Anda di halaman 1dari 23

PRAKTIKUM PERTANIAN TERPADU

DISUSUN OLEH:

ENI WILTA
1706113591
AGROTEKNOLOGI -B

DOSEN PENGAMPU :
Prof. Dr.Ir. Hapsoh, Ms
Ir. Armaini

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena karunia, rahmat

dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah praktikum mata kuliah

pertanian terpadu ini. Penulisan makalah ini juga tidak luput dari bantuan,

bimbingan dan dukungan moril ataupun materil dari berbagai pihak.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Prof. Dr.Hapsoh, MS dan

Ibu Ir. Armaini selaku dosen mata kuliah pertanian terpadu, dan kepada kepada

Kakanda Zakaria Hutama selaku asisten praktikum mata kuliah pertanian terpadu

yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, kerjasama, dan motivasi sampai

selesainya pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak lepas dari kesulitan,

hambatan dan tantangan yang menjadikan penulisan makalah ini tidak lepas dari

kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun untuk perbaikan penulisan makalah ini.

Pekanbaru, Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. iv

I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Tujuan ........................................................................................... 2

II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pertanian Terpadu .......................................................................... 3
2.2 Jenis-Jenis Sistem Pertanian Terpadu ............................................ 5

III PEMBAHASAN
3.1 Pembahasan .................................................................................... 13

IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .................................................................................... 17
4.2 Saran .............................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 18

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Ilustrasi pengelolaan lahan gambut dengan sistem pertanian terpadu ... 13
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pola integrasi antara tanaman dan ternak atau yang sering disebut dengan

pertanian terpadu adalah memadukan antara kegiatan peternakan dan pertanian. Pola

ini sangatlah menunjang dalam penyediaan pupuk kandang di lahan pertanian,

sehingga pola ini sering disebut pola peternakan tanpa limbah karena limbah

peternakan digunakan untuk pupuk, dan limbah pertanian digunakan untuk pakan

ternak. Integrasi hewan ternak dan tanaman dimaksudkan untuk memperoleh hasil

usaha yang optimal, dan dalam rangka memperbaiki kondisi kesuburan tanah.

Interaksi antara ternak dan tanaman haruslah saling melengkapi, mendukung dan

saling menguntungkan, sehingga dapat mendorong peningkatan efisiensi produksi

dan meningkatkan keuntungan hasil usaha taninya.

Sistem pertanian terpadu pada hakekatnya adalah memanfaatkan seluruh

potensi energi sehingga dapat dipanen secara seimbang. Pertanian melibatkan

makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk

kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi, dengan pertanian

terpadu ada pengikatan bahan organik didalam tanah dan penyerapan karbon lebih

rendah dibanding pertanian konvensional yang pakai pupuk nitrogen dan sebagainya.

Agar proses pemanfaatan tersebut dapat terjadi secara efektif dan efisien, maka

sebaiknya produksi pertanian terpadu berada dalam suatu kawasan.

Petani memanfaatkan kotoran ternak sebagai pupuk organik untuk

tamanannya, kemudian memanfaatkan limbah pertanian sebagai pakan ternak (Ismail

1
dan Djajanegara, 2004). Pada model integrasi tanaman ternak, petani mengatasi

permasalahan ketersediaan pakan dengan memanfaatkan limbah tanaman seperti

jerami padi, jerami jagung, limbah kacang-kacangan, dan limbah pertanian lainnya

(Kariyasa, 2003). Kelebihan dari adanya pemanfaatan limbah adalah disamping

mampu meningkatkan ketahanan pakan khususnya pada musim kering juga mampu

menghemat tenaga kerja dalam kegiatan mencari rumput, sehingga memberi peluang

bagi petani untuk meningkatkan jumlah skala pemeliharaan ternak.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut:

1. Mahasiswa memahami tentang pertanian terpadu.

2. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis dari pertanian terpadu.

