Anda di halaman 1dari 16

SISTEM AGRIBISNIS

Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Ekonomi Wilayah dan Agribisnis yang diampu Oleh:

Dr. Edy Santoso, S.E., MSc.

Disusun:

Marinda Ayu Nurazizah (190810101132)

Ekonomi Wilayah dan Agribisnis

Kelas A

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

UNIVERSITAS JEMBER

2022
A. Agribisnis
Pengertian Agribisnis Menurut Downey and Erickson (1998) dalam buku Saragih
(1998:86) Agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan penanganan komoditi
pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai
produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi (agroindustri), pemasaran
masukan-keluaran pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan. Yang dimaksud
dengan berhubungan adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan
kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian.
Soekartawi (1993) Agribisnis berasal dari kata agri dan bisnis. Agri berasal dari
bahasa Inggris, agricultural (pertanian). Bisnis berarti usaha komersial dalam dunia
perdagangan. Agribisnis adalah kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau
keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran produk-produk
yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas.
Strategi pembangunan yang berwawasan agribisnis pada dasarnya menunjukan arah
bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya yang sangat penting untuk
mencapai beberapa tujuan yaitu: menarik dan mendorong munculnya industri baru di
sektor pertanian, menciptakan struktur pertanian yang tangguh, efesien dan fleksibel,
menciptakan nilai tambah, meningkatkan penerimaan devisa, menciptakan lapangan
pekerjaan dan memperbaiki pembagian pendapatan (Soekartawi, 2001:1).
Agribisnis sebagai motor penggerak pembangunan pertanian, diharapkan akan
dapat memainkan peranan penting dalam kegiatan pembangunan daerah, baik dalam
sasaran pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi maupun stabilitas nasional.
Untuk mewujudkan harapan besar ini perlu melihat potensi yang ada.
Pengertian Agribisnis Menurut Wibowo dkk, (1994) Pengertian agribisnis mengacu
kepada semua aktivitas mulai dari pengadaan, prosesing, penyaluran sampai pada
pemasaran produk yang dihasilkan oleh suatu usaha tani atau agroindustri yang saling
terkait satu sama lain. Dengan demikian agribisnis dapat dipandang sebagai suatu
sistim pertanian yang memiliki beberapa komponen sub sistem yaitu, sub sistem usaha
tani/ yang memproduksi bahan baku sub sistem pengolahan hasil pertanian, dan sub
sistem pemasaran hasil pertanian.
Sistem agribisnis dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Ada
bermacam ragam kebutuhan manusia dan menurut Alan Chapman terdapat 8 level
kebutuhan manusia yang diadopsi berdasarkan teori Maslow. Teori Maslow ini
mengatakan bahwa setiap manusia selalu dimotivasi oleh berbagai kebutuhan, dimana
kebutuhan dasar manusia telah merupakan pembawaan sejak lahir, yang kemudian
berkembang selama puluhan ribu tahun.
Hirarki pada piramida ini membantu menjelaskan bagaimana kebutuhan -
kebutuhan menjadi motivasi bagi manusia untuk memuaskan kebutuhannya. Dalam
memuaskan kebutuhannya, manusia akan berupaya dari hal yang paling mendasar
kemudian beranjak ketingkatan yang lebih tinggi, sebagai contoh manusia akan
berupaya memuaskan kebutuhan biologi dan psikologinya sebelum berupaya
memuaskan kebutuhan akan keselamatannya.
Bila kebutuhan biologi dan psikologinya terah terpenuhi maka manusia akan
berupaya untuk memuaskan kebutuhan akan keselamatan sebelum berupaya
memuaskan kebutuhan akan kepemilikan dan kasih sayang, demikian seterusnya.
Hirarki motivasi pemuasan kebutuhan ini perlu dipahami dalam pengembangan sistem
agribisnis karena tujuan pengembangan sistem agribisnis adalah pemenuhan kebutuhan
manusia.

