Anda di halaman 1dari 12

Pertemuan 1 MANAJEMEN AGRIBISNIS

Dr. Ahmad Mubarak


Rayhana Jafar, SP., M.Agr

1. Pengantar
2. Definisi Manajemen dan Sistem Agribisnis
3. Sistem Agribisnis dan Agroindustri
4. Pendekatan Sistem Agribisnis
5. Integrasi Vertikal Sistem Agribisnis
6. Integrasi Horizontal Sistem Agribisnis

TUJUAN
Setelah mempelajari materi ini mahasiswa diharapkan:
1. Mampu mengetahui dan memahami definisi sistem agribisnis
2. Mampu mengetahui dan memahami sistem agribisnis dan
Agroindustri
3. mengetahui dan memahami pendekatanKajian sistem agribisnis
4. Memahami tentang intergrasi vertikal sistem agribisnis
5. Memahami tentang intergrasi horizontal sistem agribisnis

1. PENGANTAR
Sektor pertanian Indonesia dalam kurun waktu dewasa ini serta pada masa
yang akan datang, masih akan menghadapi tantangan yang besarterutama pada
sub sektor non pangan utama, seperti hortikultura, perikanan, peternakan,
perkebunan dan kehutanan. Persaingan yang ketat antar Negara produsen
komoditas komersial disuga akan semakin meningkat. Tanda-tanda kea rah
demikian telah ada, seperti membanjirnya buah impor serta melemahnya
permintaan produk teh, kopi, maupun lainnya dipasar internasional.
Pengalaman Thailand dalam melakukan penetrasi pasar internasional untuk
memasarkan produk pertanian komersial yang dimiliki dapat dijadikan pelajaran.
Kemajuan yang dicapai tidaklah lepas dari kekuatan dan kemauan seluruh
masayarakat untuk mengembangkan komoditas unggulan dalam rangka
meningkatkan pendapatan para petaninya. Selain itu, komoditas ekspor tersebut
umumnya bukan merupakan hasil estate, merupakan hasil pertanian rakyat. Lain
halnya dengan Indonesia, hasil pertanian rakyat sangat sedikit menjadi konsumsi
masyarakat internasional, karena selama ini komoditas agribisnis andalan
Indonesia untuk pasar eskpor berasal dari produsen perkebunan atau
perusahaan besar.
Fenomena ini menunjukkan kurangnya partisipasi masyarakat dalam kancah
persaingan pasar global. Kondisi tersebut terjadi karena hanya perusahaan –
perusahaan besar yang memiliki partisipasi dominan. Terbatasnya partisipasi
masyarakat dalam pasar prosuk agribisnis global menyebabkan pertumbuhan
diversifikasi produk untuk pasar ekspor juga menjadi lamban baik dari segi
jumlah, jenis maupun mutunya. Partisipasi yang terbatas tersebut juga
menyebabkan
ketidakmerataan distribusi nilai tambah yang dihasilkan melalui kegiatan
ekspor atau hanya dinikmati oleh segelintir pengusaha agribisnis. Sementara itu,
para pelaku agribisnis kecil hanya menikmati pasar domestik dengan
perkembangan permintaan yang tergolong lamban.
Pada sisi lain, komoditas agribisnis yang diekspor banyak yang berupa bahan
baku atau bahan setengah jadi. Hal ini berimplikasi kepada rendahnya nilai
tambah yang diterima oleh para produsen dan para pelaku bisnis nasional. Jika
saja semua komoditas agribisnis yang diekspor, seperti kopi, kako, dan lainnya,
diolah dalam negeri sebelum diekspor, maka nilai tambah akibat pengolahan
tersebut akan dinikmati oleh masyarakat Indonesia. Upaya-upaya untuk meraih
nilai tambah akibat pengolahan komoditas tersebut sangat perlu digalakkan
untuk menjadikan agribisnis Indonesia sebagai sektor ekonomi unggulan.
Oleh karena itu, diperlukan upaya dan kemauan masyarakat pertanian
Indonesia untuk mengembangkan pertanian komersial, dalam lingkup agribisnis.
Bukan saja untuk memenuhi kebutuhan domestic, melainkan juga untuk
memenuhi permintaan ekspor. Dengan demikian, pemberdayaan sumber daya,
termasuk sumberdaya manusianya, perlu ditingkatkan. Permberdayaan tersebut
hanya dapat efektif jika ditunjang oleh kemampuan personal yang tinggi oleh
para pelaku agribisnis. Kemampuan personal yang harus dimiliki adalah
kemampuan manajerial, kemampuan teknis, kemampuan menerapkan
teknologi , dan kemampuan menerapkan teknologi dan kemampuan menjamin
mutu, serta kemampuan menemukan pasar bagi produk agribisnis yang
diproduksinya.

2. DEFINISI SISTEM AGRIBISNIS


Menurut asal muasalnya kata Agribisnis berangkat dari kata
Agribusiness, dimana Agri=Agriculture artinya pertanian dan Business
berarti usaha atau kegiatan yang berorientasi profit. Jadi secara
sederhana Agribisnis (agribusiness) adalah usaha atau kegiatan pertanian
serta apapun yang terkait dengan pertanian berorientasi profit.
Istilah “agribusiness” untuk pertama kali dikenal oleh masyarakat
Amerika Serikat pada tahun 1955, ketika John H. Davis menggunakan
istilah tersebut dalam makalahnya yang disampakan pada "Boston
Conference on Disiribution". Kemudian John H. Davis dan Ray Goldberg
kembali lebih memasyarakatkan agribisnis melalui buku mereka yang
berjudul "A Conception of Agribusiness" yang terbit tahun 1957 di Harvard
University. Ketika itu kedua penulis bekerja sebagai guru besar pada
Universitas tersebut. Tahun 1957, itulah dianggap oleh para pakar sebagai
tahun kelahiran dari konsep agribisnis. Dalam buku tersebut, Davis dan
Golberg mendefinisikan agribisnis sebagai berikut: "The sum total of all
operation involved in the manufacture and distribution of farm supplies:
Production operation on farm: and the storage, processing and distribution

Page 2 of 12
of farm commodities and items made from them". Berikut pengertian
agribisnis sebagai suatu sistem menurut beberapa ahli :
a. Arsyad dan kawan-kawan menyatakan Agribisnis adalah suatu
kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan
dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada
hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Pertanian dalam arti
luas adalah kegitan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan
kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatn pertanian.
b. E. Paul Roy memandang agribisnis sebagai suatu proses koordinasi
berbagai sub-sistem. Koordinasi merupakan fungsi manajemen untuk
mengintegrasikan berbagai sub-sistem menjadi sebuah sistem.
c. Wibowo mengartikan agribisnis mengacu kepada semua aktivitas
mulai dari pengadaan, prosesing, penyaluran sampai pada pemasaran
produk yang dihasilkan oleh suatu usaha tani atau agroindustri yang
saling terkait satu sama lain.
d. Agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan penanganan
komoditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau
keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan masukan dan
keluaran produksi (agroindustri), pemasaran masukan-keluaran
pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan. Yang dimaksud
dengan berhubungan adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan
pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian.
(Downey and Erickson. 1987)
e. Pengertian Agribisnis menurut Cramer and Jensen Agribisnis adalah
suatu kegiatan yang sangat kompleks, meliputi industri pertanian,
industri pemasaran hasil pertanian dan hasil olahan produk pertanian,
industri manufaktur dan distribusi bagi bahan pangan dan serat-
seratan kepada pengguna/konsumen.
f. Pengertian agribisnis menurut Wikipedia adalah : Agribisnis adalah
bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang mendukungnya,
baik di sektor hulu maupun di hilir. Penyebutan "hulu" dan "hilir"
mengacu pada pandangan pokok bahwa agribisnis bekerja pada rantai
sektor pangan (food supply chain). Agribisnis mempelajari strategi
memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya,
pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran.
g. Pengertian Agribisnis menurut Austin: Agribisnis adalah kesatuan
kegiatan usaha yang meliputi kegiatan usahatani, pengolahan bahan
makanan, usaha sarana dan prasarana produksi pertanian,
transportasi, perdagangan, kestabilan pangan dan kegiatan-kegiatan
lainnya termasuk distribusi bahan pangan dan serat-seratan kepada
konsumen.

Agribisnis dari cara pandang ekonomi ialah usaha penyediaan pangan.


Pendekatan analisis makro memandang agribisnis sebagai unit sistem industri
dan suatu komoditas tertentu, yang membentuk sektor ekonomi secara regional
atau nasional. Sedangkan pendekatan analisis mikro memandang agribisnis
sebagai suatu unit perusahaan yang bergerak, baik dalam salah satu subsistem
agribisnis, baik hanya satu atau lebih subsistem dalam satu lini komodias atau
lebih dari satu lini komoditas.

Page 3 of 12
Sebagai subjek akademik, agribisnis mempelajari strategi memperoleh
keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, penyediaan bahan baku,
pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran. Dengan definisi ini
dapat diturunkan ruang lingkup agribisnis yang mencakup semua kegiatan
pertanian yang dimulai dengan pengadaan penyaluran sarana produksi (the
manufacture and distribution of farm supplies), produksi usaha tani
(Production on the farm) dan pemasaran (marketing) produk usaha tani ataupun
olahannya. Ketiga kegiatan ini mempunyai hubungan yang erat, sehingga
gangguan pada salah satu kegiatan akan berpengaruh terhadap kelancaran
seluruh kegiatan dalam bisnis. Karenanya agribisnis digambarkan sebagai satu
sistem yang terdiri dari tiga subsistem, serta tambahan satu subsistem lembaga
penunjang.

Gambar 1. Sistem Agribisnis

Secara konsepsional sistem agribisnis dapat diartikan sebagai semua


aktifitas, mulai dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi (input) sampai
dengan pemasaran produk-produk yang dihasilkan oleh usaha tani serta
agroindustri, yang saling terkait satu sama lain. Dengan demikian sistem
agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai subsistem yaitu:

A. Subsistem Agribisnis/Agroindustri Hulu


Meliputi pengadaan sarana produksi pertanian antara lain terdiri dari benih,
bibit, makanan ternak, pupuk , obat pemberantas hama dan penyakit, lembaga
kredit, bahan bakar, alat-alat, mesin, dan peralatan produksi pertanian. Pelaku-
pelaku kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana produksi adalah perorangan,
perusahaan swasta, pemerintah, koperasi. Betapa pentingnya subsistem ini
mengingat perlunya keterpaduan dari berbagai unsur itu guna mewujudkan
sukses agribisnis. Industri yang meyediakan sarana produksi pertanian disebut
juga sebagai agroindustri hulu (upstream).

B. Subsistem budidaya / usahatani


Usaha tani menghasilkan produk pertanian berupa bahan pangan, hasil
perkebunan, buah-buahan, bunga dan tanaman hias, hasil ternak, hewan dan

Page 4 of 12
ikan. Pelaku kegiatan dalam subsistem ini adalah produsen yang terdiri dari
petani, peternak, pengusaha tambak, pengusaha tanaman hias dan lain-lain.

C. Subsistem Agribisnis/agroindustri Hilir meliputi Pengolahan dan Pemasaran


(Tata niaga) produk pertanian dan olahannya
Dalam subsistem ini terdapat rangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan
produk usaha tani, pengolahan, penyimpanan dan distribusi. Sebagian dari
produk yang dihasilkan dari usaha tani didistribusikan langsung ke konsumen
didalam atau di luar negeri. Sebagian lainnya mengalami proses pengolahan
lebih dahulu kemudian didistribusikan ke konsumen. Pelaku kegiatan dalam
subsistem ini ialah pengumpul produk, pengolah, pedagang, penyalur ke
konsumen, pengalengan dan lain-lain. Industri yang mengolah produk
usahatani disebut agroindustri hilir (downstream). Peranannya amat penting
bila ditempatkan di pedesaan karena dapat menjadi motor penggerak roda
perekonomian di pedesaan, dengan cara menyerap/mencipakan lapangan kerja
sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat
pedesaan.

D. Subsistem jasa layanan pendukung agribisnis (kelembagaan)


Subsistem jasa layanan pendukung agribisnis (kelembagaan) atau
supporting institution adalah semua jenis kegiatan yang berfungsi untuk
mendukung dan melayani serta mengembangkan kegiatan sub-sistem hulu,
sub-sistem usaha tani, dan sub-sistem hilir. Lembaga-lembaga yang terkait
dalam kegiatan ini adalah penyuluh, konsultan, keuangan, dan penelitian.
Lembaga penyuluhan dan konsultan memberikan layanan informasi yang
dibutuhkan oleh petani dan pembinaan teknik produksi, budidaya pertanian,
dan manajemen pertanian. Untuk lembaga keuangan seperti perbankan,
model ventura, dan asuransi yang memberikan layanan keuangan berupa
pinjaman dan penanggungan risiko usaha (khusus asuransi). Sedangkan
lembaga penelitian baik yang dilakukan oleh balai-balai penelitian atau
perguruan tinggi memberikan layanan informasi teknologi produksi,
budidaya, atau teknik manajemen mutakhir hasil penelitian dan
pengembangan.

Berdasarkan pandangan bahwa agribisnis sebagai suatu sistem dapat


terlihat dengan jelas bahwa subsistem-subsistem tersebut tidak dapat berdiri
sendiri, tetapi saling terkait satu dengan yang lain. Subsistem agribisnis hulu
membutuhkan umpan balik dari subsistem usaha tani agar dapat memproduksi
sarana produksi yang sesuai dengan kebutuhan budidaya pertanian. Sebaliknya,
keberhasilan pelaksanaan operasi subsistem usaha tani bergantung pada sarana
produksi yang dihasilkan oleh subsistem agribisnis hilir. Selanjutnya, proses
produksi agribisnis hilir bergantung pada pasokan komoditas primer yang
dihasilkan oleh subsistem usahatani. Subsistem jasa layanan pendukung, seperti
telah dikemukakan, keberadaannya tergantung pada keberhasilan ketiga
subsistem lainnya. Jika subsistem usahatani atau agribisnis hilir mengalami
kegagalan, sementara sebagian modalnya merupakan pinjaman maka lembaga
keuangan dan asuransi juga akan mengalami kerugian.

Dalam hal pengelolaan sub sistem agribisnis diatas memerlukan


penanganan/manajerial. Maka kekhususan manajemen agribisnis antara lain
dapat dinyatakan sebagaimana berikut :

Page 5 of 12
1. Keanekaragaman jenis bisnis yang sangat besar pada sektor agribisnis yaitu
dari para produsen dasar sampai para pengirim, perantara, pedagang
borongan, pemproses, pengepak, pembuat barang, usaha pergudangan,
pengangkutan, lembaga keuangan, pengecer, kongsi bahan pangan, restoran
dan lainnya.
2. Besarnya jumlah agribisnis, secara kasar berjuta-juta bisnis yang berbeda
telah lazim menangani aliran dari produsen sampai ke pengecer.
3. Cara pembentukan agribisnis dasar di sekeliling pengusaha tani. Para
pengusaha tani ini menghasilkan beratus-ratus macam bahan pangan dan
sandang (serat).
4. Keanekaragaman yang tidak menentu dalam hal ukuran agribisnis, dari
perusahaan raksasa sampai pada organisasi yang di kelola oleh satu orang .
5. Agribisnis yang berukuran kecil dan harus bersaing di pasar yang relative
bebas dengan penjual yang berjumlah banyak dan pembeli yang lebih sedikit.
6. Falsafah hidup tradisional yang dianut oleh para pekerja agribisnis cenderung
membuat agribisnis lebih berpandangan konservatif dibanding bisnis lainnya.
7. Kenyataan bahwa agribisnis cenderung berorientasi pada masyarakat, banyak
di antaranya terdapat dikota kecil dan pedesaan, dimana hubungan antar
perorangan penting dan ikatan bersifat jangka panjang.
8. Kenyataan bahwa agribisnis yang sudah menjadi industri raksasa sekali pun
sangat bersifat musiman.
9. Agribisnis bertalian dengan gejala alam.
10. Dampak dari program dan kebijakan pemerintah mengena langsung pada
agribisnis. Misalnya harga gabah sangat dipengaruhi oleh peraturan
pemerintah.

3. SISTEM AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI


Pada modul ini, pertanian mencakup kegiata usahatani perkebunan,
kehutanan, peternakan, dan perikanan. Usaha dibidang pertanian Indonesia
bervariasi dalam corak dan ragam. Berdasarkan segi skala usaha, ada yang
berskala besar ( seperti perusahaan perkebunan,industri minyak sawit, dan lain-
lain. , ada juga yang berskala menengah (seperti bebrpa agroindustri menengah
dan perkebunan menengah), serta ada yang berskala kecil (usahatani dengan
luas lahan dibawah 25 hektar dan berbagai industry skala rumah tangga).
Namun, apabila dikaji daru jumlah usahanya, maka usaha bersakal kecil adalah
yang paling banyak.
Fungsi-fungsi agribisnis terdiri dari kegiatan pengadaan dan penyaluran
sarana produksi , kegiatan produksi primer (budidaya), pengolahan
(agroindustri) dan pemasaran. Fungsi-fungsi tersebut kemudian disusun menjadi
suatu sistem, maka fungsi –fungsi diatas menjadi subsistem dari sistem
agribisnis. Pengertian agribisnis yang banyak digunakan di Negara –negara Asia
adalah konsep yang dikemukakan oleh Davis dan Golberg (1957) dan
diperkenalkan di Thailand, Malaysia, dan Filipina sekitar decade 1960an.
Agribisnis baru diperkenalkan secara resmi di Indonesia pada tahu 1984. Definisi
agribisnis yang dikemukakan oleh Davis dan Golberg (1957) memberikan suatu
konsep dn wawasan yang sangat tentang pertanian modern menghadapi
millennium ketiga. Agribisnis yang merupakan suatu sistem , bila dikembangkan
harus terpadu dan selaras dengan semua subsistem yang ada didalamnya.

Page 6 of 12
SS-I SS-II SS-III SS-IV
Pengadaan dan Produksi Primer Pengolahan Pemasaran
Penyaluran Sasaran
Produksi

SS-I
Lembaga Penunjang Agribisnis

Gambar 2. Sistem Agribisnis dan Lembaga Penunjangnya

Pada pihak lain , menurut Soehardjo (1997) persyaratan-persyaratan untuk


memiliki wawasan agribisnis adalah seperti dibawah ini:
a. Memandang agribisnis sebagai sebuah sistem yang terdiri atas beberapa
subsistem. Pengembangan agribisnis harus mengembangkan semua
subsistem di dalamnya karena tidak ada satu subsistem yang lebih penting
dari subsistem lainnya.
b. Setiap subsistem dalam sistem agribisnis mempunyai keterkaitan ke belakang
dan ke depan. Tanda panah kebelkang (kekiri) pada subsistem pengolahan
(SS-III dalam gambar 2) menunjukkan bahwa SS-III akan berfungsi baik
apabila ditunjang oleh ketersediaan bahan baku yang dihasilkan oleh SS-II.
Tanda panah ke depan (ke kanan) pada SS-III menunjukkan bahwa
subsistem pengolahan (SS-III) akan berhasil dengan baik jika menemukan
pasar untuk produknya.
c. Agribisnis memerlukan lembaga penunjang seperti lembaga pertanahan,
pembiayaan atau keuangan , pendidikan , penelitian, dan perhubungan.
Lembaga pendidikan dan pelatihan mempersiapkan para pelaku agribisnis
yang professional sedangkan lembaga penelitian memberikan sumbangan
berupa teknologi dan informasi. Lembaga –lembaga penunjang kebanyakan
berada diluar sektor pertanian, sehingga sektor pertanian semakin erat
dengan sektor lainnya. Oleh karena itu akan semakin besar sumbangan yang
dapat diberikan sektor agribisnis terhadap ekonomi nasional.
d. Agrbisnis melibatkan pelaku dari berbgai pihak (BUMN, swasta, koperasi)
dengan profesi sebagai penghasil produk primer, pengolah, pedagang,
distributor, importer, eksportir dan lain- lain. Kualitas sumber daya manusia
diatas sangat menentukan berfungsinya subsistem-subsistem dalam sistem
agribisnis dan dalam memelihara kelancaran arus komoditas dari produsen ke
konsumen. Petani kecil adalah salah satu pelaku dalam agribisnis, sehinga
merupakan kekeliruan besar apabila tidak memberikan perhatian dan tidak
mengikutsertakan, karena jumlahnya diperkirakan tidak kurang dari 18 juta
rumah tangga.
Jika kembali melihat gambar 1 maka tampak bahwa dalam sistem agribisnis ,
salah satunya subsistem agribisnis untuk kegiatan pengolahan hasil –hasil

Page 7 of 12
pertanian. Subsistem tersebut lazimnya dikenal sebagai agroindustri. Menurut
Austin (1981) agroindustri adalah usaha yang mengolah bahan baku menjadi
berbagai produk hasil pertanian yang dibutuhkan konsumen. Pada masyarakat
sering juga disebut istilah agroindustri hulu dan agroindustri hilir. Agroindustri
hulu mencakup industri penghasil input pertanian, seperti pupuk, pestisida, alat-
alat dan mesin- mesin pertanian dan bahkan lebih luas lagi mencakup
perusahaan pembenihan. Pada lain pihak untuk agroindustri hilir adalah industry
pengolahan hasil-hasil pertanian primer, seperti tekstil dari benang, benang dari
kapas atau ulat sutra, sepatu dari kulit, dan kulit dari hewan, industry kue dari
tepung beras atau gandum.

4. PENDEKATAN SISTEM AGRIBISNIS


Kajian mengenai sistem agribisnis dan agroindustri dapat dilakukan dengan
dua pendekatan analisis, yaitu pendekatan analisis mikro dan pendekatan
analisis makro. Pendekatan analisis makro yaitu agribisnis sebagai unit sistem
industri dari suatu komoditas tertentu, yang membentuk sektor ekonomi secara
regional atau nasional. Pendekatan analisis mikro memandang agribisnis sebagai
suatu unit perusahaan yang bergerak baik dalam salah satu subsistem agribisnis
maupun lebih dari satu subsistem dalam satu lini komoditas maupun lebih dari
satu.
Contoh sistem agribisnis berdasarkan pendekatan kajian secara mikro seperti
dibawah ini:
a. Perkebunan kelapa sawit (bergerak dalam satulini komoditas)
b. Perusahaan pengolahan buah nanas dan pisang (bergerak dalam satu
subsistem namun pada dua lini komoditas)
c. Perusahaan yang menangani semua sublini dalam lini komoditas misalnya
konglomerasi kelapa sawit (menangani dari perkebunan, pengolahan sampai
kepada pemasarannya)
d. PTPN bergerak dalam beberapa lini komoditas
e. Pertambakan udang rakyat, usahatani anggrek, peternakan ayam, dan
peternakan kambing (bergerak dalam satu subsistem dalam satu lini
komoditas).
Kedua pendekatan analisis diatas memiliki tekanandan orientasi yang
berbeda . pendekatan mikro lebih menekankan kepada pencapaian efisiensi,
optimasi alokasi dan penggunaan sumberdaya, serta berusaja memaksimumkan
keuntungan. Pada lain pihak, kerangka pendekatan analisis makro mengkaji
agribisnis berdasarkan hubungannya dengan ekonomi nasional yaitu ada
hubungannya dengan produk domestic bruto, rasio biaya domestic, penigkatan
pendapatn nasional, pemerataan distribusi pendapatan, peningkatan ekspor,
upaya subtitusi impor, inflasi, devaluasi, penurunan tingkat pengangguran dll.
unsur-unsur yang menjadi sasaran analisis dalam perusahaan agribisnis,
yakni aktivitas perusahaan agroindustri yang meliputi kegiatan pengadaan input,
pengolahan, dan pemasaran. selain itu, pada lingkup manajemen terdapat divisi
riset dan pengembangan, administrasi dan personalia, serta keuangan. Diluar
lingkup manajemen ada tenaga kerja atau serikat pekerja, sumber-sumber
pembiayaan, pelanggan, distributor, pemasok, serta karakteristik bahan baku
dan lingkungan tugas lainnya. Lingkungan yang paling luar dan tidak dapat
dikuasai oleh aktivitas manajemen adalah lingkungan yang jauh (remote

Page 8 of 12
environment) yang terdiri atas lingkungan ekonomi, politik, sosial budaya,
teknologi dan sumber daya alam.
Pendekatan makro kajian sistem agribisnis memberikan kerangka analisis
untuk tujuan pengembangan agrobisnis nasional. Sistem agribisnis secara makro
dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi, politik, sosial budaya, hankam, dan
teknologi, baik nasional, regional, maupun internasional. Untuk membangun
sistem agribisnis nasional yang tangguh peran kebijakan pemerintah adalah
menjadi penuntun, pendorong, pengawas, dan pengendali sistem.
Beberapa sasaran dan target yang ingin dicapai dalam pengembanga
agribisnis dan berbagai kebutuhan yang diperlukan untuk mengembangkan
agribisnis yang tangguh. Arah tanda panah menunjukkan bagaimana mekanisme
tersebut berjalan. Walaupun tidak menunjukkan adanya interdepedensi
antarkomponen, tetapi secara sistem terdapat saling ketergantungan antar
komponen. Tingkat keeratan hubungan yang terjadi menunjukkan kekuatan
agribisnis yang selanjutnya membentuk kinerja. Kinerja tersebut akan sangat
bergantung pada terselenggaranya integrasi sistem agribisnis baik secara vertikal
maupun horizontal.

5. INTEGRASI VERTIKAL SISTEM AGRIBISNIS


Sistem komoditas secara vertikal yang membentuk suatu rangkaian pelaku-
pelakuyang terlibat dalam sistem komoditas tersebut mulai dari
produsen/penyedia input/sarana produksi pertanian, distributor input/sarana
produksi pertanian, usahatani, pedagang pengumpul, pedagang besar, usaha
pengolahan hasil pertanian, pedagang pengecer, eksportir, sampai dengan
konsumen domestik dan luar negeri.

Page 9 of 12
KONSUMEN
Luar Negeri
Domestik

Pedagang Pengecer eksportir

Pedagang Besar

Perusahaan Agroindustri

Pedagang Pengumpul

Produsen Primer

Distribusi Input

Produsen Penyedia Input

Pemerintah, Edukator, Peneliti, dan Masyarakat

Gambar 3. Model Integrasi Vertikal Sistem Agribisnis

Arah panah keatas menunjukkan aliran produk/barang dan sebaliknya arah


panah ke bawah menunjukkan aliran uang atau nilai produk / barang. Diluar
sistem aliran produk dan aliran uang tersebut terdapat fasilitator dari berbagai
lembaga pendukung bekerjanya mekanisme sistem komoditas secara vertikal
yang terpadu. Lembaga – lembaga pendukung tersebut adalah pemerintah,
educator, peneliti , dan masyarakat.

Page 10 of 12
Pemerintah berperan sebagai pengatur, Pembina, dan pengawas berperasinya
mekanisme sistem komoditas secara vertikal tersebut. Pembinaan dilakukan
sebagai upaya untuk memperkuat ikatan keterpaduan antar pelaku. Pengaturan
dilakukan untuk menjamin terselenggaranya pemenuhan hak-hak dan kewajiban
antar pelakusecara seimbang dan proposional, serta tersedianya sarana
pelayanan yang mampu menjamin terselenggaranya integrasi sistem komoditas
tersebut secara langsung, seperti tata niaga atau sebagai pelaku.
Pengawasan dilakuan sebagai upaya untuk menjamin terselenggaranya
sistem komoditas tersebut berdasarkan prinsip efektivitas, efesiensi, dan
proposional. Melalui pengawasan tersebut, maka pemerintahdapat mengambil
kebijakan-kebijakan pengendalian apabila terjadi penyimpangan arah dan tujuan
sistem tersebut.
Kelembagaan pendukung yang berasal dari educator berperan sebagai
pendidik, penyuluh, dan pembimbing para pelaku sistem komoditas, sehingga
setiap pelaku dapat bekerja dan memiliki kualifikasi sesuai dengan tugas dan
tanggung jawabnya dalam sistem komoditas tersebut. Peneliti berperan dalam
penelitian pengembangan serta perancangan sistem dan perbaikan sistem
beserta unsure-unsurnya secara terus-menerus. Sedangkan kelembagaan
masyarakat melakukan pengawasan sosial terhadap pelaksanaan dan operasi
sistem.
Integrasi vertikal hanya dapat diselenggarakan apabila terdapat hubungan
yang saling menguntungkan secara proposional dan saling dukung antar pelaku
dalam sistem komoditas secara vertikal tersebut. Keterkaitan yang saling
meguntungkan secara proposional tersebut merupakan fondasi yang kuat untuk
membangun integrasi vertikal karena terdapatnya jaminan pemenuhan hak –hak
dan kebutuhan para pelaku. Namun demikian, keterkaitan yang saling
mendukung tidak kalah pentingnya sebagai fondasi tegaknya istem integrasi
vertikal tersebut, karena kekuatan sinergis yang terjadi dalam berbagai
hubungan semakin kuat dengan semakin tingginya kinerja pihak-pihak yang
bekerjasama dengan sistem tersebut.

6. INTEGRASI HORIZONTAL SISTEM AGRIBISNIS


Intergrasi horizontal terselenggara apabila terdapat keterkaitan yang erat
antar lini komoditas pada tingkat usaha yang sama atau antarpelaku dalam suatu
komoditas yang sama atau menggunakan peralatan produksiyang samauntuk
menghasilkan beberapa jenis produk. Integrasi horizontal tersebut juga dapat
terselenggara apabila suatu perusahaan menggunakan strategi produk yang
handal, baik strategi lini, lebar maupun kedalam produk. Misalnya, strategi
memperpanjang atau memperpendek lini produk, menambah atau mengurangi
lebar produk, atau menambah atau mengurangi kedalaman produk.

Page 11 of 12
REFERENSI

Departemen Pertanian. 2001. Pembangunan Sistem agribisnis Sebagai Penggerak


Ekonomi Nasional. Edisi Pertama. Jakarta.

Downey, W.D., dan S.P. Erickson. 1992. Manajemen Agribisnis. Ed. Ke-2, Cet. Ke-3.
R. Ganda.S. dan A. Sirait, Penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari:
Agribusiness Management

Firdaus, Muhammad. 2008. Manajemen Agribisnis. Jakarta: Bumi Aksara.

Gumbira-Sa’id, E. dan A. Haritz Intan. 2004. Manajemen Agribisnis. Jakarta:


Ghalia Indonesia.

A. Pertanyaan (Evaluasi mandiri)


1. Pertanian adalah sebuah sektor dan agribisnis adalah sebuah sistem!
Jelaskan perbedaan itu!
2. Jelaskan fungsi dan peranan lembaga penunjang dalam bagan sistem
agribisnis!

Page 12 of 12

Anda mungkin juga menyukai