3. Mahasiswa mengetahui sistem pertanian pakanitik.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pertanian Terpadu

Pertanian terpadu adalah suatu sistem aplikasi pertanian yang berupaya

memanfaatkan keterkaitan antara semua kegiatan usaha pertanian yang dilakukan,

yakni antara usaha budidaya tanaman pertanian, baik tanaman perkebunana, tanaman

pangan dan hortikultura, tumbuhan bermanfaat lainnya, hewan ternak dan perikanan,

atapun kehutanan, untuk mendapatkan agroekosistem yang mendukung produksi

pertanian, stabilitas habitat dan pelestarian sumber daya alam serta terwujudnya

peningkatan ekonomi berbasis pertanian (Hapsoh, dkk., 2015).

Sistim Pertanian Terpadu merupakan sistem yang menggabungkan kegiatan

pertanian, peternakan, perikanan dan lainnya yang terkait dengan pertanian dalam

satu lahan yang sama. Dengan adanya sistim pertanian terpadu diharapkan dapat

menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan produktivitas lahan. Pada hakikatnya

pertanian terpadu adalah memanfaatkan seluruh potensi energi sehingga dapat

dipanen secara seimbang. Selain hemat energi, keunggulan lain dari pertanian terpadu

adalah petani akan memiliki beragam sumber penghasilan, (Risma G D, 2014).

Pola pertanian terpadu (integrated faring system) merupakan kombinasi antara

pola pertanian tradisional dengan ilmu pengetahuan modern di bidang pertanian yang

berkembang terus (Siswati 2012). Pertanian ini merupakan pemanfaatan lahan dengan

berbagai macam usaha baik pertanian maupun peternakan. Pertanian terpadu ini bisa

dilaksanakan di lahan pertanian yang luas maupun sempit. Sistem pertanian terpadu

adalah sistem pengelolaan (usaha) yang memadukan komponen pertanian, seperti

3
tanaman, hewan dan ikan dalam suatu kesatuan yang utuh. Definisi lain menyatakan,

SPT adalah suatu sistem pengelolaan tanaman, hewan ternak dan ikan dengan

lingkungannya untuk menghasilkan suatu produk yang optimal dan sifatnya

cenderung tertutup terhadap masukan luar (Preston, 2000). Pertanian terpadu di lahan

sempit biasanya memanfaatkan lahan pekarangan yang ada dengan maksimal. Sistem

ini akan signifikan dampak positifnya dan memenuhi kriteria pembangunan pertanian

berkelanjutan karena berbasis organik dan dikembangkan/diarahkan berbasis potensi

lokal (sumberdaya lokal).

Tujuan penerapan sistem tersebut yaitu untuk menekan seminimal mungkin

input dari luar (input/masukan rendah) sehingga dampak negatif sebagaimana

disebutkan di atas, semaksimal mungkin dapat dihindari dan berkelanjutan

(Supangkat, 2009). Pengembangan sistem pertanian terpadu saat ini masih lamban

dan belum memenuhi kaidah keterpaduan sistemnya. Petani pada umumnya

menerapkan sistem ini sifatnya masih parsial atau linear, artinya pengelolaan masing-

masing komponen sistem masih terpisah atau sendiri-sendiri, misal ternak saja atau

tanaman saja atau ikan saja. Padahal dalam pengelolaan sistem pertanian terpadu

terdiri atas beberapa subsistem pengelolaan, yaitu pengelolaan tanaman terpadu

(Integrated Crop Management/ICM), pengelolaan nutrien terpadu (Integrated

Nutrient Management/INM), pengelolaan organisme pengganggu tanaman terpadu

(Integated Pest Management/IPM), pengelolaan air terpadu (Integrated Moisture

Management/IMM), pengelolaan ternak terpadu (Integrated Livestock

Management/ILM). Dalam sistem pertanian terpadu ini erat kaitannya dengan

pertanian ramah lingkungan.

4
Pertanian ramah lingkungan adalah merupakan sistem pertanian yang

mengelola seluruh sumber daya pertanian dan input usaha tani secara bijak, berbasis

inovasi teknologi untuk mencapai peningkatan produktivitas berkelanjutan dan secara

ekonomi menguntungkan serta diterima secara sosial budaya dan berisiko rendah atau

tidak merusak atau mengurangi fungsi lingkungan (Balitkabi, 2013). Susanto (2002)

juga menyatakan pertanian ramah lingkungan adalah aktivitas pertanian yang secara

ekologis sesuai, secara ekonomis menguntungkan, secara sosial diterima dan mampu

menjaga kelestarian sumberdaya alam lingkungan. Sesuai definisi tersebut dalam

kaitannya dengan pengelolaan sumberdaya alam maka sistem pertanian ramah

lingkungan merupakan konsep pembangunan pertanian yang harus diterapkan di

negara kita, yang kerusakan sumberdayaalam dan lingkungan sudah sangat parah.

Aktivitas pertanian yang banyak menggunakanbahan kimia, terbukti telah

menimbulkan pencemaran, merusak ekosistem, dan sangat mengganggu kesehatan

manusia, sehingga harus diganti dengan aktivitas pertanian yang sedikit mungkin

menggunakan bahan kimia.

Menurut Hapsoh, dkk (2015) menyatakan bahwa pertanian terapadu adalah

sistem dan teknologi pertanian yang berbeda dengan pertanian monokultur, karena

monokultur lebih cenderung berorientasi terhadap peningkatan ekonomi dan fungsi

ekologi sering terabaikan. Teknologi pertanian yang tidak ramah lingkungan segera

dirobah agar tetap mengacu kepada jaminan keberadaan bahan organik dalam tanah,

terjaga habitat mikrob yang bermanfaat sebagai dekomposer dan memperbanyak

jenis-jenis abiotik lainnya disekitar kawasan menghindarkan kegiatan peternakan dan

perikanan, dengan tujuan terjadinya integrasi berbagai kehidupan dan membaiknya

5
ekosistem dan lingkungan. Beberapa sistem integrasi ramah lingkungan sudah mulai

dikenal dengan karakteristik yang mencirikan sebagai berikut:

1. Orientasi ekonomi dan ekologi, efisiensi dalam pengelolaan sumber daya.

2. Adanya jaminan kondisi tanah yang mendukung pertanian.

3. Optimalisasi pemanfaatan arus radiasi sinar matahari, air dan udara.

4. Menfaatkan integrasi dan sinergi sumber daya pertanian dan sumber daya genetik.

5. Mempertahankan keragaman dan fleksibilitas.

2.2 Jenis-Jenis Sistem Pertanian Terpadu

1. Pertanian – Kehutanan

Sistem pertanian terpadu pertanian-kehutanan digunakan untuk mengurangi

penebangan hutan untuk lahan pertanian, dan menjadi solusi untuk keterbatasan lahan

pertanian. Salah satu bentuk system pertanian terpadu pertanian-kehutanan adalah

agroforestry yaitu penanaman tanaman tahunan, dengan tanaman semusim. Tanaman

tahunan, dalam bentuk tanaman hutan, keras, guna untuk rehabilitasi, disamping

untuk rehabilitasi, ditanamkan juga tanaman semusim untuk faktor ekonomi.

Beberapa ciri penting agroforestri yang dikemukakan oleh Priyanti (2008) adalah:

a. Tersusun dari dua jenis tanaman atau lebih (tanaman dan/atau hewan).

b. Siklus sistem agroforestri selalu lebih dari satu tahun.

c. Ada interaksi (ekonomi dan ekologi) antara tanaman berkayu dengan tanaman

tidak berkayu.

d. Selalu memiliki dua macam produk atau lebih (multi product), misalnya pakan

ternak, bakar, buah-buahan, obat-obatan.

6
e. Minimal mempunyai satu fungsi pelayanan jasa (service function), misalnya

pelindung angin, penaung, penyubur tanah, peneduh sehingga dijadikan pusat

berkumpulnya keluarga/masyarakat.

f. Untuk sistem pertanian masukan rendah di daerah tropis, agroforestri tergantung

pada penggunaan dan manipulasi biomasa tanaman terutama dengan mengoptimalkan

penggunaan sisa panen.

g. Agroforestri yang paling sederhanapun secara biologis (struktur dan fungsi)

maupun ekonomis jauh lebih kompleks dibandingkan sistem budidaya monokultur.

Agroforestri dapat dilihat pada sistem penanamannya. Contohnya adalah

penanaman tanaman semusim diberi sela dengan tanaman tahunan. Padi dengan

pematang sawah berupa pohon nangka atau pohon sengon dapat dijadikan contoh dari

sistem ini (Abdurachman, 2008).

Manfaat pertanian dalam kehutanan adalah dengan mengetahui sistem

penanaman yang benar dapat dihasilkan produk yang lebih. Di sisi lain lingkungan

terjaga dengan adanya tumbuhan (yang hidup/ daya panennya dalam jangka waktu

lama) yang dapat menjaga kadar air tanah, manusia juga mendapatkan hasilnya di

saat panen. Selain itu, keberadaan sistem ini juga dapat menjadikan kelestarian alam

lebih terjaga dan rapi (Abdurachman, 2008).

2. Pertanian – Perikanan

Kaitan antara bidang pertanian dan perikanan tentunya ada pada pertanian

dengan sistem yang membutuhkan air cukup banyak, misalnya pada lahan sawah

irigasi. Pada lahan ini dapat dilakukan usaha tani berupa mina padi. Secara umum

7
mina padi berarti memanfaatkan air pada saat penanaman padi untuk kehidupan ikan

(Abdurachman, 2008).

Sistem mina padi merupakan cara pemeliharaan ikan di sela-sela tanaman

padi, sebagai penyelang diantara dua musim tanam padi atau pemeliharaan ikan

sebagai pengganti palawija di persawahan. Jenis ikan yang dapat dipelihara pada

sistem tersebut adalah ikan mas, nila, mujair, karper, tawes dan lain-lain. Agar

pertumbuhan tanaman padi tidak terganggu, pemeliharaan ikan di sawah harus

disesuaikan dengan sistem pengairan yang ada, sehingga produksi padi tidak

terganggu.Usaha mina padi selain merupakan usaha yang menguntungkan, juga dapat

meningkatkan pendapatan petani, serta membantu program pemerintah dalam usaha

memenuhi gizi keluarga (Abdurachman, 2008).

Pada prinsipnya kondisi sawah yang cenderung selalu tergenang air

memungkinkan untuk budidaya ikan. Namun kenyataanya sawah yang didesain

hanya untuk budidaya padi kondisinya kurang optimum untuk budidaya ikan. Sebagai

contoh, petani melakukan pengeringan pada pertanaman padi untuk melakukan

penyiangan, menekan perkembangan hama keong dan mendorong berkembangnya

anakan padi. Kondisi tersebut tentu tidak cocok untuk budidaya ikan. Selain itu

aplikasi pestisida untuk membunuh hama dalam pertanaman padi dapat membunuh

ikan budidaya. Oleh karena itu, agar sawah dapat sesuai untuk budidaya minapadi

maka desain dan pengelolaan sawah harus dapat mendukung untuk pertumbuhan ikan

dan padi (Musyofi, 2007).

Dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya

makanan sehat seperti produk organik, maka proses produksi bahan organik juga

8
dapat menjadi daya tarik khusus bagi wisatawan sekaligus media pendidikan yang

baik untuk kampanye pentingnya perlindungan alam dan penghargaan terhadap

kebudayaan lokal (Musyofi, 2007).

3. Pertanian – Peternakan

Hubungan antara pertanian dengan peternakan dalam sistem pertanian terpadu

sangat beraneka ragam, tergantung pada sudut pandang yang diambil. Salah satu

manfaat dari mempelajari sistem pertanian terpadu adalah bisa mengetahui hubungan

saling ketergantungan antara pertanian dengan peternakan. Selain itu dapat pula

diketahui berbagai keuntungan yang bisa diambil saat mempelajari hubungan antara

sistem pertanian dengan peternakan (Musyofi, 2007).

