Anda di halaman 1dari 43

Modul 1

Pertanian dan Lingkungannya


Dr. Ir. Adiwirman, M.S.

PEN D AH U LU A N

M odul ini akan membantu Anda untuk memahami materi tentang


Pertanian dan Lingkungannya. Setelah mempelajari modul ini Anda
diharapkan dapat menjelaskan dengan baik tentang hal tersebut. Untuk dapat
memahami materi modul ini dengan baik dan mencapai kompetensi yang
diharapkan, Anda dapat melakukan strategi belajar berikut ini:
1. Bacalah materi modul ini dengan seksama sehingga Anda
memahaminya.
2. Jawablah pertanyaan yang ada di latihan, kemudian cek kembali
kesesuaian jawaban Anda dengan penjelasan yang ada di dalam Kegiatan
Belajarnya.
3. Kerjakan tes formatif seoptimal mungkin dan gunakan rambu-rambu
jawaban untuk menilai tingkat penguasaan Anda terhadap materi yang
ada di Kegiatan Belajar.
4. Apabila jawaban Anda atas pertanyaan yang ada di latihan dan di tes
formatif belum memadai, maka Anda diharapkan mempelajari lagi
materi yang ada di Kegiatan Belajarnya. Lalu Anda ulangi lagi prosedur
2 dan 3 hingga jawaban yang Anda buat sudah mencapai tingkat yang
diinginkan.
5. Jika jawaban Anda atas pertanyaan yang ada di latihan dan tes formatif
sudah memadai, maka Anda dapat meneruskan ke modul berikutnya.

Selamat Belajar
1.2 PENGANTAR ILMU PERTANIAN 

Kegiatan Belajar 1

Pertanian dan
Sejarah Perkembangannya

P ertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang


dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku
industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya.
Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian
dikenal sebagai kegiatan budidaya tanaman atau bercocok tanam (crop
cultivation atau agronomy) atau pembesaran hewan ternak (raising).
Cakupannya dapat berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam
pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe, atau sekedar
eksplorasi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan.

A. PENGERTIAN PERTANIAN

Pertanian dalam pengertian yang lebih luas mencakup semua kegiatan


yang melibatkan pemanfaatan makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan,
dan mikrobia) untuk kepentingan manusia. Dalam arti sempit, pertanian
dapat diartikan sebagai kegiatan budidaya jenis tanaman tertentu, terutama
tanaman yang bersifat semusim.
Disamping pengertian di atas, beberapa ahli turut mendefinisikan
pertanian/agriculture seperti berikut ini:
1. Menurut Mosher (1966), pertanian diartikan sebagai suatu bentuk
produksi yang khas, yang didasarkan pada proses pertumbuhan tanaman
dan hewan. Petani mengelola dan merangsang pertumbuhan tanaman dan
hewan dalam suatu usaha tani. Dalam hal ini kegiatan produksi
merupakan bisnis, sehinggga pengeluaran dan pendapatan sangat penting
artinya.
2. Menurut Aarsten (1953), agriculture diartikan sebagai kegiatan manusia
untuk memeroleh hasil yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan
yang dicapai dengan jalan sengaja menyempurnakan segala
kemungkinan yang telah diberikan oleh alam guna mengembangbiakkan
tumbuhan atau hewan tersebut.
 LUHT4219/MODUL 1 1.3

3. Menurut Winangun (1990), pertanian diartikan sebagai pemenuhan


kebutuhan pangan, penyedia bahan mentah untuk industri, penyedia
lapangan kerja, dan penyumbang devisa negara.
4. Menurut Spedding (1975), pertanian dalam pandangan modern
merupakan kegiatan manusia untuk manusia yang dilaksanakan untuk
memeroleh hasil yang menguntungkan, meliputi kegiatan ekonomi dan
pengelolaan di samping biologi.
5. Menurut World Bank(2003), pertanian merupakan pemakai air terbanyak
yang mempunyai andil pada terjadinya kelangkaan air. Pertanian
dianggap sebagai salah satu pelaku utama dalam pengurasan air tanah,
polusi agrokimia, keletihan tanah, dan perubahan iklim global, serta
penyumbang hingga 30% dari emisi gas rumah kaca.
6. Menurut Salikin (2003), pertanian diartikan sebagai bagian dari
agroekosistem yang tidak terpisahkan dengan subsistem kesehatan,
lingkungan alam, manusia dan budaya. Keempat hal ini saling terkait
dalam suatu proses produksi untuk kelangsungan hidup bersama.
7. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pertanian diartikan sebagai
perihal bertani (mengusahakan tanah dengan tanam-menanam)
dan segala yang berkaitan dengan tanam-menanam (pengusahaan tanah
dan sebagainya).

Berdasarkan definisi tersebut, jelas bahwa untuk dapat disebut sebagai


pertanian, perlu dipenuhi beberapa persyaratan:
1. Ada alam beserta isinya. Ada tanah sebagai tempat kegiatan. Tumbuhan
dan hewan sebagai objek kegiatan.
2. Ada kegiatan manusia dalam menyempurnakan segala sesuatu yang telah
diberikan oleh alam atau Yang Maha Kuasa untuk kepentingan/
kelangsungan hidup manusia melalui dua golongan yaitu
tumbuhan/tanaman dan hewan/ternak ikan.
3. Ada usaha manusia untuk mendapatkan produk/hasil ekonomis yang
lebih besar daripada sebelum ada kegiatan manusia.
4. Pertanian dikaji dengan dukungan ilmu-ilmu pendukungnya. Inti dari
ilmu-ilmu pertanian adalah biologi dan ekonomi. Pertanian selalu terikat
dengan ruang dan waktu. Ilmu-ilmu pendukung, seperti ilmu tanah,
Meteorologi, permesinan pertanian, biokimia, dan statistika, juga
dipelajari dalam pertanian. Usaha tani (farming) merupakan bagian inti
dari pertanian karena menyangkut sekumpulan kegiatan yang dilakukan
1.4 PENGANTAR ILMU PERTANIAN 

dalam budidaya. Petani adalah sebutan bagi mereka yang


menyelenggarakan usaha tani. Sebagai contoh "petani tembakau" atau
"petani ikan". Pelaku budidaya hewan ternak (livestock) secara khusus
disebut sebagai peternak.
Usaha pertanian diberi nama khusus untuk subjek usaha tani tertentu.
Kehutanan adalah usaha tani dengan subjek tumbuhan (biasanya pohon) dan
diusahakan pada lahan yang setengah liar atau liar (hutan). Peternakan
menggunakan subjek hewan darat kering (khususnya semua vertebrata
kecuali ikan dan amfibia) atau serangga (misalnya lebah). Perikanan
memiliki subjek hewan perairan (termasuk amfibia dan semua non vertebrata
air).
Suatu usaha pertanian dapat melibatkan berbagai subjek secara bersama-
sama dengan alasan untuk efisiensi dan peningkatan keuntungan.
Pertimbangan akan kelestarian lingkungan mengakibatkan aspek-aspek
konservasi sumber daya alam juga menjadi bagian penting dalam usaha
pertanian.
Semua usaha pertanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi sehingga
memerlukan dasar-dasar pengetahuan tentang pengelolaan tempat usaha,
pemilihan benih/bibit, metode budidaya, pengumpulan hasil, distribusi
produk, pengolahan dan pengemasan produk, dan pemasaran. Apabila
seorang petani memandang semua aspek ini dengan pertimbangan efisiensi
untuk mencapai keuntungan maksimal, maka ia melakukan pertanian intensif
(intensive farming). Usaha pertanian yang dipandang dengan cara ini dikenal
sebagai agribisnis. Program dan kebijakan yang mengarahkan usaha
pertanian ke cara pandang demikian dikenal sebagai intensifikasi. Oleh
karena pertanian industrial selalu menerapkan pertanian intensif, sehingga
keduanya sering kali disamakan.
Pertanian industrial yang memperhatikan lingkungan adalah pertanian
berkelanjutan (sustainable agriculture). Pertanian berkelanjutan memiliki
beberapa variasi seperti pertanian organik atau permakultur. Pertanian ini
memasukkan aspek kelestarian daya dukung lahan dan lingkungan serta
pengetahuan lokal sebagai faktor penting dalam perhitungan efisiensinya.
Pertanian berkelanjutan biasanya memberikan hasil yang lebih rendah
dibanding pertanian industrial.
Pertanian modern masa kini menerapkan sebagian komponen dari kedua
kutub "ideologi" pertanian yang disebutkan di atas. Selain kedua jenis
pertanian tersebut diatas, dikenal pula bentuk pertanian lain, yakni pertanian
 LUHT4219/MODUL 1 1.5

ekstensif (pertanian dengan masukan rendah). Dalam bentuk yang paling


ekstrem dan tradisional, akan berbentuk pertanian subsisten. Pertanian ini
dilakukan tanpa motif bisnis, tetapi hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri
atau komunitasnya.
Sebagai suatu usaha, pertanian memiliki dua ciri penting, yakni: selalu
melibatkan barang dalam volume besar dan proses produksi yang memiliki
risiko yang relatif tinggi. Dua ciri khas ini muncul karena pertanian
melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan
memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam
proses produksi. Beberapa bentuk pertanian modern (misalnya budidaya alga,
hidroponik) telah dapat mengurangi ciri-ciri ini. Tetapi sebagian besar usaha
pertanian dunia masih seperti itu.
Sejarah pertanian merupakan bagian dari sejarah kebudayaan manusia.
Pertanian muncul ketika suatu masyarakat mampu untuk menjaga
ketersediaan pangan bagi dirinya sendiri. Pertanian memaksa suatu kelompok
orang untuk menetap dan hal ini mendorong munculnya peradaban.
Selanjutnya terjadi perubahan dalam sistem kepercayaan, pengembangan
alat-alat pendukung kehidupan, dan kesenian. Kebudayaan masyarakat
yang tergantung pada aspek pertanian diistilahkan sebagai kebudayaan
agraris. Sebagai bagian dari kebudayaan manusia, pertanian telah membawa
revolusi yang besar dalam kehidupan manusia sebelum revolusi industri.
Bahkan dapat dikatakan, revolusi pertanian adalah revolusi kebudayaan
pertama yang dialami manusia.

