Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

RUANG LINGKUP SISTEM DAN MANAJEMEN AGRIBISNIS

Oleh :

MUH. YAZIR ALFARISY

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BOSOWA
MAKASSAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembangunan pertanian bertujuan untuk meningkatkan hasil dan mutu
produksi, meningkatkan pendapatan serta taraf hidup petani, peternak dan
nelayan, memperluas lapangan kerja dan lapangan usaha, menunjang
pembangunan industri serta meningkatkan ekspor, karena sektor pertanian masih
merupakan sektor yang penting, maka seyogyanya meningkatkan pendapatan
petani menjadi tujuan utama. Salah satu cara untuk dapat meningkatkan hasil
pertanian ialah dengan mengelola agribisnis pada tanaman pangan dan
hortikultura.
Perkembangan sektor pertanian selanjutnya dipacu oleh kemajuan
teknologi yang sangat pesat di sektor industri (kimia dan mekanik) dan
transportasi. Pertanian menjadi semakin maju dan kompleks dengan ciri
produktivitas per hektar yang semakin tinggi berkat penggunaan sarana produksi
pertanian yang dihasilkan oleh industri (pupuk dan pestisida). Kegiatan pertanian
semakin terspesialisasi menurut komoditi dan kegiatannya. Namun, petani hanya
melakukan kegiatan budidaya saja, sementara pengadaan sarana produksi
pertanian didominasi oleh sektor industri.
Seluruh kegiatan usaha yang berhubungan langsung maupun tidak
langsung dengan pertanian dan keseluruhannya disebut sistem agribisnis,
sedangkan manajemen agribisnis menekankan pada suatu kegiatan dalam bidang
pertanian yang menerapkan manajemen dengan melaksanakan fungsi fungsi
perencanaan,fungsi pengorganisasian,fungsi pengarahan dan pengendalian dan
fungsi pengawasan dan pengendalain dengan menggunakan sumber daya yang
tersedia untuk menghasilkan produk pertanian dan keuntungan yang maksimal.
Dengan demikian perlu untuk mempelajari dan mengkaji lebih lanjut mengenai
sistem dan manajemen agribisnis.
BAB II
PERMASALAHAN

2.1 Rumusan Masalah


Berdasarkan dari penjelasan yang terdapat pada bab I, maka dirumuskan
masalah-masalah yang dapat dikaji selanjutnya sebagai berikut :
1. Apa definisi agribisnis dan sistem agribisnis menurut beberapa ahli ?
2. Bagaimana ruang lingkup dalam subsistem agribinis ?
3. Apa pengertian dari manajemen risiko, manajemen pemasaran, dan
manajemen konfik ?

2.2 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk :
1. Menjelaskan definisi agribisnis dan sistem agribisnis menurut beberapa ahli.
2. Mampu memahami ruang lingkup dalam subsistem agribisnis.
3. Mampu memahami serta memberikan informasi tentang manajemen resiko,
manajemen pemasaran, dan manajemen konflik.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Sistem Agribisnis
Sistem diartikan sebagai suatu saluran yang menghubungkan suatu
subsistem dengan berbagai subsistem lainnya yang memiliki keterkaitan erat antar
subsistem - subsistem itu sendiri. Menurut Arsyad dkk. (1985), yang dimaksud
dengan agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu
atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil, dan pemasaran yang
ada hubungannya dengan pertanian dalam arti yang luas. Yang dimaksud dengan
ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas adalah kegiatan usaha yang
menunjang dan ditunjang oleh kegiatan pertanian (Soekartawi, 2005).
Agribisnis dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu usaha tani (on-
farm) dengan industri hulu (up-stream) dan industri hilir (down-stream) pertanian.
Secara garis besar, sistem dari agribisnis tersebut memiliki subsistem. Subsistem
pertama adalah subsistem agribisnis hulu (upstream agribusiness), yaitu kegiatan
ekonomi yang menghasilkan barang-barang modal bagi pertanian, seperti industri
pembibitan/pembenihan hewan dan tumbuhan, industri agrokimia (pupuk,
pestisida, obat/vaksin ternak) dan industri agrootomotif (mesin dan peralatan
pertanian) serta industri pendukung (Soekartawi, 2002).
Kedua, subsistem usahatani atau pertanian primer (on-farm agribusiness),
yaitu kegiatan yang menggunakan sarana produksi pertanian untuk menghasilkan
Universitas Sumatera Utara 10 komoditas pertanian primer. Termasuk dalam hal
ini adalah usahatani tanaman pangan dan holtikultura (Soekartawi, 2002).
Ketiga, subsistem agribisnis hilir atau pengolahan (downstream
agribusiness), yakni kegiatan ekonomi yangmengolah komoditas pertanian primer
(agroindustri) menjadi produk olahan, baik produk antara intermediate product
maupun produk akhir (finish product) (Soekartawi, 2002).

3.2. Manajemen Agribisnis


Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu
atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang
ada hubungannya dalam pertanian dalam arti luas; yang dimaksud dengan
pertanian dalam arti yang luas adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan
pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian (Soekartawi,
2003).
Adjid (1998) juga mengemukakan bahwa agribisnis adalah kegiatan usaha
dibidang pertanian yang berwatak bisnis, pelakunya secara konsisten berupaya
untuk meraih nilai tambah komersial dan finansial yang berkesinambungan untuk
menghasilkan produk yang dibutuhkan pasar.
Agribisnis berasal dari kata agribusinees, dimana agri = agriculture artinya
pertanian dan business artinya usaha atau kegiatan yang menghasilkan
keuntungan. Jadi secara sederhana agribisnis (agribusiness) didefinisikan sebagai
usaha atau kegiatan pertanian dan terkait dengan pertanian yang berorientasi pada
keuntungan. Jika didefiniskan secara lengkap agribisnis adalah kegiatan yang
berhubungan dengan penanganan komoditi pertanian dalam arti luas, yang
meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan
masukan dan keluaran produksi (agroindustri), pemasaran masukan-keluaran
pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan manajemen agribisnis pada
prinsipnya adalah penerapan manajemen dalam sistem agribisnis
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Definisi Agribisnis dan Sistem Agribisnis menurut para ahli


Pendekatan untuk memahami pengertian agribisnis dapat dilakukan dengan
meneluuri asal kata agribisnis itu sendiri. Soekartawi (1993) mengemukakan
bahwa agribisnis berasal dari kata agri dan bisnis. Agriberasal darai bahasa
Inggris, agricultural (pertanian). Bisnis berarti usaha komersial dalam dunia
perdagangan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991). Selanjutnya, pertanian
mempunyai dua pengertian, yaitu pertanian dalam arti sempit dan pertanian dalam
arti luas (Mubyarto, 1994). Dalam arti sempit, pertanian menunjuk pada kegiatan
pertanian rakyat yang biasanya hanya bercocok tanam atau melakukan budidaya
tanaman pangan seperti padi, jagung, kedele, ubi kayu, dan sebagainya. Pertanian
dalam arti luas meliputi:
1. Pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit;
2. Perkebunan, yaitu perkebunan rakyat dan perkebunan besar
yangmelakukan budidaya tanaman perkebunan seperti kopi, lada,
cengkeh, kelapa, kelapa sawit, teh, dan sebagainya;
3. Kehutanan yang menghasilkan produk hutan seperti kayu dan rotan;
4. Peternakan, yaitu budidaya ternak baik ternak kecil seperti ayam dan
kambing, atau ternak besar seperti sapi dan kerbau;
5. Perikanan yang meliputi perikanan darat dan laut.Pada saat ini, pertanian
dipahami bukan sekadar dalam arti sempit, tetapi pertanian dalam arti
luas.

Berdasarkan makna kedua kata pembentuknya, dapat dikemukakan bahwa


agribisnis merupakan pertanian yang dikelola berdasarkan prinsip-prinsip
komersial atau ekonomi. Dalam hal ini pertanian bukan lagi sebagi way of live ,
tetapi merupakan usaha yang harus memberikan keuntungan. Dalam agribisnis,
segala aktivitas pertanian didasarkan pada prinsip ekonomi bukan mengikuti
kebiasaan atau turun temurun. Oleh karena itu, Downey dan Erickson (1987)
mendefinisikan Agribisnis sebagai tiga sektor secara ekonomi saling berkaitan.
Ketiga sektor agribisnis tersebut adalah (a) the input supply sector, (b) the farm
production sector, dan (c) the product 2 marketing sector.
Keterkaitan antara ketiga sektor tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
Definisi ini mempunyai makna yang sama dengan yang dikemukakan oleh Drilon
Jr. dalamSaragih (1998), bahwa agribisnis merupakan mega sektor yang
mencakup ...the sum total of operations involved in the manufacture and
distribution of farm supplies, production activities on the farm, storage, processing
and distribution of farm commodities and items for them .... The input supply
sectoratau sektor pemasok inputpertanian adalah sektor yang memberikan
pasokan bahan dan peralatan pertanian untuk beroperasinya the farm production
sector (Beierlein. dkk., 1986). Sektor ini memasok pakan ternak atau ikan, benih,
pupuk, bahan bakar minyak,pestisida, alat, mesin pertanian, dan sebagainya.
The farm production sector atau sektor budidaya pertanian merupakan
sektor yang mengubah input pertanian menjadi output atau komoditas primer hasil
pertanian. Sektor ini meliputi pertanian dalam arti luas, yaitu budidaya tanaman,
peternakan, perikanan, dan kehutanan. Komoditas primer yang dihasilkan oleh
sektor ini adalah bahan pangan (padi, jagung, kedele, dan sebagainya), daging,
ikan, telur, susu, sayur atau hortikultura, serat, dan kayu.
The product marketing sector atau pemasaran ahasil pertanian melibatkan
individu atau perusahaan yang menangani dan mengolah komoditas primer hasil
budidaya pertanian sampai ke konsumen akhir. Branson dan Norvel (1983)
mendefinisikan pemasaran sebagai proses memenuhi kebutuhan manusia dengan
menghadirkan produk kepada mereka dalam bentuk yang cocok serta pada tempat
dan waktu yang tepat.
Adapun definisi agribisnis menurut para ahli lainnya dapat dilihat sebagai
berikut :
1. Beierlein and Woolverton (1991)

Agribisnis termasuk tidak hanya usaha pertanian di lahan tetapi juga SDM
dan usaha yang menyediakan input (benih, kimia, kredit), proses hasil pertanian
(susu, biji-bijian, daging), manufaktur produk pangan (es krim, roti, serealia), dan
transportasi serta penjualan produk pangan ke konsumen (restoran dan
supermarket).
(Agribusiness includes not only those that farm the land but also the people
and firms that provide inputs (e.g., seed, chemicals, credit), process the outputs
(e.g., milk, grain, meat), manufacture the food products (e.g., ice cream, bread,
breakfast cereals), and transport and sell the food products to consumers (e.g.,
restaurants, supermarkets).
2. Cramer and Jensen
Agribisnis adalah suatu kegiatan yang sangat kompleks, meliputi : industri
pertanian, industri pemasaran hasil pertanian dan hasil olahan produk pertanian,
industri manufaktur dan distribusi bagi bahan pangan dan serat-seratan kepada
pengguna/konsumen.
3. Drillon
Agribisnis adalah sejumlah total dari seluruh kegiatan yang menyangkut
manufaktur dan distribusi dari sarana produksi pertanian, kegiatan yang dilakukan
usahatani, serta penyimpanan, pengolahan dan distribusi dari produk pertanian
dan produk-produk lain yang dihasilkan dari produk pertanian.

4. Kenneth D. Duft (1979)


Agribusiness includes all business enterprises that buy from or sell to
farmers. The transactions may involve either a product, a commodity or a service
and encompasses items such as:
Productive resources (feed, seed, fertilizer, equipment, energy, machinery,
etc)
Agricultural commodities (all food and fiber)
Facilitative services (credit, insurance, marketing,storaging, processing,
transportation, packaging, distribution, etc)
(Memandang agribisnis dengan petani sebagai pokok bahasan. Duft dalam
pengertiannya memasukkan unsure bisnis dengan tetap berpegangan pada
agribisnis sebagai suatu system.)

5. E. Paul Roy (1979)


Agribusiness is the coordinating science of supplying agricultural
production inputs and subsequently producing, processing and distributing food
and fiber.

(Memandang agribisnis sebagai suatu proses koordinasi berbagai sub-sistem.


Koordinasi merupakan fungsi manajemen untuk mengintegrasikan berbagai sub-
sistem menjadi sebuah system.)

6. John Davis and Ray Goldberg (1957)


Agribusiness is the sum total of all operations involved in the manufacture
and distributions of farm supplies, production operations on the farm, and the
storage processing and distribution of farm commodities and items made from
them.

(Memandang agribisnis sebagai seluruh rangkaian aktivitas produktif beberapa


sub-sistem. Walaupun belum memasukkan unsur bisnis, pengertian tersebut
memandang agribisnis sebagai suatu system.)

4.2. Ruang lingkup dalam subsistem agribisnis


Ruang lingkup sistem agribisnis dikemukakan oleh Davis dan Golberg,
Sonka dan Hudson, Farrell dan Funk dalam Saragih (1998), yaitu:Agribusiness
included all operations involved in the manufacture and distribution of farm
supplies; production operation on the farm; the storage,processing and distribution
of farm commodities made from them, trading (wholesaler, retailers), consumer to
it, all non farm firms and institution serving them Pendapat ini menunjukkan
bahwa agribisnis adalah suatu sistem. Berdasarkan pendapat ini, Saragih (1998)
mengemukakan bahwa sistem agribisnis terdiri atas empat subsistem, yaitu: (a)
subsistem agribisnis hulu atau downstream agribusiness, (b) subsistem agribisnis
usahatani atau on-farm agribusiness, (c) subsistem agribisnis hilir atau upstream
agribusiness, dan (d) subsistem jasa layanan pendukung agribisnis atau supporting
institution.
Subsistem agribisnis hulu disebut juga subsistem faktor input (input
factor subsystem). Dalam pengertian umum subsistem ini dikenal dengan
subsistem pengadaan sarana produksi pertanian. Kegiatan subsistem ini
berhubungan dengan pengadaan sarana produksi pertanian, yaitu memproduksi
dan mendistribusikan bahan, alat, dan mesin yang dibutuhkan usahatani atau
budidaya pertanian (on- farm agribusiness).

Subsistem usahatani atau budidaya pertanian disebut juga subsistem


produksi pertanian (production subsystem). Kegiatan subsistem ini adalah
melakukan usahatani atau budidaya pertanian dalam arti luas. Istilah pertanian
selama ini lebih banyak mengacu pada subsistem produksi. Kegiatan subsistem ini
menghasilkan berbagai macam komoditas primer atau bahan mentah sebagaimana
telah dikemukan dalam pengertian agribisnis.
Subsistem agribisnis hilir terdiri atas dua macam kegiatan, yaitu
pengolahan komoditas primer dan pemasaran komoditas primer atau
produk olahan. Kegiatan pengolahan komoditas primer adalah memproduksi
produk olahan baik produk setengah jadi maupun barang jadi yang siap
dikonsumsi konsumen dengan menggunakan bahan baku komoditas primer.
Kegiatan ini sering juga disebut agroindustri. Contoh kegiatan pengolahan
komoditas primer yang menghasilkan produk antara adalah pabrik tepung terigu,
maezena, tapioka, dan sebagainya. Contoh kegiatan komoditas primer yang
menghasilkan barang jadi adalah pabrik makanan dan minuman sari buah atau
sirup. Kegiatan pemasaran berlangsung mulai dari pengumpulan komoditas
primer sampai pengeceran kepada konsumen.
Subsistem jasa layanan pendukung atau kelembagaan penunjang
agribisnis adalah semua jenis kegiatan yang berfungsi mendukung dan melayani
serta mengembangkan kegiatan ketiga subsistem agribisnis yang lain. Lembaga
-lembaga yang terlibat dalam kegiatan ini adalah penyuluhan, konsultan,
keuangan, dan penelitian. Lembaga penyuluhan dan konsultan memberikan
layanan informasi dan pembinaan teknik produksi, budidaya, dan manajemen.
Lembaga keuangan seperti perbankan, modal ventura, dan asuransi memberikan
layanan keuangan berupa pinjaman dan penanggungan risiko usaha (khusus
asuransi). Lembaga penelitian baik yang dilakukan oleh balai - balai penelitian
atau perguruan tinggi memberikan layanan informasi teknologi produksi,
budidaya, atau teknik manajemen mutakhir hasil penelitian dan pengembangan.

Berdasarkan pandangan bahwa agribisnis sebagai suatu sistem dapat terlihat


dengan jelas bahwa subsistem - subsistem tersebut tidak dapat berdiri sendiri,
tetapi saling terkait satu dengan yang lain. Subsistem agribisnis hulu
membutuhkan umpan balik dari subsistem usahatani agar dapat memproduksi
sarana produksi yang sesuai dengan kebutuhan budidaya pertanian.
Sebaliknya, keberhasilan pelaksanaan operasi subsistem usahatani
bergantung pada sarana produksi yang dihasilkan oleh subsistem agribisnis hilir.
Selanjutnya, proses produksi agribisnis hilir bergantung pada pasokan komoditas
primer yang dihasilkan oleh subsistem usahatani.
Subsistem jasa layanan pendukung, seperti telah dikemukakan,
keberadaannya tergantung pada keberhasilan ketiga subsistem lainnya. Jika
subsistem usahatani atau agribisnis hilir mengalami kegagalan, sementara
sebagian modalnya merupakan pinjaman maka lembaga keuangan dan asuransi
juga akan mengalami kerugian.

4.3. Manajemen resiko, manajemen pemasaran, dan manajemen konflik

1. Manajemen resiko
Agribisnis tidak terlepas dari faktor risiko (risk) dan ketidakpastian
(uncertainty). Risiko merupakan kejadaian yang telah diketahui probabilitasnya,
misalnya kematian pada budidaya tanaman obat-obatan sekitar 4%, kematian pada
pengangkutan buah ke pasar sekitar 2%, penyusutan pada pengangkutan ternak
potong ke luar daerah mencapai 10-20% dan sebagainya.
Probabilitas kejadian pada ketidakpastian tidak diketahui sebelumnya,
seperti wabah penyakit dalam bencana alam. Ada lima macam risiko yang
dihadapi oleh manajer agribisnis, meliputi risiko produksi (production risk), risiko
pemasaran (marketing risk), risiko keuangan (financial risk ), risiko hukum (legal
risk), dan risiko sumber daya manusia (human resources risk). Untuk menghadapi
kelima risiko tersebut terdapat lima cara yang dapat ditempuh, yaitu
dipertahankan (retain), digeser (shift), dikurangi (reduce), diasuransikan (insure),
dan dihindari (avoid) (Sutawi, 1999). Aktivitas pada manajemen risiko meliputi
identifikasi risiko, pengukuran risiko, dan penanganan risiko. Identifikasi risiko
merupakan aktivitas awal yang akan menghasilkan output daftar risiko. Dalam
identifikasi risiko terdapat stakeholder yang meliputi pemegangan saham,
kreditur, pemasok, karyawam, pemain industri yang sama, pemerintah,
manajemen itu sendiri, masyarakat, dan pihak lain yang terpengaruh oleh adanya
perusahaan.
Metode dalam identifikasi risiko meliputi analisis data historis, pengamatan
dan survei, dan pendapat ahli. Analisis kontrak dalam manajemen risiko bertujuan
untuk melihat risiko yang muncul karena kontak tertentu. Pengukuran risiko dapat
dilihat dengan besar kecilnya risiko yang akan berdampak bagi perusahaan dan
dengan melakukan prioritas risiko dapat mempermudah serta dapat menghasilkan
output berupa peta risiko. Terdapat 4 cara dalam penanganan risiko yaitu
penghindaran risiko (risk avoidance), pengukuran risiko yang dapat dilakukan
dengan metode pencegahan, diversifikasi atau lindung nilai alamiah (natural
heging), pemindahan risiko (risk transfer) dan penahanan risiko (risk retention).

2. Manajemen pemasaran
Salah satu kesalah pahaman yang sering dilakukan terhadap pemasaran
dalam perusahaan pemasaran agribisnis adalah pembatasnya pada fungsi
penjualan saja, padahal dalam kenyataannya pemasaran didalam suatu perusahaan
meliputi berbagai aspek keputusan dan kegiatan yang ditujukan untuk memuaskan
kebutuhan dan keinginan pelanggan guna menghasilkan laba.
Proses pemasaran yang sesungguhnya mengidentifikasi kebutuhan
pelanggan, mengembangkan produk dan jasa untuk memenuhi kebutuhan ini,
menetapkan program promosi dan kebijakan harga, serta menerapkan sistem
distribusi untuk menyampaikan barang dan jasa kepada pelanggan.
Manajemen pemasaran menyangkut dengan pengelolaan secara menyeluruh
proses ini. Setiap program pemasaran harus diawali dengan identifikasi atas
kebutuhan pelanggan. Pemasaran harus berorientasi pada pelanggan, bukan pada
produk dan perusahaan yang mengabaikan perspektif ini biasanya menghadapi
kesulitan besar. Karena kebutuhan pelanggan terus berubah, maka program
pemasaran juga harus selalu diubah ( disesuaikan ).

3. Manajemen konflik
Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku
maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu
pendekatan yang berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk
komunikasi (termasuk tingkah laku) dari pelaku maupun pihak luar dan
bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan (interests) dan interpretasi.
Bagi pihak luar (di luar yang berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang
dibutuhkannya adalah informasi yang akurat tentang situasi konflik. Hal ini
karena komunikasi efektif di antara pelaku dapat terjadi jika ada kepercayaan
terhadap pihak ketiga. Menurut Ross (1993) bahwa manajemen konflik
merupakan langkah-langkah yang diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam
rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak
mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan mungkin atau
tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau
agresif.
Manajemen konflik dapat melibatkan bantuan diri sendiri, kerjasama dalam
memecahkan masalah (dengan atau tanpa bantuan pihak ketiga) atau pengambilan
keputusan oleh pihak ketiga. Suatu pendekatan yang berorientasi pada proses
manajemen konflik menunjuk pada pola komunikasi (termasuk perilaku) para
pelaku dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan dan penafsiran
terhadap konflik.

Teori-teori utama mengenai sebab-sebab konflik, dan sasarannya antara lain:


Teori hubungan masyarakat Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh
polarisasi yang terus terjadi, ketidakpercayaan dan permusuhan di antara
kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat. Sasaran: meningkatkan
komunikasi dan saling pengertian antara kelompok yang mengalami konflik, serta
mengusahakan toleransi dan agar masyarakat lebih bisa saling menerima
keragaman yang ada didalamnya.
Teori kebutuhan manusia Menganggap bahwa konflik yang berakar
disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia (fisik, mental dan sosial) yang tidak
terpenuhi atau dihalangi. Hal yang sering menjadi inti pembicaraan adalah
keamanan, identitas, pengakuan, partisipasi, dan otonomi. Sasaran:
mengidentifikasi dan mengupayakan bersama kebutuhan mereka yang tidak
terpenuhi, serta menghasilkan pilihan-pilihan untuk memenuhi kebutuhan itu.
Teori negosiasi prinsip Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh
posisi-posisi yang tidak selaras dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh
pihak-pihak yang mengalami konflik. Sasaran: membantu pihak yang berkonflik
untuk memisahkan perasaan pribadi dengan berbagai masalah dan isu dan
memampukan mereka untuk melakukan negosiasi berdasarkan kepentingan
mereka dari posisi tertentu yang sudah tetap. Kemudian meluncurkan proses
kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak atau semua pihak.
Teori identitas berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh identitas yang
terancam, yang sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan di masa
lalu yang tidak diselesaikan. Sasaran: melalui fasilitas lokakarya dan dialog antara
pihak -pihak yang mengalami konflik, sehingga dapat mengidentifikasi ancaman
dan ketakutan di antara pihak tersebut dan membangun empati dan rekonsiliasi di
antara mereka.
Teori kesalahpahaman antarbudaya berasumsi bahwa konflik disebabkan
oleh ketidakcocokan dalam cara-cara komunikasi di antara berbagai budaya yang
berbeda. Sasaran: menambah pengetahuan kepada pihak yang berkonflik
mengenai budaya pihak lain, mengurangi streotip negatif yang mereka miliki
tentang pihak lain, meningkatkan keefektifan komunikasi antarbudaya.
Teori transformasi konflik berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh
masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah
sosial, budaya dan ekonomi. Sasaran: mengubah struktur dan kerangka kerja yang
menyebabkan ketidaksetaraan dan ketidakadilan termasuk kesenjangan ekonomi,
meningkatkan jalinan hubungan dan sikap jangka panjang di antar pihak yang
berkonflik, mengembangkan proses dan sistem untuk mempromosikan
pemberdayaan, keadilan, perdamaian, pengampunan, rekonsiliasi, pengakuan.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dari penjelasan makalah di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Agribisnis adalah kegiatan manusia dalam bidang pertanian untuk
memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, pasca panen,
proses pengolahan hingga tahap pemasaran yang memaanfaatkan
sumberdaya yang ada.
2. Sistem agribisnis terdiri atas empat subsistem, yaitu: (a) subsistem
agribisnis hulu atau downstream agribusiness, (b) subsistem agribisnis
usahatani atau on-farm agribusiness, (c) subsistem agribisnis hilir atau
upstream agribusiness, dan (d) subsistem jasa layanan pendukung agribisnis
atau supporting institution.

3. Manajemen dalam agribisnis termasuk di dalam 3 landasan manajemen


yaitu manajemen resiko, manajemen pemasaran dan manajemen konflik.

5.2 Saran
Dari kesimpulan di atas maka dapat diberikan saran agar perlu kajian lebih
lanjut mengenai manajemen dalam agribisnis
DAFTAR PUSTAKA

Adjid, D.A. 1985. Pola Partisipasi Msyarakat Pedesaan dalam Pembangunan


Pertanian Berencana. Bandung: Orba Sakti.

Arsyad, L., Hudiyanto, dan D. Waluyo. 1985.Agribisnis Suatu pilihan Bagi


Upaya Peningkatan Produksi Non Migas di Indonesia. Jurnal Agro
Ekonomika, 23:23-42.

Assauri, Sofjan. 1999. Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Revisi. Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Beierlein, James G., Kenneth C. Schneeberger, and Donald D. Osburn.1986.


Principles of Agribusiness Management Prentice - Hall, New Jersey.

Branson, Robert E. and Douglas G. Norvell. 1983. Introduction to Agricultural


Marketing. Mc Graw - Hill Book Company, New York.

Beierlein, J.G. dan Woolverton, M.W. 1991. Agribusiness Marketing (The


Management Perspective). Prantice Hall, Englewood Cliffs. New Jersey 07632.

Cramer.G. L and C. W. Jensen.1985. Agricultural Economics and Agribusiness


Third Edition. IOWA State Univ. Press. New york

Departemen Pendidikan dam Kebudayaan. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia,


Edisi Kedua. Balai Pustaka, Jakarta.

Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. 2001. Ruang Lingkup Agribisnis.


Modul SMK Pertanian (SMKPIA 01 DBK). Jakarta.

Downey, W. David and Steven P. Erickson. 1987. Agribusiness Management,


Second Edition. Mc Graw - Hill Book Company, New York.

Davis J.H. And Goldberg R.A. 1957. A concept of Agribussiness. Division of


research. Harvard University. Boston

Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian, Edisi Ketiga. PT Pustaka LP3ES,


Jakarta.

Ross, E.J. 1993. Principle of Total Quality. Delray Beach: St. Lucie Press.
Saragih, Bungaran. 1998. Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi
Berbasis Pertanian, Kumpulan Pemikiran. Editor Tungkot Sipayung, dkk.
Yayasan Mulia Persada, PT Surveyor Indonesia, dan Pusat Studi
Pembangunan LP IPB, Jakarta.

Soekartawi. 2005. Agribisnis:Teori dan Aplikasinya, Cetakan Kelima. PT Raja


Grafindo Persada, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai