Anda di halaman 1dari 14

INTEGRASI PERTANIAN PADA KOMPLEMENTASI

TANAMAN-TERNAK GUNA KESTABILAN


AGROEKOSISTEM
(Makalah)

Ditulis untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekologi Pertanian


pada Semester Genap T.A 2020/2021

Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Etik Puji Handayani, M.Si

Oleh:
Sekar Ayu Cahyaningrum
NPM 20110030

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN ( STIPER )


DHARMA WACANA METRO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat,
rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Integrasi Pertanian Pada Komplementasi Tanaman-Ternak Guna
Kestabilan Agroekosistem”.

Maksud penyusunan dan penulisan makalah ini dibuat guna memenuhi tugas dari
Ibu Dr. Ir. Etik Puji Handayani, M.Si pada mata kuliah Ekologi Pertanian
dikampus Stiper Dharma Wacana Metro. Dengan selesainya penyusunan dan
penulisan makalah ini, izinkanlah penulis menyampaikan ucapaan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memungkinkan terwujudnya makalah ini. Semoga
perjuangan dan amal baiknya akan mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan
YME.

Kami menyadari, makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, maka saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan
pembaca.

Metro, 7 Februari 2021

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
2.1 Integrasi Tanaman dengan Ternak......................................................................3
2.2 Integrasi Pertanian Pada Perkotaan....................................................................7
BAB III PENUTUP...........................................................................................................9
3.1 Simpulan............................................................................................................9
3.2 Saran..................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekologi pertanian adalah studi proses ekologi yang mengendalikan sistem
produksi pertanian. Pada ekologi pertanian, prinsip ekologi dibawa ke ekosistem
pertanian. Istilah ini sering kali diartikan, meski tidaklah tepat, sebagai “sebuah
sains, gerakan, pertanian. Bidang ilmu yang dipelajari dalam ekologi pertanian
tidak terkait pada salah satu metode pertanian melainkan terkait dengan ekosistem
pertanian.

Ekosistem pertanian adalah berbagai unit dasar aktivitas pertanian yang terkait
secara ruang dan fungsi, yang mencakup komponen biotik dan abiotik dan
interaksinya.

Sebuah ekosistem pertanian dapat dipandang sebagai bagian dari ekosistem


kovensional. Ekosistem pertanian berada di tengah-tengah aktivitas pertanian
manusia. Namun ekosistem pertanian tidak terbatas pada lokasi tempat aktivitas
pertanian berada (lahan usaha tani), tetapi juga wilayah yang terpengaruh oleh
aktivitas pertanian karena siklus kimiawi maupun rantai makanan. Biasanya
ekosistem pertanian, khususnya yang dikelola secara intensif, dicirikan dengan
memiliki komposisi spesies yang tidak beragam, rantai energi dan aliran nutrisi
yang lebih sederhana dibandingkan yang terjaid di ekosistem alami. Sehingga
ekosistem pertanian sering kali dikaitkan dengan peningkatan penggunaan nutrisi
yang mengakibatkan eutrofikasi pada ekosistem terkait yang tidak terlibat
langsung dalam aktivitas pertanian.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana integrasi kompleks yang diterapkan di daerah masing-masing untuk
mengembangkan bidang pertanian?
2. Bagaimana integrasi kompleks yang ada diperkotaan?
3. Bagaimana menerapkan integrasi pertanian agar mewujudkan agroekosistem
yang stabil?

1.3 Tujuan Masalah


1. Mengetahui integrasi kompleks yang diterapkan di daerah masing-masing
untuk mengembangkan bidang pertanian.

2. Membandingkan integrasi kompleks antara perkotaan dengan daerah masing-


masing.

3. Mengetahui strategi penerapan integrasi pertanian yang baik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Integrasi Tanaman dengan Ternak


Pengembangan sistem integrasi tanaman-ternak diindonesia ditemukan
diberbagai agroekosistem dalam skala usaha yang beragam mulai dari petaniyang
berpemilikan lahan 0,5 ha sampai pads perkebunan kelapa sawit yang luasnya
ribuan hektar. Walaupun demikian belum semua sumber daya khususnya lahan,
modal, dan tenaga kerja dimanfaatkan secara optimal, disamping masih adanya
kendala teknologi, informasi, dan kelembagaan.

Tanaman yang diintegrasikan dengan ternak sapi mampu memanfaatkan produk


ikutan dan produk samping tanaman (sisa-sisa hasil tanaman) untuk pakan ternak
dan sebaliknya ternak sapi dapat menyediakan bahan baku pupuk organik sebagai
sumber hara yang dibutuhkan tanaman. Keuntungan langsung integrasi ternak
sapi-tanaman pangan adalah peningkatan pendapatan petani ternak dari hasil
penjualan sapi dan jagung. Keuntungan tidak langsung adalah membaiknya
kualitas tanah akibat pemberian pupuk kandang.

Penggunaan pupuk kandang sebagai pupuk organik pada sistem komplememtasi


tanaman-ternak terbukti telah mampu meningkatkan produktivitas dan pendapatan
petani serta mengurangi biaya produksi. Di sisi lain produk pertanian organik
mempunyai prospek yang lebih cerah dibanding dengan produk pertanian yang
sarat dengan bahan anorganik. Oleh karena itu, sebaiknya petani menerapkan
sistem komplementasi tanaman-ternak. Berikut contoh integrasi antara tanaman
padi dengan ternak.

3
1. Integrasi Tanaman Padi dengan Ternak

Usaha pemeliharaan ternak sapi dalam suatu kawasan persawahan dapat


memanfaatkan secara optimal sumber daya lokal dan produk samping tanaman
padi. Pola pengembangan ini dikenal dengan integrasi padi ternak. Program
SIPT merupakan salah satu alternatif dalam meningkatkan produksi padi,
daging, susu dan sekaligus meningkatkan pendapatan petani. Pelaksanaan SIPT
dilaksanakan melalui penerapan teknologi pengolahan hasil samping tanaman
padi seperti jerami padi dan hasil ikutan berupa dedak padi yang dapat
dimanfaatkan oleh ternak sapi sebagai pakan sapi. Sedangkan kotoran ternak
sapi dimanfaatkan sebagai sumber bahan baku pupuk organik yang dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan kesuburan tanah di areal pesawahan.
Produk samping tanaman padi berupa jerami mempunyai potensi yang cukup
besar dalam menunjang kesediaan pakan ternak. Produksi jerami padi dapat
tersedia dalam jumlah yang cukup besar rata-rata 4 ton/ha dan setelah melewati
proses fermentasi dapat menyediakan bahan pakan untuk sapi sebanyak 2
ekor/tahun. Untuk dapat dimanfaatkan secara optimal agar disukai ternak
maka sebelum diberikan pada ternak dilakukan pencacahan, fermentasi atau
amoniasi. Jerami padi yang telah difermentasi siap digunakan sebagai bahan
dasar untuk pakan sapi namun dapat ditambahkan dengan pakan lainnya secara
bersama-sama seperti hijauan legum (lamtoro, kaliandra, turi) yang
dibudidayakan di pematang atau pagar kebun. Pemberian jerami disesuaikan
dengan ukuran tubuh sapi. Sapi dewasa umumnya diberikan sejumlah 20-30
kg jerami per hari dan dipercikkan air garam untuk menambah napsu makan.
Penambahan bahan pakan lain seperti dedak padi atau hijauan legum dapat
disesuaikan dengan ketersedian pakan di kebun. Kotoran sapi berupa feses,
urine dan sisa pakan dapat diolah menjadi pupuk organik padat dan cair untuk
dimanfaatkan di areal pesawahan, sedangkan sisanya dapat dijual untuk
menambah pendapatan petani. Seekor sapi dapat dapat menghasilkan kotoran
sebanyak 8-10 kg setiap hari, urine 7-8 liter setiap hari dan bila diproses
menjadi pupuk organik (padat dan cair) dapat menghasilkan 4-5 kg pupuk.

4
Dengan demikian untuk satu ekor sapi dapat menghasilkan sekitar 7,3-11 ton
pupuk organik per tahun, sementara penggunaan pupuk organik pada lahan
persawahan adalah 2 ton/ha untuk setiap kali tanam sehingga potensi pupuk
organik yang ada dapat menunjang kebutuhan pupuk organik untuk 1,8-2,7
hektar dengan dua kali tanam dalam setahun.

Pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk organik disamping mampu


menghemat penggunaan pupuk anorganik juga sekaligs mampu memperbaiki
struktur dan ketersediaan unsur hara tanah. Dampak ini terlihat dengan
meningkatnya produktivitas lahan.

2. Kegunaan Integrasi Tanaman Padi dengan Ternak

Integrasi padi dan sapi di lahan sawah dapat dipergunakan sebagai satu
alternatif untuk mempercepat peningkatan produksi padi dan sapi melalui :

a. Aplikasi teknologi dan inovasi sederhana, dengan memanfaatkan hasil


samping (limbah) pertanian dan perkebunan sebagai bahan pakan ternak.
Sebagai contoh, fermentasi dan amoniasi jerami padi, pucuk tebu dan
limbah lainnya dapat digunakan sebagai pakan ternak sumber serat.
Langkah ini sekaligus akan mengamankan ketersediaan pakan sepanjang
tahun.
b. Kotoran ternak dan sisa pakan serta hasil panen lainnya dapat di
dekomposisi menjadi kompos dengan cara cepat, mudah dan murah guna
penyediaan unsure hara bagi lahan sawah melalui Pengelolaan Tanaman
Terpadu (PTT).
c. Penggunaan kompos berkualitas telah terbukti akan meningkatkan
efisiensi dan produksi padi dan tanaman pada umumnya, sekaligus
memberi peluang peningkatan pendapatan petani dan menjaga kelestarian
lahan persawahan/pertanian.
d. Upaya memadukan ternak dengan usaha pertanian akan membawa dampak
pada system budidaya, kehidupan social dan aktivitas ekonomi kearah

5
yang positif. Budidaya ternak akan semakin efisien, karena ketersediaan
pakan secara kontinyu, problem social yang sering terjadi akibat limbah
yang menimbulkan polusi (kotoran ternak, sisa pemen, limbah
perkebunan/pertanian) dapat diatasi dan membawa pengaruh yang baik,
sedangkan secara ekonomis petani dapat melakukan efisiensi usahatani
sehingga tingkat pendapatan semakin meningkat. Akhirnya kemandirian
petani dalam berusaha dapat diwujudkan dan ketergantungan sarana
produksi dari luar dapat ditekan.
e. Pola pemeliharaan ternak system kelompok akan memberi peluang untuk
mengembangkan system dan usaha agribisnis berdaya saing. Walaupun
kepemilikan masing-masing petani masih sangat kecil, pola ini akan
memudahkan dalam penyuluhan dan pengamanan ternak dari pencurian,
mengurangi dampak perusakan lingkungan dan meningkatkan kebersihan
lingkungan serta memudahkan dalam mengembangkan system
kelembagaan, terutama dalam hal permodalan dan pemasaran produk.

BERAS MANUSIA

DEDAK AYAM COMPOSTING


GABAH

JERAMI SAPI

PADI TANAH

6
Gambar 1. Diagram Ekositem Tanaman Ternak

2.2 Integrasi Pertanian Pada Perkotaan


Konsep intergrasi pertanian dan pariwisata sangat potensial dikembangkan
di Kota Denpasar, sesuai dengan visi dan misi Pemerintah Kota Denpasar yang
mengutamakan pembangunan berkelanjutan, keseimbangan, dan peningkatan
kesejahteraan masayarakatnya.

Lahan pertanian dikota denpasar umumnya sangat sesuai diusahakan untuk


berbagai jenis tanaman. Untuk meningkatkan produksi diperlukan penambanhan
pupuk. Tingakat kesuburan tanah yang tergolong sedang , membutuhkan input
unsure hara P untuk tanaman buah dan bunga. Sedangkan untuk tanaman
hortikultura yang tidak perlu menghasilkan buah cukup diperikan pupuk organik
atau pupuk yang mengandung unsure N untuk pertumbuhan vegetative.

Pembangunan agro-eko-wisata kreatif, inovatif, dan produk pertanian penunjang


pariwisata perlu diimplementasikan untuk mempertahankan RTHK lahan sawah.
Sistem pertanian on-farm dan of-farm merupakan salah satu jawaban
pembangunan pertanian yang memperhatikan kebutuhan pasar dalam arti luas.

Penciptaan berbagai sarana produksi yang lebih efisien dan ramah lingkungan,
pengembangan produk dan desain kemasan, rekayasa tampilan, pengelolaan
keunikan alam pertanian sampai pemanfaatan hasil samping atau limbah
pertanian.

Sasaran yang ingin dicapai adalah tumbuh dan berkembangnya kegiatan ekonomi
kreatif berbasis pertanian sesuai potensi dan kearifan lokal di masing-masing
lokasi subak dan atau banjar.

7
Agroekowisata dan konsep green City sebagai kota ekologis merupakan salah
satu jawaban untuk melestarikan alam dan budaya agraris dengan tetap
mengangkat kearifan lokal dan sentuhan inovasi teknologi, sehingga terciptakan
keseimbangan antara pembangunan dan perkembangan kota dengan kelestarian
lingkungan. Hal ini untuk menciptakan kondisi kota yang aman, nyaman, bersih
dan sehat untuk dihuni penduduknya.

Bagian utara: RTHK yang terdapat dibagian hulu Kota Denpasar: (Jln . Gatoot
Subroto – perbatasan Denpasar-Badung dan Denpasar- Gianyar). Konsep
lingkungan merupakan tangkapan air hujan dan pengendala banjir: subak yang
berada di wilayah ini ditetapkan sebagai subak lestari: dengan pola pergiliran
tanaman 2 x padi, satu kali tanaman palawija dan atau hortikultura di utamakan
bunga-bungaan .Bagian Tengah: berada di sekitar pusat kota: antara jalan Gator
Subroto - jalan Hangtua- Puputan -Teukuumar-Malboro. Lahan persawahan di
wilayah ini diutamakan untuk usahatani hortikultura, selain persawahan sebagai
implentasi sistem subak penyangga. Tanaman buah-buahan dan bunga-bungaan
tahunan ditaman di lahan pekarangan.

Bagian hilir: berada di Kota Denpasar bagian selatan: Selatan jalan Hangtua-
Puputan -Teukuumar-Malboro. Akibat keterdesakan ruang, Lahan sempit
persawahan di wilayah hilir dapat digunakan untuk usahatani komoditas sayuan
umur pendek seperti kangkung, sawihijau dan bayam dan pertanian organik yang
menggunakan pupuk kandang dan kompos dari sampah kota. Sebagai daerah
hilir secara konsep Tri mandala merupakan zone nista. Artinya dari segi pertanian
dapat digunkan untuk usahatani yang dipadukan dengan peternakan dan
perikanan, serta berbagai olahan makanan.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Dari kedua contoh integrasi pertanian yang diambil dari pembahasan,
kita dapat membandingkan bahwa daerah perkotaan lebih membutuhkan
lahan untuk pemanfaatan dibidang pertanian karna minimnya lahan
diperkotaan yang lebih banyak digunakan sebagai tempat pemukiman
sehingga pada integrasi pertanian di daerah Denpasar menerapkan sistem
integrasi pertanian dan pariwisata dengan melestarikan alam dan budaya
agraris dengan tetap mengangkat kearifan lokal dan sentuhan inovasi
teknologi, sehingga terciptakan keseimbangan antara pembangunan dan
perkembangan kota dengan kelestarian lingkungan. Sedangkan pada
pedesaan menerpakan sistem integrasi tanaman-ternak yang memang
sudah lumrah di lakukan masyarakat pedesaan.

3.2 Saran

Perlu sosialisasi pemahaman pada strategi penerapan integrasi


pertanian yang kompleks ini, karna mencangkup agroekosistem
lingkungan agar tetap stabil dan berkesinambungan.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://sulsel.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/publikasi/panduan-
petunjuk-teknis-brosur/117-integrasi-padi-dan-ternak

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ekosistem_pertanian#:~:text=Ekosistem
%20pertanian%20adalah%20berbagai%20unit,sebagai%20bagian%20dari
%20ekosistem%20kovensional.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ekologi_pertanian

10
11

Anda mungkin juga menyukai