B. SEJARAH AWAL PERTANIAN

Sebagian ahli sejarah mengatakan bahwa pertanian dimulai dari sebelum


8000 SM yakni saat nenek moyang kita hanya mengumpulkan bahan
makanan dan berburu hewan jinak di hutan. Pada zaman dahulu, hal seperti
ini ada dan dikenal dengan istilah nomaden artinya pengembara atau orang
yang hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya hanya untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya untuk mendapatkan bahan pangan.
Selanjutnya mulai mengalami perubahan menuju semi-nomaden atau
setengah pengembara. Kebutuhan makan dipenuhi dengan bercocok tanam
dan juga berternak, hanya kadang-kadang melakukan pengembaraan untuk
kelangsungan pasokan pangannya. Pada zaman dahulu, masyarakat seperti ini
hidup dalam kelompok-kelompok kecil dengan seorang yang dituakan atau
1.6 PENGANTAR ILMU PERTANIAN 

seorang kepala suku yang memimpin kelompok ini dan mengatur segala
sesuatunya. Masa semi nomaden ini berlangsung hingga 5000 SM. Keadaan
ini terus berlangsung dari generasi ke generasi dengan kegiatan pertanian
yang terus berkembang sejalan dengan kemampuan masyarakat dalam
ber-adaptasi dengan lingkungan alam sekitar dan memanfaatkan semua
sumber daya yang ada di sekelilingnya. Tentu saja, kondisi ini berbeda versi
sejarahnya di tiap belahan dunia karena dipengaruhi oleh kondisi geografis,
topografis, dan iklim setempat serta kemampuan beradaptasi dari masyarakat
atau suku setempat terhadap alam sekitarnya.
Pertanian mengalami perkembangan alami atas dasar kebutuhan.
Sebelum pertanian, masyarakat melakukan kegiatan berburu untuk memenuhi
kebutuhan makanan. Masyarakat Asia Tenggara telah melakukan berbagai
kegiatan domestikasi baik berupa hewan maupun tanaman seperti
memelihara anjing dan babi pada beribu-ribu tahun yang lalu. Makanan
berkaitan dengan status sosial. Orang yang memiliki makanan berlebih
dianggap sebagai orang kaya. Orang-orang kaya seperti ini biasanya bekerja
bertahun-tahun mengumpulkan makanan atau kekayaan yang dibutuhkan
untuk mengadakan pesta. Kebaikan orang-orang kaya itu akan diingat oleh
masyarakat menjadi semacam tabungan budi untuk masa yang akan datang.
Kebiasaan ini tersebar di seluruh wilayah Asia Tenggara, bahkan sampai ke
Papua. Masyarakat dengan ciri seperti ini dikenal sebagai masyarakat agraris.
Seiring waktu, jumlah penduduk makin meningkat hingga mencapai titik
yang membutuhkan intensifikasi pertanian. Lalu masyarakat mulai
melakukan teknik bercocok tanam, seperti menanam ubi jalar di Papua atau
menanam padi di wilayah Indonesia lainnya. Menurut para ahli prasejarah,
teknik bercocok tanam padi sawah didapatkan masyarakat Asia Tenggara
dari Tiongkok, khususnya lembah Sungai Yangtse dan Yunnan.
Kegiatan menanam ubi di Papua, dimulai dengan menempatkan umbi di
lahan yang telah dipersiapkan, menyiangi gulmanya, menunggunya hingga
berkembang, dan kemudian memanen hasilnya. Urutan kegiatan ini ternyata
juga masih dilakukan oleh kaum wanita di berbagai masyarakat tradisional di
Asia Tenggara; sedangkan kaum pria mengerjakan tugas-tugas yang lebih
berat seperti mempersiapkan lahan atau memagarinya untuk menghidari
kerusakan karena hama babi.
 LUHT4219/MODUL 1 1.7

C. SEJARAH SINGKAT PERTANIAN DUNIA


Sejarah pertanian adalah bagian dari sejarah kebudayaan manusia.
Pertanian muncul ketika suatu masyarakat mampu untuk menjaga
ketersediaan pangan bagi dirinya sendiri. Pertanian memaksa suatu kelompok
orang untuk menetap. Hal ini mendorong kemunculan peradaban. Bersamaan
dengan hal ini, juga terjadi perubahan dalam sistem kepercayaan,
pengembangan alat-alat pendukung kehidupan, dan kesenian akibat
pengadopsian teknologi pertanian. Kebudayaan masyarakat yang tergantung
pada aspek pertanian diistilahkan sebagai kebudayaan agraris.
Sebagai bagian dari kebudayaan manusia, pertanian telah membawa re-
volusi yang besar dalam kehidupan manusia sebelum revolusi industri.
Bahkan dapat dikatakan, revolusi pertanian adalah revolusi kebudayaan
pertama yang dialami manusia.
Agak sulit membuat suatu garis sejarah pertanian dunia, karena setiap
bagian dunia memiliki perkembangan penguasaan teknologi pertanian yang
berbeda-beda. Di beberapa bagian Afrika atau Amerika masih dijumpai
masyarakat yang semi-nomaden (setengah pengembara) yang telah mampu
melakukan kegiatan peternakan atau bercocok tanam, namun mereka masih
tetap berpindah-pindah demi menjaga pasokan pangan. Sementara itu, di
Amerika Utara dan Eropa, traktor-traktor besar yang ditangani oleh satu
orang telah mampu mendukung penyediaan pangan ratusan orang.
Zaman Mesopotamia yang merupakan awal perkembangan kebudayaan,
merupakan zaman yang turut menentukan sistem pertanian kuno.
Perekonomian kota yang pertama berkembang saat itu berlandaskan pada
teknologi pertanian yang berkiblat pada kuil-kuil, imam, lumbung, dan juru
tulis.
Penciptaan surplus sosial menyebabkan terbentuk lembaga ekonomi
berdasar peperangan dan perbudakan. Pengadministrasian pada surplus yang
harus disimpan menimbulkan kebutuhan sistem akuntansi. Pemecahan
masalah ini datang 6.000 tahun yang lalu dengan penciptaan tulisan-tulisan
yang merupakan awal kebudayaan. Kebudayaan Mesopotamia bertahan
selama beribu tahun di bawah banyak pemerintahan yang berbeda.
Pengaruhnya hingga ke Siria dan Mesir, mungkin juga ke India dan Cina.
Tulang punggung pertanian terdiri dari tanaman-tanaman yang sekarang
masih penting untuk persediaan pangan dunia seperti gandum dan barlai,
kurma dan ara, zaitum dan anggur. Kebudayaan kuni dari Mesopotamia –
1.8 PENGANTAR ILMU PERTANIAN 

Sumeria, Babilonia, Asiria, Cahldea – mengembangkan pertanian yang


bertambah komplek dan terintegrasi. Hal ini ditunjukkan oleh adanya
reruntuhan berupa sisa teras-teras, taman-taman dan kebun-kebun yang
beririgasi. Empat ribu tahun yang lalu, saluran irigasi dari bata dengan
sambungan beraspal membantu areal seluas 10.000 mil persegi tetap ditanami
untuk memberi pangan 15 juta jiwa. Pada tahun 700 SM sudah dikenal 900
tanaman.
Pengetahuan tentang pertanian kuno di berbagai belahan dunia, tidak
lebih banyak dibanding di Mesir, walaupun lembah Nil telah mendukung
manusia sekurang-kurangnya selama 20.000 tahun. Hal ini diduga akibat
perkembangan pertaniannya yang mendorong perubahan-perubahan yang
terjadi di wilayah Mediteran.
Kebudayaan Mesir mengalami kejayaan dan hal ini ternyata berpengaruh
pada kebudayaan-kebudayaan Barat sekarang. Kejayaaan kebudayaan Mesir
menyebabkan Mesir makmur dalam keberlimpahan hasil pertanian. Hal ini
terjadi akibat Mesir kebanjiran Sungai Nil yang dapat menyuburkan
tanahnya. Orang Mesir ahli dalam mengembangkan teknik drainase dan
irigasi. Drainase yang merupakan pembuangan kelebihan air, menjadi
tuntutan di daerah seperti lembah Nil. Hal ini menuntut dikembangkannya
lereng-lereng lahan dan pembuatan sistem pengangkutan serta saluran air
yang efisien. Irigasi yang merupakan pemberian air pada tanaman secara
buatan, menyangkut penadahan, pengantaran dan pemberian air. Masalah
drainase dan irigasi saling menjalin yang dilakukan orang Mesir dengan
membangun serentetan parit untuk menyimpan air dan saluran yang melayani
kedua tujuan tersebut. Orang Mesir mengembangkan teknik menaikkan air,
yang masih dipakai sampai sekarang. Penemuan utamanya adalah shaduf
yang memungkinkan para pria mampu menaikkan 2.250 liter air setinggi
1,8 m tiap hari.
Teknologi pengolahan tanah dapat dilacak lewat perbaikan cangkul.
Cangkul asalnya dari suatu tongkat bercabang yang lancip yang digunakan
dengan gerakan memotong. Bajak kuno juga hanya merupakan cangkul yang
ditarik manusia (belakangan oleh hewan) untuk menggaruk permukaan tanah.
Bajak masih banyak digunakan hingga kini di banyak bagian dunia.
Kemudian bajak diperbaiki dengan penempelan besi di bagian yang
bersinggungan dengan tanah dengan konstruksi yang lebih kuat dan efisien.
Orang-orang Mesir menggunakan berbagai alat potong pada waktu panen,
salah satunya adalah arit yang merupakan alat yang paling baik ketika itu.
 LUHT4219/MODUL 1 1.9

Orang Mesir mengembangkan berbagai teknologi yang berhubungan


dengan seni memasak, industri keramik, pemanggangan, pembuatan anggur
dan penyimpanan pangan. Cara-cara penyimpanan pangan dilakukan melalui
fermentasi, pembuatan acar, pengeringan, pengasapan dan pemberian garam.
Banyak tanaman dibudidayakan untuk serat, minyak dan tujuan-tujuan
industri lain. Papirus diolah menjadi kertas, jarak menjadi minyak, dan pinus
menjadi malam (lilin). Mereka menciptakan jamu-jamuan, koleksi tanaman
obat, dan industri rempah-rempah, wangi-wangian dan kosmetik.
Sepanjang Sungai Nil diciptakan kebun-kebun, penuh dengan tanaman-
tanaman hias eksotik dan kolam-kolam berisi ikan dan teratai. Di kebun
ditanam buah (orchard), kurma, anggur, ara, lemon dan delima. Kebun sayur
ditanam ketimun, articoke, bawang putih, perai, bawang bombay, selada,
menta, endewi, cikori, lobak, dan berbagai labu.
Kebudayaan Mesir bertahan selama 35 abad, dan kemudian pelaut-pelaut
Phoenicia meneruskan warisan teknologi Mesopotamia dan Mesir ke
Kepulauan Yunani. Walaupun orang-orang Yunani hanya sedikit menambah
kemahiran praktik, sikap analitik dan keingintahuannya terhadap alam benda
memberi pengaruh besar pada kemajuan teknologi di masa datang. Ilmu
Botani berasal dari pikiran Yunani zaman itu. Dua buah tulisan terkenal,
History of plants dan Causes of Plants dari Theopratus murid Aristoteles
mempengaruhi Ilmu Botani hingga abad 17. Dia dipandang sebagai Bapak
Ilmu Botani. Tulisan tersebut mencakup judul-judul yang beraneka ragam
seperti morfologi, klasifikasi, pembiakan dengan biji dan secara vegetatif,
geografi tumbuhan, kehutanan, horikultura, farmakologi, hama dan bau serta
rasa tanaman. Saat itu, ada sekitar 500 tanaman liar dan tanaman pertanian.
Dia membedakan Angiospermae dan Gymnospermae, Monokotil dan Dikotil,
membahas pembentukan lingkaran tahun dan cara-cara mengumpulkan
damar (resins) dan ter. Bahkan membahas penyerbukan pohon kurma betina
dengan bunga-bunga dari pohon jantan yang tidak berbuah. Hal ini
merupakan pengetahuan kelamin pada tanaman, sesuatu yang lama
menghilang dan baru diketahui lagi 2.000 tahun berikutnya.
Cendekiawan Yunani ternyata tidak mampu bertahan secara politik.
Persaingan dan peperangan antar kota membawa ke kejatuhan oleh tentara
Macedonia. Ada yang melacak kejatuhan Yunani sebagai akibat peningkatan
populasi dan kemerosotan sumberdaya alam baik oleh peperangan maupun
oleh kebusukan dari dalam. Hal ini memperlihatkan bahwa dasar pertanian
Yunani tidak cukup untuk menyokong kebudayaan yang selalu tumbuh.
1.10 PENGANTAR ILMU PERTANIAN 