Keuntungan yang bisa diambil dari peternakan bagi pertanian adalah

pemanfaatan tenaga hewan ternak untuk kepentingan pertanian. Contoh manfaat yang

bisa diambil dari peternakan adalah kotoran hewan ternak dapat digunakan sebagai

pupuk kandang bagi tanaman. Tenaga hewan ternak juga dapat digunakan sebagai

tenaga pengolah lahan dan dapat juga dimanfaatkan sebagai tenaga pengangkutan

hasil pertanian di mana akan menghemat biaya karena tidak membutuhkan bahan

bakar layaknya kendaraan bermotor (Musyofi, 2007).

Sama dengan peternakan, pertanian pun sangat bermanfaat bagi dunia

peternakan. Salah satu faktor yang harus terpenuhi dalam peternakan adalah

kebutuhan akan pakan ternak Dari pertanian akan dihasilkan bahan-bahan yang dapat

diolah menjadi pakan ternak. Pertanian sangat berperan dalam memenuhi keutuhan

pakan ternak karenatidak semua hewan ternak dapat diberi pakan dengan bahan

makanan yang diambil dari alam. Banyak hewan ternak yang pemenuhan pakannya

9
sangat bergantung pada pertanian. Contohhewan ternak yang membutuhkan pertanian

adalah unggas. Pada umumnya unggas memakan biji-bijian di mana biji-bijian ini

hanya akan diperoleh dengan pertanian. Oleh sebab itu, keberadaan pertanian

menjadikan kebutuhan pakan ternak akan mudah terpenuhi (Musyofi, 2007).

Namun permasalahan yang cukup mengkhawatirkan dalam peternakan adalah

persaingan antara pakan dan pangan. Sistem pemberian pakan dalam peternakan

menggunakan sumberdaya yang sama dengan yang dimakan manusia. Serealia dan

tepung kedele adalah komponen terbesar pakan ternak yang juga dikonsumsi oleh

manusia. Diperkirakan hampir 50% dari supply biji-bijian dunia dikonsumsi ternak.

Jika semua biji-bijian dunia dicadangkan untuk konsumsi manusia saja maka akan

cukup untuk memberi makan 9 – 10 milyar penduduk dunia pada titik mana

populasi dunia diharapkan akan stabil. Oleh karena itu, pemecahan terhadap

masalah memenuhi kebutuhan pangan di tahun mendatang adalah mengembangkan

sistem produksi ternak yang tidak tergantung pada biji-bijian serealia (Musyofi, 2007).

Keuntungan lain dari alternatif sistem pakan bukan biji-bijian akan membawa

kepada pengurangan kontaminasi lingkungan, meningkatkan kesempatan kerja dan

meningkatkan keragaman hayati dan produk ternak yang lebih baik mutunya.

Karenanya tiap intervensi yang melibatkan ternak harus didasarkan pada peran

sinergis mereka dalam manfaat sistem pertanian keseluruhan ketimbang sebagai

penghasil daging, susu atau telur yang menggunakan pakan bersaing dengan

kebutuhan manusia. Sistem peternakan yang menggunakan pakan sama dengan

pangan hanya akan mengakumulasi masalah dimasa mendatang, apalagi sekarang

pangan tidak hanya digunakan sebagai pakan tetapi juga energi. Tentu diperlukan

10
terobosan dalam bidang peternakan untuk menjaga keberlanjutan sistem pertanian

secara keseluruhan (Musyofi, 2007).

4. Pertanian – Wisata

Hubungan antara pertanian dengan wisata sering disebut dengan agrowisata.

Agrowisata adalah salah satu bentuk pariwisata yang obyek wisata utamanya adalah

lanskap pertanian, maka dapat dikatakan bahwa agrowisata merupakan wisata yang

memanfaatkan obyek-obyek pertanian. Agrowisata juga merupakan kegiatan wisata

yang terintegrasi dengan keseluruhan sistem pertanian dan pemanfaatan obyek-obyek

pertanian sebagai obyek wisata, seperti teknologi pertanian maupun komoditi

pertanian (Musyofi, 2007).

