Disusun oleh:
Kelompok 1
Anggota Kelompok:
1.2. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah
1. Pentingnya Manajemen Usahatani.
2. Kondisi Petani.
3. Penerapan Manajemen Usahatani.
4. Peningkatan Kemampuan Manajemen Usahatani.
5. Peningkatan Nilai Tambah.
6. Pengembangan Kelembagaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Kesimpulan
Untuk menjamin kondisi yang kondusif bagi petani dalam melakukan usahatani,
maka pemerintah perlu terus memantau terhadap spekulasi-spekulasi yang dapat
mengganggu sistem usahatani padi, baik yang menyangkut ketersediaan sarana
produksi (pupuk, benih, pestisida) maupun pasar output dan menegakan supremasi
hukun dengan tegas kepada setiap pihak yang mencoba melakukan instabilitas
sistem tersebut.
Jaminan pemasaran hasil-hasil pertanian, tampaknya suatu kondisi yang
sangat diharapkan oleh petani. Oleh karena itu kebijaksanaan pemerintah yang lebih
bijaksana terhadap komoditi pertanian masih tetap diperlukan. Kebijaksanaan tidak
saja hanya menjamin harga dan pemasaran, tetapi juga mengkondisikan agar
sistem agribisnis pertanian menjadi kondusif, baik sejak jaminan ketersediaan faktor
input seperti pupuk, pestisida, benih, pasar output, alat pertanian dll.
3.2 Saran
a) Motivasi Terhadap Program Intensfikasi
Hampir semua petani (100 persen) menyatakan bahwa urutan pertama sumber
pengetahuan petani adalah dari petugas penyuluhan (PPL) dan urutan kedua adalah
dari sesama petani (60-93 persen) dan urutan ketiga adalah pengikuti program
pemerintah (60-80 persen). Dengan demikian dapat diartikan bahwa betapa masih
diperlukannya adanya kehadiran penyuluh bagi peningkatan penyuluhan pertanian
di pedesaan. Namun yang perlu dipertanyakan sejauh mana efektivitas
penyampaian inovasi dapat diadopsi oleh petani. Dari informasi yang diperoleh dari
para penyuluh, bahwa pada saat ini yang bersamaan dengan era reformasi petani
lebih memiliki kebebasan untuk memilih dan mengevaluasi materi yang disuluhkan.
Tetapi dengan adanya pernyataan bahwa sumber pengetahuan itu berasal dari
sesama petani, berati proses meniru setelah memiliki keyaninan dari inovasi yang
disuluhkan masih melekat pada diri petani. Oleh karena itu metoda penyuluhan
dengan media ”demfarm” tampaknya diperlukan kembali.
b) Peranan Institusi Penunjang
Menginformasikan bahwa lembaga penunjang yang masih dirasakan
menunjang bagi petani adalah lebaga finansial kredit yaitu BRI, walaupun hanya
menyatakan sebagian petani 13-40 persen sebagai sumber kredit pertanian, dan 20
persen sebagai sumber kredit non pertanian. Sedangkan KUD hanya bisa dirasakan
oleh petani dalam kegiatan pengadaan saprotan (6-50 persen), padahal harapan
KUD hendaknya mampu membeli produksi dengan harga yang menjamin
keuntungan.
DAFTAR PUSTAKA