cara

melakukan kegiatan pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Menurut Mubyarto (1994: 29), Petani pemelihara ikan ini tidaklah

dapat disebut nelayan karena yang disebut nelayan adalah mereka yang

pekerjaannya mencari ikan disungai atau dilaut, dengan modal alat-alat

penangkap ikan dan bukannya modal yang berupa bibit ikan. Petan ikan

pemelihara ikan tidak lain adalah petani biasa yang mengusahakan

perikanan yang sifatnya tidak ektraktif melainkan generative. Jadi dapat

disimpulkan petani tambak adalah petani udang, ikan atau sejenis hewan

air, yang mengusahakan kegiatan di bidang budidaya ikan di tambak di

daerah perairan pantai yang terdapat air payau. Menurut Soeseno (1983:

16-17) Menurut tanah yang dimiliki petani tambak dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Petani gogol (pemilik tambak) Merupakan golongan petani kaya yang

memiliki lahan yang luas. Dan memeiliki modal sendiri untuk

mengelola tambak..

b. Petani penggarap (wong angguran) Merupakan kelompok petani

tambak yang tidak memiliki tambak sendiri tetapi hanya mengandalkan

tenaga saja dan hanya mengerjakan tambak milik orang lain baik

menyewa atau bagi hasil


c. Wong manukan ( buruh tambak ) Merupakan kelompok orang yang

tidak mempunyai apa-apa, kecuali tenaga sebagai buruh kasar.

2.4 Tambak

Tambak dalam perikanan adalah kolam buatan, biasanya di daerah

pantai, yang diisi air dan dimanfaatkan sebagai sarana budidaya perairan

(akuakultur). Menurut Ghufran dan H. Khordi (2011: 49) menyatakan

bahwa tambak biasanya dibangun di daerah pantai, terutama di hutan

mangrove, estuaria, dan teluk, karena itu air yang digunakan untuk

mengisi tambak merupakan air payau. Hewan yang dibudidayakan adalah

hewan air, terutama ikan, udang, serta kerang. Penyebutan “tambak” ini

biasanya dihubungkan dengan air payau atau air laut. Kolam yang berisi

air tawar biasanya disebut kolam saja atau empang. Tambak merupakan

salah satu jenis habitat yang dipergunakan sebagai tempat untuk kegiatan

budidaya air payau yang berlokasi di daerah pesisir. Secara umum tambak

biasanya dikaitkan langsung dengan pemeliharaan udang, walaupun

sebenamya masih banyak spesies yang dapat dibudidayakan di tambak

misalnya ikan bandeng, ikan nila, ikan kerapu, kakap putih dan

sebagainya. Tetapi tambak lebih dominan digunakan untuk kegiatan

budidaya udang. Tambak memiliki bagian-bagian penyusun sehingga

dapat dijadikan tempat untuk budidaya udang di perairan pesisir, menurut

Ghufran dan H. Khordi (2012: 111), bagian-bagian dalam tambak terdiri

dari pematang, saluran air, pintu air, dan petakan, berikut merupakan

bagian-bagian tambak dan fungsinya :


a. Pematang atau dapat disebut tanggul, pematang ini memiliki fungsi

sebagai penahan air.

b. Saluran air atau kanal tambak, memiliki fungsi untuk mengalirkan air

dari sumbernya ke dalam unit pertambakan atau dari petakan tambak

ke tempat pembuang dengan kata lain dengan adanya saluran air ini

volume air yang ada di petakan tambak dapat dipertahankan, dengan

mengisi air ketika surut ataupun membuang air ketika pasang.

c. Pintu air, memiliki fungsi untuk mengatur kebutuhan volume air pada

petakan tambak dengan membuka dan menutup pintu air maka volume

air dapat disesuaikan.

d. Letak atau petakan tambak merupakan bagian dari unit tambak yang

diisi air yang kemudia dipakai untuk budidaya.

Sebelum suatu tambak dapat digunakan terdapat beberapa proses

persiapan. Menurut Ghufran dan H. Khordi (2012: 139), proses persiapan

tambak meliputi pengeringan, pembajakan atau pengolahan tanah,

pengapuran, dan pemupukan.

a. Pengeringan Kondisi dasar tambak dapat dipengaruhi oleh kualitas air

di permukaan, tambak yang telah beroperasi, masih terdapat sisa

pakan, kotoran, biota akuatik, organisme dan plankton yang telah mati

haruslah dibersihkan atau pencucian, limbah bahan organik bila

dibiarkan akan berdampak buruk pada kualitas air, pertumbuhan,

kelangsungan hidup, dan kesehatan biota akuatik. Setelah proses


pencucian tambak dibarkan dan dikeringkan, hal ini sangat berguna

untuk memperbaiki kondisi dasar tambak.

b. Pembajakan Setelah pengeringan, dasar tambak diolah dengan cara

dibalik atau dibajak, pengolahan tanah serta pencucian tanah ini dapat

membantu menurangi kadar besi tanah.

c. Pengapuran Pengapuran tambak perlu dilakukan jika nilai pH tanah

kurang dari 7.

d. Pemupukan Pemupukan ini diperlukan sebagai sumber nutrisi untuk

merangsang pertumbuhan fitoplankton.

Lokasi dan kontruksi tambak udang vannamei menurut Haliman dan

Adijaya (2008: 21) :

Lokasi tambak udang vannamei terletak di daerah pantai dengan

fluktuasi air pasang dan surut 2-3 meter kemudian jenis tanah sebaiknya

liat berpasir untuk menghindari kebocoran air, jenis tanah gambut atau

masam menyebabkan pH menjadi asam selanjutnya mempunyai sumber

air tawar dengan debit atau kapasitas cukup besar sehingga kebutuhan air

tawar dapat terpenuhi, minimal 15 % air kolam harus terganti dengan air

baru setiap hari. udang vannamei umumnya tumbuh pada salinitas 15-20

ppt. Untuk konstruksi tambak bentuk petakan yang ideal yaitu bujur

sangkar. Ukuran panjang dan lebar disesuaikan dengan luas lahan yang

tersedia. Kemudian untuk kedalaman air tambak yang baik untuk budidaya

udang vannamei sekitar 150-180 cm selanjutnya saluran air di tambak

budidaya udang vannamei terdiri dari dua saluran, yaitu saluran air masuk
(inlet) dan saluran air keluar (outlet). Kedua saluran tersebut harus terpisah

satu sama lain. kemiringan saluran air masuk sekitar 5-10% ke arah

saluran air keluar. Sluran pembungan tengah (central drainage) berfungsi

untuk membuang lumpur dan kotoran dari dasar tengah kolam.

Sementara untuk sistem tambak Menurut Reza (2011: 73), teknik

pembuatan tambak dibagi dalam tiga sistem yang disesuaikan dengan

letak, biaya, dan operasi pelaksanaannya, yaitu tambak ekstensif

(tradisional), semi intensif, dan intensif.

2.5 Pengertian Udang Vanamei

Menurut Ghufran dan H. Khordi (2011: 259), “Udang vannamei

adalah udang introduksi. Udang ini diintroduksi ke Indonesia pada tahun

2000 dari Hawaii (Amerika Serikat). Udang vannamei merupakan udang

asli di perairan Hawaii dan Amerika Selatan. Ada dua spesies udang dari

Hawaii dan Amerika Selatan yang diintroduksi ke Indonesia, yaitu udang

vannamei (Litopenaeus vanname) dan udang rostris (L. stylirostris).

Namun, hanya jenis vannamei yang paling banyak dibudidayakan di

Indonesia. Udang vanname telah berhasil dikembang-kan di beberapa

negara Asia, seperti Cina, Thailand, Vietnam dan Taiwan”.

Menurut Rusmiyati (2017: 3), klasifikasi udang vannamei secara

taksonomi adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda

Famili : Panaeidae

Genus : Litopenaeus

Spesies : Litopenaeus Vannamei

Menurut Haliman dan Adijaya (2008: 11), tubuh udang vannamei

dibentuk oleh dua cabang (biramous), yaitu exopodite dan endopodite.

Vannamei memiliki tubuh berbuku-buku dan aktivitas berganti kulit luar

atau eksoskeleton secara periodik (moulting). Bagaian tubuh udang

vannamei sudah mengalami modifikasi sehingga dapat digunakan untuk

keperluan sebagai berikut.

a. Makan, bergerak, dan membenamkan diri kedalam lumpur

(burrowing)

b. Menopang ingsang karena struktur ingsang udang mirip bulu unggas.

c. Organ sensor, seperti pada antena dan antenula

Udang vannamei merupakan hewan yang aktif pada malam hari

untuk mencari makan sedangkan siang harinya sebagian udang vannamei

bersembunyi di lumpur. Benih udang vannamei yang dibudidayakan di

tambak-tambak di Indonesia berasal dari hasil pembenihan di hatchri

(tempat pembenihan bibit udang), baik hatchri milik pemerintah maupun

swasta. Saat ini produksi benih udang vannamei di Indonesia tidak lagi

sepenuhnya bergantung pada induk impor, karena telah berhasil di"rakit"

induk lokal yang kualitasnya tidak berbeda dengan induk impor. Budidaya
udang vannamei dilakukan di tambak secara semi-intensif, intensif, dan

super-intensif.

2.6 Luas Lahan Garapan

Luas lahan garapan adalah jumlah seluruh lahan garapan tambak

yang diusahakan petani atau dapat diartikan banyaknya jumlah petak

tambak yang dipergunakan untuk budidaya udang vannamei. Luas lahan

garapan berpengaruh terhadap produksi udang dan pendapatan petani. Hal

ini sesuai dengan pendapat Diah Retno dan Rahim (2008: 36), “lahan

pertanian merupakan penentu dari pengaruh faktor produksi komoditas

pertanian. Secara umum dikatakan, semakin luas lahan yang

digarap/ditanami, semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan lahan

tersebut”. Maka jelas luas lahan sangat berpengaruh dan berperan penting

terhadap pendapatan para petani, sebaliknya para petani yang memiliki

lahan sempit atau tidak memiliki lahan akan menjadi beban dalam usaha

pertanian.

Luas lahan garapan yang dimiliki petani tambak berpengaruh

terhadap pendapatan yang didapat petani tambak, semakin luas lahan

garapan yang dimiliki tentunya hasil pendapatan yang diperoleh lebih

besar dari pada petani yang memiliki luas lahan sempit. Lahan garapan

petani tambak merupakan lahan pertanian basah yang berbentuk

menyerupai kolam yang digunakan untuk budidaya udang atau ikan.

Untuk luas lahan garapan Prayitno dan Arsyad (1987: 88) menyatakan

bahwa luas lahan garapan adalah jumlah tanah sawah, tegalan dan
perkarangan yang digarap selama 1 tahun dan dihitung dalam satuan

hektar. Hernanto (1990: 64) menggolongkan luas lahan garapan menjadi 3

kelompok yaitu :

a. Lahan garapan sempit yang luasnya < 0,5 ha.

b. Lahan garapan sedang yaitu lahan yang luasnya 0,5–2 ha.

c. Lahan garapan luas yaitu lahan yang luasnya > 2 ha.

2.7 Sumber Modal

Setiap usaha dalam melakukan kegiatan untuk mencapai tujuannya

memerlukan sejumlah dana. Dana tersebutlah yang selanjutnya disebut

dengan modal, dalam arti sebagai modal usaha yang diperlukan untuk

melakukan aktivitas usahanya. Menurut Mubyarto (1994: 106), dalam

pengertian ekonomi, modal adalah atau uang yang bersama-sama factor-

faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru

yaitu, dalam hal ini, hasil pertanian.

Dalam perkembangannya kemudian modal ditekankan pada nilai,

daya beli atau kekuasaan memakai atau menggunakan yang terkandung

dalam barang-barang modal. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan

bahwa pengertian modal, yaitu aset baik berupa barang-barang atau dana

yang di jadikan sebagai pokok menjalankan sebuah usaha atau bisnis.

Dengan tersedianya modal maka usaha akan berjalan lancar sehingga akan

mengembangkan modal itu sendiri melaui suatu proses kegiatan usaha.

Modal yang digunakan dapat merupakan modal sendiri seluruhnya atau

merupakan kombinasi antara modal sendiri dengan modal pinjaman.


Kumpulan berbagai sumber modal akan membentuk suatu kekuatan modal

yang ditanamkan guna menjalankan usaha.

Untuk mendapatkan modal tentunya ada sumber-sumber modal,

sumber modal ini penting bagi para pelaku usaha untuk menjalankan

usahanya. Menurut Mubyarto (1994: 108).

Memang ada petani yang dapat menuhi semua keperluan modal

nya dari kekayaan yang dimilikinya. Bahkan petani kaya dapat

meminjamkan modal kepada petani lain yang memerlukan. Tetapi secara

ekonomi dapatlah dikatakan bahwa modal pertanian dapat berasal dari

milik sendiri atau pinjaman dari luar. dan modal yang berasal dari luar

usaha tani ini biasanya merupakan kredit.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sumber modal bisa

berasal dari milik sendiri atau pinjaman dari luar. Sumber modal dari luar

dapat berupa pinjaman dari pihak lain sebagai pemilik modal sedangkan

sumber modal dari dalam yaitu modal yang bersumber dari pribadi tanpa

campur tangan pihak lain atau pemilik modal.

2.8 Biaya Produksi

Biaya produksi yaitu keseluruhan biaya yang dipakai dalam proses

produksi. Menurut Moehar (2004: 121), biaya produksi adalah sebagai

kompensasi yang diterima oleh para pemilik faktor-faktor produksi ,atau

biaya –biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi, baik

secara tunai maupun tidak tunai. Kemudian Menurut Mubyarto (1994: 72).
Jenis-jenis biaya produksi dapat pula dibagi dalam biaya tetap dan

biaya variable (biaya tidak tetap). Yang dimaksud dengan biaya tetap

adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar

kecilnya produksi ,misalnya sewa atau bunga tanah yang berupa uang.

Biaya-biaya lainnya pada umumnya masuk biaya variable karena besar

kecilnya berhubungan langsung dengan besarnya produksi; misalnya

pengeluaran-pengeluaran untuk bibit, biaya persiapan dan pengolahan

tanah.

Menurut Ghufran dan H. Khordi (2012: 369), biaya variabel untuk

tambak adalah biaya untuk pembelian bibit udang, pakan, pupuk urea,

pupuk TSP, samponin, sarana biofilter, probiotik, solar, tenaga kerja.

Menurut Rusmiyati (2017: 153) “analisis ekonomi dalam

pembudidayaan udang vannamei dalam ¼ hektar lahan dalam waktu

budidaya 3 bulan: bibit yang disediakan 100.000 ekor @ 32 Rp.

3.200.000, pakan selama 3 bulan Rp. 8.500.000, obat- obatan dan

perawatan Rp. 1.000.000, bahan bakar Rp. 2.500.000, tenaga

kerja1.500.000. Total pengeluaran Rp. 16.700.000.

2.9 Tenaga Kerja

Setiap usaha yang akan dilaksanakan pasti memerlukan tenaga

kerja. Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan

bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan

guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

sendiri maupun untuk masyarakat. Oleh karena itu dalam analisa


ketenagakerjaan, penggunan tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya

curahan tenaga kerja yang dipakai adalah besarnya tenaga kerja efektif

yang dipakai (Banowati dan Sriyanto, 2011: 38).

Untuk mendirikan suatu usaha suplai tenaga kerja akan

menyangkut dua hal yaitu, segi kuantitatif artinya menyangkut banyaknya

jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan, segi kualitatif artinya tenaga kerja

yang dipilih harus memiliki keahlian dan keterampilan khusus serta

profesionalisme dalam bidangnya.

Menurut Suratiyah (2009: 25), dalam menjalankan usaha tenaga

kerja ada yang berasal dari keluarga sendiri dan ada yang berasal dari luar

keluarga. Sebagian besar tenaga kerja berasal dari tenaga kerja keluarga

sendiri, terdiri atas ayah sebagai kepala keluarga, isteri dan anak-anak

petani, tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani merupakan

sumbangan keluarga secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai dengan

uang. Untuk tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga merupakan

tenaga kerja upahan atau tenaga kerja gotong royong dengan sistem arisan.

Berdasarkan uraian di atas tenaga kerja dalam usaha budidaya

udang vannamei berasal dari keluarga sendiri atau luar keluarga. Dengan

jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dibagi dalam tiga tahapan yaitu masa

persiapan, masa pemeliharaan dan masa panen.

2.10 Hasil Produksi

Produksi secara luas dapat diartikan sebagai pengolahan bahan baku

menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Produksi dalam arti
ekonomi mempunyai pengertian semua kegiatan untuk menambah atau

meningkatkan nilai kegunaan atau faedah (utility) suatu barang dan jasa

(Sriyadi, 1991: 6).

Menurut Moehar (2004: 121), satuan dari hasil adalah satuan berat

per satuan luas, sedangkan satuan dari produksi hanya satuan berat.

Artinya hasil produksi adalah besaran yang menggambarkan banyaknya

produk panen usaha tani yang diperoleh dalam satu luasan lahan dalam

satu siklus produksi. Satuan hasil biasanya adalah bobot (massa) per

satuan luas, seperti kg per hektar kwintal per hektar, dan ton per hektar.

Wujud fisik hasil berbeda-beda tergantung komoditi.

Hasil membantu menggambarkan tingkat nisbah/rasio keuntungan

yang diperoleh dari pemberian masukan terhadap lahan untuk usaha tani.

Dalam praktik, hasil sering kali dikonversi menjadi nilai ekonomi (nilai

jual) per satuan luas untuk membantu perhitungan keuntungan ekonomi.

Dalam tambak udang hasil panen biasanya dipanen dalam jangka waktu

75-90 hari sekali panen. Banyaknya hasil panen diukur dari banyaknya

jumlah kilogram udang yang dipanen per hektar. Menurut pendapat

Ghufran dan H. Khordi (2011: 263) “untuk budidaya semi intensif, pada

penebaran benih antara 25-40 ekor/m2 . Untuk pengelolahan air, tambak

dilengkapi dengan pompa air dan kincir. Demikian juga pemberian pakan

dilakukan secara kontinu sebanyak 2-3 kali sehari. Pakan yang diberikan

berupa pelet yang megandung protein dan makanan tambahan berupa ikan

rucah. Dengan pengelolahan yang baik hasil panen tambak semi intensif
mencapai 2-3 ton permusim”. Kemudian berdasarkan penelitian Boyd dan

Clay (2000) dalam Rusmiyati (2017: 42),

Udang vannamei memiliki beberapa keunggulan yaitu,

produktivitasnya mencapai lebih dari 13.600 Kg/ha. Produktivitas yang

tinggi ini karena udang putih mempunyai beberapa keunggulan

dibandingkan spesies jenis lainnya, antara lain: tingkat kelulusan hidup

tinggi, ketersediaan benur yang berkualitas, kepadatan tebar tinggi, tahan

penyakit dan konversi pakan rendah.

2.11 Sistem Pemasaran

Pemasaran adalah kegiatan yang berhubungan dengan penyaluran

barang dan jasa dari produsen kepada konsumen yang diselenggarakan

dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen dan mencapai tujuan

perusahaan untuk tentukan keuntungan (Wasis, 1997: 145).

Menurut Swasta (1985: 105), pemasaran adalah suatu sistem

keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk

merencanakan, menentukan harga mempromosikan, mendistribusikan

barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan pembeli. Pemasaran

merupakan salah satu hal yang pokok dalam suatu usaha, karena tanpa

adanya pemasaran barang yang dihasilkan tersebut tidak akan dapat terjual

dan diketahui secara umum (dalam hal ini adalah konsumen). Jadi

pemasaran bertujuan mendistribusikan atau menyampaikan barang kepada

konsumen.
Menurut Webster’s New Collegiate Dictionary dalam Harini (2008:

17), yang dimaksud sistem adalah suatu interaksi secara teratur atau

sekelompok bagian- bagian yang saling tergantung yang membentuk satu

kesatuan secara menyeluruh. Jadi, didalam suatu sistem terdapat suatu

bagian-bagian atau sub sistem yang saling berhubungan dan saling

ketergantungan secara keseluruhan untuk membentuk satu kesatuan yang

memiliki tujuan tertentu.

Kemudian menurut Soekartawi (1993: 34), Sistem pemasaran

biasanya berkisar pada kegiatan antara pemasok barang (dan jasa),

perusahaan dan pasar. Hubungan ketiga komponen ini biasanya

dipengaruhi faktor lingkungan dan kegiatan lain. Sedangkan sistem

pemasaran yang dilakukan petani tambak udang vannamei menurut M.

Ghufran dan H. Hordi (2011: 264), udang hasil panen biasanya langsung

dibeli oleh pengumpul yang langsung datang ke lokasi pemeliharaan atau

dikirim ke luar kepada pembeli untuk diekspor. Jadi, sitem pemasaran

udang ada dua yaitu dijual diluar atau dibeli ditempat oleh

agen( tengkulak).

2.12 Pengetahuan Petambak

Pengetahuan adalah segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek

tertentu. Pengetahuan merupakan hasil tahu setelah melakukan penginderaan

terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,

yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmojo,

2007: 140). Pengetahuan merupakan interaksi yang terus menerus antara individu
dan lingkungan. Dengan demikian pengetahuan adalah suatu proses, bukan suatu

barang.

Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang

memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.

Pengetahuan sebagai alat jaminan yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang dari pengalaman. terbukti bahwa perilaku didasarkan atas

pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan dengan tanpa didasari

pengetahuan. Pengetahuan merupakan dasar untuk terbentuknya tindakan

seseorang. Pengetahuan yang luas juga dapat membantu seseorang dalam

mengerjakan sesuatu yang lebih baik, pengetahuan yang luas tidak hanya didapat

dari satu sumber, menurut Suhardiyono (2000: 12) menyebutkan bahwa para ahli

pendidikan mengenal 3 sumber pengetahuan yaitu :

a. Pendidikan informal (pengalaman pribadi dan masyarakat sekitar).

b. Pendidikan formal (lembaga pendidikan).

c. Pendidikan nonformal (penyuluhan).

Dalam budidaya tambak udang vannamei diperlukan pengetahuan

yang baik. Pengetahuan ini sangat berpengaruh terhadap cara budidaya

petambak dan berpengaruh terhadap hasil produksi dari budidaya.

Semakin luas pengetahuan petambak maka cara budidaya petambak

semakin baik sehingga hasil produsi pun baik. Semakin sempit

pengetahuan yang dimiliki petani tambak maka cara budidaya pun kurang

baik sehingga hasil produksipun kurang maksimal.

Berdasarkan uraian tersebut pengetahuan petambak udang vannamei

yang dimaksud adalah cara yang ditempuh petambak untuk meningkatkan


pengetahuannya tentang budidaya udang vannamei yang bersumber dari

pengalaman pribadi, petani lain, keluarga, lembaga penyuluhan.

2.13 Pendapatan

Menurut Suratiyah (2009: 88), pendapatan usaha tani adalah selisih

antara penerimaan (pendapatan kotor) dengan total biaya produksi per

usaha tani dengan satuan rupiah. Petani dalam memperoleh pendapatan

setiap panen berupa pendapatan kotor. Hasil panen yang diperoleh petani

akan dikurangi dengan biaya selama proses produksi. Setelah dikurangi

biaya selama proses produksi maka petani memperoleh pendapatan bersih

yaitu sisa yang telah dikurangi biaya selama proses produksi.

Pendapatan merupakan hal pokok bagi kehidupan keluarga dalam

usaha memenuhi kebutuhan hidup, sehingga besar kecilnya pendapatan

keuarga akan menentukan tingkat kemakmuran keluarga itu. Pendapatan

tidak hanya berupa uang tapi semua harta kekayaan yang dimiliki suatu

keluarga. Besar kecilnya pendapatan itu sendiri akan membawa pengaruh

pada pemenuhan kebutuhan pokok penduduk yang bersangkutan. Sesuai

dengan pendapat Salim (1994: 44) bahwa rendahnya pendapatan akan

menyebabkan sulit terpenuhinya berbagai kebutuhan seperti pangan,

sandang, perumahan, kesehatan dan pendidikan.


BAB III

METODE PENULISAN

3.1 Teknik Penulisan

Penulisan ini dilakukan dengan memanfaatkan data hasil penelitian dari

proses research jurnal tentang udang vanamei yang berkaitan dengan judul

tulisan ini kemudian akan dilakukan analisis pembiayaan untuk penggunaan

input produksi udang vanamei tersebut dan selanjutnya akan dikalkulasikan

untuk penggunaan 1 hektar lahan tambak udang vanamei.

3.2 Sumber Data

Data diperoleh berdasarkan hasil Penelitian yang telah dilakukan oleh Siti

Qamarurrizki Mungkur (2019) yang dilaksanakan pada bulan Juli sampai

dengan September 2018. Kegiatan penelitian pendapatan usaha budidaya

Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) dilakukan di Tambak Udang

Naga milik Bapak Jhoni yang diusahakan oleh Bapak Susanto yang berada

di Jalan Tilang Kapur Dusun XV Desa Bagan Percut, Kecamatan Percut Sei

Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Lokasi penelitian

berada pada titik koordinat 3º42’34,10”N dan 98º46’21,10”E. Di sebelah

Utara berbatasan dengan Selat Malaka, di sebelah Selatan berbatasan

dengan Kota Medan, di sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan

Batang Kuis dan Kecamatan Pantai Labu dan di sebelah Barat berbatasan

dengan Kecamatan Labuhan Deli Kota Medan. Luas area tambak tersebut

2
550 m dengan kolam tambak sebanyak 1 petak.
BAB IV

HASIL

5.1 Analisis Usaha Budidaya Udang Vannamei ubtuk lahan Tambak Ukuran

550 m2

Berdasarkan hasil analisis usaha budidaya Udang Vannamei Tambak

Naga, dapat diketahui gambaran atau keadaan usaha yang sedang dijalankan.

Adapun aspek teknis yang dianalisa sebagai berikut :

1. Sarana dan Prasarana

Sarana yang digunakan dalam proses produksi udang vannamei pada

Tambak Naga yang terdiri dari 1 petak dengan menggunakan sistem semi

intensif yang di sewa/diusahakan oleh Bapak Susanto yang ditandai

dengan menggunakan terpal dan kincir air. Untuk kolam tambak dengan

ukuran 22 x 25 m. Status kepemilikan lahan adalah Bapak Jhoni yang

diusahakan oleh Bapak Susanto setempat yang menjadi pemilik lahan

dengan harga sewa sebesar Rp. 5.000.000 satu kali tanam (periode).

Prasarana yang diusahakan oleh Bapak Susanto dalam

mempermudah proses produksi udang vannamei antara lain genset yang

disediakan jika terdapat kendala pemadaman listrik, sumber air bersih

dimana sebagai media berkembangnya udang vannamei.

2. Analisis Biaya dan Pendapatan

2.1 Investasi

Investasi merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan satu kali

selama umur proyek untuk memperoleh manfaat sampai secara

ekonomis tidak dapat memberikan keuntungan lagi. Biaya investasi


yang dikeluarkan dalam usaha budidaya Tambak Udang Naga di

Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Provinsi

Sumatera Utara adalah sebesar Rp 61.517.000. Nilai ini merupakan

hasil penilaian ulang terhadap investasi yang telah ditanam.

Keseluruhan modal tersebut berasal dari modal sendiri. Rincian

komponen investasi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rincian Komponen Investasi Usaha Budidaya Udang


Vannamei
Harga per Total Persentase

No. Investasi Banyak

Satuan (Rp) (Rp) (%)

1. Kontruksi Lahan 5,000,000 1 5,000,000 8.12

2. Mesin Pompa 1,500,000 1 1,500,000 2.43

3. Genset 26,500,000 1 26,500,000 43.07

4. Kincir 3,500,000 4 14,000,000 22.75

Pukat Jaring
5. (Anco) 25,000 2 50,000 0.08

6. Kabel 1,500 500 750,000 1.21


Ember Ukuran
7. Sedang 8,000 4 32,000 0.058
Ember Ukuran
8. Besar 25,000 4 100,000 0.16

9. Cangkul 45,000 2 90,000 0.14

10. Tanggok 20,000 2 40,000 0.06

11. Waring 4,000 70 280,000 0.45

12. Terpal 5,125,000 1 5,125,000 8.33

13. Gayung 5,000 3 15,000 0.02


14. Jala 450,000 1 450,000 0.73

15. Jaring 1,500,000 1 1,500,000 2.43

16. Selang 15,000 50 750,000 1.21

17. Batang Air 80,000 2 160,000 0.26

18. Pipa 8 inchi 300,000 1 300,000 0.48

19 Pipa 4 inchi 120,000 2 240,000 0.39

20. Tali 75,000 2 150,000 0.24

21. Elbow 8 inchi 95,000 1 95,000 0.15

22. Elbow 4 inchi 65,000 2 130,000 0.21

23. Senter 140,000 2 280,000 0.45

24. Mesin Sifon 1,500,000 1 1,500,000 2.43

25. Timbangan (2 kg) 80,000 1 80,000 0.13

26. Timbangan (20 kg) 700,000 1 700,000 1.13


Pengeboran
27. Sumber Air 1,500,000 1 1,500,000 2.43

28. Instalansi Listrik 200,000 1 200,000 0.32


Total 61.517.000 100
Sumber : Data Primer (diolah), 2018.

Pada Tabel 1, dapat dilihat persentase yang paling besar dalam

investasi yang diusahakan adalah untuk pembelian Genset sebesar

43,07%, disusul untuk biaya pengadaan Kincir sebesar 22,75% dan

untuk pemasangan Terpal sebesar 8,33%. Terpal merupakan suatu

faktor pendukung dari penentuan hasil produksi apabila terjadi banjir.


2.2 Biaya Produksi

Biaya produksi diperlukan untuk mengolah input sehingga dapat

menghasilkan sejumlah output. Biaya usaha yang dikeluarkan pada

usaha budidaya udang vannamei di Tambak Udang Naga terdiri atas

biaya tetap dan biaya variabel.

Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya tetap dan tidak

tergantung kepada volume produksi. Biaya tetap untuk usaha budidaya

Udang Vannamei meliputi biaya penyusutan, pajak dan sewa lahan.

Biaya tetap usaha budidaya udang vannamei untu satu periode adalah

sebesar Rp 17.525.100. Rincian komponen biaya tetap dapat dilihat

pada Tabel 2.

Berdasarkan pada Tabel 2, dapat diketahui bahwa biaya tetap

terbesar adalah sewa lahan. Biaya sewa lahan merupakan

pengalokasian biaya investasi suatu proyek pada setiap tahun

sepanjang umur proyek. Hal ini dikarenakan 550 m2 lahan yang

digunakan dalam budidaya Udang Vaname di Tambak Udang Naga

bukan merupakan lahan pribadi, melainkan lahan dengan biaya sewa

Rp 5.000.000,- per meter persegi dalam periode satu kali tanam.


Tabel 2. Rincian Biaya Tetap Usaha Budidaya Udang Vannamei

Harga per
Satuan Banya Persentase
No. Keterangan Satuan (Rp) k Total (%)
1. Sewa Lahan Rp/Periode 5.000.000 5.000.000 28,99

Rp/Orang/
2. Gaji Tenaga Keja Periode 1.500.000 4 6.000.000 34,79

Rp/Orang/

3. Upah Panen Periode 100.000 2 200.000 1,16

4. Penyusutan 4.825.100 4.825.100 26,36

Biaya
5. Pemeliharaan Rp/Periode 1.500.000 1.500.000 8,70

TOTAL 17.525.100 100

Sumber : Data Primer (diolah), 2018

Biaya variabel merupakan biaya yang sifatnya tergantung kepada

volume produksi yang dihasilkan. Biaya variabel untuk usaha budidaya

udang vannamei meliputi : biaya tenaga kerja (persiapan, pemeliharaan,

panen dan pengangkutan) dan sarana produksi. Biaya variabel usaha

budidaya udang vannamei yang dikeluarkan oleh Tambak Udang Naga

selama satu periode adalah sebesar Rp 14.566.300,-. Rincian komponen

biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 3.

Berdasarkan pada Tabel 3, dapat diketahui bahwa pakan buatan

memerlukan biaya yang besar yaitu Rp 5.130.000,-. Hal ini terjadi

karena pakan merupakan komponen penting dalam budidaya dan

menyerap 35% dari total biaya variabel.


Biaya untuk bensin yang dikeluarkan oleh Tambak Udang

Naga selama satu periode adalah sebesar Rp 299.250,-. Bensin tersebut

digunakan untuk menjalankan pompa. Sedangkan biaya untuk solar

digunakan untuk menjalankan listrik pada saat siang hari ataupun saat

terjadi pemadaman listrik. Hal ini dikarenakan pada siang hari usaha

budidaya udang vannamei yang diusahakan oleh Bapak Susanto

menggunakan pembangkit listrik tenaga surya.

Tabel 3. Rincian Rata-Rata Biaya Variabel Usaha Budidaya Udang


Vannamei
Harga/
Satuan Total Persentase
No. Keterangan Satuan (Rp) Banyak (Rp) (Rp)
1. Benur (PL-10) E 50 140.000 7.000,000 48,05

Snack untuk Rp/Orang

2. Pekerja Periode 30.000 2 60.000 0,41

3. Pakan 681 Kg 18.000 10 180.000 1,23

4. Pakan 682 Kg 18.000 75 1.350.000 9,26

5. Pakan 683 PV Kg 18.000 75 1.350.000 9,26

6. Pakan 684 SP Kg 18.000 125 2.250.000 15,44

7. Lodan Bungkus 30.000 3 90.000 0,61

8. Nauripan/Ragi Bungkus 3.000 20 60.000 0,41

9. ZA Kg 30.000 2 60.000 0,41

10. Dedak Kg 2.500 20 50.000 0,34

11. Solar L 5.150 20 103.000 0,70

12. Bensin L 6.650 2 13,300 0,09

13. Listrik Rp/Periode 2.000.000 2.000.000 13,73

TOTAL 14.566.300 100

Sumber : Data Primer (diolah), 2018


Biaya produksi diperlukan untuk mengolah input sehingga dapat

menghasilkan sejumlah output. Biaya produksi usaha yang dikeluarkan

pada usaha budidaya udang vannamei di Tambak Udang Naga atas biaya

tetap dan biaya variabel berkisar Rp 32.091.400.

3. Penerimaan

Analisis usaha tambak udang vannamei yang dikembangkan

oleh Tambak Udang Naga di Kecamatan Percut Sei Tuan dilakukan

selama satu periode. Penerimaan yang diperoleh berasal dari nilai

produksi udang dari parsial 1, parsial 2, hingga panen total. Harga

udang dengan size 120 ekor per kg adalah sebesar Rp 35.000. Harga

udang dengan size 100 ekor per kg adalah sebesar Rp 40.000.

Sedangkan harga udang dengan size 65 ekor per kg adalah sebesar Rp

70.000. Jumlah udang yang diproduksi selama satu periode dapat dilihat

pada Tabel 4. Sedangkan untuk perhitungan jumlah udang yang

diproduksi selama satu periode dapat dilihat pada Lampiran 10.

Tabel 4. Jumlah Udang yang Diproduksi Selama Satu Periode

Size Jumlah
Jumlah (ekor/ Ikan Total Penerimaan
No Keterangan (Kg) Kg) (ekor) (Rp)
1 Parsial 1 100 120 12000 3.500.000
2 Parsial 2 100 100 10000 4.000.000
3 Panen Total 1.300 65 84500 91.000.000

Total 1.500 - 106.500 98.500.000


Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2018.
Total produksi yang dihasilkan adalah 1.500 kg. Sehingga

penerimaan total udang vannamei pada Tambak Udang Naga dalam satu

periode dengan luas lahan 550 m2 adalah sebesar Rp 98.500.000. Adapun

rincian penerimaan pada budidaya udang vannamei dapat dilihat pada

Tabel 5.

Tabel 5. Rincian Penerimaan Usaha Budidaya Udang Vannamei


No Keterangan Jumlah (Kg) Total Penerimaan (Rp)

1 Parsial 1 100 3.500.000


2 Parsial 2 100 4.000.000
3 Panen Total 1.300 91.000.000

Total 1.500 98.500.000


Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2018.
4. Pendapatan (Keuntungan)

Pendapatan merupakan selisih total penerimaan dengan total pengeluaran.

Total penerimaan ditentukan oleh nilai penjualan dari komoditas yang

diproduksi, sedangkan total pengeluaran ditentukan oleh biaya produksi

yang dikeluarkan. Analisis pendapatan dilakukan untuk mengetahui

seberapa besar keuntungan yang diperoleh usaha budidaya udang

vannamei di Tambak Udang Naga. Penerimaan yang diperoleh adalah

sebesar Rp 98.500.000, sedangkan biaya total yang dikeluarkan adalah

sebesar Rp 32.091.400. Dari penerimaan dan biaya total tersebut,

diketahui keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 66.408.600 untuk satu

kali tanam (periode). Perhitungan nilai penerimaan dapat dilihat pada

Tabel 6.
Tabel 6. Rincian Pendapatan Usaha Budidaya Udang Vannamei

No. Uraian Jumlah (Rp)


1. Total Penerimaan 98.500.000
2. Total Biaya 32.091.400

Total Pendapatan 66.408.600

5. Pendapat Masyarakat Terkait Usaha Budidaya Tambak Udang

Vannamei

Gambar 1. Grafik Respon Masyarakat


Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap masyarakat yang

tinggal di Jalan Tilang Kapur Dusun XV Desa Bagan Percut, dari 28 KK

(70%) yang diusahakan, 13 KK (46%) beranggapan bahwa usaha budidaya

tambak udang mempengaruhi perekonomian masyarakat. Mereka

mengasumsikan hal demikian karena usaha tersebut memberikan peluang

bagi masyarakat sekitar untuk memperoleh pekerjaan (membuka lapangan


pekerjaan). Sedangkan 15 KK (54%) beranggapan bahwasanya usaha

budidaya tambak udang tidak mempengaruhi perekonomian masyarakat.

Dari 28 KK yang dilakukan wawancara, 18 KK (64%) beranggapan

bahwa pihak usaha budidaya tambak udang berpartisipasi terhadap

kehidupan masyarakat sekitar demi kelancaran kegiatan usaha tambak

yang dilakukan. Partisipasi yang dilakukan pihak pengelola budidaya

berdasarkan asumsi masyarakat antara lain : memberikan bantuan dana

terkait pembangunan masjid yang berada di Dusun XV, pembagian hasil

panen udang dengan masyarakat sekitar, ikut memperbaiki jalan dengan

menyumbangkan berbagai material berupa pasir ataupun batu-batuan, dan

lain sebagainya. Namun, 10 KK (36%) lainnya beranggapan bahwa pihak

usaha budidaya tambak udang tidak ada melakukan partisipasi terhadap

masyarakat sekitar.

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, diketahui bahwa 20

KK (71%) masyarakat yang tinggal di Jalan Tilang Kapur Dusun XV Desa

Bagan Percut beranggapan bahwa usaha tambak udang memiliki dampak

yang baik bagi kesejahteraan lingkungan pemukiman masyarakat sekitar.

Hal ini dikarenakan pihak petambak menyediakan lapangan pekerjaan bagi

masyarakat sekitar. Sedangkan 8 KK (29%) beranggapan bahwa usaha

tambak udang tersebut tidak memiliki dampak yang baik bagi

kesejahteraan lingkungan pemukiman masyarakat sekitar.

Dari wawancara yang telah dilakukan pada 28 KK masyarakat

yang tinggal di Jalan Tilang Kapur Dusun XV Desa Bagan Percut, 12 KK


(43%) beranggapan bahwa usaha budidaya tambak udang yang dilakukan

menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan pemukiman

masyarakat sekitar. Dampak negatif yang ditimbulkan atas asumsi dari

masyarakat tersebut diantaranya : kontruksi berat yang lalu lalang yang

dapat mengancam keselamatan anak-anak yang sedang bermain, polusi

suara yang ditimbulkan oleh kincir angin, bau amis yang ditimbulkan dari

kegiatan usaha tambak udang, banyaknya lalat yang beterbangan,

pencemaran air, dan lain-lain. Namun, 16 KK (57%) masyarakat

beranggapan bahwa usaha budidaya tambak udang tersebut tidak

menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan pemukiman

masyarakat sekitar.

5.2 Analisis Usaha Budidaya Udang Vannamei Untuk 1 Ha Lahan Tambak


DAFTAR PUSTAKA

http://scholar.unand.ac.id/30972/2/2.%20BAB%20I%20%28Pendahuluan%29.pdf

https://medium.com/@ratama.saputra09/peranan-agribisnis-dalam-pembangunan-
pertanian-ae2f46153b0d

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/61075/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=52041410A219C801FE1648C3C45F8206?sequence=4

http://digilib.unila.ac.id/28484/3/3.%20SKRIPSI%20TANPA%20BAB
%20PEMBAHASAN.pdf

Anda mungkin juga menyukai