PEN D AH U LU A N
Selamat Belajar
1.2 PENGANTAR ILMU PERTANIAN
Kegiatan Belajar 1
Pertanian dan
Sejarah Perkembangannya
A. PENGERTIAN PERTANIAN
seorang kepala suku yang memimpin kelompok ini dan mengatur segala
sesuatunya. Masa semi nomaden ini berlangsung hingga 5000 SM. Keadaan
ini terus berlangsung dari generasi ke generasi dengan kegiatan pertanian
yang terus berkembang sejalan dengan kemampuan masyarakat dalam
ber-adaptasi dengan lingkungan alam sekitar dan memanfaatkan semua
sumber daya yang ada di sekelilingnya. Tentu saja, kondisi ini berbeda versi
sejarahnya di tiap belahan dunia karena dipengaruhi oleh kondisi geografis,
topografis, dan iklim setempat serta kemampuan beradaptasi dari masyarakat
atau suku setempat terhadap alam sekitarnya.
Pertanian mengalami perkembangan alami atas dasar kebutuhan.
Sebelum pertanian, masyarakat melakukan kegiatan berburu untuk memenuhi
kebutuhan makanan. Masyarakat Asia Tenggara telah melakukan berbagai
kegiatan domestikasi baik berupa hewan maupun tanaman seperti
memelihara anjing dan babi pada beribu-ribu tahun yang lalu. Makanan
berkaitan dengan status sosial. Orang yang memiliki makanan berlebih
dianggap sebagai orang kaya. Orang-orang kaya seperti ini biasanya bekerja
bertahun-tahun mengumpulkan makanan atau kekayaan yang dibutuhkan
untuk mengadakan pesta. Kebaikan orang-orang kaya itu akan diingat oleh
masyarakat menjadi semacam tabungan budi untuk masa yang akan datang.
Kebiasaan ini tersebar di seluruh wilayah Asia Tenggara, bahkan sampai ke
Papua. Masyarakat dengan ciri seperti ini dikenal sebagai masyarakat agraris.
Seiring waktu, jumlah penduduk makin meningkat hingga mencapai titik
yang membutuhkan intensifikasi pertanian. Lalu masyarakat mulai
melakukan teknik bercocok tanam, seperti menanam ubi jalar di Papua atau
menanam padi di wilayah Indonesia lainnya. Menurut para ahli prasejarah,
teknik bercocok tanam padi sawah didapatkan masyarakat Asia Tenggara
dari Tiongkok, khususnya lembah Sungai Yangtse dan Yunnan.
Kegiatan menanam ubi di Papua, dimulai dengan menempatkan umbi di
lahan yang telah dipersiapkan, menyiangi gulmanya, menunggunya hingga
berkembang, dan kemudian memanen hasilnya. Urutan kegiatan ini ternyata
juga masih dilakukan oleh kaum wanita di berbagai masyarakat tradisional di
Asia Tenggara; sedangkan kaum pria mengerjakan tugas-tugas yang lebih
berat seperti mempersiapkan lahan atau memagarinya untuk menghidari
kerusakan karena hama babi.
LUHT4219/MODUL 1 1.7
1. Repelita I (1969-1974)
Repelita I mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1969 hingga 31
Maret 1974. Repelita I ini merupakan landasan awal pembangunan pertanian
di masa Orde Baru. Tujuan yang ingin dicapai adalah pertumbuhan ekonomi
5% per tahun dengan sasaran utama adalah cukup pangan, cukup sandang,
dan perbaikan prasarana terutama untuk menunjang pertanian. Tentunya hal
ini akan diikuti oleh adanya perluasan lapangan kerja dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Titik berat Repelita I ini adalah pembangunan
bidang pertanian sesuai dengan tujuan untuk mengejar keterbelakangan
ekonomi melalui proses pembaharuan bidang pertanian. Pada saat ini,
mayoritas penduduk Indonesia masih dapat hidup dari hasil pertanian. Pada
Repelita I muncul peristiwa Malari (Malapetaka Lima Belas Januari) yang
terjadi pada tanggal 15-16 Januari 1974 bertepatan dengan kedatangan PM
Jepang Tanaka ke Indonesia. Peristiwa ini merupakan kelanjutan demonstrasi
para mahasiswa yang menuntut Jepang agar tidak melakukan dominasi
ekonomi di Indonesia, sebab produk barang Jepang terlalu banyak beredar di
Indonesia. Peristiwa ini menyebabkan terjadi pengrusakan dan pembakaran
barang-barang buatan Jepang.
LUHT4219/MODUL 1 1.13
2. Repelita II (1974-1979)
Repelita II mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1974 hingga 31
Maret 1979 dengan target pertumbuhan ekonomi sebesar 7,5% per tahun.
Prioritas utamanya sektor pertanian yang merupakan dasar untuk memenuhi
kebutuhan pangan dalam negeri dan merupakan dasar pertumbuhan industri
yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku. Selain itu, sasaran
Repelita II ini adalah perluasan lapangan kerja. Repelita II berhasil
meningkatkan pertumbuhan ekonomi rata-rata penduduk sebesar 7% per
tahun. Pada masa ini, terjadi perbaikan dalam hal irigasi, juga banyak jalan
dan jembatan yang di rehabilitasi dan dibangun. Hal ini menyebabkan di
bidang industri terjadi kenaikan produksi.
4. Repelita IV (1984-1989)
Repelita IV mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1984 hingga 31
Maret 1989. Repelita IV adalah peningkatan dari Repelita III. Peningkatan
usaha-usaha untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat, mendorong pembagian
pendapatan yang lebih adil dan merata, dan memperluas kesempatan kerja.
Prioritasnya adalah untuk melanjutkan usaha memantapkan swasembada
pangan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin
industri sendiri. Hasil yang dicapai pada Repelita IV antara lain swasembada
pangan. Pada tahun 1984, Indonesia berhasil memproduksi beras sebanyak
25,8 ton. Kesuksesan ini menyebabkan Indonesia mendapatkan penghargaan
dari FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia) pada tahun 1985. Hal ini
merupakan prestasi besar bagi Indonesia. Selain swasembada pangan, pada
Pelita IV juga dilakukan Program Keluarga Berencana dan Rumah untuk
Keluarga.
1.14 PENGANTAR ILMU PERTANIAN
5. Repelita V (1989-1994)
Repelita V mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1989 hingga 31
Maret 1994. Repelita V ini lebih menitikberatkan pada sektor pertanian dan
industri untuk memantapkan swasembada pangan dan meningkatkan
produksi pertanian lainnya serta menghasilkan barang ekspor. Pelita V adalah
akhir dari pola pembangunan jangka panjang tahap pertama. Lalu dilanjutkan
dengan pembangunan jangka panjang tahap kedua dengan mengadakan
Repelita VI yang diharapkan akan mulai memasuki proses tinggal landas
Indonesia untuk memacu pembangunan dengan kekuatan sendiri demi
mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
6. Repelita VI (1994-1999)
Repelita VI mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1994 hingga 31
Maret 1999. Repelita VI titik beratnya masih pada pembangunan di sektor
ekonomi yang berkaitan dengan industri dan pertanian serta pembangunan
dan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya.
Sektor ekonomi dipandang sebagai penggerak utama pembangunan. Pada
periode ini terjadi krisis moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara
termasuk Indonesia. Akibat krisis moneter dan peristiwa politik dalam negeri
yang mengganggu perekonomian menyebabkan rezim Orde Baru runtuh.
Memasuki era globalisasi yang dicirikan oleh persaingan perdagangan
internasional yang sangat ketat dan bebas, pembangunan pertanian semakin
dideregulasi melalui pengurangan subsidi, dukungan harga dan berbagai
proteksi lainnya. Kemampuan bersaing melalui proses produksi yang efisien
merupakan pijakan utama bagi kelangsungan hidup usahatani. Sehubungan
dengan hal tersebut, maka partisipasi dan kemampuan wirausaha petani
merupakan faktor kunci keberhasilan pembangunan pertanian.
Pemerintahan pada Kabinet Indonesia Bersatu telah menetapkan
program pembangunan dengan menggunakan strategi tiga jalur (triple track
strategy) sebagai manifestasi dari strategi pembangunan yang lebih
progrowth, proemployment dan propoor. Operasionalisasi konsep strategi
tiga jalur tersebut dirancang melalui hal-hal berikut:
a. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di atas 6,5 persen per tahun melalui
percepatan investasi dan ekspor.
b. Pembenahan sektor riil untuk mampu menyerap tambahan angkatan
kerja dan menciptakan lapangan kerja baru.
LUHT4219/MODUL 1 1.15
petani. Hal ini karena kesejahteraan petani juga tergantung pada nilai
pengeluaran yang harus dibelanjakan keluarga petani serta faktor-faktor
non-finansial seperti faktor sosial budaya.
Sisi pendapatan petani merupakan sisi yang terkait secara langsung
dengan tugas pokok dan fungsi Kementerian Pertanian. Oleh karena itu,
dalam kerangka peningkatan kesejahteraan petani, prioritas utama
Kementerian Pertanian adalah meningkatkan pendapatan petani.
L A TIH A N
RA N G K U MA N
Pertanian memiliki pengertian yang luas dan sempit. Pertanian
dalam arti luas mencakup semua kegiatan yang melibatkan pemanfaatan
makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan mikrobia) untuk
kepentingan manusia. Dalam arti sempit, pertanian diartikan sebagai
kegiatan budidaya jenis tanaman tertentu, terutama yang bersifat
semusim.
Pertanian harus memenuhi beberapa persyaratan, yakni: a) ada alam
beserta isinya antara lain tanah sebagai tempat kegiatan, dan tumbuhan
serta hewan sebagai objek kegiatan, b) ada kegiatan manusia dalam
1.18 PENGANTAR ILMU PERTANIAN
menyempurnakan segala sesuatu yang telah diberikan oleh alam dan atau
Yang Maha Kuasa untuk kepentingan/kelangsungan hidup manusia
melalui dua golongan yaitu tumbuhan/tanaman dan hewan/ternak/ikan,
dan c) ada usaha manusia untuk mendapatkan produk/hasil ekonomis
yang lebih besar daripada sebelum ada kegiatan manusia.
Usaha pertanian memiliki dua ciri penting, yaitu: 1) selalu
melibatkan barang dalam volume besar, dan 2) proses produksi memiliki
risiko yang relatif tinggi. Dua ciri khas ini muncul karena pertanian
melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahap dan
memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam
proses produksi. Beberapa bentuk pertanian modern telah dapat
mengurangi ciri-ciri ini, tetapi sebagian besar usaha pertanian dunia
masih tetap demikian.
Terkait dengan pertanian, dikenal istilah-istilah:
1. Usahatani (farming) yang merupakan sekumpulan kegiatan yang
dilakukan dalam budidaya (tumbuhan maupun hewan).
2. Petani yang merupakan sebutan bagi mereka yang
menyelenggarakan usaha tani, sebagai contoh “petani tembakau”
atau “petani ikan”.
3. Khusus untuk pembudidaya hewan ternak (livestock) disebut
sebagai peternak.
TE S F OR MA T IF 1
3) Salah satu unsur alam yang perlu dipenuhi dalam pertanian adalah....
A. usaha manusia
B. tanah
C. kegiatan manusia
D. mikrobia
Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Namun, jika penguasaan Anda masih di
bawah 80%, maka Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama
pada bagian yang belum Anda kuasai.
1.22 PENGANTAR ILMU PERTANIAN
Kegiatan Belajar 2
Lingkungan Pertanian
A. EKOSISTEM
secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang
saling memengaruhi. Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit
biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan
lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik
tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme dan
matahari sebagai sumber dari semua energi yang ada.
Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-
sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan
beradaptasi dengan lingkungan fisik, sebaliknya organisme juga
memengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup.
Ekosistem dapat terbentuk dari komponen abiotik (tidak hidup) dan
biotik (hidup) dalam satu wilayah tertentu. Ekosistem pertanian memberikan
pengaruh yang besar terhadap keberhasilan suatu tindakan pertanian. Dalam
ekosistem pertanian, interaksi antara komponen abiotik dan biotik disetting
sedemikian rupa melalui mekanisme kontrol agar mendukung
keberlangsungan budidaya pertanian yang diusahakan.
1. Abiotik
Abiotik atau komponen tidak hidup dapat berupa komponen fisik
maupun kimia yang merupakan medium atau substrat tempat berlangsung
kehidupan, atau lingkungan tempat hidup. Sebagian besar komponen abiotik
bervariasi dalam ruang dan waktu. Komponen abiotik dapat berupa bahan
organik, senyawa anorganik, dan faktor yang memengaruhi distribusi
organisme, yaitu:
a. Suhu
Proses biologi yang terjadi di lingkungan pertanian dipengaruhi oleh
suhu. Mamalia dan unggas membutuhkan energi untuk meregulasi
temperatur dalam tubuhnya.
1.24 PENGANTAR ILMU PERTANIAN
b. Air
Ketersediaan air memengaruhi distribusi organisme. Organisme di gurun
beradaptasi terhadap ketersediaan air di gurun.
c. Garam
Konsentrasi garam memengaruhi kesetimbangan air dalam organisme
melalui osmosis. Beberapa organisme yang hidup di daerah terestrial
beradaptasi dengan lingkungan yang mengandung garam tinggi.
d. Cahaya matahari
Intensitas dan kualitas cahaya matahari memengaruhi proses fotosintesis.
Air dapat menyerap cahaya matahari sehingga pada lingkungan air,
fotosintesis terjadi di sekitar permukaan yang terjangkau cahaya matahari. Di
gurun, intensitas cahaya matahari yang besar membuat peningkatan suhu
sehingga hewan dan tumbuhan tertekan.
f. Iklim
Iklim adalah kondisi cuaca dalam jangka waktu lama dalam suatu area.
Iklim makro meliputi iklim global, regional dan lokal. Iklim mikro meliputi
iklim dalam suatu daerah yang dihuni komunitas tertentu.
2. Biotik
Biotik adalah istilah untuk menyebut sesuatu yang hidup (organisme).
Komponen biotik adalah suatu komponen hidup yang menyusun suatu
ekosistem selain komponen abiotik (tidak bernyawa).
Berdasarkan peran dan fungsinya, makhluk hidup dibedakan menjadi:
a. Heterotrof /Konsumen
Komponen heterotrof terdiri dari organisme yang memanfaatkan bahan-
bahan organik yang disediakan oleh organisme lain sebagai makanannya.
Komponen heterotrof disebut juga konsumen makro (fagotrof) karena
makanan yang dimakan berukuran lebih kecil. Organisme yang tergolong
heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba.
LUHT4219/MODUL 1 1.25
b. Pengurai /dekomposer
Pengurai atau dekomposer adalah organisme yang menguraikan bahan
organik yang berasal dari organisme mati. Pengurai disebut juga konsumen
makro (sapotrof) karena makanan yang dimakan berukuran lebih besar.
Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan
melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh
produsen. Organisme yang tergolong pengurai adalah bakteri dan jamur. Ada
pula pengurai yang disebut detritivor, yaitu hewan pengurai yang memakan
sisa-sisa bahan organik, contohnya adalah kutu kayu. Proses penguraian
dapat juga diistilahkan sebagai proses dekomposisi.
Tipe dekomposisi ada dua, yaitu: dekomposisi secara aerobik (dalam hal
ini oksigen sebagai penerima elektron/oksidan) dan fermentasi atau
anaerobik (dalam hal ini bahan organik yang teroksidasi berperan sebagai
penerima elektron). Komponen-komponen tersebut berada pada suatu tempat
dan berinteraksi membentuk suatu kesatuan ekosistem yang teratur. Pada
suatu ekosistem akuarium, ekosistem ini terdiri dari ikan sebagai komponen
heterotrof, tumbuhan air sebagai komponen autotrof, plankton yang terapung
di air sebagai komponen pengurai, sedangkan komponen abiotik adalah air,
pasir, batu, mineral dan oksigen yang terlarut dalam air.
komponen biotik dan abiotik dapat terjadi melalui siklus materi, seperti:
siklus karbon, siklus air, siklus nitrogen, dan siklus sulfur. Siklus ini
berfungsi untuk mencegah suatu bentuk materi menumpuk pada suatu
tempat. Ulah manusia telah membuat suatu sistem yang awalnya siklik
menjadi nonsiklik. Manusia cenderung mengganggu keseimbangan
lingkungan.
4. Ekosistem Buatan
Sawah merupakan salah satu contoh ekosistem buatan. Ekosistem buatan
adalah ekosistem yang diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya.
Ekosistem buatan mendapatkan subsidi energi dari luar. Tanaman atau hewan
peliharaan didominasi oleh pengaruh manusia dan memiliki keanekaragaman
rendah. Contoh ekosistem buatan adalah: 1) bendungan, 2) hutan tanaman
produksi seperti jati dan pinus, 3) agroekosistem berupa sawah tadah hujan,
sawah irigasi, dan perkebunan sawit, dan ekosistem pemukiman, contohnya
kota dan desa. Selain itu, ada juga ekosistem ruang angkasa.
Ekosistem kota memiliki metabolisme tinggi sehingga butuh energi yang
banyak. Kebutuhan materi juga tinggi dan tergantung dari luar, serta
memiliki pengeluaran yang eksesif seperti polusi dan panas. Ekosistem ruang
angkasa bukan merupakan suatu sistem yang tertutup, tetapi tetap tergantung
pada input dari luar dalam memenuhi kebutuhannya. Semua ekosistem dan
kehidupan selalu bergantung pada bumi.
C. AGROEKOSISTEM
Agroekosistem adalah sistem interaksi antara manusia dengan
lingkungan biofisik, sumber daya pedesaan dan pertanian guna meningkatkan
kelangsungan hidup penduduknya. Agroekosistem dapat diartikan sebagai
suatu unit yang tersusun oleh semua organisme di dalam areal pertanaman
bersama-sama dengan keseluruhan kondisi lingkungan yang telah
dimodifikasi manusia, yaitu pertanian, industri, tempat rekreasi, dan aktifitas
sosial manusia lainnya.
Pada agroekosistem, manusia sengaja merubah ekosistem alami.
Ekosistem ini khusus dibuat untuk kepentingan pertanian. Berikut adalah
komponen-komponen dari agroekosistem dan masalah-masalah yang
dihadapinya.
LUHT4219/MODUL 1 1.27
1. Komponen Agroekosistem
Komponen Agroekosistem terdiri dari komponen abiotik dan biotik.
a. Komponen Biotik
Komponen biotik dari agroekosistem terdiri dari:
1) Produsen berupa jasad-jasad hidup yang mampu menangkap
energi matahari dan membentuk bahan-bahan yang mengandung
energi. Contohnya adalah tumbuh-tumbuhan berklorofil hijau.
2) Konsumen berupa jasad-jasad hidup yang memakan tumbuh-
tumbuhan dan atau hewan; mampu membentuk bahan-bahan
organik yang lebih tinggi mutunya dari bahan yang dimakannya.
Konsumen terbagi menjadi herbivora, karnivora, dan omnivora.
3) Dekomposer berupa jasad-jasad hidup (mikrobia) yang dapat
menguraikan sisa-sisa dari jasad hidup yang mati melalui proses
mineralisasi.
4) Tanaman atau vegetasi tanaman dalam agroekosistem berfungsi
sebagai produsen atau komponen yang diusahakan oleh manusia
untuk budidaya.
5) Hewan sebagai penyeimbang atau pendukung komponen-
komponen dalam agroekosistem. Contoh: cacing yang membantu
menyuburkan tanah.
b. Komponen Abiotik
Komponen abiotik dari agroekosistem terdiri dari:
1) Air
Lebih dari 50% penyusun tubuh organisme terdiri dari air. Oleh
sebab itu, air merupakan salah satu komponen abiotik yang sangat
menentukan kelangsungan hidup organisme. Kalau kita perhatikan
di berbagai daerah di sekitar kita, maka ada daerah yang kaya akan
air, tapi ada pula daerah kering. Perbedaan keadaan tersebut
menyebabkan cara adaptasi organisme berbeda-beda. Organisme
yang hidup pada daerah kurang air/kering memiliki cara untuk
mendapatkan air serta menghemat air.
2) Udara
Gas-gas yang ada di atmosfer,di samping sebagai selimut bumi,
juga sebagai sumber berbagai unsur tertentu, seperti: oksigen,
karbondioksida, nitrogen, dan hidrogen. Udara juga merupakan
komponen utama tanah. Tanah yang cukup pori atau cukup rongga
1.28 PENGANTAR ILMU PERTANIAN
a. Degradasi lahan
Degradasi lahan kering selama ini lebih diakibatkan oleh terjadinya
kekeliruan dalam pembukaan dan pengelolaan lahan oleh perladangan
berpindah. Sistem pembukaan lahan dengan cara tebas-bakar (slash and
burn) yang dilakukan pada lahan yang miring akan mengawali terjadinya
erosi. Kebi-asaan membakar kayu dan ranting sisa pembukaan lahan biasanya
LUHT4219/MODUL 1 1.29
dimanfaatkan untuk pertanian karena lahan tersebut berupa lahan kritis dan
gambut yang memerlukan perlakuan dan penanganan lebih apabila dijadikan
lahan untuk pertanian. Lahan-lahan kritis, gambut, serta tanah kosong yang
tidak dimanfaatkan akhirnya dialihfungsikan menjadi daerah pemukiman
maupun industri.
g. Resurgensi hama
Peristiwa resurgensi hama terjadi apabila setelah diperlakukan aplikasi
pestisida, populasi hama menurun dengan cepat dan secara tiba-tiba justru
meningkat lebih tinggi dari jumlah polulasi sebelumnya. Resurgensi sangat
mengurangi efektivitas dan efesiensi pengendalian dengan pestisida.
Resurgensi hama terjadi karena pestisida, sebagai racun yang berspektrum
luas, juga membunuh musuh alami. Musuh alami yang terhindar dan tahan
terhadap penyemprotan pestisida, sering kali mati kelaparan karena populasi
mangsa untuk sementara waktu terlalu sedikit, sehingga tidak tersedia
makanan dalam jumlah cukup. Kondisi demikian terkadang menyebabkan
musuh alami beremigrasi untuk mempertahankan hidup. Di sisi lain,
serangga hama akan berada pada kondisi yang lebih baik dari sebelumnya.
Sumber makanan tersedia dalam jumlah cukup dan pengendali alami sebagai
pemba-tas pertumbuhan populasi menjadi tidak berfungsi. Akibatnya,
populasi hama meningkat tajam segera setelah penyemprotan.
sebaliknya juga bisa terjadi. Hama penyakit yang dahulu ganas bisa
berkurang serangannya karena perubahan suhu. Perubahan iklim juga dapat
terjadi akibat kekeringan berkepanjangan. Kian menipisnya ketersediaan air
disebabkan oleh peningkatan evaporasi dan evapotranspirasi akibat
peningkatan suhu udara dan hilangnya vegetasi penutup tanah. Selain itu,
juga disebabkan oleh curah hujan yang makin sedikit. Belakangan banyak
terjadi ketidakseimbangan jumlah air di musim kemarau dan musim hujan.
Masyarakat mengalami kekurangan air di musim kemarau dan kebanjiran di
musim hujan. Banjir dan kekeringan juga menyebabkan kegagalan panen.
Ekosistem terdiri dari faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik, antara lain:
suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi. Sedangkan faktor biotik adalah
makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba.
Upaya mengelola komponen ekosistem penting dilakukan untuk menghindari
terjadi permasalahan dalam agroekosistem.
Sesuai dengan prinsip ekologi, aliran hara dalam sistem ekologi harus
berjalan secara konstan. Agar sistem usaha tani tetap produktif dan sehat,
maka jumlah hara yang hilang dari dalam tanah tidak boleh melebihi hara
yang ditambahkan. Harus ada keseimbangan hara di dalam tanah sepanjang
waktu. Setiap prinsip tersebut akan memberikan pengaruh yang berbeda
terhadap produktivitas, keamanan, keberlanjutan, dan identitas usaha tani.
LUHT4219/MODUL 1 1.37
L A TIH A N
RA N G K U MA N
TE S F OR MA T IF 2
10) Membatasi kehilangan hasil panen akibat gangguan hama dan penyakit
sebaiknya dengan upaya....
A. pemberantasan
B. preventif
C. kuratif
D. intensifikasi
1.40 PENGANTAR ILMU PERTANIAN
Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Tetapi, jika tingkat penguasaan
Anda masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2,
terutama pada bagian yang belum Anda kuasai.
LUHT4219/MODUL 1 1.41
Tes Formatif 1
1) D
2) A
3) B
4) B
5) A
6) B
7) A
8) C
9) A
10) D
Tes Formatif 2
1) B
2) C
3) D
4) B
5) A
6) D
7) B
8) B
9) D
10) B
1.42 PENGANTAR ILMU PERTANIAN
Daftar Pustaka
Aarsten V. 1953. Pengertian Pertanian.
http://www.tokomesin.com/Pengertian_Pertanian.html. Diakses pada
tanggal 20 Januari 2015.
Danarti dan Sri N. 1998. Palawija, Budidaya dan Analisis Usaha Tani.
Jakarta: Swadaya.