Beberapa sumber menjelaskan bahwa agrowisata adalah salah satu bentuk

kegiatan wisata yang dilakukan di kawasan pertanian yang menyajikan suguhan

pemandangan alam kawasan pertanian (farmland view) dan aktivitas di dalamnya

seperti persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil

panen sampai dalam bentuk siap dipasarkan dan bahkan wisatawan dapat membeli

produk pertanian tersebut sebagai oleh-oleh. Agrowisata tersebut ikut melibatkan

wisatawan dalam kegiatan-kegiatan pertanian (Abdurachman, 2008).

Agrowisata umumnya berada pada daerah yang memiliki iklim dingin atau

dengan kata lain ada pada dataran tinggi di mana pertanian dapat terlaksana dengan

baik. Pengembangan wisata dengan metode pertanian memiliki kesenangan

tersendiri. Di dalamnya para wisatawan dapat mengetahui lebih lanjut tentang

pertanian dan bahkan dapat melakukannya. Pendekatan ini secara tidak langsung

menambah pengetahuan mengenai pertanian bagi para wisatawan. Selain itu, dengan

11
adanya agrowisata petani dan masyarakat sekitar pun mendapatkan pendapatan yang

lebih. Keberadaan tempat wisata menyebabkan masyarakat turut berperan dalam

meramaikan pasarnya (Abdurachman, 2008).

Manfaat lain dari agrowisata adalah kelestarian alam sekitar terjaga. Agrowisata

pada prinsipnya merupakan kegiatan industri yang mengharapkan kedatangan

konsumen secara langsung ditempat wisata yang diselenggarakan. Aset yang penting

untuk menarik kunjungan wisatawan adalah keaslian, keunikan, kenyamanan, dan

keindahan alam. Oleh sebab itu, faktor kualitas lingkungan menjadi modal penting

yang harus disediakan, terutama pada wilayah-wilayah yang dimanfaatkan untuk

dijelajahi para wisatawan. Menyadari pentingnya nilai kualitas lingkungan tersebut,

masyarakat/petani setempat perlu diajak untuk selalu menjaga keaslian, kenyamanan,

dan kelestarian lingkungannya (Abdurachman, 2008).

12
III. PEMBAHASAN

Hubungan antara pertanian, perikanan dengan peternakan dalam

sistem pertanian terpadu sangat beraneka ragam, tergantung pada sudut pandang yang

diambil. Salah satu manfaat dari mempelajari sistem pertanian terpadu adalah bisa

mengetahui hubungan saling ketergantungan antara pertanian dengan peternakan.

Selain itu dapat pula diketahui berbagai keuntungan yang bisa diambil saat

mempelajari hubungan antara sistem pertanian dengan peternakan. Berikut contoh

pertanian terpadu.

PADI ITIK TELUR

KOTORAN
DEDAK

SEKAM IKAN MAS

JERAMI
KOMPOS

BERAS JUAL

Gambar 1. Sistem Pakanitik

Sistim budidaya PAKANITIK merupakan salah satu teknlogi pertanian

terpadu yang didalamnya ada padi, ikan, itik/bebek dan dibudidayakan pada lahan

yang sama. Manfaat yang dapat diperoleh dengan penerapan budidaya PAKANITIK

adalah: a. Manfaat untuk penyiangan, b. Manfaat pengendalian hama penyakit, c.

13
Manfaat pemupukan, d. Manfaat pembajakan dan penggemburan tanah sepanjang

waktu, e. Manfaat mengendalikan keong emas, f. Manfaat stimulasi pertumbuhan

padi.

Menurut Zulkifli Mantau (2013) bahwa dengan menerapkan pertanian

terpadu “PAKANITIK” ada beberapa keuntungan diantaranya Keuntungan langsung:

a. Produksi padi sistim parlabek relatif tidak menurun hasilnya dibandingkan dengan

sistem usahatani padi saja, b. Ikan dan telur itik merupakan nilai tambah bagi

pendapatan petani, c. Kesejahteraan dan pendapatan petani meningkat. Sedangkan

Keuntungan tidak langsung : a. penyerapan tenaga kerja meningkat sepanjang musim

padi dan setelah musim padi, sehingga dapat mengurangi pengangguran, b. protein

hewani tersedia sepanjang musim bagi masyarakat pedesaan, c. terjadi daur ulang

yang saling menguntungkan, yaitu itik dan ikan dapat menekan populasi gulma dan

hama (pengendalian hayati); kotoran ikan dan itik menjadi pupuk padi; itik dan ikan

berfungsi sebagai pabrik untuk meningkatkan nilai tambah dari gabah yang hilang

pada saat panen.

Persyaratan lahan sawah yang akan digunakan sebagai lokasi budidaya

PAKANITIK adalah sebagai berikut: 1). Sawah memiliki pengairan teratur/teknis,

agar ikan tidak kekurangan air namun tetap terhindar dari bahaya banjir, 2). Tanah

sawah agak liat/berlempung, hindari tanah yang mudah longsor pada lahan sawah

berteras, 3). Kontur tanah sawah agak landai, agar jika sawah sewaktu-waktu

dikeringkan ikan-ikan tetap tidak kekurangan air, 4). Lokasi sawah dekat dengan

pemukiman agar mudah dalam pengawasan ikan dan itik, 5). Luas petakan sawah

14
ideal untuk usahatani PAKANITIK adalah 500 – 1000 m2 terletak pada satu

hamparan untuk memudahkan pengawasan dan pengaturan air.

Pematang sawah dibuat berukuran lebar dasar 40-50 cm, lebar atas 30-40cm,

dan tinggi 30-40cm. Pematang dilengkapi dengan saluran pemasukan dan

pembuangan air pada ketinggian yang dikehendaki . Saluran bisa memakai bambu

atau pipa PVC dan dipasang saringan untuk mencegah ikan keluar. Sedangkan parit

berguna sebagai tempat berlindung ikan bila air mendadak turun, ikan bisa bergerak

kesegala penjuru petakan, memudahkan pemberian pakan tambahan, menampung

ikan saat pemupukan, dan memudahkan saat pemanenan ikan. Parit dibuat sebelum

tanah diratakan dengan ukuran lebar 30-40 cm, tinggi 20-30 cm, dan panjang sesuai

ukuran petakan.

Padi yang cocok dengan sistim budidaya PAKANITIK adalah varietas padi

berperakaran dalam, cepat bertunas, batang kuat, daun tegak, tahan hama dan

penyakit, produksinya tinggi, dan disukai masyarakat. Varietas yang cocok misalnya

IR 64, Cisadane, Ciliwung, Inpari 30 Ciherang Sub I dll. Dianjurkan penanaman

varietas secara bergilir tiap musim tanam. Penanaman sebaiknya dilakukan dingan

sistim tanam jajr legowo.

Pemupukan disesuaikan dengan rekomndasi daerah setempat. Pupuk dasar

mutlak diberikan untuk memacu pertumbuhan tanaman. Dosis pupuk keseluruhan

bila dikehendaki bisa dikurangi sebanyak 25 persen dosis anjuran. Untuk aplikasi

pestisida tidak diperlukan lagi, karena ikan dan itik berperan sebagai pengendali

hayati yang efektif.

15
Ikan yang paling cocok dibudidayakan adalah ikan mas. ikan disebar 3-5 hari setelah

padi ditanam. Ukuran benih ikan 5-8 cm dengan padat penebaran 2.000-3.000

ekor/ha. Lama pemeliharaan dibatasi sampai 45-60 hari setelah padi ditanam. Pada

saat itu daun padi sudah menutup tanah, sehingga sinar matahari tidak efektif lagi

merangsang pertumbuhan plankton sebagai pakan alami ikan. Jika umur

pemeliharaan ditambah, maka tingkat kehilangan oleh predator seperti ular atau

burung biasanya akan meningkat. Sebagai pakan tambahan boleh diberikan dedak

halus, sisa makanan, dan kotoran ternak. Pemanenan dilakukan dengan cara

mengeluarkan air secara perlahan agar ikan berkumpul di caren. Lakukan pada pagi

atau sore hari saat temperatur rendah.

Itik yang dipilih dianjurkan adalah itik jenis lokal unggul agar mudah

beradaptasi. Jumlahnya 20-25 ekor/ha. Jika tujuannya untuk menghasilkan telur

sebaiknya dipilih itik yang telah berumur 4-6 bulan. Itik dimasukkan ke petakan

sawah sejak padi berumur 2-3 minggu. Pakan tambahan diberikan setiap hari berupa

gabah, menir, atau dedak halus sebanyak 2 ons/ekor. Tiga minggu sebelum padi

dipanen, pemberian pakan tambahan bisa dihentikan karena karena gabah sudah

tersedia di sawah.

Kandang dibuat di dekat lokasi sawah dengan ukuran 2,3 m2 untuk 25 ekor

itik. Itik dikandangkan pada malam hari. Disekitar kandang sebaiknya ditanami

pohon pelindung yang dapat dikonsumsi oleh itik dan ikan antara lain pisang, petai

cina dll.

Saat ini, yang menjadi kekeliruan kita adalah penggunaan pestida, herbisida,

dan pupuk kimia yang begitu berlebihan yang tentunya memiliki dampak negative

16
bagi lingkungan (tanah dan tanaman) dan kesehatan manusia pada umunya (pekerja

dan konsumen). Dengan menerapkan budidaya PAKANITIK diharapkan akan

menjadi solusi dalam pertanian organik, karena dengan pertanian terpadu padi dan

bebek, bebek di sawah padi dapat melakukan semua aktifitas baik penyiangan gulma,

pembasmian hama, maupun pemupukan. Tanpa disengaja tenaga kerja bebek akan

menggantikan tenaga kerja manusia.

17
IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Sistem pertanian terpadu menggabungkan beberapa subsektor pertanian dalam

satu kawasan yang menciptakan intraksi meliputi subsektor pertanian (tanaman),

subsektor perikanan, dan subsektor peternakan. Salah satu jenis pertanian terpadu

adalah pakanitik yang merupakan gabungan dari padi, ikan dan itik. Penerapan

sitemm pakanitik ini mampu mendorong kegitana pertanian ramah lingkungan

dengan memberikan hasil ekonomi yang maksimal.

4.2 Saran

Dalam kegiatan pertanian, hendaknya petani menerapkan sistem pertanian

terpadu dalam upaya meningkatkan pertanian yang ramah lingkungan. Dan sebaiknya

petani di Indonesi mengembangka sistem pertanian terpadu dalam kegiatan pertanian

karena tidak hanya ramah lingkungan, tetapi akan memeiliki nilai ekonomis yang

tinggi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman, A. 2008. Strategi Dan Teknologi Pengelolaan Lahan Keri


Mendukung Pengadaan Pangan Nasional. Jurnal Litbang
Peternakan.27(2): 43-49.
Balitkabi. 2013. Memahami Pertanian Ramah Lingkungan. Balitkabi.litbang.
pertanian.go.id /…/1326. Diakses 29 Oktober 2019.
Hapsoh, dkk. 2015. Buku Ajar Pertanian Terpadu. Universitas Riau Press,
Pekanbaru.
Susanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik Pemasyarakatan dan
Pengembangan.Kanisius, Yoyakarta.
Bamualim, A. dan Bess Tiesnamurti. 2009. Konsepsi Sistem Integrasi antara
Tanaman Padi, Sawit dan Kakao dengan Ternak Sapi di Indonesia.
Dalam Fagi, A.M., Subandriyo dan I.W. Rusastra. Sistem Integrasi
Ternak Tanaman: Padi-Sawit-Kakao. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian.
Musyofi, A. 2007. Usaha Tani Integrasi Tanaman-Ternak: Sistem Usaha
Pertanian Padi Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan. Dalam
Kasryno, F., E. Pasandaran dan A.M. Fagi. Membalik Arus: Menuai
Kemadirian Petani. Yayasan Padi Indonesia, Bogor.

19

Anda mungkin juga menyukai