B. Sistem Agribisnis
Agribisnis merupakan cara pandang terhadap sektor pertanian secara lebih luas,
bukan hanya menekankan pada aspek budidaya saja tetapi juga komponen lain yang
mendukung kegiatan pertanian. Konsep agribisnis adalah kegiatan pertanian yang
dikelola secara bisnis untuk mendapatkan keuntungan melalui kerja sama yang adil
antarsubsistem pertanian sehingga menghasilkan produk pertanian bernilai tinggi
secara berkelanjutan.
Sistem agribisnis berarti kesatuan dari semua sistem pertanian terkait yang bekerja
Bersama-sama sesuai fungsinya untuk menghasilkan produk pertanian bernilai tinggi
dan sampai kepada konsumen sesuai kebutuhan, serta dapat memberikan keuntungan
bagi sektor pertanian. Dengan demikian, kunci keberhasilan sistem agribisnis apabila:
(1) Terjadi kerja sama seimbang;
(2) Produk pertanian bernilai tambah;
(3) Pertanian berkelanjutan;
(4) Ada perolehan keuntungan yang adil.

Secara konsepsional Sistem Agribisnis adalah semua aktivitas mulai dari


pengadaan dan penyaluran sarana produksi sampai kepada pemasaran produkproduk yang
dihasilkan oleh usaha tani dan agroindustri yang saling terkait satu sama lain. Sistem
agribisnis merupakan suatu konsep yang menempatkan kegiatan pertanian sebagai suatu
kegiatan yang utuh dan komprehensif sekaligus sebagai suatu konsep yang dapat menelaah
dan menjawab berbagai masalah dan tantangan.
Sistem Agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari empat subsistem,
diantaranya :
1. Sub sistem agribisnis hulu (upstream agribusiness) (off-farm)
Kegiatan ekonomi yang menyediakan sarana produksi bagi pertanian, seperti
industri dan perdagangan agrokimia (pupuk, pestisida, dll), industri agrootomotif
(mesin dan peralatan), dan industri benih/bibit.
Fungsi dan Contoh Subsistem Agribisnis Hulu
Subsistem agribisnis hulu memiliki beberapa fungsi penting yaitu:
a. Menghasilkan dan menyediakan sarana produksi pertanian terbaik agar mampu
menghasilkan produk usahatani yang berkualitas.
b. Memberikan pelayanan yang bermutu kepada usahatani.
c. Memberikan bimbingan teknis produksi.
d. Memberikan bimbingan manajemen dan hubungan sistem agribisnis.
e. Memfasilitasi proses pembelajaran atau pelatihan bagi petani
Contoh:
- Industri pembibitan tumbuhan dan hewan
- Industri agrokimia (pupuk,pestisida,obatobatan)
- Industri agro otomotif (mesin dan peralatan pertanian) seta industri
pendukungnya
2. Sub sistem produksi/usaha tani (on-farm agribusiness)

Kegiatan ekonomi yang menggunakan sarana produksi yang dihasilkan oleh


subsistem agribisnis hulu untuk menghasilkan produk pertanian primer. Termasuk ke
dalam subsistem usaha tani ini adalah usaha tanaman pangan, usaha tanaman
hortikultura, usaha tanaman obat-obatan, usaha perkebunan, usaha perikanan, usaha
peternakan, dan kehutanan. Terdapat beberapa pengertian Usaha Tani yaitu :

1. Menurut Bachtiar Rivai (1980) usahatani adalah organisasi dari alam, kerja dan
modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian.

2. Menurut A.T.Mosher (1966) usahatani adalah sebagian dari permukaan bumi di


mana seorang petani, sebuah keluarga tani atau badan usaha lainnya bercocok
tanam atau memelihara ternak.

3. Menurut J.P.Makeham dan R.L.Malcolm (1991) usahatani (farm management)


adalah cara bagaimana mengelola kegiatan-kegiatan pertanian.

Contoh :
- Usaha tanaman pangan dan holtikultura
- Perkebunan
- Tanaman Obat
- Peternakan
- Perikanan
- Kehutanan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usahatani

Menurut Fadholi (1991), faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usahatani


digolongkan menjadi dua, yaitu :

