1. Pengantar
2. Definisi Manajemen dan Sistem Agribisnis
3. Sistem Agribisnis dan Agroindustri
4. Pendekatan Sistem Agribisnis
5. Integrasi Vertikal Sistem Agribisnis
6. Integrasi Horizontal Sistem Agribisnis
TUJUAN
Setelah mempelajari materi ini mahasiswa diharapkan:
1. Mampu mengetahui dan memahami definisi sistem agribisnis
2. Mampu mengetahui dan memahami sistem agribisnis dan
Agroindustri
3. mengetahui dan memahami pendekatanKajian sistem agribisnis
4. Memahami tentang intergrasi vertikal sistem agribisnis
5. Memahami tentang intergrasi horizontal sistem agribisnis
1. PENGANTAR
Sektor pertanian Indonesia dalam kurun waktu dewasa ini serta pada masa
yang akan datang, masih akan menghadapi tantangan yang besarterutama pada
sub sektor non pangan utama, seperti hortikultura, perikanan, peternakan,
perkebunan dan kehutanan. Persaingan yang ketat antar Negara produsen
komoditas komersial disuga akan semakin meningkat. Tanda-tanda kea rah
demikian telah ada, seperti membanjirnya buah impor serta melemahnya
permintaan produk teh, kopi, maupun lainnya dipasar internasional.
Pengalaman Thailand dalam melakukan penetrasi pasar internasional untuk
memasarkan produk pertanian komersial yang dimiliki dapat dijadikan pelajaran.
Kemajuan yang dicapai tidaklah lepas dari kekuatan dan kemauan seluruh
masayarakat untuk mengembangkan komoditas unggulan dalam rangka
meningkatkan pendapatan para petaninya. Selain itu, komoditas ekspor tersebut
umumnya bukan merupakan hasil estate, merupakan hasil pertanian rakyat. Lain
halnya dengan Indonesia, hasil pertanian rakyat sangat sedikit menjadi konsumsi
masyarakat internasional, karena selama ini komoditas agribisnis andalan
Indonesia untuk pasar eskpor berasal dari produsen perkebunan atau
perusahaan besar.
Fenomena ini menunjukkan kurangnya partisipasi masyarakat dalam kancah
persaingan pasar global. Kondisi tersebut terjadi karena hanya perusahaan –
perusahaan besar yang memiliki partisipasi dominan. Terbatasnya partisipasi
masyarakat dalam pasar prosuk agribisnis global menyebabkan pertumbuhan
diversifikasi produk untuk pasar ekspor juga menjadi lamban baik dari segi
jumlah, jenis maupun mutunya. Partisipasi yang terbatas tersebut juga
menyebabkan
ketidakmerataan distribusi nilai tambah yang dihasilkan melalui kegiatan
ekspor atau hanya dinikmati oleh segelintir pengusaha agribisnis. Sementara itu,
para pelaku agribisnis kecil hanya menikmati pasar domestik dengan
perkembangan permintaan yang tergolong lamban.
Pada sisi lain, komoditas agribisnis yang diekspor banyak yang berupa bahan
baku atau bahan setengah jadi. Hal ini berimplikasi kepada rendahnya nilai
tambah yang diterima oleh para produsen dan para pelaku bisnis nasional. Jika
saja semua komoditas agribisnis yang diekspor, seperti kopi, kako, dan lainnya,
diolah dalam negeri sebelum diekspor, maka nilai tambah akibat pengolahan
tersebut akan dinikmati oleh masyarakat Indonesia. Upaya-upaya untuk meraih
nilai tambah akibat pengolahan komoditas tersebut sangat perlu digalakkan
untuk menjadikan agribisnis Indonesia sebagai sektor ekonomi unggulan.
Oleh karena itu, diperlukan upaya dan kemauan masyarakat pertanian
Indonesia untuk mengembangkan pertanian komersial, dalam lingkup agribisnis.
Bukan saja untuk memenuhi kebutuhan domestic, melainkan juga untuk
memenuhi permintaan ekspor. Dengan demikian, pemberdayaan sumber daya,
termasuk sumberdaya manusianya, perlu ditingkatkan. Permberdayaan tersebut
hanya dapat efektif jika ditunjang oleh kemampuan personal yang tinggi oleh
para pelaku agribisnis. Kemampuan personal yang harus dimiliki adalah
kemampuan manajerial, kemampuan teknis, kemampuan menerapkan
teknologi , dan kemampuan menerapkan teknologi dan kemampuan menjamin
mutu, serta kemampuan menemukan pasar bagi produk agribisnis yang
diproduksinya.
Page 2 of 12
of farm commodities and items made from them". Berikut pengertian
agribisnis sebagai suatu sistem menurut beberapa ahli :
a. Arsyad dan kawan-kawan menyatakan Agribisnis adalah suatu
kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan
dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada
hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Pertanian dalam arti
luas adalah kegitan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan
kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatn pertanian.
b. E. Paul Roy memandang agribisnis sebagai suatu proses koordinasi
berbagai sub-sistem. Koordinasi merupakan fungsi manajemen untuk
mengintegrasikan berbagai sub-sistem menjadi sebuah sistem.
c. Wibowo mengartikan agribisnis mengacu kepada semua aktivitas
mulai dari pengadaan, prosesing, penyaluran sampai pada pemasaran
produk yang dihasilkan oleh suatu usaha tani atau agroindustri yang
saling terkait satu sama lain.
d. Agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan penanganan
komoditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau
keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan masukan dan
keluaran produksi (agroindustri), pemasaran masukan-keluaran
pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan. Yang dimaksud
dengan berhubungan adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan
pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian.
(Downey and Erickson. 1987)
e. Pengertian Agribisnis menurut Cramer and Jensen Agribisnis adalah
suatu kegiatan yang sangat kompleks, meliputi industri pertanian,
industri pemasaran hasil pertanian dan hasil olahan produk pertanian,
industri manufaktur dan distribusi bagi bahan pangan dan serat-
seratan kepada pengguna/konsumen.
f. Pengertian agribisnis menurut Wikipedia adalah : Agribisnis adalah
bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang mendukungnya,
baik di sektor hulu maupun di hilir. Penyebutan "hulu" dan "hilir"
mengacu pada pandangan pokok bahwa agribisnis bekerja pada rantai
sektor pangan (food supply chain). Agribisnis mempelajari strategi
memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya,
pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran.
g. Pengertian Agribisnis menurut Austin: Agribisnis adalah kesatuan
kegiatan usaha yang meliputi kegiatan usahatani, pengolahan bahan
makanan, usaha sarana dan prasarana produksi pertanian,
transportasi, perdagangan, kestabilan pangan dan kegiatan-kegiatan
lainnya termasuk distribusi bahan pangan dan serat-seratan kepada
konsumen.
Page 3 of 12
Sebagai subjek akademik, agribisnis mempelajari strategi memperoleh
keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, penyediaan bahan baku,
pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran. Dengan definisi ini
dapat diturunkan ruang lingkup agribisnis yang mencakup semua kegiatan
pertanian yang dimulai dengan pengadaan penyaluran sarana produksi (the
manufacture and distribution of farm supplies), produksi usaha tani
(Production on the farm) dan pemasaran (marketing) produk usaha tani ataupun
olahannya. Ketiga kegiatan ini mempunyai hubungan yang erat, sehingga
gangguan pada salah satu kegiatan akan berpengaruh terhadap kelancaran
seluruh kegiatan dalam bisnis. Karenanya agribisnis digambarkan sebagai satu
sistem yang terdiri dari tiga subsistem, serta tambahan satu subsistem lembaga
penunjang.
Page 4 of 12
ikan. Pelaku kegiatan dalam subsistem ini adalah produsen yang terdiri dari
petani, peternak, pengusaha tambak, pengusaha tanaman hias dan lain-lain.
Page 5 of 12
1. Keanekaragaman jenis bisnis yang sangat besar pada sektor agribisnis yaitu
dari para produsen dasar sampai para pengirim, perantara, pedagang
borongan, pemproses, pengepak, pembuat barang, usaha pergudangan,
pengangkutan, lembaga keuangan, pengecer, kongsi bahan pangan, restoran
dan lainnya.
2. Besarnya jumlah agribisnis, secara kasar berjuta-juta bisnis yang berbeda
telah lazim menangani aliran dari produsen sampai ke pengecer.
3. Cara pembentukan agribisnis dasar di sekeliling pengusaha tani. Para
pengusaha tani ini menghasilkan beratus-ratus macam bahan pangan dan
sandang (serat).
4. Keanekaragaman yang tidak menentu dalam hal ukuran agribisnis, dari
perusahaan raksasa sampai pada organisasi yang di kelola oleh satu orang .
5. Agribisnis yang berukuran kecil dan harus bersaing di pasar yang relative
bebas dengan penjual yang berjumlah banyak dan pembeli yang lebih sedikit.
6. Falsafah hidup tradisional yang dianut oleh para pekerja agribisnis cenderung
membuat agribisnis lebih berpandangan konservatif dibanding bisnis lainnya.
7. Kenyataan bahwa agribisnis cenderung berorientasi pada masyarakat, banyak
di antaranya terdapat dikota kecil dan pedesaan, dimana hubungan antar
perorangan penting dan ikatan bersifat jangka panjang.
8. Kenyataan bahwa agribisnis yang sudah menjadi industri raksasa sekali pun
sangat bersifat musiman.
9. Agribisnis bertalian dengan gejala alam.
10. Dampak dari program dan kebijakan pemerintah mengena langsung pada
agribisnis. Misalnya harga gabah sangat dipengaruhi oleh peraturan
pemerintah.
Page 6 of 12
SS-I SS-II SS-III SS-IV
Pengadaan dan Produksi Primer Pengolahan Pemasaran
Penyaluran Sasaran
Produksi
SS-I
Lembaga Penunjang Agribisnis
Page 7 of 12
pertanian. Subsistem tersebut lazimnya dikenal sebagai agroindustri. Menurut
Austin (1981) agroindustri adalah usaha yang mengolah bahan baku menjadi
berbagai produk hasil pertanian yang dibutuhkan konsumen. Pada masyarakat
sering juga disebut istilah agroindustri hulu dan agroindustri hilir. Agroindustri
hulu mencakup industri penghasil input pertanian, seperti pupuk, pestisida, alat-
alat dan mesin- mesin pertanian dan bahkan lebih luas lagi mencakup
perusahaan pembenihan. Pada lain pihak untuk agroindustri hilir adalah industry
pengolahan hasil-hasil pertanian primer, seperti tekstil dari benang, benang dari
kapas atau ulat sutra, sepatu dari kulit, dan kulit dari hewan, industry kue dari
tepung beras atau gandum.
Page 8 of 12
environment) yang terdiri atas lingkungan ekonomi, politik, sosial budaya,
teknologi dan sumber daya alam.
Pendekatan makro kajian sistem agribisnis memberikan kerangka analisis
untuk tujuan pengembangan agrobisnis nasional. Sistem agribisnis secara makro
dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi, politik, sosial budaya, hankam, dan
teknologi, baik nasional, regional, maupun internasional. Untuk membangun
sistem agribisnis nasional yang tangguh peran kebijakan pemerintah adalah
menjadi penuntun, pendorong, pengawas, dan pengendali sistem.
Beberapa sasaran dan target yang ingin dicapai dalam pengembanga
agribisnis dan berbagai kebutuhan yang diperlukan untuk mengembangkan
agribisnis yang tangguh. Arah tanda panah menunjukkan bagaimana mekanisme
tersebut berjalan. Walaupun tidak menunjukkan adanya interdepedensi
antarkomponen, tetapi secara sistem terdapat saling ketergantungan antar
komponen. Tingkat keeratan hubungan yang terjadi menunjukkan kekuatan
agribisnis yang selanjutnya membentuk kinerja. Kinerja tersebut akan sangat
bergantung pada terselenggaranya integrasi sistem agribisnis baik secara vertikal
maupun horizontal.
Page 9 of 12
KONSUMEN
Luar Negeri
Domestik
Pedagang Besar
Perusahaan Agroindustri
Pedagang Pengumpul
Produsen Primer
Distribusi Input
Page 10 of 12
Pemerintah berperan sebagai pengatur, Pembina, dan pengawas berperasinya
mekanisme sistem komoditas secara vertikal tersebut. Pembinaan dilakukan
sebagai upaya untuk memperkuat ikatan keterpaduan antar pelaku. Pengaturan
dilakukan untuk menjamin terselenggaranya pemenuhan hak-hak dan kewajiban
antar pelakusecara seimbang dan proposional, serta tersedianya sarana
pelayanan yang mampu menjamin terselenggaranya integrasi sistem komoditas
tersebut secara langsung, seperti tata niaga atau sebagai pelaku.
Pengawasan dilakuan sebagai upaya untuk menjamin terselenggaranya
sistem komoditas tersebut berdasarkan prinsip efektivitas, efesiensi, dan
proposional. Melalui pengawasan tersebut, maka pemerintahdapat mengambil
kebijakan-kebijakan pengendalian apabila terjadi penyimpangan arah dan tujuan
sistem tersebut.
Kelembagaan pendukung yang berasal dari educator berperan sebagai
pendidik, penyuluh, dan pembimbing para pelaku sistem komoditas, sehingga
setiap pelaku dapat bekerja dan memiliki kualifikasi sesuai dengan tugas dan
tanggung jawabnya dalam sistem komoditas tersebut. Peneliti berperan dalam
penelitian pengembangan serta perancangan sistem dan perbaikan sistem
beserta unsure-unsurnya secara terus-menerus. Sedangkan kelembagaan
masyarakat melakukan pengawasan sosial terhadap pelaksanaan dan operasi
sistem.
Integrasi vertikal hanya dapat diselenggarakan apabila terdapat hubungan
yang saling menguntungkan secara proposional dan saling dukung antar pelaku
dalam sistem komoditas secara vertikal tersebut. Keterkaitan yang saling
meguntungkan secara proposional tersebut merupakan fondasi yang kuat untuk
membangun integrasi vertikal karena terdapatnya jaminan pemenuhan hak –hak
dan kebutuhan para pelaku. Namun demikian, keterkaitan yang saling
mendukung tidak kalah pentingnya sebagai fondasi tegaknya istem integrasi
vertikal tersebut, karena kekuatan sinergis yang terjadi dalam berbagai
hubungan semakin kuat dengan semakin tingginya kinerja pihak-pihak yang
bekerjasama dengan sistem tersebut.
Page 11 of 12
REFERENSI
Downey, W.D., dan S.P. Erickson. 1992. Manajemen Agribisnis. Ed. Ke-2, Cet. Ke-3.
R. Ganda.S. dan A. Sirait, Penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari:
Agribusiness Management
Page 12 of 12