Disusun Oleh :
Kholilatun Nafisah (21801032079)
FAKULTAS PERTANIAN
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pada awal pemenuhan kebutuhannya, manusia hanya mengambil dari alam
sekitar tanpa kegiatan budidaya (farming), dengan demikian belum memerlukan
sarana produksi pertanian. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia, alam
tidak dapat menyediakan semua kebutuhan itu sehingga manusia mulai
membudidayakan (farming) secara ekstensif berbagai tanaman, hewan dan ikan
untuk memenuhi kebutuhannya. Pada tahap ini kegiatan budidaya mulai
menggunakan sarana produksi, dilakukan dalarn pertanian itu sendiri (on farm) dan
hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga sendiri (home consumption).
Tahap selanjutnya, ditandai dengan adanya spesialisasi dalam kegiatan
budidaya sebagai akibat pengaruh perkembangan diluar sektor pertanian dan adanya
perbedaan potensi sumberdaya alam (natural endowment) antar daerah, perbedaan
ketrampilan (skill) dalam masyarakat serta terbukanya hubungan lalulintas antar
daerah. Pada tahap ini, selain dikonsumsi sendiri, hasil-hasil pertanian mulai
dipasarkan dan diolah secara sederhana sebelum dijual.
Perkembangan sektor pertanian selanjutnya dipacu oleh kemajuan teknologi
yang sangat pesat di sektor industri (kimia dan mekanik) dan transportasi. Pertanian
menjadi semakin maju dan kompleks dengan ciri produktivitas per hektar yang
semakin tinggi berkat penggunaan sarana produksi pertanian yang dihasilkan oleh
industri (pupuk dan pestisida). Kegiatan pertanian semakin terspesialisasi menurut
komoditi dan kegiatannya. Namun, petani hanya melakukan kegiatan budidaya saja,
sementara pengadaan sarana produksi pertanian didominasi oleh sektor industri.
Dipihak lain karena proses pengolahan hasil-hasil pertanian untuk berbagai
keperluan membutuhkan teknologi yang semakin canggih dan skala yang besar agar
ekonomis, maka kegiatan ini pun didominasi oleh sektor industri pengolahan. Melalui
proses pengolahan, produk-produk pertanian menjadi lebih beragam penggunaan dan
pemasarannyapun menjadi lebih mudah (storable and transportable) sehingga dapat
diekspor. Pada tahap ini pembagian kerja di dalam kegiatan pertanian menjadi
semakin jelas, yaitu: kegiatan budidaya (farming) sebagai kegiatan pertanian dalam
arti sempit, kegiatan produksi sarana pertanian (farm supplies) sebagai industri hulu
dan kegiatan pengolahan komoditi pertanian sebagai industri hilir. Spesialisasi
fungsional dalam kegiatan pertanian seperti yang telah dikemukakan diatas meliputi
seluruh kegiatan usaha yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan
pertanian dan keseluruhannya disebut sistem "Agribisnis'. Namun pada
pelaksanaannya diperlukan strategi atau cara-cara yang bisa membantu dalm
pengembangannya.
TUJUAN :
1. Mengetahui cara atau strategi yang dapat dilakukan yang dapat meningkatkan
dan mengembangkan kegiatan agribisnis.
RUMUSAN MASALAH :
PEMBAHASAN
Dalam arti yang sempit pertanian adalah usaha atau kegiatan bercocok tanam.
Sedangkan dalam arti luas pertanian adalah segala kegiatan manusia yang meliputi
kegiatan bercocok tanam, perikanan, peternakan dan kehutanan. cocok tanam
perikanan
Terkait dengan pertanian, maka dikenal istilah petani (farmer) dan usaha
tani (farming). Petani adalah sebutan bagi mereka yang menyelenggarakan usaha
tani, sebagai contoh “petani tembakau” atau “petani ikan”. Usaha Tani (farming)
adalah sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budi daya (tumbuhan maupun
hewan). Cakupan obyek pertanian yang dianut di Indonesia meliputi budidaya
tanaman (termasuk tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan), kehutanan,
peternakan, dan perikanan.
Agribisnis itu adalah suatu sistem yang utuh mulai sub-sistem penyediaan sarana
produksi dan peralatan pertanian; sub-sistem usahatani; sub-sistem pengolahan atau
agroindustri dan sub-sistem pemasaran. Agar sub-sistem ini bekerja dengan baik
maka diperlukan dukungan sub-sistem kelembagaan sarana dan prasarana serta sub-
sistem penunjang dan pembinaan.
Agribisnis sebagai suatu sistem adalah agribisnis merupakan seperangkat unsur yang
secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Disini dapat
diartikan bahwa agribisnis terdiri dari dari berbagai sub sistem yang tergabung dalam
rangkaian interaksi dan interpedensi secara reguler, serta terorganisir sebagai suatu
totalitas.
Adapun kelima mata rantai atau subsistem tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Ada beberapa aspek yang dapat ditempuh dalam upaya mengembangkan kegiatan
agribisnis diantaranya :
c. Services Rasionalization
Pengembangan layanan agribisnis dengan rasionalisasi lembaga
penunjang kegiatan agribisnis untuk menuju pada efisiensi dan daya saing
lembaga tersebut. Terutama adalah lembaga keuangan pedesaan, lembaga
litbang khususnya penyuluhan.
18. Pembinaan Sumberdaya Manusia untuk mendukung pengembangan
agribisnis dan ekonomi
Dalam era Agribisnis, aktor utama pembangunan agribisnis dan aktor
pendukung pembangunan agribisnis perlu ada pembinaan kemampuan aspek
bisnis, manajerial dan berorganisasi bisnis petani serta peningkatan wawasan
agribisnis. Dalam hal ini perlu reorientasi peran penyuluhan pertanian yang
merupakan lembaga pembinaan SDM petani. Oleh karena itu perlu peningkatan
pendidikan penyuluh baik melalui pendidikan formal, kursus singkat, studi
banding. Serta perlu perubahan fungsi BPP yang selama ini sebagai lembaga
penyuluhan agro-teknis, menjadi KLINIK KONSULTASI AGRIBISNIS
BAB II
PENUTUP
KESIMPULAN