a. Faktor intern (faktor-faktor pada usahatani itu sendiri), yang terdiri dari :
 Petani Pengelola
Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian
atau seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi
usaha tani pertanian, peternakan, perikanan, dan pemungutan hasil laut. Petani
tersebut bertanggung jawab tehadap pengelolaan usahatani yang ia lakukan, apabila
petani dapat melakukan pengelolaan secara baik maka usahatani yang ia lakukan
juga dapat berkembang dengan baik, dan sebaliknya. Pengelolaan usahatani itu juga
tergantung dari tingkat pendidikan petani sendiri dan bagaimana cara ia
memanfaatkan berbagai faktor produksi yang ada untuk digunakan secara efektif
dan efisien agar mendapatkan keuntungan yang maksimal. Jadi disini petani
berperan penting sebagai pengambil keputusan dan kebijakan dari usahatani yang
dilakukan.
 Tanah Usahatani
Tanah sebagai harta produktif adalah bagian organis rumah tangga tani. Luas
lahan usahatani menentukan pendapatan, taraf hidupnya, dan derajat kesejahteraan
rumah tangga tani. Tanah berkaitan erat dengan keberhasilan usaha tani dan
teknologi modern yang dipergunakan. Untuk mencapai keuntungan usaha tani,
kualitas tanah harus ditingkatkan. Hal ini dapat dicapai dengan cara pengelolaan
yang hati-hati dan penggunaan metode terbaik.
Pentingnya faktor produksi tanah, bukan saja dilihat dari segi luas atau
sempitnya lahan, tetapi juga segi yang lain, misalnya aspek kesuburan tanah,
macam penggunaan lahan (tanah sawah, tegalan, dan sebagainya) dan topografi
(tanah dataran pantai, rendah dan dataran tinggi).

Kemampuan tanah untuk pertanian penilaiannya didasarkan kepada:


1. Kemampuan tanah untuk ditanami dengan berbagai jenis tanaman. Makin
banyak tanaman makin baik.
2. Kemampuan untuk berproduksi. Makin tinggi produksi per satuan luas makin
baik.
3. Kemampuan untuk berproduksi secara lestari, makin sedikit pengawetan tanah
makin baik.
 Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah energi yang di curahkan dalam suatu proses kegiatan untuk
menghasilkan suatu produk. Pembicaraan mengenai tenaga kerja dalam pertanian di
Indonesia harus dibedakan ke dalam persoalan tenaga kerja dalam usahatani kecil-
kecilan (usahatani pertanian rakyat) dan persoalan tenaga kerja dalam perusahaan
pertanian yang besar-besar yaitu perkebunan, kehutanan, peternakan dan
sebagainya.
Dalam usahatani skala kecil sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga
petani sendiri yang terdiri atas ayah sebagai kepala keluarga, istri dan anak-anak
petani. Anak-anak berumur 12 tahun misalnya sudah dapat merupakan tenaga kerja
yang produktif bagi usahatani. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani ini
merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian secara keseluruhan dan
tidak pernah dinilai dalam uang. Peran anggota keluarga tani dalam mengelola
kegiatan usahatani bersama dapat mengurangi biaya pengeluaran untuk membayar
tenaga kerja sewa.
Berbeda dengan usahatani dalam skala besar, tenaga kerja memegang peranan
yang penting karena tenga kerja yang ada memiliki skill/keahlian tertentu dan
berpendidikan sehingga mampu menjalankan usahatani yang ada dengan baik, tentu
saja dengan seorang pengelola (manager) yang juga memiliki keahlian dalam
mengembangkan usahatani yang ada.
 Modal
Golongan pemilik modal yang kuat ini sering ditemukan pada petani besar,
petani kaya dan petani cukupan, petani komersial atau pada petani sejenisnya.
Sebaliknya, tidak demikian halnya pada petani kecil. Golongan petani yang
diklasifikasikan sebagai petani yang tidak bermodal kuat yaitu petani kecil, petani
miskin, petani tidak cukupan dan petani tidak komersial. Karena itulah mereka
memerlukan kredit usahatani agar mereka mampu mengelola usahataninya dengan
baik.
Kredit usaha tani adalah kredit modal kerja yang disalurkan melalui
koperasi/KUD dan LSM, untuk membiayai usaha tani dalam intensifikasi tanaman
padi, palawija dan hortikultura. Kredit program ini dirancang untuk membantu
petani yang belum mampu membiayai sendiri usaha taninya. Sistem penyaluran
kredit ini dirancang sedemikian rupa agar dapat diakses secara mudah oleh petani,
tanpa agunan dan prosedur yang rumit.
Bila tidak ada pinjaman yang berupa kredit usaha tani ini, maka mereka sering
menjual harta bendanya atau sering mencari pihak lain untuk membiayai
usahataninya itu.
 Jumlah Keluarga
Jumlah keluarga berhubungan dengan banyak sedikitnya potensi tenaga kerja
yang tersedia di dalam keluarga. Dalam usahatani skala kecil sebagian besar tenaga
kerja berasal dari keluarga petani sendiri yang terdiri atas ayah sebagai kepala
keluarga, istri dan anak-anak petani. Semakin banyak jumlah keluarga produktif
yang mampu membantu usahatani maka biaya tenaga kerja pun semakin banyak
berkurang. Dan biaya tersebut dapat dialokasikan untuk keperluan lain.

b. Faktor ekstern (faktor-faktor di luar usahatani), antara lain :


 Tersedianya Sarana Transportasi dan Komunikasi
Sarana transportasi dalam usahatani tentu saja sangat membantu dan
mempengaruhi keberhasilan usahatani, misalnya dalam proses pengangkutan
saprodi dan alat-alat pertanian, begitu juga dengan distribusi hasil pertanian ke
wilayah-wilayah tujuan pemasaran hasil tersebut, tanpa adanya transportasi maka
proses pengangkutan dan distribusi akan mengalami kesulitan.
Begitu pula dengan ketersediaan sarana komunikasi, pentingnya interaksi sosial
dan komunikasi baik antara petani dan petani, petani dan kelembagaan, serta petani
dan masyarakat diantaranya dapat meningkatkan kualitas SDM petani,
mengembangkan pola kemitraan, mengembangkan kelompok tani melalui
peningkatan kemampuan dari aspek budidaya dan aspek agribisnis secara
keseluruhan. Jika sarana komunikasi dalam berusahatani kurang mencukupi maka
perkembangan usahatani dan petani yang menjalankan kurang maksimal karena
ruang lingkup interaksi sosialnya sempit.
 Aspek-Aspek Yang Menyangkut Pemasaran Hasil dan Bahan-Bahan
Usahatani (harga hasil, harga saprodi dan lain-lain)
Harga hasil produksi usahatani mempengaruhi keuntungan yang didapat,
semakin tinggi hasil produksi dan semakin mahal harganya maka keuntungan dari
usahatani pun semakin tinggi pula, namun harga saprodi juga mempengaruhi
penerimaan hasil secara keseluruhan Karena harga saprodi merupakan modal utama
dalam berusahatani entah itu harga alat-alat pertanian, bahan-bahan utama seperti
benih, bibit, pupuk, dan obat-obatan dan sebagainya. Maka perhitungan, analisis
dan pengelolaan/pengalokasian dana yang baik akan mempengaruhi hasil yang
didapat dalam berushatani.
3. Sub sistem agribisnis hilir (down-stream agribusiness) (off-farm)
Berupa kegiatan ekonomi yang mengolah produk pertanian primer menjadi produk
olahan, baik produk awal maupun produk akhir, beserta kegiatan perdagangan di pasar
domestik maupun di pasar internasional. Kegiatan ekonomi yang termasuk dalam
subsistem agibisnis hilir ini antara lain adalah industri pengolahan makanan, industri
pengolahan minuman, industri pengolahan serat (kayu, kulit, karet, sutera, jerami)
industri jasa boga industri farmasi dan bahan kecantikan, dan lain-lain beserta kegiatan
perdagangannya.
Contoh:
- Produk makanan dan minuman
- Industri serat alam
- Industri biofarmaka
- Industri agro-wisata dan estetika
4. Subsistem lembaga penunjang (off-farm)
Seluruh kegiatan yang menyediakan jasa bagi agribisnis, seperti Lembaga
keuangan, lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga transportasi, Lembaga
pendidikan, dan lembaga pemerintah (kebijakan fiskal dan moneter, perdagangan
internasional, kebijakan tata-ruang, serta kebijakan lainnya).
Contoh :
- Distribusi
- Konsumsi
- Promosi
- Informasi pasar
C. Fungsi Subsistem Agribisnis dalam Sistem Agribisnis
Masing-masing komponen pelaku perusahaan agribisnis biasanya membagi diri dalam
fungsi dan peran atau tugasnya, namun tetap bersinergi untuk menghasilkan produk yang
berkualitas sesuai dengan kebutuhan pasar. Integrasi vertikal antar perusahaan agribisnis
yang berbeda pemilikannya sering diwujudkan dalam bentuk “kemitraan usaha” atau jika
pemilikannya sama disebut “perusahaan terintegrasi”.
a) Subsistem perusahaan agribisnis hulu berfungsi menghasilkan dan menyediakan
sarana produksi pertanian terbaik agar mampu menghasilkan produk usahatani yang
berkualitas. Dalam hubungan kemitraan inti plasma, maka perusahaan agribisnis
hulu dapat melakukan perannya, antara lain: memberikan pelayanan yang bermutu
kepada usahatani, memberikan bimbingan teknis produksi, memberikan bimbingan
manajemen dan hubungan sistem agribisnis, memfasilitasi proses pembelajaran
atau perlatihan bagi petani, menyaring dan mensintesis informasi agribisnis praktis
untuk petani, mengembangkan kerjasama bisnis (kemitraan) untuk dapat
memberikan keuntungan bagi para pihak.
b) Subsistem perusahaan usahatani sebagai produsen pertanian berfungsi melakukan
kegiatan teknis produksi agar produknya dapat dipertanggung jawabkan baik secara
kualitas maupun kuantitas. Mampu melakukan manajemen agribisnis secara baik
agar proses produksinya menjadi efisien sehingga mampu bersaing di pasar. Karena
itu, petani umumnya memerlukan penyuluhan dan informasi agribisnis, teknologi
dan inovasi lainnya dalam proses produksi, bimbingan teknis atau pendampingan
agar petani dapat melakukan proses produksi secara efisien dan bernilai tambah
lebih tinggi. Dalam hubungan kemitraan inti plasma, petani berperan sebagai
plasma.
c) Subsistem perusahaan agribisnis hilir berfungsi melakukan pengolahan lanjut (baik
tingkat primer, sekunder maupun tersier) untuk mengurangi susut nilai atau
meningkatkan mutu produk agar dapat memenuhi kebutuhan dan selera konsumen,
serta berfungsi memperlancar pemasaran hasil melalui perencanaan sistem
pemasaran yang baik. Dalam hubungan kemitraan inti plasma, maka perusahaan
agribisnis hilir itu sering berfungsi sebagai inti yang mempunyai kewajiban untuk
mendorong berkembangnya usahatani.
d) Subsistem jasa penunjang (penyuluhan, penelitian, informasi agribisnis,
pengaturan, kredit modal, transportasi, dll) secara aktif ataupun pasif berfungsi
menyediakan layanan bagi kebutuhan pelaku sistem agribisnis untuk memperlancar
aktivitas perusahaan dan sistem agribisnis. Masing-masing komponen jasa
penunjang itu mempunyai karakteristik fungsi yang berbeda, namun intinya adalah
agar mereka dapat berbuat sesuatu untuk mengurangi beban dan meningkatkan
kelancaran penyelenggaraan sistem agribisnis.

D. Agribisnis Sebagai Suatu Sistem

Agribisnis sebagai suatu sistem adalah agribisnis merupakan seperangkat unsur yang
secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Disini dapat diartikan
bahwa agribisnis terdiri dari dari berbagai sub sistem yang tergabung dalam rangkaian
interaksi dan interpedensi secara reguler, serta terorganisir sebagai suatu totalitas.

Adapun kelima mata rantai atau subsistem tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Subsistem Penyediaan Sarana Produksi


Sub sistem penyediaan sarana produksi menyangkut kegiatan pengadaan dan
penyaluran. Kegiatan ini mencakup Perencanaan, pengelolaan dari sarana produksi,
teknologi dan sumberdaya agar penyediaan sarana produksi atau input usahatani memenuhi
kriteria tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu dan tepat produk.
b. Subsistem Usahatani atau proses produksi
Sub sistem ini mencakup kegiatan pembinaan dan pengembangan usahatani dalam
rangka meningkatkan produksi primer pertanian. Termasuk kedalam kegiatan ini adalah
perencanaan pemilihan lokasi, komoditas, teknologi, dan pola usahatani dalam rangka
meningkatkan produksi primer. Disini ditekankan pada usahatani yang intensif dan
sustainable (lestari), artinya meningkatkan produktivitas lahan semaksimal mungkin
dengan cara intensifikasi tanpa meninggalkan kaidah-kaidah pelestarian sumber daya alam
yaitu tanah dan air. Disamping itu juga ditekankan usahatani yang berbentuk komersial
bukan usahatani yang subsistem, artinya produksi primer yang akan dihasilkan diarahkan
untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam artian ekonomi terbuka.

c. Subsistem Agroindustri/pengolahan hasil


Lingkup kegiatan ini tidak hanya aktivitas pengolahan sederhana di tingkat petani,
tetapi menyangkut keseluruhan kegiatan mulai dari penanganan pasca panen produk
pertanian sampai pada tingkat pengolahan lanjutan dengan maksud untuk menambah value
added (nilai tambah) dari produksi primer tersebut. Dengan demikian proses pengupasan,
pembersihan, pengekstraksian, penggilingan, pembekuan, pengeringan, dan peningkatan
mutu.
d. Subsistem Pemasaran
Sub sistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil usahatani dan agroindustri baik
untuk pasar domestik maupun ekspor. Kegiatan utama subsistem ini adalah pemantauan
dan pengembangan informasi pasar dan market intelligence pada pasar domestik dan pasar
luar negeri.
e. Subsistem Penunjang
Subsistem ini merupakan penunjang kegiatan pra panen dan pasca panen yang meliputi :
- Sarana Tataniaga
- Perbankan/perkreditan
- Penyuluhan Agribisnis
- Kelompok tani
- Infrastruktur agribisnis
- Koperasi Agribisnis
- BUMN
- Swasta
- Penelitian dan Pengembangan
- Pendidikan dan Pelatihan
- Transportasi
- Kebijakan Pemerintah

E. Tujuan Sistem Agribisnis


Tujuan penerapan sistem agribisnis adalah:
(1) Menggerakan kegiatan semua subsistem pertanian, yang berarti juga mengoptimalkan
potensi yang ada di wilayah atau daerah;
(2) Memperoleh keuntungan berusahatani;
(3) Memberikan kesempatan kerja;
(4) Memberikan nilai tambah peoduk pertanian;
(5) Meningkatkan pendapatan daerah dan nasional;
(6) Mengangkat kembali “citra atau daya tarik” sektor pertanian.
Pencapaian tujuan penerapan sistem agribisnis dapat tercapai dengan baik apabila ada
dukungan dari semua pihak terkait termasuk regulasi-regulasi pemerintah yang berpihak
pada sektor pertanian.

F. Strategi Pengembangan Sistem Agribisnis


1. Pembangunan Agribisnis merupakan pembangunan industri dan pertanian serta
jasa yang dilakukan sekaligus, dilakukan secara simultan dan harmonis. Hal ini
dapat diartikan bahwa perkembangan pertanian, industri dan jasa harus saling
berkesinambungan dan tidak berjalan sendiri-sendiri. Yang sering kita dapatkan selama
ini adalah industri pengolahan (Agroindustri) berkembang di Indonesia, tapi bahan
bakunya dari impor dan tidak (kurang) menggunakan bahan baku yang dihasilkan
pertanian dalam negeri. Dipihak lain, peningkatan produksi pertanian tidak diikuti oleh
perkembangan industri pengolahan ( Membangun industri berbasis sumberdaya
domestik/lokal). Sehingga perlu pengembangan Agribisnis Vertikal).
2. Membangun Agribisnis adalah membangun keunggulan bersaing diatas
keunggulan komparatif yaitu melalui transformasi pembangunan kepada
pembangunan yang digerakkan oleh modal dan selanjutnya digerakkan oleh inovasi.
Sehingga melalui membangun agribisnis akan mampu mentransformasikan
perekonomian Indonesia dari berbasis pertanian dengan produk utama (Natural
resources and unskill labor intensive) kepada perekonomian berbasis industri dengan
produk utama bersifat Capital and skill Labor Intesif dan kepada perekonomian
berbasis inovasi dengan produk utama bersifat Innovation and skill labor intensive.
Dalam arti bahwa membangun daya saing produk agribisnis melalui transformasi
keunggulan komparatif menjadi keunggulan bersaing, yaitu dengan cara:
Mengembangkan subsistem hulu (pembibitan, agro-otomotif, agro-kimia) dan
pengembangan subsistem hilir yaitu pendalaman industri pengolahan ke lebih hilir
dan membangun jaringan pemasaran secara internasional, sehingga pada tahap ini
produk akhir yang dihasilkan sistem agribisnis didominasi oleh produk-produk
lanjutan atau bersifat capital and skill labor intensive.
Pembangunan sistem agribisnis yang digerakkan oleh kekuatan inovasi. Pada tahap
ini peranan Litbang menjadi sangat penting dan menjadi penggerak utama sistem
agribisnis secara keseluruhan. Dengan demikian produk utama dari sistem
agribisnis pada tahap ini merupakan produk bersifat Technology intensive and
knowledge based.
Perlu orientasi baru dalam pengelolaan sistem agribisnis yang selama ini hanya
pada peningkatan produksi harus diubah pada peningkatan nilai tambah sesuai
dengan permintaan pasar serta harus selalu mampu merespon perubahan selera
konsumen secara efisien..
3. Menggerakkan kelima subsistem agribisnis secara simultan, serentak dan
harmonis. Oleh karena itu untuk menggerakkan Sistem agribisnis perlu dukungan
semua pihak yang berkaitan dengan agribisnis/ pelaku-pelaku agribisnis mulai dari
Petani, Koperasi, BUMN dan swasta serta perlu seorang Dirigent yang mengkoordinasi
keharmonisan Sistem Agribisnis.
4. Menjadikan Agroindustri sebagai A Leading Sector. Agroindustri adalah industri
yang memiliki keterkaitan ekonomi (baik langsung maupun tidak langsung) yang kuat
dengan komoditas pertanian. Keterkaitan langsung mencakup hubungan komoditas
pertanian sebagai bahan baku (input) bagi kegiatan agroindustri maupun kegiatan
pemasaran dan perdagangan yang memasarkan produk akhir agroindustri. Sedangkan
keterkaitan tidak langsung berupa kegiatan ekonomi lain yang menyediakan bahan
baku (input) lain diluar komoditas pertanian, seperti bahan kimia, bahan kemasan, dll.
Dalam mengembangkan agroindustri, tidak akan berhasil tanpa didukung oleh
agroindustri penunjang lain seperti industri pupuk, industri pestisida, industri
bibit/benih, industri pengadaan alat-alat produksi pertanian dan pengolahan
agroindustri seperti industri mesin perontok dan industri mesin pengolah lain.
Dikatakan Agroindustri sebagai A Leading Sector apabila memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a. Memiliki pangsa yang besar dalam perekonomian secara keseluruhan
sehingga kemajuan yang dicapai dapat menarik pertumbuhan perekonomian
secara total.
b. Memiliki pertumbuhan dan nilai tambah yang relatif tinggi.
c. Memiliki keterkaitan ke depan dan ke belakang yang cukup besar sehingga
mampu menarik pertumbuhan banyak sektor lain.
d. Keragaan dan Performanya berbasis sumberdaya domestik sehingga efektif
dalam membangun daerah serta kuat dan fleksibel terhadap guncangan
eksternal.
e. Tingginya elastisitas harga untuk permintaan dan penawaran.
f. Elastisitas Pendapatan untuk permintaan yang relatif besar
g. Angka pengganda pendapatan dan kesempatan kerja yang relatif besar
h. Kemampuan menyerap bahan baku domestic
i. Kemampuan memberikan sumbangan input yang besar.
5. Membangun Sistem agribisnis melalui pengembangan Industri Perbenihan.
Industri Perbenihan merupakan mata rantai terpenting dalam pembentukan atribut
produk agribisnis secara keseluruhan. Atribut dasar dari produk agribisnis seperti
atribut nutrisi (kandungan zat-zat nutrisi) dan atribut nilai (ukuran, penampakan, rasa,
aroma dan sebagainya) serta atribut keamanan dari produk bahan pangan seperti
kandungan logam berat, residu pestisida, kandungan racun juga ditentukan pada
industri perbenihan. Untuk membangun industri perbenihan diperlukan suatu rencana
strategis pengembangan industri perbenihan nasional. Oleh karena itu pemda perlu
mengembangkan usaha perbenihan (benih komersial) berdasar komoditas unggulan
masing-masing daerah, yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi industri
perbenihan modern. Pada tahap berikutnya daerah-daerah yang memiliki kesamaan
agroklimat dapat mengembangkan jenjang benih yang lebih tinggi seperti jenjang benih
induk,

6. Dukungan Industri Agro-otomotif dalam pengembangan sistem agribisnis. Dalam


rangka memodernisasi agribisnis daerah, perlu pengembangan banyak jenis dan ragam
produk industri agro-otomotif untuk kepentingan setiap sub sistem agribisnis. Untuk
kondisi di Indonesia yang permasalahannya adalah skala pengusahaan yang relatif
kecil, tidak ekonomis bila seorang petani memiliki produk agro-otomotif karena
harganya terlalu mahal. Oleh karena itu perlu adanya rental Agro-otomotif yang
dilakukan oleh Koperasi Petani atau perusahaan agro-otomotif itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai