Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH DASAR AGRONOMI

“Kegiatan Agronomis dalam Pemanfaatan Lahan Lebak Menjadi


Sumber Pangan”
Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Dasar Agronomi
Dosen Penggampu : Dr. Ir. Dikayani , MP

Oleh :

Nama : SRI AYU LESTARI


Nim : 8433122013
Program Studi : Arsitektur Lanskap

FAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

UNIVERSITAS INSAN CENDEKIA MANDIRI

2023
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Makalah ini disusun untuk memenuhi
salah tugas Mata kuliah Dasar Agronomi yang berjudul Dasar Agronomi “kegiatan
agronomis dalam pemanfaatan lahan lebak menjadi sumber pangan”.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam
penulisan makalah ini baik yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan materi maupun pikirannya.

Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, serta kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki oleh penulis, penulis yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini.

Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini kedepanya.

Bandung, 12 Febuari 2022

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................. i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan : .................................................................................................. 2
BAB II ................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................ 3
A. Pengertian Agronomi dan Ruang Lingkup Agronomi ............................................... 3
1. Pengertian Agronomi............................................................................................ 3
2. Tindakan Agronomi.............................................................................................. 5
3. Aspek Agronomi.................................................................................................... 7
4. Ruang Lingkup Agronomi ................................................................................... 8
B. Kegiatan Agronomis dalam Peningkatan Potensi Lahan Lebak Menjadi
Sebuah Sumber Pangan ............................................................................................... 9
1. Ciri dan Sifat Lahan ................................................................................................ 9
2. Potensi Pengembangan Lahan ........................................................................... 11
3. Upaya Pengembangan ........................................................................................ 12
BAB III............................................................................................................................. 16
PENUTUP .................................................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian merupakan kegiatan pemanfaatan sumber daya


hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan
baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya.
Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa
dipahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam serta
pembesaran hewan ternak, meskipun cakupannya dapat pula berupa
pemanfaatan mikroorganisme dan bio enzim dalam pengolahan produk lanjutan,
seperti pembuatan keju dan tempe, atau sekadar ekstraksi semata, seperti
penangkapan ikan atau eksploitasi hutan.

Kelompok ilmu-ilmu pertanian mengkaji pertanian dengan dukungan ilmu-


ilmu pendukungnya. Karena pertanian selalu terikat dengan ruang dan waktu, ilmu-
ilmu pendukung, seperti ilmu tanah, meteorologi, teknik pertanian, biokimia,
dan statistika juga dipelajari dalam pertanian. Usaha tani adalah bagian inti dari
pertanian karena menyangkut sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam
budidaya. "Petani" adalah sebutan bagi mereka yang menyelenggarakan usaha tani,
sebagai contoh "petani tembakau" atau "petani ikan".

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat disimpulan bahwa, dapat disimpulkan


rumusan – rumusan masalah sebagai, berikut :

1. Pengertian Agronomi serta ruang lingkup yang mencakup Agronomi

2. Menganalisa potensi lahan untuk meningkatkan produktivitas, efektivitas


dan kelestarianya.

1
2

1.3 Tujuan Penulisan :

1. Mengetahui tentang dasar – dasar Agronomi

2. Mengetahui ruang lingkup serta cakupan ilmu Agronomi khusus nya dalam
pembudidayaan tanaman serta pemanfaatanya di bidang pertanian

3. Mengetahui pemberdayaan dalam meningkatkan produktivitas dan efektifitas


lahan serta kelestarianya yang sangat erat kaitanya dengan iklim, tanah, lahan
dan masyarakatnya melalui teknologi produksi pertanian melalui
pengoptimalan lahan lebak

Pertanian sudah erat dalam kehidupan sehari – hari, salah satu yang menjadi
penunjang dalam terjadinya keberlangsungan sebuah pertanian adalah dengan
adanya alat – alat pertanian. Indonesia merupakan negara agraris yang sudah
sejak dahulu menjadikan sektor pertanian sebagai penopang perekonomian
negara. Sampai saat ini pun sektor pertanian masih tetap menyumbang devisa
yang cukup besar bagi sebuah perekonomian negara. Bahkan pada saat
Indonesia dilanda krisis ekonomi yang menghancurkan perekonomian negara,
sektor pertanian melalui agribisnis dam agroindustri justru dapat terus
berekembang menjadi penyelamat perekonomian negara.

Namun, dengan sumber daya yang melimpah, proses perkembangan dan


modernisasi sektor pertanian Indonesia berjalan sangat lambat. Salah satu
indikatornya yaitu produktivitas pertanian yang cenderung menerun dan petani
sebagai ujung tombaknya sebagian besar berada dibawah garis kemiskinan.
Teknologi dalam pertanian adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan
pekerjaan dan menghasilkan output pertanian yang lebih baik.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Agronomi dan Ruang Lingkup Agronomi

1. Pengertian Agronomi

Dalam kamus "Random House Webster's Unbridged Dictionary" kata


AGRONOMY (Agronomi) tercatat mulai dikenal dalam bahasa Inggris pada tahun
1805-1815 jauh lebih muda dibanding AGRICULTURE (Pertanian) yang mulai
digunakan pada tahun 1425 - 1475. Agronomi - dengan demikian - merupakan
cabang dari pertanian yang terbentuk dari dua kata Latin, agros dan nomos. Agros
secara harfiah bermakna sebagai kebun atau lahan yang terolah atau tempat
bercocok tanam, sedangkan nomos berarti pengelolaan atau manajemen, setara
dengan kata 'nomi' dalam 'ekonomi'.

Abstraksi agronomi, dengan demikian, sangat dekat dengan urusan


ekonomi pertanian, karena secara luas ditinjau dari unsur tanaman dan lingkungan
(tanah yang diolah untuk bercocok tanam). Oleh karena itu, agronomi diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari cara pengelolaan tanaman pertanian dan lingkungan
untuk memperoleh produksi maksimum dan lestari (berkelanjutan, sustainable).

Menurut (Sumantri,1980) Agronomi berasal dari bahasa latin “agros“


lahan, “nomos “ pengelolaan. Agronomi: Ilmu yang mempelajari segala aspek
biofisik yang berkaitan dengan usaha penyempurnaan budidaya tanaman.
Agronomi adalah suatu ilmu yang mempelajari segala aspek biofisik yang berkaitan
dengan usaha penyempurnaan budidaya tanaman untuk memperoleh produksi fisik
secara maksimal.

Agronomi merupakan suatu ilmu dalam lingkup pertanian yang sangat


berperan dalam keberhasilan mendapatkan hasil dari suatu tanaman. Jadi, secara
harfiah, agronomi dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempalajari cara

3
4

pengeloaan tanaman dan tanah di mana tanaman tumbuh untuk memperoleh hasil
yang maksimal.
Berdasarkan pengertian - pengertian tersebut, terdapat tiga pokok pikiran
utama yang terkandung di dalam agronomi. Ketiganya adalah lingkungan
tanaman, pengelolaan, dan juga produksi maksimal.

a) Lingkungan merupakan tempat di mana tanaman dibudidayakan. Tanpa


adanya lingkungan tempat tanaman tumbuh, maka hasil yang diharapkan dari
suatu tanaman juga tidak akan bisa diambil.
b) Pengelolaan merupakan suatu usaha untuk membuat lingkungan tempat
tanaman tumbuh sesuai untuk tanaman yang ditumbuhkan. Pengelolaan dapat
berlangsung dengan terencana dengan memanfaatkan segala macam teknologi
yang ada. Semakin banyak kebutuhan manusia akan makanan, maka
kebutuhan akan hasil tumbuhan juga akan semakin banyak. Adanya ligkungan
dan pengelolaan yang baik pada lingkungan tersebut akan membuat tanaman
dapat memberikan hasil secara maksimal.
c) Dalam pembahasan keagronomian selalu tercakup aspek pengelolaan
(manajemen) tanaman, kelestarian lingkungan, produksi dan produktivitas
suatu usaha tani berbasis tanaman (bercocok tanam).
Dalam produksi maksimal, dapat ditinjau dari aspek-aspek
pengelolaan tanaman yang di antaranya meliputi cara pembiakan atau
perbanyakan tanaman, pengaturan pertumbuhan tanaman, pemupukan,
pemuliaan tanaman dan perlindungan tanaman.
Aspek lingkungan meliputi pengelolaan air, pengolahan tanah,
pengaturan cahaya dan suhu dalam pertanaman di bawah struktur, serta
pengetahuan tentang ekosistem pertanian. Semua aspek pengelolaan tersebut
menghasilkan, hasil bercocok tanam maksimum dan lestari, yang sangat
berkonotasi ekonomi.
Tidak heran dalam bahasa Jepang agronomi diterjemahkan sebagai
NOGYOUKEIZAIGAKU - Ilmu Ekonomi Pertanian, sehingga secara
keseluruhan cabang-cabang ilmu dan teknologi agronomi merupakan dasar
5

dari Pelaksanaan Lapang Produksi yang dahulu dikenal sebagai Ilmu Bercocok
Tanam, agar menghasilkan produksi maksimum dengan tetap mementingkan
kelestarian daya dukung lahan dan kelestarian jenis tanaman.

Hasil pertanian dalam bahasan agronomi ditinjau dari dua aspek yaitu hasil
fisik dan non fisik. Hasil fisik terkait dengan produktivitas atau daya hasil,
merupakan besaran yang dapat diukur atau dihitung. Hasil non-fisik cenderung
membahas mutu hasil. Mutu hasil sering tidak dapat diukur secara langsung, tetapi
berpengaruh kepada nilai ekonomi produk. Pengelolaan hasil produksi
membuahkan cabang ilmu agronomi yaitu Panen dan Pasca Panen.

Agronomi berbeda dari usaha tani. Dalam agronomi, aspek ekonomis tidak
diperhatikan. Efektivitas dan efisiensi produksi hasil tanaman tidak masuk dalam
aspek agronomis. Yang ada hanyalah bagaimana membuat tanaman menghasilkan
hasil panen setinggi-tingginya terlepas seberapa besarnya modal yang dikeluarkan
untuk membuat hasil panen maksimal. Aspek dalam agronomi hanya meliputi
pemuliaan tanaman, fisiologi, ekologi, dan tentunya teknik budidaya
tanaman.

2. Tindakan Agronomi

Pertanian purba belum bisa dikatan sebagai bagian dari agronomi karena
belum melakukan tindakan agronomi, misalnya:

a) Tidak melakukan pengolahan tanah, mereka hanya membakar hutan


kemudian menanaminya.
b) Tidak memelihara tanaman, karena meraka setalah menanam tanaman
kemudian meninggalkannya yang pada kemudian hari dipanen.
c) Berpindah-pindah.
d) Tidak berusha mencari produksi maksimum.
6

Pada umunya tingkat agronomi terkait dengan tingkat pengetahuan petani pada saat
itu. Relevansi demikian berwujud suatu kesadaran untuk melakukan tindakan
agronomi. Tingkat awal dari tindakan agronomi dimulai ketika menetapnya
seseorang peladang menghuni suatu areal. Di sekitar rumahnya, peladang tersebut
menanam tanaman lebih intensif.

Tindak agronomi yang sudah sempurna ditandai oleh adanya lapang


produksi, pengelolaan yang terencana, memiliki minat untuk mencapai produksi
maksimum dengan menerapkan berbagai ilmu dan teknologi. Tingkatan tindak
agronomi berjenjang dari yang sederhana samapai dengan yang maju. Nilainya
tergantung pada tingkat ketiga pengertian pokok agronomi. Sementara itu tingkat
lapang produksi beragam dari yang kotor samapai yang bersih dan dari yang
tradisional samapai dengan yang modern dengan penyerapan teknologi maju.
Tingkatan tindak agronomi dicerminkan oleh tingkatan pengelolaan lapang
produksi.

Pengelolaan yang paling buruk akan menghasilkan hutan, misalnya unit


agronomi jati akan menghasilkan hutan jati. Sebaliknya pengelolaan unit agronomi
yang sudah maju dengan pengelolaan unsur-unsur iklaim, air, tanah dan udara yang
baik hingga mampu mengestimasi produksi maksimumnya jatuh pada waktu yang
bertepatan dengan jadwal pemasaran yang menguntungkan. Intensifikasi dalam
pengelolaan unit agronomi diikuti oleh meningkatnya sarana agronomi baik bahan
ataupun jasa. Pengelolaan padi yang mengarah pada produksi maksimum akan
meningkatkan kebutuhan pada pupuk, obat-obatan, benih unggul dan jasa.

Tingkat pengelolaan dengan sistem pola tanam tunggal akan berbeda


dengan tingkat pengelolaan dengan sistem pola tanam tumpang sari atau multiple
cropping. Tingkat tindak agronomi, tingkat pengetahuan petani dan penerapan
teknologi selalu meningkat sesuai dengan minat petani. Dalam hal demikian produk
agronomi yang meningkat akan menghasilkan laju produksi maksimum yang
meningkat pula. Tingkat maksimum dari suatu tindak agronomi ditentukan oleh
7

unsur-unsur genetik dan lingkungan dari objek agronomi. Kedua unsur agronomi
tercakup dalam lingkup agronomi.

3. Aspek Agronomi

Aspek agronomi meliputi tiga aspek pokok, masing-masing ialah:

a) Aspek pemuliaan tanaman


b) Aspek fisiologi tanaman
c) Aspek ekologi tanaman

Ketiga aspek agronomi di atas merupakan suatu gugus ilmu tanaman (crop
science) yang langsung berperan terhadap tindak agronomi dan akan terlihat pada
produksi tanaman. Faktor ekologi yang berperan sangat penting pada pertumbuhan
tanaman adalah tanah dan iklim.
Tanah merupakan komponen hidup dari lingkungan yang penting yang
dapat dimanipulasi untuk mempengaruhi penampilan tanaman. Dalam mendukung
kehidupan tanaman, tanah mempunyai tiga fungsi utama yaitu memberikan unsur
hara untuk tanaman, memberikan air dan reservoar, menunjang tanaman atau
sebagai tempat berpegang dan bertumpu untuk tegak.

Faktor lingkungan (iklim) yang penting adalah suhu udara, penyinaran


surya, hujan dan kelembaban udara. Faktor Fisiologi dalam ruang lingkup
Agronomi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari proses-proses alamiah
yang terjadi dalam tanaman. Kehidupan tanaman erat hubungannya dengan
kegiatan fotosintesis.

Berdasarkan produk awal pada fotosintesis maka tanaman dapat


dikelompokan menjadi tanaman C3, C4, dan CAM.

a) Kelompok tanaman C3 hasil pertama dari proses fotosintesis adalah asam


fosfogliserat (PGA). Proses fotosintesis menurut daur Calvin contoh pada
tanaman kedelai, padi, gandum.
8

b) Kelompok tanaman C4, proses fotosintesis menurut daur Hatch dan Slack.
Produk pertama dari fotosintesis adalah asam malat, lebih efisien dalam
penggunaan sinar surya dan CO2, contohnya pada tanaman jagung, tebu,
sorgum, rumput.
c) Kelompok CAM (Crassulacea acid metabolism) umumnya adalah tanaman
sukulen berkutikula tebal, hidup di daerah kering seperti kaktus, anggrek,
nanas. Tanaman CAM ini meningkatkan kandungan asamnya secara cepat
pada malam hari dan menurun pada siang hari. Pada siang hari terjadi
penangkapan energi surya dan diubah menjadi energi biokimia. Pada malam
daun menyerap CO2 dari udara dan terjadilah sintesis CO2 menjadi bahan
organik.

Pemuliaan Tanaman dalam Agronomi sangat penting artinya dalam


produksi tanaman. Pemuliaan tanaman merupakan usaha untuk memperbaiki
sifat genetis tanaman sehingga di dapat jenis tanaman yang unggul. Jenis unggul
memiliki sifat yang baik seperti tanggap terhadap pemupukan, tahan terhadap
hama dan penyakit, mampu bersaing dengan gulma, produksi tinggi, umur
produksi lebih cepat.

4. Ruang Lingkup Agronomi

Lingkup agronomi terdiri dari bidang-bidang pemuliaan tanaman, teknologi


benih, pemanenan, pengolahan, teknik budidaya, pemberantasan hama dan
penyakit, pemberantasan gulma dan penyimpanan. Masing-masing bidang
mempunyai tindak agronomi sendiri-sendiri, tetapi semua itu berada dalam konteks
agronomi. Teknologi benih yang mengusahakan benih bermutu tinggi, harus
mencakup upaya memperbaiki sifat genetiknya, fisik maupun fisiologisnya. Benih
yang sehat adalah benih yang tidak tercemar oleh benih gulma, tidak pula oleh
bekas gigitan serangga dan berumur genjah. Tegasnya semua lingkup agronomi
berada dalam konteks yang padu. Satu sama lain mempunyai hubungan yang erat
dan timbal balik.
9

B. Kegiatan Agronomis dalam Peningkatan Potensi Lahan Lebak Menjadi


Sebuah Sumber Pangan

Kebutuhan akan pangan semakin meningkat dengan meningkatnya jumlah


penduduk (Suryana, 2012). Akan tetapi laju pertumbuhan produksi diperkirakan
tidak dapat mengimbangi kebutuhan tersebut (Djafar, 2012).

Hal ini antara lain disebabkan oleh menurunnya kualitas sumber daya lahan
dan air, pengaruh iklim global, dan penyusutan lahan produktif untuk tanaman
pangan. Dari data yang ada rata-rata penyusutan lahan tersebut diperkirakan sekitar
delapan ribu hektar pertahun (Noor, 2007).

Menurut Djafar (2012) faktor lain adanya ketidakseimbangan penguasaan


dan kemampuan meyerap teknologi produksi hasil penelitian oleh petani, juga dapat
menyebabkan produktivitas lahan cukup rendah. Untuk itu pengembangan produksi
pangan di arahkan ke lahan rawa seperti lebak. Lahan lebak cukup luas tersebar di
seluruh penjuru tanah air, akan tetapi baru dimanfaatkan secara intensif hanya
sekitar 5% dari luasan yang ada (Soehendi, 2011).

Dari hasil penelitian yang ada, telah dilaporkan bahwa dengan menerapkan
teknologi agronomi lahan tersebut dapat dijadikan sebagai sumber produksi pangan
bagi masyarakat (Alihamsyah, 2005).

1. Ciri dan Sifat Lahan

Lahan lebak merupakan lahan yang mempunyai topografi datar,


dipengaruhi oleh banjir luapan sungai dan curah hujan selama musim penghujan.
Semakin menjauhi tanggul sungai, topografi lahan semakin rendah. Lahan ini
tergenang banjir sepanjang tahun atau hampir sepanjang tahun, tergantung dari
topografi lahan (Noor, 2007).

Alihamsyah (2005) mengelompokkan lahan lebak dalam 3 kelompok


berdasarkan fungsi dan lama genangan. Ketiga kelompok tersebut adalah lebak
dangkal, tengahan dan dalam.
10

a) Lebak dangkal mempunyai genangan air maksimal 50 cm selama sekitar 3


bulan, dan akan kering lebih cepat menjelang musim kemarau. Tanaman
yang dikembangkan pada lahan ini sering mengalami kekeringan apabila
waktu tanam tidak tepat. Genangan air lebak tengahan sekitar 50 cm sampai
100 cm selama 3 bulan sampai 6 bulan. Tanaman padi lebak ini
kemungkinan kecil mendapat resiko, kekeringan atau kebanjiran.
b) Lebak dalam mempunyai genangan air lebih dari 100 cm selama lebih dari
6 bulan. Risiko budidaya tanaman pada lahan ini adalah kebanjiran. Lahan
ini pada umumnya jarang digunakan untuk budidaya tanaman kecuali terjadi
kemarau panjang.
c) Lahan lebak dangkal dapat ditanami padi dua kali dalam setahun. Varietas
yang digunakan disesuaikan dengan tinggi genangan air dan umur tanaman
(Ar-Riza, 2005). Menurut Noor (2007), penanaman padi pertama dilakukan
pada akhir musim kemarau dan penanaman padi yang kedua pada akhir
musim penghujan.

Lahan lebak mempunyai fungsi produksi terutama pangan, dan pelestarian


lingkungan. Penataan hidrologi merupakan salah satu faktor penting dalam
mengembangkan lahan untuk produksi berkesinambungan. Pengendalian tata air
berhubungan erat dengan tersedianya hara bagi tanaman. Reaksi kimia tanah di
lahan lebak dipengaruhi oleh kondisi antara basah dan kering, sehingga
menciptakan proses reduksi-oksidasi. Keadaan ini menimbulkan dinamika
fisikokimia, geokimia dan biokimia di lahan lebak (Noor, 2007).
Kondisi ini dapat menguntungkan dan dapat merugikan. Untuk itu penataan
pengendalian air harus menghindari kerusakan secara ekologis. Jenis tanah di lahan
lebak adalah mineral dan gambut (Alihamsyah, 2005). Tanah mineral berasal dari
endapan sungai dan marin. Tanah ini memiliki tekstur liat dengan tingkat kesuburan
alami rendah sampai sedang (Syahhuddin, 2011). Kemasaman tanah bervariasi dari
sedang sampai tinggi. Tingkat kemasaman tanah di lahan lebak umumnya
dipengaruhi jenis tanah, kadar bahan organik dan perbedaan tingkat oksidasi.
Dalam pengembangan lahan lebak untuk produksi pangan faktor kemasaman tanah
sangat perlu diperhatikan.
11

Dari hasil penelitian terdahulu telah dilaporkan, bahwa dengan pemberian


pupuk berimbang yang disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan hara yang
tersedia dalam tanah akan meningkatkan produktivitas lahan. \

2. Potensi Pengembangan Lahan

Luas lahan lebak di Indonesia diperkirakan lebih dari 13 juta hektar yang
tersebar dari Papua Barat sampai Sumatera. Akan tetapi baru dimanfaatkan untuk
produksi pangan sekitar 5 persen dari luas tersebut. Hal ini berarti masih terbuka
luas untuk peningkatan produktivitas lahan lebak baik secara ekstensifikasi maupun
intensifikasi.

Dari pernyataan di atas dapat di simpulkan bahwa luas lahan lebak cukup
potensial untuk dikembangkan dalam upaya meningkatkan produksi pangan.
(Irianto 2006).

Apabila lahan lebak dikelola dengan tepat melalui hasil penelitian sesuai
dengan lokasi, lahan lebak dapat dijadikan untuk mendukung ketahanan pangan,
diverifikasi produksi, pengembangan agroindustri, pengembangan agribisnis dan
lapangan kerja (Djafar, 2012).

Hal ini sependapat dengan Achmadi dan Irsal (2006) bahwa usaha tani yang
cocok dikembangkan di lahan lebak adalah usaha tani berbasis tanaman pangan dari
komoditas unggulan.

Berdasarkan hidrotopografi lahan lebak dapat dikembangkan ke dalam tiga


kelompok. Kelompok pengembangan tersebut adalah lebak dangkal, tengahan dan
dalam. Untuk pengembangan ketiga kelompok terkendala oleh pengendalian tata
air dan kesuburan lahan (Alihamsyah, 2005). Lebak dangkal sering mengalami
kekeringan, akan tetapi lebak dalam sering mengalami kebanjiran.

Dengan pengendalian air yang baik dan perbaikan kesuburan lahan, lahan
lebak mempunyai potensi yang cukup tinggi untuk dikembangkan sebagai pusat
12

produksi tanaman pangan, holtikultura dan industri. Dari hasil-hasil penelitian


terdahulu yang telah dilaporkan bahwa dengan menggunakan teknologi agronomis,
produktivitas lahan lebak dapat ditingkatkan (Alihamsyah et al., 2001).

Berbagai tanaman pangan dan holtikultura mempunyai nilai ekonomi yang


cukup baik untuk dikembangkan di lahan lebak berbagai tanaman pangan dan
holtikultura dapat dikembangkan. Dalam upaya meningkatkan produksi pangan dan
menambah pendapatan petani. Secara ekonomi komoditas tersebut dapat
memberikan keuntungan dengan nilai nisbah antar keuntungan dengan biaya rata-
rata lebih dari 2,0 (Alihamsyah, 2005).

3. Upaya Pengembangan

1) Pengendalian Tata Air

Pengendalian tata air yang tepat merupakan kunci keberhasilan pengelolaan


lahan rawa (Susanto, 2010). Menurut Alihamsyah (2005) untuk
mengoptimalkan upaya pemanfaatan lahan lebak dalam jangka panjang perlu
dilakukan pengendalian tata air.

Dari kegiatan ini diperoleh beberapa keuntungan antara lain adalah:


a) Intensitas penggunaan lahan meningkat;
b) Diversifikasi produksi dapat dihasilkan;
c) Resiko kegagalan panen dapet dikurangi; dan
d) Stabilitas produksi dan pendapatan petani meningkat.

Teknologi pengendalian air pada dasarnya adalah menyediakan air yang cukup
bagi tanaman dan menjaga kelestarian sumber daya lahan agar terhindar dari
kerusakan akibat drainase atau kekeringan, menjaga agar lahan selalu basah atau
lembab untuk mencegah terjadinya kerusakan lahan.

Menurut Syahhuddin (2011), bahwa pintu-pintu air mempunyai peran penting


di dalam pengelolaan air serta menjaga agar air tanah tetap dangkal, sehingga
13

tanah tetap basah dan kebutuhan air tanaman terpenuhi. Hal ini dapat
meningkatkan produktivitas lahan untuk berbagai tanaman terutama pangan dan
holtikultura, serta kemungkinan dapat meningkatkan indeks panen (IP) sampai
300 panen (Djafar, 2012).
Beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan di dalam pengendalian air,
sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap pelestarian terhadap
sumber daya lahan.
Hal tersebut antara lain adalah :
a) Lama dan dalam genangan air;
b) Ketebalan, kandungan hara dan kematangan gambut;
c) Kedalaman lapisan pirit dan kemasaman tanah; dan
d) Pegaruh luapan banjir, dan tinggi muka air tanah.

2) Ameliorasi Lahan

Untuk meningkatkan produktivitas lahan, perlu ada perbaikan kesuburan


lahan. Karena lahan lebak secara umum tingkat kesuburannya rendah dan
tingkat kemasaman lahannya tinggi (Alihamsyah, 2005).
Dari hasil-hasil penelitian telah dilaporkan bahwa pemberian bahan
ameliorant dan pupuk dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman
pangan dan holtikultura (Syahhuddin, 2011). Takaran bahan ameliorant dan
pupuk yang diperlukan tergantung kepada tingkat kesuburan lahan, jenis
tanaman dan varietas. Sebagai contoh untuk beberapa tanaman sayuran
memerlukan pupuk kandang, di samping pupuk anorganik dan kapur. Pemberian
pupuk organik dan anorganik, dan kapur ditentukan oleh status hara tanah dan
jenis tanaman. Pemberian kapur juga bervariasi tergantung pada tipologi lahan
dan jenis tanaman, demikian juga takaran pupuk anorganik.

3) Pola Tanam

Pemilihan pola tanam secara alami didasarkan kepada penataan lahan,


periode kering lahan dan pola curah hujannya. Hal ini guna mengoptimalkan
pengembangan lahan lebak untuk meningkatkan diversifikasi pangan dan
14

pendapatan petani, maka perlu dilakukan penataan lahan berdasarkan tipe lahan
dan pola hujan.

Pemilihan pola tanam lebak harus didasarkan kepada penataan lahan serta
periode kering lahan dan pola curah hujannya. Tanaman yang ditanam pada akhir
musim penghujan berupa tanaman pangan (padi dan palawija), daerah yang tidak
tergenang pada musim penghujan ditanami tanaman buah tahunan. Untuk
pematang sawah biasanya ditanam tanaman holtikultura (sayuran atau buahan
semusim). Menurut Noor (2007) lahan lebak dangkal dapat ditanami padi dua
kali setahun, tanam pertama dilaksanakan pada awal musim kemarau, tanam
kedua pada akhir musim kemarau.

4) Penggunaan Varietas Unggul

Dalam upaya meningkatkan produktivitas lahan lebak telah diteliti sejumlah


varietas unggul untuk tanaman pangan dan holtikultura di lahan lebak.
Penanaman padi dapat dilakukan secara sawah dan gogo. Sistem sawah
dilakukan pada awal musim kemarau dan menjelang akhir musim hujan. Sistem
gogo dilakukan pada akhir musim kemarau sepanjang lahan sawah dan curah
hujan mencukupi kebutuhan air untuk tanaman. Palawija dan holtikultura di
tanam untuk tanaman padi akhir musim kemarau atau awal musim kemarau
bersama padi dengan sistem surjan dan pada guludan atau pada pematang
sawah. Pemilihan varietas dan jenis tanaman tergantung pada petani dan
permintaan pasar. Tanaman palawija yang banyak ditanam dilahan lebak adalah
jagung, kedelai, kacang tanah dan kacang hijau. Tanaman palawija cukup baik
dikembangkan di lahan rawa. Berbagai varietas sudah dikembangkan dengan
produktivitas berkisar antara 1,25t biji kering sampai 5,0 t biji kering.
Produktivitas tanaman ini dapat ditingkatkan dengan penggunaan teknologi
agronomis yang lebih intensif (Alihamsyah, 2004). Banyak varietas tanaman
holtikultura sebagai sumber pangan dapat dikembangkan di lahan lebak.

Banyak jenis tanaman holtikultura baik sebagai sayuran dan buahan


terutama semusim yang telah dikembangkan di lahan lebak. Tiap jenis tanaman
15

mempunyai beberapa varietas dengan produktivitas yang beragam. Hal ini


cukup menggembirakan karena tanaman holtikultura adalah sebagai sumber
pangan yang mengandung terutama vitamin, serat dan mineral. Hal ini akan
berpengaruh baik bagi kesehatan masyarakat.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Agronomi berasal dari bahasa latin “ agros “ = lahan, “ nomos “ =


pengelolaan. Agronomi: Ilmu yang mempelajari segala aspek biofisik yang
berkaitan dengan usaha penyempurnaan budidaya tanaman.

Agronomi adalah suatu ilmu yang mempelajari segala aspek biofisik yang
berkaitan dengan usaha penyempurnaan budidaya tanaman untuk memperoleh
produksi fisik secara maksimal. (Sumantri,1980).

Dalam Agronomi yang menjadi objek adalah tumbuhan yang mempunyai


ciri-ciri seperti mudah dikembang biakkan, berkembang biak dalam waktu yang
relatif singkat, mampu memberikan hasil berlipat ganda, tidak berbahaya bagi
manusia dan dapat dipasarkan, contoh; padi kedelai jagung, dll Pertama, peranan
Agronomi antara lain menyediakan bahan baku pangan. Disamping itu Agronomi
berperan penting dalam usaha memantapkan swasembada pangan beras, palawija
dan hortikultura serta memperbaiki kualitas dari pangan tersebut.

Aspek – aspek dalam Agronomi meliputi Ekologi, Fisiologi dan Pemuliaan


tanaman. Faktor ekologi yang memiliki peranan sangat penting pada pertumbuhan
tanaman yaitu tanah dan iklim.

Pengelolaan lahan dalam Agronomi juga dilakukan pada berbagai tingkatan


dari sederhana sampai maju, dan pada saatnya tingkat efektivitas dan efisiensi
ternyata dipengaruhi oleh tingkat budaya manusianya.

Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:


Lahan lebak mempunyai potensi dan prospek besar untuk dimanfaatkan sebagai
sumber pangan nasional; Peningkatan produktivitas lahan lebak dapat dilakukan
secara ekstensifikasi maupun intensifikasi; Secara ekstensifikasi, lahan tersebut
baru sebagian kecil ditanami, kurang lebih lima persen dari lahan yang ada; Secara

16
17

intensifikasi, pengelolaan lahan lebak belum optimal, baru terbatas pada lahan
binaan; Dengan menerapkan teknologi agronomi seperti pengendalian air,
ameliorasi lahan, pengolahan lahan dan penggunaan varietas unggul lahan lebak
dapat dijadikan lahan pertanian untuk mendukung ketahanan pangan, diverifikasi
produksi, pengembangan agroindustri dan lapangan kerja.
DAFTAR PUSTAKA

Buckman, H.O. and N.C. Brady. 1969. The Nature and properties of Soil
Copy Right. Macmill Company. New York.
Chaudary, H.K. 1982. Elementary Principles of Plant Breeding. Oxford and
I B H Publishing Co. New Delhi, Calcuta.
Coen Reijtjes, Bertus Haverkort and Ann Waters-Bayer. 1999. Farming for
the future. Kanisius Jakarta.
Asparno Mardjuki, 1990, Pertanian dan Masalahnya, Andi Offset,
Yogyakarta
Gardner, F.P., R. Brent Pearce dan Roger Mitchell, 1991, Fisiologi
Tanaman Budidaya, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta
Harjadi, Sri Setyati, 1982, Pengantar Agronomi , PT. Gramedia, Jakarta
Hasan Basri Jumin, 1991, Dasar-dasar Agronomi , CV. Rajawali, Jakarta
Hendarto Kuswanto, 2003, Teknologi Pemprosesan, Pengemasan dan
Penyimpanan Benih, Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Yusnita, 2003, Kultur Jaringan, Agromedia, Pustaka, Jakarta
Kamil, J, 1982, Teknologi Benih I , Universitas Andalas, Padang
Mahida, U.N., 1984, Pencemaran air dan Pemanfaatan Limbah Industri,
Kata Pengantar Otto Soemarwoto, Penerbit CV. Radjawali, Jakarta
Moenandir, J., 1994, Agronomi , Fakultas Pertanian, UNIBRAW, Malang
Nuryadi, 1978, Kumpulan Makalah Lokakarya, Pola Tanam Tumpanggilir
, Cipayung
Orchard, P.W. and D.C. Goodwin, 1979, Environmental Factors, Plant and
Crop Growth , University of New England (AAUCS)
Rachman Sutanto, 2002, Penerapan Pertanian Organik , Penerbit Kanisius,
Yogyakarta
Achmadi, dan L Irsal. 2006. Inovasi Teknologi Pengembangan Pertanian
di Lahan Rawa Lebak. Proseding Seminar Nasional Pengelolaan Rawa Lebak
Terpadu. Balittra. Banjarbaru. Hal : 21−36.
Alihamsyah T. 2004. Potensi dan Penggunaan Lahan Rawa dalam Rangka
Peningkatan Produksi Padi. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. Alihamsyah T.
2005.Pengembangan Lahan Rawa Lebak Mitra Usaha Pertanian. Balittra,
Banjarbaru. 53 hal.

Alihamsyah T, D Nazemi, Mukhlis, I Khairullah, U D Noor, M Sarwani, H


Sutikno, Y Rina, F N Saleh, S Abdussamad. 2001. Empat Puluh Tahun Balittra.
Pengembangan dan Program Penelitian ke Depan. Balittra, Banjarbaru. 82 hal.

Alihamsyah T, M. Sarwani, A. Jumberi, I. Ar-Riza, M.Noor, H. Sutikno.


2003. Lahan Rawa Pasang Surut. Pendukung Ketahanan Pangan dan Sumber
Pertumbuhan Agribisnis. Balittra, Banjar Baru. Ar-Riza, I. 2005. Pedoman Teknis
Budi Daya Padi di Lahan Lebak. Balittra, Banjarbaru. 28 hal.

Djafar ZR. 2012a. Budidaya Tanaman di Lahan Pasang Surut. Unsri Press,
Palembang. 168 hal. Djafar ZR. 2012b. Peningkatan Pemanfaatan Lahan Rawa
untuk Lumbung Pangan dan Energi di Negera Kesejahteraan.

Makalah Pada Konferensi Guru Besar IV. Makassar, 27−28 November.


2012. 11 Hal. Djafar ZR. 2012c. Scramp Land Management for Food Security.
Makalah pada The CRISU-UIPT
Wikipedia.org. Agronomi. Diakses pada tanggal 13 Febuari 2023.
https://id.wikipedia.org/wiki/Agronomi

Anda mungkin juga menyukai