Kebudayaan Yunani diserap oleh bangsa baru ke barat. Kebudayaan


kekaisaran Romawi, dibangun berdasarkan sumberdaya alam yang kokoh.
Kebalikan dari bangsa Yunani, bangsa Romawi sangat tertarik pada aspek
praktis dari pertanian. Pertanian merupakan bagian penting dari ekonomi dan
urusan yang sungguh-sungguh. Sumber penghasilan utama dari Romawi
adalah pajak tanah. Perundang-undangan yang paling penting berurusan
dengan rencana agraria dan kekayaan besar diinvestasikan pada lahan
pertanian. Romawi tumbuh ke kejayaan pada landasan teknologi pertanian
yang sehat dan berfungsi. Sewaktu mereka menaklukkan bangsa lain, mereka
membangun suatu kebudayaan yang asalnya Yunani, tetapi pelaksanaannya
secara Romawi.
Walaupun orang Romawi hanya memiliki sedikit ide asli, akan tetapi
mereka betul-betul memperbaiki yang mereka temukan. Tanda perdagangan
yang bertahan lama adalah jalan-jalan dan jalan air. Orang-orang Romawi
berpikiran modern, beradab dan berpusat kekota, tetapi bisnis dan
kecenderunganannya terikat pada tanah.
Praktik pertanian Romawi dibukukan secara baik. Tulisan mengenai
pertanian yang pertama adalah De agricultura karangan Marcus Porceus
Cato (234 – 149 SM) yang menulis aspek-aspek praktis dari pengelolaan
tanaman dan ternak, terutama mengenai keuntungan. Asal-usul filosofi desa
ditemui dalam kesimpulannya bahwa petani bukan hanya penduduk yang
terbaik, tetapi juga tentara terbaik. Seratus tahun berikutnya tulisan Marcus
Terentius Varro (116 – 28 SM) yaitu De re rustica libri III, menekankan
ketergantungan negeri sekemakmuran pada pertanian yang sehat. Tulisan-
tulisan lain adalah Georgica karangan Vergilius (70 – 19 SM) dan banyak
lagi yang lainnya. Historia naturalis karangan Plinius (23 – 79 M) memuat
kumpulan ilmu maupun hal-hal yang tidak diketahui. Berdasarkan tulisan-
tulisan ini, pertanian Romawi dapat dipelajari.
Dalam tulisan-tulisan pertanian, dicatat ada penyambungan tanaman
(grafting dan budding), penggunaan berjenis-jenis varietas buah dan sayuran,
rotasi pupuk hijau, penggunaan pupuk kandang, pengembalian kesuburan
tanah, bahkan penyimpanan dingin untuk buah-buahan. Dikenal pula suatu
“specularium”, rumah kaca dari mika, untuk menanam sayuran pada musim
dingin. Di Romawi, kebun tanaman hias mulai dikembangkan sampai tingkat
tinggi.
Pada masa awal sejarah Romawi, lembaga pertanian yang pokok adalah
masyarakat desa. Milik perorangan hanya berkisar dari satu hingga empat
 LUHT4219/MODUL 1 1.11

acre dan dikelola secara intensif. Setelah Romawi berkembang wilayahnya


dan memiliki tenaga kerja perbudakan dari menang perang, muncul unit
produksi yang lebih tinggi yang didapat dari tanah-tanah negara yang
dibagi-bagikan. Hasil sistem perkebunan merangsang pertumbuhan kekayaan
yang hebat dari perseorangan yang mendorong penjarahan dan korupsi yang
menjalar secara dahsyat. Kenaikan tenaga kerja murah dari budak-budak dan
pe- ningkatan ukuran milik perseorangan mengakibatkan ketidakseimbangan
sosial. Tentara-petani-penduduk kehilangan tempatnya yang berpengaruh
pada kekuatan stabilisasi dalam kehidupan Romawi.
Setelah kejayaan dialami, banyak sistem pertanian tidak sehat muncul.
Perbudakan membawa kerusakan tanah yang menurunkan produktivitas. Di
samping itu, upeti-upeti dari negara-negara luar mengendurkan semangat
berproduksi tinggi. Keberuntungan politik kekaisaran Romawi sejajar dengan
trend dalam pertanian. Beban untuk mendukung dan mempertahankan negara
yang overexpanded meremehkan dasar-dasar pertanian menyebabkan
pertanian menjadi kelelahan dan tidak stabil yang dapat mengurangi daya
pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.
Abad pertengahan merupakan masa keruntuhan Romawi dan Negara
Barat. Kemajuan teknologi beralih ke Timur Tengah. Setelah tahun 700 M,
kebudayaan Islam menyumbang hasil-hasil kebudayaannya kepada dunia.
Kebudayaan Islam muncul menyumbangkan hasil-hasil teknologi dan ilmu
pengetahuannya, jauh lebih rasional dan ilmiah dibandingkan dengan
kebudayaan-kebudayaan sebelumnya.
Di daerah lain yang berjauhan lokasinya, dikembangkan jenis tanaman
lain sesuai keadaan topografi dan iklim. Di Tiongkok, padi (Oryza sativa)
dan jewawut (dalam pengertian umum sebagai padanan millet) mulai
didomestikasi sejak 7500 SM dan diikuti dengan kedelai, kacang hijau, dan
kacang azuki. Padi (Oryza glaberrima) dan sorgum dikembangkan di daerah
Sahel, Afrika pada 5000 SM. Tanaman lokal yang berbeda, mungkin telah
dibudidayakan secara tersendiri di Afrika Barat, Ethiopia, dan Papua. Tiga
daerah yang terpisah di Amerika (yaitu Amerika Tengah, daerah Peru,
Bolivia, dan hulu Amazon) secara terpisah mulai membudidayakan jagung,
labu, kentang, dan bunga matahari.
Kondisi tropika di Afrika dan Asia Tropik, termasuk Nusantara, cende-
rung menyebabkan masyarakat tetap mempertahankan perburuan karena
relatif mudah memeroleh bahan pangan. Migrasi masyarakat Austronesia
yang telah mengenal pertanian dari wilayah Nusantara membawa serta
1.12 PENGANTAR ILMU PERTANIAN 

teknologi budidaya padi sawah dan perladangan. Secara umum dapat


dikatakan bahwa pertanian bermula sebagai dampak perubahan iklim dunia
dan adaptasi oleh tanaman terhadap perubahan ini.

D. SEJARAH PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PERTANIAN


DI INDONESIA

Sejarah pembangunan pertanian di Indonesia berawal pada masa Orde


Baru, yakni pada saat pemerintahan menerima beban berat dari buruknya
perekonomian Orde Lama. Tahun 1966-1968 merupakan tahun untuk
rehabilitasi ekonomi. Pemerintah Orde Baru berusaha keras untuk
menurunkan inflasi dan menstabilkan harga. Pengendalian inflasi
menyebabkan stabilitas politik tercapai yang berpengaruh terhadap bantuan
luar negeri yang mulai terjamin melalui IGGI. Sejak tahun 1969, Indonesia
mulai membentuk rancangan pembangunan yang disebut Rencana
Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Berikut penjelasan singkat tentang
beberapa Repelita tersebut.

1. Repelita I (1969-1974)
Repelita I mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1969 hingga 31
Maret 1974. Repelita I ini merupakan landasan awal pembangunan pertanian
di masa Orde Baru. Tujuan yang ingin dicapai adalah pertumbuhan ekonomi
5% per tahun dengan sasaran utama adalah cukup pangan, cukup sandang,
dan perbaikan prasarana terutama untuk menunjang pertanian. Tentunya hal
ini akan diikuti oleh adanya perluasan lapangan kerja dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Titik berat Repelita I ini adalah pembangunan
bidang pertanian sesuai dengan tujuan untuk mengejar keterbelakangan
ekonomi melalui proses pembaharuan bidang pertanian. Pada saat ini,
mayoritas penduduk Indonesia masih dapat hidup dari hasil pertanian. Pada
Repelita I muncul peristiwa Malari (Malapetaka Lima Belas Januari) yang
terjadi pada tanggal 15-16 Januari 1974 bertepatan dengan kedatangan PM
Jepang Tanaka ke Indonesia. Peristiwa ini merupakan kelanjutan demonstrasi
para mahasiswa yang menuntut Jepang agar tidak melakukan dominasi
ekonomi di Indonesia, sebab produk barang Jepang terlalu banyak beredar di
Indonesia. Peristiwa ini menyebabkan terjadi pengrusakan dan pembakaran
barang-barang buatan Jepang.
 LUHT4219/MODUL 1 1.13

2. Repelita II (1974-1979)
Repelita II mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1974 hingga 31
Maret 1979 dengan target pertumbuhan ekonomi sebesar 7,5% per tahun.
Prioritas utamanya sektor pertanian yang merupakan dasar untuk memenuhi
kebutuhan pangan dalam negeri dan merupakan dasar pertumbuhan industri
yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku. Selain itu, sasaran
Repelita II ini adalah perluasan lapangan kerja. Repelita II berhasil
meningkatkan pertumbuhan ekonomi rata-rata penduduk sebesar 7% per
tahun. Pada masa ini, terjadi perbaikan dalam hal irigasi, juga banyak jalan
dan jembatan yang di rehabilitasi dan dibangun. Hal ini menyebabkan di
bidang industri terjadi kenaikan produksi.

3. Repelita III (1979-1984)


Repelita III mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1979 hingga 31
Maret 1984. Repelita III lebih menekankan pada Trilogi Pembangunan yang
bertujuan menciptakan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Arah dan kebijakan ekonominya adalah
pembangunan pada segala bidang. Pedoman pembangunan nasionalnya
adalah Trilogi Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan.

4. Repelita IV (1984-1989)
Repelita IV mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1984 hingga 31
Maret 1989. Repelita IV adalah peningkatan dari Repelita III. Peningkatan
usaha-usaha untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat, mendorong pembagian
pendapatan yang lebih adil dan merata, dan memperluas kesempatan kerja.
Prioritasnya adalah untuk melanjutkan usaha memantapkan swasembada
pangan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin
industri sendiri. Hasil yang dicapai pada Repelita IV antara lain swasembada
pangan. Pada tahun 1984, Indonesia berhasil memproduksi beras sebanyak
25,8 ton. Kesuksesan ini menyebabkan Indonesia mendapatkan penghargaan
dari FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia) pada tahun 1985. Hal ini
merupakan prestasi besar bagi Indonesia. Selain swasembada pangan, pada
Pelita IV juga dilakukan Program Keluarga Berencana dan Rumah untuk
Keluarga.
1.14 PENGANTAR ILMU PERTANIAN 

5. Repelita V (1989-1994)
Repelita V mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1989 hingga 31
Maret 1994. Repelita V ini lebih menitikberatkan pada sektor pertanian dan
industri untuk memantapkan swasembada pangan dan meningkatkan
produksi pertanian lainnya serta menghasilkan barang ekspor. Pelita V adalah
akhir dari pola pembangunan jangka panjang tahap pertama. Lalu dilanjutkan
dengan pembangunan jangka panjang tahap kedua dengan mengadakan
Repelita VI yang diharapkan akan mulai memasuki proses tinggal landas
Indonesia untuk memacu pembangunan dengan kekuatan sendiri demi
mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

6. Repelita VI (1994-1999)
Repelita VI mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1994 hingga 31
Maret 1999. Repelita VI titik beratnya masih pada pembangunan di sektor
ekonomi yang berkaitan dengan industri dan pertanian serta pembangunan
dan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya.
Sektor ekonomi dipandang sebagai penggerak utama pembangunan. Pada
periode ini terjadi krisis moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara
termasuk Indonesia. Akibat krisis moneter dan peristiwa politik dalam negeri
yang mengganggu perekonomian menyebabkan rezim Orde Baru runtuh.
Memasuki era globalisasi yang dicirikan oleh persaingan perdagangan
internasional yang sangat ketat dan bebas, pembangunan pertanian semakin
dideregulasi melalui pengurangan subsidi, dukungan harga dan berbagai
proteksi lainnya. Kemampuan bersaing melalui proses produksi yang efisien
merupakan pijakan utama bagi kelangsungan hidup usahatani. Sehubungan
dengan hal tersebut, maka partisipasi dan kemampuan wirausaha petani
merupakan faktor kunci keberhasilan pembangunan pertanian.
Pemerintahan pada Kabinet Indonesia Bersatu telah menetapkan
program pembangunan dengan menggunakan strategi tiga jalur (triple track
strategy) sebagai manifestasi dari strategi pembangunan yang lebih
progrowth, proemployment dan propoor. Operasionalisasi konsep strategi
tiga jalur tersebut dirancang melalui hal-hal berikut:
a. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di atas 6,5 persen per tahun melalui
percepatan investasi dan ekspor.
b. Pembenahan sektor riil untuk mampu menyerap tambahan angkatan
kerja dan menciptakan lapangan kerja baru.
 LUHT4219/MODUL 1 1.15

c. Revitalisasi pertanian dan perdesaan untuk berkontribusi pada


pengentasan kemiskinan.

Revitalisasi pertanian diartikan sebagai kesadaran untuk menempatkan


kembali arti penting sektor pertanian secara proporsional dan kontekstual,
melalui 26 peningkatan kinerja sektor pertanian dalam pembangunan
nasional dengan tidak mengabaikan sektor lain. Revitalisasi pertanian
dimaksudkan untuk menggalang komitmen dan kerjasama seluruh
stakeholder dan mengubah paradigma pola pikir masyarakat dalam melihat
pertanian, tidak hanya sekedar penghasil komoditas untuk dikonsumsi.
Pertanian harus dilihat sebagai sektor yang multi-fungsi dan sumber
kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia.

Kegiatan pembangunan pertanian tahun 2005-2009 dilaksanakan melalui


tiga program, yaitu:
a. Program peningkatan ketahanan pangan
Operasionalisasi program peningkatan ketahanan pangan dilakukan
melalui peningkatan produksi pangan, menjaga ketersediaan pangan
yang cukup aman dan halal di setiap daerah setiap saat, dan antisipasi
agar tidak terjadi kerawanan pangan.
b. Program pengembangan agribisnis
Operasionalisasi program pengembangan agribisnis dilakukan melalui
pengembangan sentra/kawasan agribisnis komoditas unggulan.
c. Program peningkatan kesejahteraan petani
Operasionalisasi program peningkatan kesejahteraan petani dilakukan
melalui pemberdayaan penyuluhan, pendampingan, penjaminan usaha,
perlindungan harga gabah, kebijakan proteksi dan promosi lainnya.
Selama periode 2005-2009, pembangunan pertanian terus mengalami
berbagai keberhasilan. Salah satu yang patut disyukuri dan
membanggakan adalah Indonesia berhasil mencapai swasembada beras
sejak tahun 2007. Pada tahun 2008, tercapai swasembada jagung dan
gula untuk konsumsi rumah tangga.

Pada era pembangunan pertanian periode 2010-2014, Kementerian


Pertanian mencanangkan empat target utama, yaitu:
1.16 PENGANTAR ILMU PERTANIAN 

a. Pencapaian Swasembada Pangan dan Swasembada Berkelanjutan


Dalam rangka peningkatan produksi pertanian, pada periode lima tahun
(2010-2014), Kementerian Pertanian lebih memfokuskan pada
peningkatan 39 komoditas unggulan nasional. Komoditas unggulan
nasional tersebut terdiri dari 7 komoditas tanaman pangan, 10 komoditas
hortikultura, 15 komoditas perkebunan, dan 7 komoditas peternakan.

b. Peningkatan Diversifikasi Pangan


Diversifikasi pangan atau keragaman konsumsi pangan merupakan salah
satu strategi untuk mencapai ketahanan pangan. Sasaran percepatan
keragaman konsumsi pangan adalah pencapaian pola konsumsi pangan
yang aman, bermutu, dan bergizi seimbang yang dicerminkan oleh
tercapainya skor Pola Pangan Harapan (PPH) sekurang-kurangnya 93,3
pada tahun 2014. Konsumsi umbi-umbian, sayuran, buah-buahan,
pangan hewani ditingkatkan dengan mengutamakan produksi lokal,
sehingga konsumsi beras diharapkan turun sekitar 3% per tahun.

c. Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, dan Ekspor


Peningkatan nilai tambah difokuskan pada dua hal yakni peningkatan
kualitas dan jumlah olahan produk pertanian untuk mendukung
peningkatan daya saing dan ekspor. Peningkatan kualitas produk
pertanian (segar dan olahan) diukur dari peningkatan jumlah produk
pertanian yang mendapatkan sertifikasi jaminan mutu (SNI, Organik,
Good Agricultural Practices, Good Handling Practices, Good
Manucfacturing Practices). Peningkatan daya saing akan difokuskan
pada pengembangan produk berbasis sumberdaya lokal yang bisa
meningkatkan pemenuhan permintaan untuk konsumsi dalam negeri dan
bisa mengurangi ketergantungan impor (substitusi impor). Peningkatan
ekspor difokuskan pada pengembangan produk yang punya daya saing di
pasar internasional, baik segar maupun olahan, dengan kebutuhan di
pasar dalam negeri sudah tercukupi. Indikatornya adalah pertumbuhan
volume ekspor.

d. Peningkatan Kesejahteraan Petani


Unsur penting yang berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan petani
adalah tingkat pendapatan petani. Upaya peningkatan pendapatan petani
tidak selalu secara otomatis diikuti dengan peningkatan kesejahteraan
 LUHT4219/MODUL 1 1.17

petani. Hal ini karena kesejahteraan petani juga tergantung pada nilai
pengeluaran yang harus dibelanjakan keluarga petani serta faktor-faktor
non-finansial seperti faktor sosial budaya.
Sisi pendapatan petani merupakan sisi yang terkait secara langsung
dengan tugas pokok dan fungsi Kementerian Pertanian. Oleh karena itu,
dalam kerangka peningkatan kesejahteraan petani, prioritas utama
Kementerian Pertanian adalah meningkatkan pendapatan petani.

L A TIH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Jelaskan apa yang dimaksud dengan pertanian dalam arti luas.


2) Jelaskan apa yang dimaksud dengan pertanian dalam arti sempit.
3) Apa komponen-komponen yang termasuk dalam kedua pengertian
pertanian tersebut?

Petunjuk Jawaban Latihan

Jawablah pertanyaan yang ada di latihan tersebut, kemudian cek


kembali kesesuaian jawaban Anda dengan penjelasan yang ada di dalam
Kegiatan Belajar. Apabila jawaban Anda dirasa belum memadai, maka Anda
diharapkan mempelajari lagi materi yang ada di Kegiatan Belajar ini hingga
Anda dapat menjawab pertanyaan latihan ini dengan baik.

RA N G K U MA N
Pertanian memiliki pengertian yang luas dan sempit. Pertanian
dalam arti luas mencakup semua kegiatan yang melibatkan pemanfaatan
makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan mikrobia) untuk
kepentingan manusia. Dalam arti sempit, pertanian diartikan sebagai
kegiatan budidaya jenis tanaman tertentu, terutama yang bersifat
semusim.
Pertanian harus memenuhi beberapa persyaratan, yakni: a) ada alam
beserta isinya antara lain tanah sebagai tempat kegiatan, dan tumbuhan
serta hewan sebagai objek kegiatan, b) ada kegiatan manusia dalam
1.18 PENGANTAR ILMU PERTANIAN 

menyempurnakan segala sesuatu yang telah diberikan oleh alam dan atau
Yang Maha Kuasa untuk kepentingan/kelangsungan hidup manusia
melalui dua golongan yaitu tumbuhan/tanaman dan hewan/ternak/ikan,
dan c) ada usaha manusia untuk mendapatkan produk/hasil ekonomis
yang lebih besar daripada sebelum ada kegiatan manusia.
Usaha pertanian memiliki dua ciri penting, yaitu: 1) selalu
melibatkan barang dalam volume besar, dan 2) proses produksi memiliki
risiko yang relatif tinggi. Dua ciri khas ini muncul karena pertanian
melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahap dan
memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam
proses produksi. Beberapa bentuk pertanian modern telah dapat
mengurangi ciri-ciri ini, tetapi sebagian besar usaha pertanian dunia
masih tetap demikian.
Terkait dengan pertanian, dikenal istilah-istilah:
1. Usahatani (farming) yang merupakan sekumpulan kegiatan yang
dilakukan dalam budidaya (tumbuhan maupun hewan).
2. Petani yang merupakan sebutan bagi mereka yang
menyelenggarakan usaha tani, sebagai contoh “petani tembakau”
atau “petani ikan”.
3. Khusus untuk pembudidaya hewan ternak (livestock) disebut
sebagai peternak.

Ilmuwan serta pihak-pihak lain yang terlibat dalam perbaikan


metode pertanian dan aplikasinya juga dianggap terlibat dalam pertanian.

Cakupan objek pertanian yang dianut di Indonesia meliputi


budidaya tanaman (termasuk tanaman pangan, hortikultura, dan
perkebunan), kehutanan, peternakan, dan perikanan. Penggolongan ini
dilakukan berdasarkan objek budidaya, misalnya: budidaya tanaman,
dengan objek tumbuhan dan diusahakan pada lahan yang diolah secara
intensif. Contoh lainnya adalah:
1. Kehutanan, dengan objek tumbuhan yang diusahakan pada lahan
setengah liar.
2. Peternakan, dengan objek hewan darat kering.
3. Perikanan, dengan objek hewan perairan.

Upaya meningkatkan hasil pertanian dapat dilakukan dengan cara:


1. Ekstensifikasi
2. Intensifikasi
 LUHT4219/MODUL 1 1.19

TE S F OR MA T IF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Pertanian dalam pengertian yang luas mencakup....


A. tanaman
B. hewan
C. mikrobia
D. tanaman, hewan dan mikrobia

2) Pertanian dalam pengertian yang sempit mencakup....


A. tanaman
B. hewan
C. mikrobia
D. tanaman, hewan dan mikrobia

3) Salah satu unsur alam yang perlu dipenuhi dalam pertanian adalah....
A. usaha manusia
B. tanah
C. kegiatan manusia
D. mikrobia

4) Sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budidaya adalah....


A. budidaya tanaman
B. usahatani
C. livestock
D. petani

5) Sebutan bagi mereka yang menyelenggarakan usahatani adalah....


A. petani
B. livestock
C. farming
D. peternak

6) Objek tumbuhan yang diusahakan pada lahan setengah liar adalah....


A. pertanian
B. kehutanan
C. peternakan
D. usahatani
1.20 PENGANTAR ILMU PERTANIAN 

7) Aktivitas usahatani dengan objek hewan darat kering adalah....


A. peternakan
B. perikanan
C. budidaya pertanian
D. usahatani hewan

8) Upaya meningkatkan hasil pertanian yang dilakukan dengan cara


perluasan usahatani disebut....
A. intensifikasi
B. budidaya lahan kering
C. ekstensifikasi
D. kehutanan

9) Upaya meningkatkan hasil pertanian yang dilakukan dengan cara


mengefisienkan penggunaan sumberdaya disebut....
A. intensifikasi
B. budidaya
C. ekstensifikasi
D. peternakan

10) Usaha pertanian memiliki dua ciri penting, yaitu....


A. benih dan pupuk
B. lahan dan hewan
C. barang dan proses
D. tanaman dan lahan

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan =  100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
 LUHT4219/MODUL 1 1.21

Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Namun, jika penguasaan Anda masih di
bawah 80%, maka Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama
pada bagian yang belum Anda kuasai.
1.22 PENGANTAR ILMU PERTANIAN 

Kegiatan Belajar 2

Lingkungan Pertanian

L ingkungan pertanian berkaitan dengan Ilmu Ekologi. Ilmu Lingkungan


atau Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme
dengan lingkungannya. Ekologi berasal dari kata Yunani oikos (“habitat”)
dan logos (“ilmu”). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik
interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan
lingkungannya. Istilah Ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel
(1834 - 1914). Dalam Ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan
atau sistem dengan lingkungannya.
Pembahasan Ekologi Pertanian tidak lepas dari pembahasan ekosistem
dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik.
Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi.
Sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia,
hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan
tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan
ekosistem yang saling memengaruhi dan merupakan suatu sistem yang
menunjukkan kesatuan.
Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, baru muncul
pada tahun 70-an. Ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap cabang
Biologi. Ekologi mempelajari cara makhluk hidup dapat mempertahankan
kehidupannya dengan mengadakan hubungan antar makhluk hidup dan benda
tidak hidup di dalam tempat hidupnya atau lingkungannya. Ekologi, Biologi
dan ilmu kehidupan lainnya Zoologi dan Botani saling melengkapi. Ekologi
mempelajari aliran energi pada rantai makanan manusia dan tingkat tropik.
Lingkungan pertanian adalah segala sesuatu yang berada di sekitar usaha
pertanian baik abiotik (tidak hidup) maupun biotik (hidup). Lingkungan
pertanian dapat diistilahkan sebagai ekosistem pertanian.

A. EKOSISTEM

Ekosistem adalah suatu sistem Ekologi yang terbentuk oleh hubungan


timbal balik yang tidak terpisahkan antara makhluk hidup dengan
lingkungannya. Ekosistem dapat dikatakan sebagai suatu tatanan kesatuan
 LUHT4219/MODUL 1 1.23

secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang
saling memengaruhi. Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit
biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan
lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik
tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme dan
matahari sebagai sumber dari semua energi yang ada.
Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-
sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan
beradaptasi dengan lingkungan fisik, sebaliknya organisme juga
memengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup.
Ekosistem dapat terbentuk dari komponen abiotik (tidak hidup) dan
biotik (hidup) dalam satu wilayah tertentu. Ekosistem pertanian memberikan
pengaruh yang besar terhadap keberhasilan suatu tindakan pertanian. Dalam
ekosistem pertanian, interaksi antara komponen abiotik dan biotik disetting
sedemikian rupa melalui mekanisme kontrol agar mendukung
keberlangsungan budidaya pertanian yang diusahakan.

B. KOMPONEN PEMBENTUK EKOSISTEM

Ekosistem pertanian dibentuk oleh komponen abiotik dan biotik. Unsur


dari masing-masing komponen tersebut sebagai berikut:

1. Abiotik
Abiotik atau komponen tidak hidup dapat berupa komponen fisik
maupun kimia yang merupakan medium atau substrat tempat berlangsung
kehidupan, atau lingkungan tempat hidup. Sebagian besar komponen abiotik
bervariasi dalam ruang dan waktu. Komponen abiotik dapat berupa bahan
organik, senyawa anorganik, dan faktor yang memengaruhi distribusi
organisme, yaitu:

a. Suhu
Proses biologi yang terjadi di lingkungan pertanian dipengaruhi oleh
suhu. Mamalia dan unggas membutuhkan energi untuk meregulasi
temperatur dalam tubuhnya.
1.24 PENGANTAR ILMU PERTANIAN 

b. Air
Ketersediaan air memengaruhi distribusi organisme. Organisme di gurun
beradaptasi terhadap ketersediaan air di gurun.

c. Garam
Konsentrasi garam memengaruhi kesetimbangan air dalam organisme
melalui osmosis. Beberapa organisme yang hidup di daerah terestrial
beradaptasi dengan lingkungan yang mengandung garam tinggi.

d. Cahaya matahari
Intensitas dan kualitas cahaya matahari memengaruhi proses fotosintesis.
Air dapat menyerap cahaya matahari sehingga pada lingkungan air,
fotosintesis terjadi di sekitar permukaan yang terjangkau cahaya matahari. Di
gurun, intensitas cahaya matahari yang besar membuat peningkatan suhu
sehingga hewan dan tumbuhan tertekan.

e. Tanah dan batu


Beberapa karakteristik tanah yang meliputi struktur fisik, pH, dan
komposisi mineral membatasi penyebaran organisme berdasarkan pada
kandungan sumber makanan di tanah.

f. Iklim
Iklim adalah kondisi cuaca dalam jangka waktu lama dalam suatu area.
Iklim makro meliputi iklim global, regional dan lokal. Iklim mikro meliputi
iklim dalam suatu daerah yang dihuni komunitas tertentu.

2. Biotik
Biotik adalah istilah untuk menyebut sesuatu yang hidup (organisme).
Komponen biotik adalah suatu komponen hidup yang menyusun suatu
ekosistem selain komponen abiotik (tidak bernyawa).
Berdasarkan peran dan fungsinya, makhluk hidup dibedakan menjadi:
a. Heterotrof /Konsumen
Komponen heterotrof terdiri dari organisme yang memanfaatkan bahan-
bahan organik yang disediakan oleh organisme lain sebagai makanannya.
Komponen heterotrof disebut juga konsumen makro (fagotrof) karena
makanan yang dimakan berukuran lebih kecil. Organisme yang tergolong
heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba.
 LUHT4219/MODUL 1 1.25

b. Pengurai /dekomposer
Pengurai atau dekomposer adalah organisme yang menguraikan bahan
organik yang berasal dari organisme mati. Pengurai disebut juga konsumen
makro (sapotrof) karena makanan yang dimakan berukuran lebih besar.
Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan
melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh
produsen. Organisme yang tergolong pengurai adalah bakteri dan jamur. Ada
pula pengurai yang disebut detritivor, yaitu hewan pengurai yang memakan
sisa-sisa bahan organik, contohnya adalah kutu kayu. Proses penguraian
dapat juga diistilahkan sebagai proses dekomposisi.
Tipe dekomposisi ada dua, yaitu: dekomposisi secara aerobik (dalam hal
ini oksigen sebagai penerima elektron/oksidan) dan fermentasi atau
anaerobik (dalam hal ini bahan organik yang teroksidasi berperan sebagai
penerima elektron). Komponen-komponen tersebut berada pada suatu tempat
dan berinteraksi membentuk suatu kesatuan ekosistem yang teratur. Pada
suatu ekosistem akuarium, ekosistem ini terdiri dari ikan sebagai komponen
heterotrof, tumbuhan air sebagai komponen autotrof, plankton yang terapung
di air sebagai komponen pengurai, sedangkan komponen abiotik adalah air,
pasir, batu, mineral dan oksigen yang terlarut dalam air.

3. Ketergantungan Rantai Makanan


Ketergantungan pada ekosistem dapat terjadi antar komponen biotik atau
antara komponen abiotik dan biotik. Ketergantungan antar komponen biotik
dapat terjadi melalui rantai makanan, yaitu perpindahan materi dan energi
melalui proses makan dan dimakan dengan urutan tertentu. Tiap tingkat dari
rantai makanan disebut tingkat trofik atau taraf trofik. Organisme pertama
yang mampu menghasilkan zat makanan adalah tumbuhan. Tingkat trofik
pertama selalu diduduki tumbuhan hijau sebagai produsen. Tingkat
selanjutnya adalah tingkat trofik kedua, terdiri atas hewan pemakan
tumbuhan yang biasa disebut konsumen primer (herbivora). Hewan pemakan
konsumen primer merupakan tingkat trofik ketiga, terdiri atas hewan-hewan
karnivora. Setiap pertukaran energi dari satu tingkat trofik ke tingkat trofik
lainnya akan menyebabkan sebagian energi hilang.
Jaring-jaring makanan adalah rantai makanan yang saling berhubungan
satu sama lain sedemikian rupa sehingga membentuk seperti jaring-jaring.
Jaring-jaring makanan terjadi karena setiap jenis makhluk hidup tidak hanya
memakan satu jenis makhluk hidup lainnya. Ketergantungan antara
1.26 PENGANTAR ILMU PERTANIAN 

komponen biotik dan abiotik dapat terjadi melalui siklus materi, seperti:
siklus karbon, siklus air, siklus nitrogen, dan siklus sulfur. Siklus ini
berfungsi untuk mencegah suatu bentuk materi menumpuk pada suatu
tempat. Ulah manusia telah membuat suatu sistem yang awalnya siklik
menjadi nonsiklik. Manusia cenderung mengganggu keseimbangan
lingkungan.

4. Ekosistem Buatan
Sawah merupakan salah satu contoh ekosistem buatan. Ekosistem buatan
adalah ekosistem yang diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya.
Ekosistem buatan mendapatkan subsidi energi dari luar. Tanaman atau hewan
peliharaan didominasi oleh pengaruh manusia dan memiliki keanekaragaman
rendah. Contoh ekosistem buatan adalah: 1) bendungan, 2) hutan tanaman
produksi seperti jati dan pinus, 3) agroekosistem berupa sawah tadah hujan,
sawah irigasi, dan perkebunan sawit, dan ekosistem pemukiman, contohnya
kota dan desa. Selain itu, ada juga ekosistem ruang angkasa.
Ekosistem kota memiliki metabolisme tinggi sehingga butuh energi yang
banyak. Kebutuhan materi juga tinggi dan tergantung dari luar, serta
memiliki pengeluaran yang eksesif seperti polusi dan panas. Ekosistem ruang
angkasa bukan merupakan suatu sistem yang tertutup, tetapi tetap tergantung
pada input dari luar dalam memenuhi kebutuhannya. Semua ekosistem dan
kehidupan selalu bergantung pada bumi.

C. AGROEKOSISTEM
Agroekosistem adalah sistem interaksi antara manusia dengan
lingkungan biofisik, sumber daya pedesaan dan pertanian guna meningkatkan
kelangsungan hidup penduduknya. Agroekosistem dapat diartikan sebagai
suatu unit yang tersusun oleh semua organisme di dalam areal pertanaman
bersama-sama dengan keseluruhan kondisi lingkungan yang telah
dimodifikasi manusia, yaitu pertanian, industri, tempat rekreasi, dan aktifitas
sosial manusia lainnya.
Pada agroekosistem, manusia sengaja merubah ekosistem alami.
Ekosistem ini khusus dibuat untuk kepentingan pertanian. Berikut adalah
komponen-komponen dari agroekosistem dan masalah-masalah yang
dihadapinya.
 LUHT4219/MODUL 1 1.27

1. Komponen Agroekosistem
Komponen Agroekosistem terdiri dari komponen abiotik dan biotik.
a. Komponen Biotik
Komponen biotik dari agroekosistem terdiri dari:
1) Produsen berupa jasad-jasad hidup yang mampu menangkap
energi matahari dan membentuk bahan-bahan yang mengandung
energi. Contohnya adalah tumbuh-tumbuhan berklorofil hijau.
2) Konsumen berupa jasad-jasad hidup yang memakan tumbuh-
tumbuhan dan atau hewan; mampu membentuk bahan-bahan
organik yang lebih tinggi mutunya dari bahan yang dimakannya.
Konsumen terbagi menjadi herbivora, karnivora, dan omnivora.
3) Dekomposer berupa jasad-jasad hidup (mikrobia) yang dapat
menguraikan sisa-sisa dari jasad hidup yang mati melalui proses
mineralisasi.
4) Tanaman atau vegetasi tanaman dalam agroekosistem berfungsi
sebagai produsen atau komponen yang diusahakan oleh manusia
untuk budidaya.
5) Hewan sebagai penyeimbang atau pendukung komponen-
komponen dalam agroekosistem. Contoh: cacing yang membantu
menyuburkan tanah.
b. Komponen Abiotik
Komponen abiotik dari agroekosistem terdiri dari:
1) Air
Lebih dari 50% penyusun tubuh organisme terdiri dari air. Oleh
sebab itu, air merupakan salah satu komponen abiotik yang sangat
menentukan kelangsungan hidup organisme. Kalau kita perhatikan
di berbagai daerah di sekitar kita, maka ada daerah yang kaya akan
air, tapi ada pula daerah kering. Perbedaan keadaan tersebut
menyebabkan cara adaptasi organisme berbeda-beda. Organisme
yang hidup pada daerah kurang air/kering memiliki cara untuk
mendapatkan air serta menghemat air.
2) Udara
Gas-gas yang ada di atmosfer,di samping sebagai selimut bumi,
juga sebagai sumber berbagai unsur tertentu, seperti: oksigen,
karbondioksida, nitrogen, dan hidrogen. Udara juga merupakan
komponen utama tanah. Tanah yang cukup pori atau cukup rongga
1.28 PENGANTAR ILMU PERTANIAN 

akan baik pertukaran udara atau aerasinya. Tanah yang baik,


aerasinya akan baik, dan baik pula proses mineralisasinya.
3) Suhu
Setiap makhluk hidup memerlukan suhu lingkungan tertentu. Suhu
diperlukan makhluk hidup untuk proses kimia dalam tubuhnya.
Semua makhluk hidup selalu menghindari suhu lingkungan yang
terlalu tinggi, dan terlalu rendah. Makhluk hidup selalu berusaha
untuk mendapatkan suhu lingkungan yang optimum.
4) Tanah
Tanah merupakan komponen sumberdaya alam yang mencakup
semua bagian padat di atas permukaan bumi, termasuk semua yang
ada di atas dan di dalamnya yang terbentuk dari bahan induk dan
dipengaruhi oleh kinerja iklim, jasad hidup, dan relief setempat
dalam waktu tertentu. Dalam satu toposekuen akan dijumpai
berbagai jenis tanah, sebagai akibat ada perbedaan bahan induk,
iklim, topografi dan penggunaan lahan.
5) Cahaya
Cahaya matahari merupakan komponen abiotik yang berfungsi
sebagai sumber energi primer bagi ekosistem. Keberadaannya
mampu mempengaruhi dan mengontrol organisme yang ada pada
suatu ekosistem.
6) Salinitas
Salinitas berhubungan erat dengan pH tanah. Jika pH tanah
semakin tinggi, maka akan menghambat proses pertumbuhan
tanaman. Hal ini karena ada beberapa tanaman yang tidak cocok
dengan pH yang tinggi.

2. Masalah-Masalah yang Dihadapi Suatu Agroekosistem Saat Ini


Ada beberapa masalah yang biasanya dihadapi oleh suatu
agroekosistem yang terjadi saat ini, yakni:

a. Degradasi lahan
Degradasi lahan kering selama ini lebih diakibatkan oleh terjadinya
kekeliruan dalam pembukaan dan pengelolaan lahan oleh perladangan
berpindah. Sistem pembukaan lahan dengan cara tebas-bakar (slash and
burn) yang dilakukan pada lahan yang miring akan mengawali terjadinya
erosi. Kebi-asaan membakar kayu dan ranting sisa pembukaan lahan biasanya
 LUHT4219/MODUL 1 1.29

diteruskan oleh petani dengan membakar sisa tanaman. Bila pembakaran


dilakukan ha-nya sekali saja pada waktu pembukaan lahan, tidak akan
banyak merusak tanah. Tetapi pembakaran yang dilakukan berulang-ulang
setiap musim akan cepat menurunkan kadar bahan organik tanah yang
akhirnya menurunkan produktivitas tanah. Pembakaran sisa-sisa tanaman tiap
tahun akan mempercepat proses pencucian dan pemiskinan tanah.
Merosotnya kadar bahan organik tanah akan memperburuk sifat fisik dan
kimia tanah. Struktur tanah menjadi tidak stabil. Bila terjadi hujan, maka
pukulan butir hujan akan cepat menghancurkan agregat tanah dan partikel-
partikel tanah yang halus akan mengisi ruang pori. Ruang pori yang sudah
terisi oleh partikel tanah menyebabkan kapasitas infiltrasi tanah menurun dan
meningkatkan aliran permukaan dan mempercepat laju erosi tanah. Lapisan
atas tanahakan hilang karena erosi menyebabkan produktivitas lahan
menurun. Apalagi jika terjadinya erosi hingga menyebabkan munculnya
horizon B, maka tanah akan terdegradasi.

b. Kerusakan tubuh tanah


Tanah sebagai suatu sistem dinamis, selalu mengalami perubahan-
perubahan, baik perubahan dari segi fisik, kimia maupun biologinya.
Perubahan-perubahan ini terutama karena pengaruh berbagai unsur iklim.
Tetapi tidak sedikit pula yang dipercepat oleh tindakan atau perlakuan
manusia. Kerusakan tubuh tanah yang diakibatkan terjadi perubahan-
perubahan yang berlebihan, misalnya kerusakan yang menyebabkan lapisan
olah tanah lenyap atau dikenal dengan istilah erosi. Erosi adalah terangkutnya
atau terkikisnya tanah atau bagian tanah ke tempat lain. Peningkatan erosi
dapat diakibatkan oleh hilangnya vegetasi penutup tanah atau akibat kegiatan
pertanian yang tidak mengindahkan kaidah konservasi tanah. Erosi umumnya
mengakibatkan hilangnya tanah lapisan atas yang subur dan baik untuk
pertumbuhan tanaman. Erosi dapat mengakibatkan terjadinya kemunduran
sifat-sifat fisik dan kimia tanah. Erosi merupakan penyebab utama kerusakan
lahan dan lingkungan. Permasalahan degradasi lahan akibat erosi disebabkan
oleh: 1) curah hujan yang mempunyai nilai erosivitas tinggi, 2) tanah
peka erosi, 3) kemiringan lereng melebihi batas kemampuan lahan untuk
tanaman pangan, 4) cara pengelolaan tanah dan tanaman yang salah termasuk
kebiasaan membakar dan cara pembukaan lahan yang salah, dan 5) tindakan
konservasi lahan yang belum memadai. Faktor lain yang mempercepat
kerusakan lahan yaitu kadar bahan organik yang makin berkurang karena
1.30 PENGANTAR ILMU PERTANIAN 

pembakaran sisa tanaman dan pencucian hara. Erosi berlangsung secara


alamiah, kemudian dapat dipercepat oleh beberapa tindakan atau perlakuan
manusia terhadap tanah dan tanaman yang tumbuh di atasnya. Sebaliknya,
erosi alamiah tidak menimbulkan malapetaka bagi kehidupan manusia karena
pada erosi alamiah masih terjadi keseimbangan lingkungan, karena dalam
peristiwa ini banyak tanah yang terangkut masih seimbang dengan
pembentukan tanah. Sedangkan pada erosi yang dipercepat (accelerated
erotion) sudah dapat dipastikan banyak menimbulkan kerugian bagi manusia,
seperti: bencana banjir, kekeringan, produktivitas tanah yang makin
menurun, longsor, dan lainnya. Pada peristiwa erosi yang dipercepat, volume
penghanyutan tanah lebih besar dibandingkan dengan pembentukan tanah,
sehingga penipisan lapisan tanah akan berlangsung terus yang pada akhirnya
dapat melenyapkan lapisan tanah tersebut.

c. Dampak pemupukan yang berlebihan


Pemupukan dilakukan untuk memberikan zat makanan yang optimal
kepada tanaman, agar tanaman dapat memberikan hasil yang cukup. Pemu-
pukan dan pupuk buatan dapat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah
menurun). Jika tanah menjadi asam, produktivitas tanaman pertanian akan
merosot. Selain itu, unsur nitrogen yang terkandung di dalam pupuk dapat
menyebabkan terbentuk larutan nitrit di dalam tanah. Larutan nitrit dapat
meresap ke dalam sumur penduduk yang berdekatan. Pemupukan yang
berlebihan dan larut ke dalam air juga dapat menyebabkan meningkatkan
kesuburan sungai (eutrofikasi). Ganggang dan tumbuhan sungai, misalnya
eceng gondok, tumbuh dengan subur. Akibatnya hewan-hewan air akan
kekurangan oksigen sehingga mengalami kematian. Selain itu, tumbuhan air
yang makin subur dapat menyebabkan terjadi pendangkalan pada waduk dan
bendungan.

d. Lahan pertanian terbatas/semakin sempit


Dalam suatu agroekosistem, khususnya yang diolah sedemikian rupa
untuk memenuhi kebutuhan penduduk (pertanian), pasti membutuhkan lahan
untuk mengelola sumber daya yang ada. Namun, akibat dari pertambahan
penduduk yang makin meningkat dari tahun ke tahun mengakibatkan
penggunaan lahan untuk pemukiman dan industri semakin besar sehingga
lahan yang dulunya sebagai lahan pertanian menjadi semakin sempit. Selain
itu, lahan pertanian di Indonesia banyak pula yang belum benar-benar
 LUHT4219/MODUL 1 1.31

dimanfaatkan untuk pertanian karena lahan tersebut berupa lahan kritis dan
gambut yang memerlukan perlakuan dan penanganan lebih apabila dijadikan
lahan untuk pertanian. Lahan-lahan kritis, gambut, serta tanah kosong yang
tidak dimanfaatkan akhirnya dialihfungsikan menjadi daerah pemukiman
maupun industri.

e. Ketergantungan petani terhadap pestisida, pupuk anorganik dan


varietas unggul
Akibat petani mengintensifkan penggunaan pestisida untuk
menanggulangi serangan hama dan penyakit pada tanaman yang
dibudidayakannya, maka petani tersebut memiliki ketergantungan terhadap
pestisida. Hal ini terjadi karena minimnya pengetahuan petani untuk
menerapkan Program Pengendalian Hama Terpadu dengan menggunakan
pestisida nabati yang aman serta memanfaatkan musuh alami sesuai program
PHT. Petani pada masa Revolusi Hijau lebih mempercayakan pestisida untuk
memberantas hama dan penyakit yang menyerang tanamannya karena
pestisida tersebut bekerja efektif dan langsung ke sasarannya. Begitupula
dengan ketersediaan pupuk anorganik untuk meningkatkan produksi
pertanian, petani selalu melakukan pemupukan intensif menggunakan pupuk
anorganik, bahkan terkesan berlebihan sehingga dalam usahataninya, petani
sangat bergantung kepada ketersediaan pupuk anorganik. Varietas unggul
pun diperlukan sebagai modal untuk menghasilkan produksi yang tinggi pada
masa Revolusi Hijau sehingga tanpa varietas yang unggul, petani merasa
produksinya akan menurun dan tidak dapat menutupi biaya produksi,
akibatnya petani menga-lami kerugian.

f. Muncul ketahanan (resistensi) hama terhadap pestisida


Ketahanan hama terhadap pemberian pestisida akan muncul apabila
pestisida diberikan secaraterus menerus. Hal ini menjadi fenomena dan
konsekuensi ekologis yang umum dan logis. Resistensi muncul akibat reaksi
evolusi menghadapi suatu tekanan (strees). Oleh karena hama terus menerus
mendapat tekanan oleh pestisida, maka melalui proses seleksi alami, spesies
hama mampu membentuk strain baru yang lebih tahan terhadap pestisida
tertentu yang digunakan petani. Pada tahun 1947, dua tahun setelah
penggunaan pestisida DDT, muncul strain serangga yang resisten terhadap
DDT. Saat ini, telah ada lebih dari 500 spesies serangga hama telah resisten
terhadap berbagai jenis insektisida.
1.32 PENGANTAR ILMU PERTANIAN 

g. Resurgensi hama
Peristiwa resurgensi hama terjadi apabila setelah diperlakukan aplikasi
pestisida, populasi hama menurun dengan cepat dan secara tiba-tiba justru
meningkat lebih tinggi dari jumlah polulasi sebelumnya. Resurgensi sangat
mengurangi efektivitas dan efesiensi pengendalian dengan pestisida.
Resurgensi hama terjadi karena pestisida, sebagai racun yang berspektrum
luas, juga membunuh musuh alami. Musuh alami yang terhindar dan tahan
terhadap penyemprotan pestisida, sering kali mati kelaparan karena populasi
mangsa untuk sementara waktu terlalu sedikit, sehingga tidak tersedia
makanan dalam jumlah cukup. Kondisi demikian terkadang menyebabkan
musuh alami beremigrasi untuk mempertahankan hidup. Di sisi lain,
serangga hama akan berada pada kondisi yang lebih baik dari sebelumnya.
Sumber makanan tersedia dalam jumlah cukup dan pengendali alami sebagai
pemba-tas pertumbuhan populasi menjadi tidak berfungsi. Akibatnya,
populasi hama meningkat tajam segera setelah penyemprotan.

h. Ledakan populasi hama sekunder


Dalam ekosistem pertanian, diketahui terdapat beberapa hama utama dan
banyak hama-hama kedua atau hama sekunder. Umumnya tujuan
penggunaan pestisida adalah untuk mengendalikan hama utama yang paling
merusak. Peristiwa ledakan hama sekunder terjadi apabila setelah pemberian
pestisida menghasilkan penurunan populasi hama utama, tetapi kemudian
terjadi peningkatan populasi pada spesies yang sebelumnya bukan hama
utama, sampai tingkat yang merusak. Ledakan ini seringkali disebabkan oleh
terbunuhnya musuh alami, akibat penggunaan pestisida yang berspektrum
luas. Pestisida tersebut tidak hanya membunuh hama utama yang menjadi
sasaran, tetapi juga membunuh serangga berguna yang dalam keadaan normal
secara alamiah efektif mengendalikan populasi hama sekunder.
Peristiwa ledakan populasi hama sekunder di Indonesia pernah terjadi,
yakni ledakan hama ganjur di hamparan persawahan Jalur Pantura Jawa Ba-
rat, setelah daerah tersebut disemprot intensif pestisida Dimecron dari udara
untuk memberantas hama utama penggerek padi kuning Scirpophaga
incertulas. Penelitian dirumah kaca membuktikan, dengan menyemprotkan
Dimecron pada tanaman padi muda, hama ganjur dapat berkembang dengan
baik, karena parasitoidnya terbunuh. Munculhama wereng coklat Nilaparvata
iugens setelah tahun 1973 menggantikan kedudukan hama penggerek batang
padi sebagai hama utama di Indonesia. Hal ini diduga disebabkan oleh
 LUHT4219/MODUL 1 1.33

penggunaan pestisida golongan khlor secara intensif untuk mengendalikan


hama sundep dan weluk.

D. PERMASALAHAN SEPUTAR PERUBAHAN IKLIM

Perubahan iklim adalah perubahan variabel iklim, khususnya suhu udara


dan curah hujan yang terjadi secara berangsur-angsur dalam jangka waktu
panjang (50-100 tahun) dan dapat juga disebabkan oleh kegiatan manusia,
terutama yang berkaitan dengan pemakaian bahan bakar fosil dan alih guna
lahan. Pertanian konvensional menyumbang terjadi perubahan iklim
pertanian konvensional yang intensif (baik dari sisi pemakaian mesin
pertanian atau luas lahan) akibat penebangan hutan untuk membuka lahan.
Gundulnya hutan berarti hilangnya bahan organik dari tanah. Padahal bahan
organik berperan mengikat air dan menahan laju penguapan. Tidak heran,
lebih banyak terjadi kekeringan. Jumlah vegetasi berkurang menurunkan
kelembaban udara dan meningkatkan suhu udara. Produksi pupuk dan
pestisida kimia yang dipakai pertanian konvensional juga menghasilkan gas
rumah kaca yang merupakan salah satu pemicu terjadi perubahan iklim.
Sementara aplikasinya pada lahan telah menurunkan kesuburan dan
menyebabkan erosi tanah.
Fenomena perubahan iklim dapat diakibatkan oleh pergeseran atau
perubahan pola musim. Kini hampir di seluruh wilayah di Indonesia, batas
musim hujan dan musim kemarau tidak lagi jelas. Secara perlahan,
pergeseran ini mulai mengubah pola tanam, khususnya dirasakan di daerah
pertanian tadah hujan. Jika saat semai tidak tepat, bisa jadi benih tidak akan
tumbuh karena kekurangan air. Pergeseran musim hujan dan musim kemarau
memengaruhi proses pembungaan tanaman. Hal ini bisa mengurangi hasil
panen dan ketersediaan benih untuk musim tanam berikutnya. Perubahan
iklim dapat terjadi akibat kenaikan suhu. Laporan terakhir dari
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyebutkan bahwa
dalam satu abad terakhir terjadi kenaikan rata-rata suhu dunia sebesar
0,76°C. Diprediksikan, tahun 2050 akan terjadi kenaikan suhu sebesar 2°C.
Kondisi ini menyebabkan banyak sumber air di pegunungan yang mengairi
sungai-sungai mengering. Kenaikan suhu juga menjadi ancaman serius bagi
petani, terkait dengan pola penyebaran hama dan penyakit. Akibat kondisi
lingkungan menghangat, ada beberapa hama dan penyakit yang tadinya
bukan ancaman serius bagi pertanian, berubah menjadi sangat merusak. Hal
1.34 PENGANTAR ILMU PERTANIAN 

sebaliknya juga bisa terjadi. Hama penyakit yang dahulu ganas bisa
berkurang serangannya karena perubahan suhu. Perubahan iklim juga dapat
terjadi akibat kekeringan berkepanjangan. Kian menipisnya ketersediaan air
disebabkan oleh peningkatan evaporasi dan evapotranspirasi akibat
peningkatan suhu udara dan hilangnya vegetasi penutup tanah. Selain itu,
juga disebabkan oleh curah hujan yang makin sedikit. Belakangan banyak
terjadi ketidakseimbangan jumlah air di musim kemarau dan musim hujan.
Masyarakat mengalami kekurangan air di musim kemarau dan kebanjiran di
musim hujan. Banjir dan kekeringan juga menyebabkan kegagalan panen.

1. Mengelola Permasalahan Agroekosistem


Konservasi lahan dapat dilakukan dengan cara penerapan tanpa olah
tanah (zero tillage) atau pengolahan tanah minimum (minimum tillage) dalam
rangka pengawetan tanah dengan tidak mencuci peralatan penyemprot pesti-
sida di sungai atau di dekat sumur agar tidak mencemari sungai atau sumur
penduduk. Peralatan sebaiknya dicuci di tempat khusus dan limbahnya
dibuang secara khusus pula (misalnya dibuatkan lubang yang jauh dari
pemukiman). Hindari membuang sisa obat di sembarang tempat. Buanglah
sisa obat di tempat khusus yang tidak mencemari sungai atau sumur
penduduk. Sebaiknya penggunaan pestisida dikurangi dengan memberantas
hama secara mekanik (misal ditangkap, kemudian dimatikan), dan secara
biologis (misal menggunakan serangga predator). Pemberantasan secara bio-
logis dengan serangga atau hewan predator dimaksudkan agar hewan
predator yang dilepaskan di lingkungan memangsa hama tanaman. Serangga
predator dipelihara terlebih dahulu, dikembangbiakkan, kemudian dilepaskan
di sawah atau perkebunan. Tindakan-tindakan yang disarankan adalah
menggunakan pestisida hayati yang aman bagi kesehatan petani, konsumen
dan lingkungan pertanian; dan menerapkan Pengendalian Hama Terpadu
(PHT) dengan empat prinsip, yaitu:
a. Budidaya tanaman sehat.
b. Pelestarian musuh alami.
c. Pengamatan agroekosistem secara rutin.
d. Petani menjadi ahli PHT dan manajer di kebunnya.
e. Menerapkan sistem pertanian berkelanjutan serta pertanian berwawasan
lingkungan yang tidak hanya mementingkan faktor keuntungan dalam
melakukan usahatani/budidaya dalam suatu agroekosistem, tetapi justru
memperhatikan faktor sosial, ekonomi, dan lingkungan.
 LUHT4219/MODUL 1 1.35

Faktor yang memengaruhi suatu ekosistem pertanian sangatlah beragam,


tetapi secara umum dapat dikelompokkan menjadi tiga pengaruh besar,
yakni: pengaruh praktik atau perlakuan budidaya, pengaruh kondisi alami,
dan pengaruh kegiatan manusia. Pengaruh yang dapat dikendalikan atau
ditangani oleh seorang ahli pertanian adalah praktik dan perlakuan budidaya.
Usaha untuk menetralkan kondisi alam juga banyak dilakukan, tetapi tingkat
kendalinya amat terbatas. Di lain pihak, pengaruh kegiatan manusia acapkali
di luar jangkauan ahli-ahli pertanian, karena selain wewenangnya tidak
sampai, di Indonesia kepakaran ahli jarang dipergunakan sebagai landasan
penentuan kebijakan dan pengambilan keputusan.
Secara rinci sebenarnya pengaruh tersebut bersifat timbal-balik, sehingga
lebih merupakan interaksi saling tindak antara agroekosistem dan lingkungan
atau ekosistem lain yang ada di sekelilingnya. Saling tindak ini bersifat
dinamik dan progresif. Tetapi apabila agroekosistem tidak lagi mampu
menyeimbangkan pengaruh-pengaruh tersebut, maka akan terjadi kondisi
regresif. Dalam kondisi ini, agroekosistem mengalami kemunduran, tidak
produktif dan dinamikanya menuju ke degradasi ekosistem. Sering kali hal
tersebut terjadi karena tidak terkendalinya faktor pengaruh kegiatan manusia,
kadang-kadang juga oleh kondisi alam yang ekstrim (bencana alam, kondisi
cuaca buruk yang tetap berkepanjangan dan lain-lain). Namun dapat juga hal
itu terjadi karena praktik budidaya yang salah, yang tidak sesuai lingkungan,
yang tidak melihat ke depan, atau ringkasnya, yang tidak menjamin
kelestarian usaha pertanian (nonsustainable).
Sebagai ahli pertanian, pertimbangan praktik budidaya agar
agroekosistem menuju ke sistem yang lestari atau sustainable harus
diperhitungkan secara optimal. Kelestarian atau keberlanjutan ini
menyangkut aspek-aspek ekonomi, budidaya, sosial, lingkungan, dan pada
akhirnya juga hukum dan politik. Mungkin seorang ahli pertanian tidak akan
bertindak pada semua aspek yang saling tindak menyusun kelestarian
agroekosistem tersebut, tetapi mengetahui dan menyadari bahwa dinamika
agrosekosistem yang berlanjut tergantung kepada semua aspek di atas, sama
pentingnya dengan bertindak.

2. Mengelola Komponen Pembentuk Ekosistem


Ekosistem dibentuk oleh komponen-komponennya. Ekosistem adalah
hubungan timbal balik (interaksi) antara makhluk hidup dan lingkungannya.
Interaksi ini menciptakan kesatuan ekologi yang disebut ekosistem.
1.36 PENGANTAR ILMU PERTANIAN 

Ekosistem terdiri dari faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik, antara lain:
suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi. Sedangkan faktor biotik adalah
makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba.
Upaya mengelola komponen ekosistem penting dilakukan untuk menghindari
terjadi permasalahan dalam agroekosistem.

E. PRINSIP EKOLOGI DALAM PERTANIAN

Prinsip lingkungan ekosistem pertanian menghendaki bahwa proses


produksi harus didasarkan pada daur ulang ekologis (sesuai dengan sifat
lingkungan asalnya). Namun, teknologi yang diterapkan harus bersifat
spesifik lokasi dengan mempertimbangkan kearifan tradisional dari masing-
masing lokasi.

Berikut adalah prinsip-prinsip ekologi dalam penerapan pertanian:


1. Memperbaiki kondisi tanah agar bisa menguntungkan pertumbuhan
tanaman.
2. Mengoptimalkan ketersediaan serta keseimbangan unsur hara di dalam
tanah.
3. Mengelola iklim mikro agar kehilangan hasil panen akibat panas, udara
dan air dapat dibatasi.
4. Membatasi kehilangan hasil panen akibat gangguan hama dan penyakit
dengan upaya preventif dan melalui cara yang aman.
5. Memanfaatkan sumber kekayaan genetika dalam sistem pertanaman
terpadu.

Sesuai dengan prinsip ekologi, aliran hara dalam sistem ekologi harus
berjalan secara konstan. Agar sistem usaha tani tetap produktif dan sehat,
maka jumlah hara yang hilang dari dalam tanah tidak boleh melebihi hara
yang ditambahkan. Harus ada keseimbangan hara di dalam tanah sepanjang
waktu. Setiap prinsip tersebut akan memberikan pengaruh yang berbeda
terhadap produktivitas, keamanan, keberlanjutan, dan identitas usaha tani.
 LUHT4219/MODUL 1 1.37

L A TIH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Apa yang dimaksud dengan ekosistem?


2) Apa yang dimaksud dengan agroekosistem?
3) Berikan lima contoh komponen ekosistem biotik dan abiotik dalam
agroekosistem.
4) Apa tujuan manusia melakukan perubahan pada ekosistemnya?

Petunjuk Jawaban Latihan

Jawablah pertanyaan yang ada di latihan tersebut, kemudian cek


kembali kesesuaian jawaban Anda dengan penjelasan yang ada di dalam
Kegiatan Belajar. Apabila jawaban Anda dirasa belum memadai, maka Anda
diharapkan mempelajari lagi materi yang ada di Kegiatan Belajar ini hingga
Anda dapat menjawab pertanyaan latihan ini dengan baik.

RA N G K U MA N

Ekosistem adalah rangkaian dari beberapa komponen yang saling


ketergantungan antara satu dengan yang lainnya dan merupakan satu
kesatuan yang mampu menanggapi rangsangan dari luar baik yang
bersifat langsung maupun tidak langsung. Komponen yang dimaksud di
sini adalah bagian-bagian penyusun suatu lingkungan, yakni komponen
biotik dan abiotik. Komponen ini akan menghasilkan perubahan materi
dari organisme dan lingkungan. Semakin beranekaragam komponen
ekosistemnya, maka semakin seimbang (stabil) pula proses daur
energinya.
Ekosistem merupakan salah satu bentuk dari sistem ekologi yang
menyangkut interaksi organisme satu dengan lainnya, serta lingkungan.
Ekosistem yang terjadi di alam bermacam-macam, baik yang alami
maupun buatan. Agroekosistem adalah sistem interaksi antara manusia
dan lingkungan biofisik, sumber daya pedesaan dan pertanian guna
meningkatkan kelangsungan hidup penduduknya. Agroekosistem dapat
diartikan sebagai suatu unit yang tersusun oleh semua organisme di
1.38 PENGANTAR ILMU PERTANIAN 

dalam areal pertanaman bersama-sama dengan keseluruhan kondisi


lingkungan termasuk lingkungan yang telah dimodifikasi manusia, yaitu:
pertanian, industri, tempat rekreasi, dan aktivitas sosial manusia lainnya.
Agroekosistem adalah sistem interaksi antara manusia dan
lingkungan biofisik, sumber daya pedesaan dan pertanian guna
meningkatkan kelangusungan hidup. Dalam Agroekosistem, manusia
dengan sengaja merubah ekosistem alami dan manusia merupakan
bagiannya, dengan menciptakan suatu ekosistem baru yang khusus
dibuat untuk kepentingan pertanian.

TE S F OR MA T IF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Rangkaian dari beberapa komponen yang saling ketergantungan antara


satu dengan yang lainnya dan merupakan satu kesatuan adalah….
A. agroekosistem
B. ekosistem
C. agroekologi
D. agrokultura

2) Ekosistem merupakan salah satu bentuk dari sistem ekologi yang


menyangkut interaksi organisme dengan....
A. organisme
B. tanah
C. lingkungan
D. mikrobia

3) Ekosistem merupakan satu kesatuan yang dibentuk oleh komponen….


A. biotik
B. abiotik
C. lingkungan
D. biotik dan abiotik

4) Semakin beranekaragam komponen ekosistem, maka ekosistem akan....


A. kurang seimbang
B. seimbang
C. berinteraksi
D. labil
 LUHT4219/MODUL 1 1.39

5) Berdasarkan fungsinya, ekosistem terdiri dari komponen ...


A. abiotik, produsen, konsumen, dan dekomposer
B. abiotik, biotik, konsumen, dan dekomposer
C. abiotik, produsen, dan konsumen
D. abiotik, produsen, dan dekomposer

6) Agroekosistem adalah sistem interaksi antara manusia dan lingkungan


biofisik, sumber daya pedesaan dan pertanian guna meningkatkan....
A. pendapatan
B. tingkat konsumsi
C. hasil pertanian
D. kelangsungan hidup

7) Agroekosistem adalah manusia dengan sengaja mengubah ekosistem


alami untuk….
A. meningkatkan kesejahteraan
B. meningkatkan potensi pertanian
C. melestarikan alam
D. meningkatkan konsumsi

8) Salah satu prinsip ekologi dalam penerapan pertanian adalah....


A. intensifikasi
B. memperbaiki kondisi tanah
C. meningkatkan produksi
D. meningkatkan hasil

9) Salah satu tujuan pengelolaan iklim mikro dalam ekologi pertanian


adalah….
A. menekan pertumbuhan gulma
B. menekan populasi hama
C. mengendalikan penyakit tanaman
D. menekan kehilangan hasil

10) Membatasi kehilangan hasil panen akibat gangguan hama dan penyakit
sebaiknya dengan upaya....
A. pemberantasan
B. preventif
C. kuratif
D. intensifikasi
1.40 PENGANTAR ILMU PERTANIAN 

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian,
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan =  100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Tetapi, jika tingkat penguasaan
Anda masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2,
terutama pada bagian yang belum Anda kuasai.
 LUHT4219/MODUL 1 1.41

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1

1) D
2) A
3) B
4) B
5) A
6) B
7) A
8) C
9) A
10) D

Tes Formatif 2

1) B
2) C
3) D
4) B
5) A
6) D
7) B
8) B
9) D
10) B
1.42 PENGANTAR ILMU PERTANIAN 

Daftar Pustaka
Aarsten V. 1953. Pengertian Pertanian.
http://www.tokomesin.com/Pengertian_Pertanian.html. Diakses pada
tanggal 20 Januari 2015.

Aryulina D dan Choirul M. 2007. Biologi 2 SMA. Jakarta: Esis Erlangga.

Aweto AO. 2013. Shifting Cultivation and Secondary Succession in the


Tropics. UK. Oxfordshire.

Betson DM and Warlick. 2006. Measuring Poverty. In Methods in Social


Epidemiology. San Fransisco. US: A Wiley Imprint.

Booth A. 1988. Agricultural Development in Indonesia. Sydney. Allen &


Unwin.

Campbell NA and Reece JB. 2009. Biology. USA: Pearson Benjamin


Cummings.

Danarti dan Sri N. 1998. Palawija, Budidaya dan Analisis Usaha Tani.
Jakarta: Swadaya.

Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta. Akademika Pressindo.

Haryanti D. 2007. Evaluasi Manfaat Rasio Keuangan dalam Memprediksi


Pertumbuhan Laba pada KPRI di Kota Semarang. Skripsi. Universitas
Negeri Semarang (tidak dipublikasikan).

Hutagalung RA. 2010. Ekologi Dasar. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Jackson LE. 1997. Ecology in Agriculture. New York: Academic Press.

Karwan dan Salikin A. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Yogyakarta:


Kanisius.
 LUHT4219/MODUL 1 1.43

Lindblad ED. 1993. New Challenges in the Modern Economic History of


Indonesia. Leiden: Programme of Indonesian Studies.

Mosher AT. 1966. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Jakarta:


Yasaguna.

Muin I. 2013. Sosiologi SMA / MA untuk Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Mulyani S. 2005. Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta: Rineka Cipta.

National Research Council. 1993. Sustainable Agriculture and the


Environment in the Humid Tropics in Humid Tropics. Washington:
National Academy Press.

Rahmat R. 1997. Ubi Kayu, Budidaya dan Pasca Panen. Yogyakarta:


Kanisius.

Ruthernberg H. 1971. Farming Systems in the Tropics. Germany: Clarendon


Press, Oxford.

Salikin KA. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Yogyakarta: Kanisius.

Soegijanto P. 1999. Tobacco Plantations and Their Impact on Peasant


Society and Economy in Surakarta Residency:1860-1980. Yogyakarta:
Aditya Media.

Spedding CRW. 1975. The biology og Agriculture Systems. New York:


Academic Press.

Vandermeer JH. 2003. Tropical Agroecosystems. London: CRC Press.

_____________. 2011. The Ecology of Agroecosystems. Jones and Bartlett.


Canada: Publishers Canada.

Winangun W. 1990. Masyarakat Bebas Struktur: liminalitas dan komunitas


menurut Victor Turner. Yogyakarta: Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai