Oleh :
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Sistem Agribisnis
Sistem diartikan sebagai suatu saluran yang menghubungkan suatu
subsistem dengan berbagai subsistem lainnya yang memiliki keterkaitan erat antar
subsistem - subsistem itu sendiri. Menurut Arsyad dkk. (1985), yang dimaksud
dengan agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu
atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil, dan pemasaran yang
ada hubungannya dengan pertanian dalam arti yang luas. Yang dimaksud dengan
ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas adalah kegiatan usaha yang
menunjang dan ditunjang oleh kegiatan pertanian (Soekartawi, 2005).
Agribisnis dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu usaha tani (on-
farm) dengan industri hulu (up-stream) dan industri hilir (down-stream) pertanian.
Secara garis besar, sistem dari agribisnis tersebut memiliki subsistem. Subsistem
pertama adalah subsistem agribisnis hulu (upstream agribusiness), yaitu kegiatan
ekonomi yang menghasilkan barang-barang modal bagi pertanian, seperti industri
pembibitan/pembenihan hewan dan tumbuhan, industri agrokimia (pupuk,
pestisida, obat/vaksin ternak) dan industri agrootomotif (mesin dan peralatan
pertanian) serta industri pendukung (Soekartawi, 2002).
Kedua, subsistem usahatani atau pertanian primer (on-farm agribusiness),
yaitu kegiatan yang menggunakan sarana produksi pertanian untuk menghasilkan
Universitas Sumatera Utara 10 komoditas pertanian primer. Termasuk dalam hal
ini adalah usahatani tanaman pangan dan holtikultura (Soekartawi, 2002).
Ketiga, subsistem agribisnis hilir atau pengolahan (downstream
agribusiness), yakni kegiatan ekonomi yangmengolah komoditas pertanian primer
(agroindustri) menjadi produk olahan, baik produk antara intermediate product
maupun produk akhir (finish product) (Soekartawi, 2002).
Agribisnis termasuk tidak hanya usaha pertanian di lahan tetapi juga SDM
dan usaha yang menyediakan input (benih, kimia, kredit), proses hasil pertanian
(susu, biji-bijian, daging), manufaktur produk pangan (es krim, roti, serealia), dan
transportasi serta penjualan produk pangan ke konsumen (restoran dan
supermarket).
(Agribusiness includes not only those that farm the land but also the people
and firms that provide inputs (e.g., seed, chemicals, credit), process the outputs
(e.g., milk, grain, meat), manufacture the food products (e.g., ice cream, bread,
breakfast cereals), and transport and sell the food products to consumers (e.g.,
restaurants, supermarkets).
2. Cramer and Jensen
Agribisnis adalah suatu kegiatan yang sangat kompleks, meliputi : industri
pertanian, industri pemasaran hasil pertanian dan hasil olahan produk pertanian,
industri manufaktur dan distribusi bagi bahan pangan dan serat-seratan kepada
pengguna/konsumen.
3. Drillon
Agribisnis adalah sejumlah total dari seluruh kegiatan yang menyangkut
manufaktur dan distribusi dari sarana produksi pertanian, kegiatan yang dilakukan
usahatani, serta penyimpanan, pengolahan dan distribusi dari produk pertanian
dan produk-produk lain yang dihasilkan dari produk pertanian.
1. Manajemen resiko
Agribisnis tidak terlepas dari faktor risiko (risk) dan ketidakpastian
(uncertainty). Risiko merupakan kejadaian yang telah diketahui probabilitasnya,
misalnya kematian pada budidaya tanaman obat-obatan sekitar 4%, kematian pada
pengangkutan buah ke pasar sekitar 2%, penyusutan pada pengangkutan ternak
potong ke luar daerah mencapai 10-20% dan sebagainya.
Probabilitas kejadian pada ketidakpastian tidak diketahui sebelumnya,
seperti wabah penyakit dalam bencana alam. Ada lima macam risiko yang
dihadapi oleh manajer agribisnis, meliputi risiko produksi (production risk), risiko
pemasaran (marketing risk), risiko keuangan (financial risk ), risiko hukum (legal
risk), dan risiko sumber daya manusia (human resources risk). Untuk menghadapi
kelima risiko tersebut terdapat lima cara yang dapat ditempuh, yaitu
dipertahankan (retain), digeser (shift), dikurangi (reduce), diasuransikan (insure),
dan dihindari (avoid) (Sutawi, 1999). Aktivitas pada manajemen risiko meliputi
identifikasi risiko, pengukuran risiko, dan penanganan risiko. Identifikasi risiko
merupakan aktivitas awal yang akan menghasilkan output daftar risiko. Dalam
identifikasi risiko terdapat stakeholder yang meliputi pemegangan saham,
kreditur, pemasok, karyawam, pemain industri yang sama, pemerintah,
manajemen itu sendiri, masyarakat, dan pihak lain yang terpengaruh oleh adanya
perusahaan.
Metode dalam identifikasi risiko meliputi analisis data historis, pengamatan
dan survei, dan pendapat ahli. Analisis kontrak dalam manajemen risiko bertujuan
untuk melihat risiko yang muncul karena kontak tertentu. Pengukuran risiko dapat
dilihat dengan besar kecilnya risiko yang akan berdampak bagi perusahaan dan
dengan melakukan prioritas risiko dapat mempermudah serta dapat menghasilkan
output berupa peta risiko. Terdapat 4 cara dalam penanganan risiko yaitu
penghindaran risiko (risk avoidance), pengukuran risiko yang dapat dilakukan
dengan metode pencegahan, diversifikasi atau lindung nilai alamiah (natural
heging), pemindahan risiko (risk transfer) dan penahanan risiko (risk retention).
2. Manajemen pemasaran
Salah satu kesalah pahaman yang sering dilakukan terhadap pemasaran
dalam perusahaan pemasaran agribisnis adalah pembatasnya pada fungsi
penjualan saja, padahal dalam kenyataannya pemasaran didalam suatu perusahaan
meliputi berbagai aspek keputusan dan kegiatan yang ditujukan untuk memuaskan
kebutuhan dan keinginan pelanggan guna menghasilkan laba.
Proses pemasaran yang sesungguhnya mengidentifikasi kebutuhan
pelanggan, mengembangkan produk dan jasa untuk memenuhi kebutuhan ini,
menetapkan program promosi dan kebijakan harga, serta menerapkan sistem
distribusi untuk menyampaikan barang dan jasa kepada pelanggan.
Manajemen pemasaran menyangkut dengan pengelolaan secara menyeluruh
proses ini. Setiap program pemasaran harus diawali dengan identifikasi atas
kebutuhan pelanggan. Pemasaran harus berorientasi pada pelanggan, bukan pada
produk dan perusahaan yang mengabaikan perspektif ini biasanya menghadapi
kesulitan besar. Karena kebutuhan pelanggan terus berubah, maka program
pemasaran juga harus selalu diubah ( disesuaikan ).
3. Manajemen konflik
Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku
maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu
pendekatan yang berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk
komunikasi (termasuk tingkah laku) dari pelaku maupun pihak luar dan
bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan (interests) dan interpretasi.
Bagi pihak luar (di luar yang berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang
dibutuhkannya adalah informasi yang akurat tentang situasi konflik. Hal ini
karena komunikasi efektif di antara pelaku dapat terjadi jika ada kepercayaan
terhadap pihak ketiga. Menurut Ross (1993) bahwa manajemen konflik
merupakan langkah-langkah yang diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam
rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak
mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan mungkin atau
tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau
agresif.
Manajemen konflik dapat melibatkan bantuan diri sendiri, kerjasama dalam
memecahkan masalah (dengan atau tanpa bantuan pihak ketiga) atau pengambilan
keputusan oleh pihak ketiga. Suatu pendekatan yang berorientasi pada proses
manajemen konflik menunjuk pada pola komunikasi (termasuk perilaku) para
pelaku dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan dan penafsiran
terhadap konflik.
5.1. Kesimpulan
Dari penjelasan makalah di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Agribisnis adalah kegiatan manusia dalam bidang pertanian untuk
memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, pasca panen,
proses pengolahan hingga tahap pemasaran yang memaanfaatkan
sumberdaya yang ada.
2. Sistem agribisnis terdiri atas empat subsistem, yaitu: (a) subsistem
agribisnis hulu atau downstream agribusiness, (b) subsistem agribisnis
usahatani atau on-farm agribusiness, (c) subsistem agribisnis hilir atau
upstream agribusiness, dan (d) subsistem jasa layanan pendukung agribisnis
atau supporting institution.
5.2 Saran
Dari kesimpulan di atas maka dapat diberikan saran agar perlu kajian lebih
lanjut mengenai manajemen dalam agribisnis
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, Sofjan. 1999. Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Revisi. Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Ross, E.J. 1993. Principle of Total Quality. Delray Beach: St. Lucie Press.
Saragih, Bungaran. 1998. Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi
Berbasis Pertanian, Kumpulan Pemikiran. Editor Tungkot Sipayung, dkk.
Yayasan Mulia Persada, PT Surveyor Indonesia, dan Pusat Studi
Pembangunan LP IPB, Jakarta.