Anda di halaman 1dari 10

SISTEM INTEGRASI KAMBING DAN BEBEK DENGAN TANAMAN TERUBUK

DI KABUPATEN SUKABUMI

Aulia Miftahunnisa Exa Putriyana


200120190002

BAB I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Integrated Farming System merupakan suatu sistem yang menggunakan sistem
ulang dan mendaur ulang dengan menggunakan tanaman dan ternak sebagai mitra. Dengan
sistem pertanian terpadu dapat menekan pengeluaran karena adanya pemanfaatan dari
masing-masing sisi. Sistem pertanian terpadu merupakan sistem yang menerapkan prinsip
zero waste karena limbah peternakan nantinya akan dapat dimanfaatkan menjadi pupuk
dan sumber pakan, sedangkan limbah pertanian dapat menjadi pakan ternak. Integrasi
antara ternak dan tanaman dapat meningkatkan keuntungan dari segi ekonomi selain itu
dapat memperbaiki kondisi kesuburan tanah.
Usaha peternakan dan pertanian yang dapat diintegrasikan salah satunya tanaman
terubuk, ternak kambing dan bebek merupakan komoditas ekonomi yang potensial. Sistem
integrasi ternak kambing, bebek dengan tanaman terubuk merupakan salah satu upaya
meningkatkan pendapatan petani, melalui peningkatan produksi tanaman yang
diintegrasikan dengan pemeliharaan ternak yang banyak dipelihara oleh masyarakat.
Peternakan merupakan sumber utama protein hewani nasional sehingga usaha
peternakan berpotensi untuk dikembangkan sebagai usaha yang menguntungkan dan
meningkatkan pendapatan peternak. Ternak yang dipelihara dapat menghasilkan produk
seperti daging dan telur sebagai sumber protein selain itu dalam pemeliharaannya ternak
juga menghasilkan feses yang dapat dimanfaatkan menjadi pupuk dan salah satu sumber
pakan untuk ternak lainnya. Kolaborasi antara ternak dan tanaman ini perlu dikaji dengan
penerapan teknologi dan sistem yang benar seingga masing-masing sektor dapat
menghasilkan hasil yang lebih bermanfaat.
Sistem peternakan terpadu dapat dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya
alam secara optimal, lestari dan menguntungkan, sehingga dapat dimanfaat secara
berkelanjutan untuk kepentingan generasi kini dan masa yang akan datang. Pemilihan
komoditas dan areal usaha yang cocok merupakan salah satu hal yang penting dan perlu
diperhatikan dalam perlaksanaan pembangunan sistem peternakan berkelanjutan, seperti
komoditas yang harus menguntungkan secara ekonomis dan masyarakat juga sudah harus
terbiasa dalam membudidayakan ternak maupun tanaman tersebut.
Domba, bebek dan tanaman terubuk di Kabupaten Sukabumi merupakan hal yang
dapat dipadukan dalam sistem peternakan terpadu, karena masyarakat sudah terbisa
dengan membudidayakan ternak domba dan bebek, sedangkan tanaman terubuk
merupakan salah satu tanaman lokal khas kabupaten Sukabumi, sehingga dengan
memadukan hal tersebut diharapkan masyarakat dapat meningkatkan ekomominya.

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah;
1. Untuk mengetahui bagaimana sistem integrasi peternakan terpadu antara kambing
dan bebek dengan tanaman terubuk di daerah kabupaten Sukabumi dan
pengembangannya.
2. Mengurangi dan memanfaatkan limbah ternak dan perkebunan menjadi hal yang
lebih bermanfaat.

BAB II. Model Livestock in Integrated Farming


2.1 Konsep Pengembangan Model
Sistem integrasi didasarkan pada pemanfaatan tanah untuk produksi produk
peternakan dan tanaman yang bertujuan untuk mengurangi penggunaan input yang berasal
dari luar bisnis pertanian atau peternakan tersebut dengan memanfaatkan sumberdaya alam
yang digunakan dan memaksimalkan proses secara alami.
Ternak dan tanaman harus dikombinasikan dengan tujuan untuk mengurangi
limbah salah satunya limbah kotoran yang berasal dari ternak dan untuk mengurangi input
pupuk mineral. Sistem integrasi ini mengedepankan ekonomi berbasis teknologi ramah
lingkungan dan optimalisasi semua sumber energi yang dihasilkan dari ternak dan
tanaman.
Kombinasi antara peternakan dan pertanian sejak lama sudah menunjukan hasil
yang menguntungkan dengan menggunakan kotoran ternak sebagai sumber pupuk untuk
tanaman dan limbah tanaman sebagai sumber pakan ternak. Menurut Nurhidayati dkk
(2008) kebanyakan dari pupuk kehilangan setengah dari kandungan nitrogennya sebelum
menjadi nitrat tersedia bagi tumbuhan, sehingga jumlahnya menjadi tidak cukup apabila
populasi tanaman meningkat dan mengharuskan penggunaan pupuk kimia dan makanan
buatan yang mengakibatkan keuntungan peternak dan petani menjadi menurun.
Konsep integrasi pertanian ini adalah berkelanjutan, ramah lingkungan dan
mandiri. Sehingga sistem ini tidak hanya bisa diterapkan untuk usaha pertanian dalam
skala besar, tetapu juga bisa diaplikasikan pada unit usaha berskala kecil seperti family
farm. Konsep ini diharapkan menjadi arah baru bagi peternakan dan pertanian masa depan,
dimana masing-masing unsur yang terlibat dapat mendapatka hasil yang sepadan dan
berkelanjutan. Konsep dari sistem integrasi peternakan tepadu ini adalah;
 Pemanfaatan crop waste dan by-products.
 Fertilitas tanah yang baik
 Ramah lingkungan (optimalisasi sumber daya lokal dan meminimalisir
kerusakan lingkungan)
 Diversifikasi usaha
 Produksi yang stabil
 Dan menciptaka kemandirian
Usaha peternakan dapat diintegrasikan dengan usaha pertanian dengan cara; hasil
samping atau limbah hasil peternakan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber pakan
ternak, kotoran sisa ternak dapat dimanfaatkan atau didekomposisi menjadi kompos untuk
penyediaan unsur hara bagi lahan.
Upaya memadukan usaha peternakan dengan usaha pertanian akan memberikan
dampak positif terhadap aspek budidaya, sosial dan ekonomi. Aspek budidaya akan
semakin efesian karena adanya ketersediaan pakan yang dapat dilakukan secara kontinyu.
Aspek sosial seperti masalah yang muncul karena adanya limbah (peternakan dan
pertanian) yang menimbulkan polusi dapat diatasi karena adanya pemanfaatan limbah
yang lebih bermanfaat. Aspek ekonomi dapat ditingkatkan karena usaha peternakan dan
pertanian dapat menjadi efisien karena adanya peningkatan pendapatan dengan pengurangi
pengeluaran. Sehingga, kemandirian usaha peternakan dan peternakan dapat diwujudkan
dan ketergantukan asupan sarana produksi dari luar dapat ditekan atau dikurangi
semaksimal mungkin.
Peternakan sebagai sumber energi dan penggerak ekonomi dalam sistem
peternakan terpadu. Sumber energi yang berasal dari usaha peternakan contohnya adalah
daging dan telur, sedangkan fungsi penggerak ekonomi berasal dari hasil penjualan daging,
telur dan hasil samping dari usaha peternakan lainnya.
2.2 Design Model
Model sistem integrasi peternakan terpadu dengan menggunakan kambing dan
bebek dengan tanaman terubuk mempunyai tujuan yaitu untuk meningkatkan
perekonomian masyarakan dari hasil ternak dan tanaman yang dipelihara dengan baik,
seperti daging, telur, pupuk, bunga terubuk dan limbah tanaman terubuk. Sehingga dengan
sistem integrasi peternakan terpadu ini peternak dan petani dapat memadukan ternak yang
dipelihara dan tanaman yang mereka tanam sehingga produk hasil dari peternakan dan
pertanian tersebut dapat meningkatkan ekonomi masyarakat, khususnya peternak dan
petani.
Model sistem integrasi dengan menggunakan kambing, bebek dan tanaman dapat
dilihat pada gambar berikut;

Gambar 1. Design Model Pengembangan Integrasi Peternakan dan Pertanian Terpadu

2.3 Penjelasan Model


Sistem integrasi peternakan memiliki tujuan, salah satunya adalah manusia yang
harus dipenuhi kebutuhannya. Sistem ini dikelilingi dengan berbagai model kegiatan
ekonomi pertanian yang saling berkaitan satu sama lain, misalnya peternakan, perikanan,
ladang, perkebunan ataupun pesawahan bersamaan dengan pengelolaan limbah (waste
treatment).
Konsep pengembangan peternakan berkelanjutan denga menerapkan integrasi pada
peternakan kambing, bebek dan tanaman terubuk sangat bisa dikembangkan karena dapat
berhubungan satu dengan yang lainnya. Pengembangan sistem integrasi ini melibatkan
masyarakat dalam proses pemeliharaan, pengolahan hasil samapai pengolahan limbanya
dengan tujuan untuk meningkatkan produksi baik terhadap masing-masing ternak maupun
tanaman. Pemberdayaan masyarakat di pedesaan khususnya, dengan mengembangkan
potensi yang ada di daerah maka diharapkan masyarakat mampu bersumbangsi dalam
mendorong terwujudnya ketahanan pangan hewani dan nabati, utamanya untuk Indonesia.
Dwiyanto dkk (2008) menyatakan bahwa pada umumnya integrasi ternak dengan tanaman,
baik itu tanaman pangan, perkebunan maupun hortikultura memberikan nilai tambah yang
cukup tinggi.
Sistem ternak dan tanaman dapat diadopsi oleh petani secara berkelanjutan apabila
para petani dan peternak mampu memberikan keuntungan bagi mereka, khususnya dalam
hal peningkatan pendapatan maupun memperbaiki kesejahteraan mereka. Peningkatan
pendapatan dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu meningkatkan harga jual yang
dibarengi dengan peningkatan mutu atau dengan cara menekan biaya produksi melalui
efisiensi. Dwiyanto dkk (2007) menyatakan bahwa rendahnya biaya produksi, maka setiap
produk akan mampu bersaing denga produk sejenis yang biaya produksinya lebih tinggi.
Tanaman terubuk adalah salah satu jenis sayuran indigenous. Tanaman ini
termasuk jenis sayuran bunga. Tanaman terubuk, sebagai tanaman lokal sukabumi.
Tanaman terubuk dimanfaatkan bunganya untuk dikonsumsi, di Kabupaten Sukabumi
tanaman terubuk diolah menjadi banyak olahan seperti kue bolu, nugget, sayur dan
sebagainya yang biasanya digunakan untuk sumber pendapatan tambahan selain bertani
atau beternak. Tetapi limbah tanaman terubuk belum dimanfatkan. Tanaman terubuk
memiliki limbah yang banyak, sekitar 11.300 kg/ha (Chaniago, 2015), sehingga limbah
tanaman terubuk ini dapat dimanfaatkan dengan baik, salah satunya adalah sebagai bahan
pakan ternak. Menurut Lizah (2013) sebagaian besar dari tanaman terubuk ini berpotensi
sebagai hijauan pakan ternak yang baik. Limbah tanaman terubuk dengan jumlah yang
cukup banyak dapat diolah terlebih dahulu agar dapat disimpan dalam waktu yang lama.
Silase adalah salah satu cara pengawetan hijauan melalui proses fermentasi dengan
tujuan untuk mempertahankan kualitas hijauan dalam waktu yang lama. Tanaman terubuk
dapat disimpan melalui proses fermentasi menjadi silase agar dapat disimpan dalam waktu
yang lama. Tanaman terubuk difermentasi dengan menggunakan EM4 selama minimal 14
hari. Silase tanaman terubuk mempunyai pH 3,96 dengan kandungan BK (bahan kering)
31,15%, BO (bahan organik) 92,69% dan PK (protein kasar) 12,63% (Miftahunnisa,
2019). Sedangkan kebutuhan protein kambing menurut Suwignyo dkk (2016) adalah 14-
19%, sehingga silase mampu memenuhi kebutuhan ternak kambing dengan penambahan
bahan pakan lainnya.
Kambing yang akan mengkonsumsi silase limbah tanaman terubuk, akan
menghasilkan feses. Feses yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan
unggas salah satunya bebek. Feses ternak ruminansia seperti kambing mengandung protein
kasar: 0,99 - 3,76%, bahan kering : 89,87 - 92,21% serta abu : 8,97 - 11,59% (Helda dan
Sabuna, 2019). Nilai nutrisi dan kecernaan dari feses ternak kambing masih rendah dan
sangat bervariasi karena itu perlu dilakukan pengolahan seperti fermentasi agar dapat
meningkatkan nilai gizi, palatabilitas serta melindungi zat-zat makanan dari feses tersebut.
Ada beberapa teknik fermentasi yang digunakan untuk mengolah pakan ternak menjadi
lebih bermanfaat antara lain dengan menggunakan ragi, laru oncong dan lain sebagainya.
Berdasarkan hasil penelitian Helda dan Sabana (2019) nira lontar dapat
memfermentasi feses kambing dan ayam dengan baik, terbukti dapat meningkatkan protein
dan menurunkan serat kasar. Penggunaan nira lontar sebesar 15% sebagai bahan
fermentasi alami pada feses ternak dapat menghasilkan pakan dari feses yang berkualitas
baik. Penggunaan feses ternak kambing yang terfermentasi dengan nira lontar dalam
ransum dapat meningkatkan konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan pada ternak
unggas.
Selain diolah kembali menjadi bahan pakan untuk unggas, kotoran kambing juga
dapat diproses menjadi pupuk organik bagi tanaman terubuk. Pupuk organik diolah dengan
cara menghancurkan kotoran kambing terlebih dahulu menggunakan mesin, lalu disimpan
di lahan atau tenpat yang kering (bebas dari genangan air dan hujan). Lapisan bahan
pembuatan pupuk dengan mencampur kotoran kambing dan kapur pertanian dengan sekam
hingga tebalnya mencapai 20-30 cm, setelah itu disiramkan larutan EM4 yang dibuat
menggunakan buah atau kulit buah dari pohon yang ditanam di sekitar ladang
penggembalaan dicampur dengan gula pasir dan air nira atau air kelapa. Pastikan
campuran larutan EM4 tidak terlalu banyak dengan cara meremas segenggaman campuran
tersebut, apabila tidak ada air yang menetes maka komposisi air sudah pas. Timbunan atau
lapisan yang telah tercampur ditutup menggunakan terpal dan didiamkan selama 1 minggu
setelah itu buka tutup terpal agar bakal pupuk dapat mengalami proses airasi, apabila saat
terpal dibuka keluar hawa panas maka pengomposan pupuk telah berhasil. Selama kurang
lebih 3 minggu pupuk siap digunakan, namun sebelum penggunaan pupuk diangin-
anginkan terlebih dahulu. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Mowa dkk (2017)
bahwa pupuk yang berasal dari limbah kotoran kambing mampu meningkatkan
pertumbuhan dan produksi dari tanaman tomat, begitupun dengan penelitian yang
dilakukan Kukovics dkk (2016) bahwa kotoran kambing sangat dapat diolah kembali
menjadi pupuk yang akan membantu menyuburkan tanah dan tanaman.
Kotoran bebek juga dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pupuk organik bagi
tanamna terubuk, akan tetapi penggunaan kotoran bebek secara langsung untuk pupuk
tanaman akan menyebabkan tersebarnya bau kotoran, meningkatnya populasi lalat dan
akan mengganggu lingkungan warga, apalagi sebagian besar tanaman terubuk ditanam
disekitar pemukiman warga. Teknologi pengomposan pada dasarnya adalah
menummpukkan bahan-bahan yang mempunyai perbandingan C/N yang rendah sebelum
digunakan segai pupuk. Sutedjo dkk (1995) menyatakan bahwa keuntungan dari proses
pengomposan ini yaitu mengurangi resiko pencemaran lingkungan. Pengomposan dapat
menghilangkan atau meminimalisi bau yang di timbulkan oleh limbah organik,
pengurangan penggunaan pupuk kimia, mempertahankan kesuburan tanah secara alami
dan berkelanjutan (Yulipriyanto 1991).
Selama proses pengomposan, maka didalam timbunan bahan baku yang terdiri dari
bahan-bahan organik lainnya akan mempunyai suhu yang lebih dari 700 oC dan pada
temperatur ini maka mikriba-mikroba patogen, penyakit tanaman, dan hal-hal yang akan
merusak tanaman akan mati dibunuh oleh suhu panas.
Pada dasarnya, pemberian kotoran bebek/itik ke dalam tanah akan berpengaruh
pada sifat fisik, biologi, dan kimia tanah. Peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah
diantaranya merangsang granulasi, memperbaiki aerasi tanah, dan meningkatkan
kemampuan menahan air. Peran bahan organik terhadap sifat biologi tanah adalah
meningkatkan aktivitas mikrorganisme yang berperan pada fiksasi nitrogen dan transfer
hara tertentu seperti N, P, K, dan S. Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah
meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga dapat mempengaruhi serapan hara oleh
tanaman.

2.3 Aliran Nutrien


Limbah tanaman terubuk dapat menjadi sumber pakan hijauan bagi ternak
ruminansia, salah satunya kambing. Kambing akan memproduksi daging yang dapat dijual
dan feses yang dapat diolah menjadi pakan bebek dan pupuk organik bagi tanaman
terubuk, feses kambing diolah dengan cara fermentasi yang dapat dijadikan pakan
tambahan untuk bebek. Bebek akan menghasilkan telur dan daging yang akan dijual serta
kotoran yang dapat diolah kembali menjadi pupuk organik bagi tanaman terubuk.
Sehingga dengan adanya hubungan antara integrasi ternak dengan tanaman diharapkan
dapat saling menguntungkan, seperti ternak kambing mendapatkan makanan dari limbah
tanaman terubuk, ternak bebek mendapatkan sumber pakan tambahan melalui kotoran
kambing dan tanaman terubuk mendapatkan pupuk kompos dari ternak kambing dan bebek
yang deipelihara.

BAB III. STRATEGI PENGEMBANGAN MODEL DI MASYARAKAT


3.1 Pemerintah
Pangan sebagai kebutuhan dasar bagi manusia membawa konsekuensi kepada
pemerintah untuk menyediakan pangan yang cukup bagi rakyatnya. Dalam RUU Pangan
tercakup tiga paradigma besar tentang pangan, yaitu kedaulatan pangan, kemandirian
pangan, dan ketahanan pangan yang menempatkan kedaulatan pangan sebagai dasar dalam
RUU tersebut serta menganut penggunaan sumber daya secara berkelanjutan.
Kebijakan pemerintah seharusnya menguntungkan tidak saja peternak kecil
namun juga masyarakat sebagai konsumen. Namun kenyataannya kebjiakan pemerintah ini
sering kali tidak sesuai dengan peternak kecil. Persyaratan ini tentu akan mengubah
struktur kandang dan meningkatkan modal, sementara keuntungan masih belum bisa
diprediksi meningkat. Selain itu, banyaknya kebijakan impor daging menuai kontroversi
karena tidak sesuai dengan visi dan misi bidang peternakan yaitu memaksimalkan
pemanfaatan sumber daya lokal.
Pemerintah juga harus mendukung program integrasi peternakan dan pertanian
dengan menyediakan fasilitas-fasilitas yang dapat menunjang keberhasilan program
integrasu peternakan dan pertanian dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, khususnya peternak dan petani.

3.2 Perguruan Tinggi


Perguruan tinggi, khususnya pada bidang peternakan dan pertanian menjadi
seharusnya dapat ikut serta dalam program integrasi peternakan dan pertanian, dengan
berperan dalam lingkup Tri Dharma Perguruaan Tinggi, dalam hal ini perguruan tinggi
dapat mendukung kegiatan dengan melakukan penelitian terkait dengan adanya program
integrasi peternakan dan pertanian.
Penelitian dan pengabdian kepada masyarakat peran fakultas peternakan adalah
melaksanakan penelitian dan pengabdian. Diharapkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
staf pengajar ataupu mahasiswa dapat diketahui dan dimanfaatkan masyarakat, serta
metode-metode ataupun prosedur kerja dapat diimplementasikan di lapangan. Disisi lain
hasil penelitian pun dapat dimanfaatkan oleh dinas terkait sebagai bahan pertimbangan
dalam penyusunan kebijakan tentang pelestarian dan peningkatan produktivitas ternak
lokal.

3.3 Swasta
Pihak swasta diharapkan mampu ikut berpartisipasi dalam mengembangkan dan
memajukan sistem integrasi peternakan dan pertanian khususnya integrasi kambing, bebek
dan tanaman terubuk. Hal ini sangat baik untuk menyokong sektor pertanian dan
peternakan untuk masyarakat agar mendapatkan produksi yang melimpah dan
perekonomian masyarakat meningkat.

BAB IV. PENUTUP


Sistem integrasi peternakan dan pertanian terpadu pada ternak kambing, bebek dan
tanaman terubuk berkaitan dengan input, proses produksi dan output. Proses input
berkaitan dengan sumber daya alam dan sumber daya manusia, pada proses produksi
berhubungan dengan waktu dan lingkungan sedangkan pada output berkaitan dengan
pangan peternakan, pertanian dan limbah organik. Keunggulan sistem pertanian terpadu,
bersifat :
1. Efisiensi pada pemanfaatan sumber daya alam secara optimum.

2. Mandiri dimana sistem dapat berjalan dengan input luar minimum.

3. Berkelanjutan yang berarti bahwa sistem ini ramah lingkungan dan lebih
menguntungkan serta kearifan lokal dan dapat diterima masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Dwiyanto, K., A. Priyanti., R. A. Saptati. 2008. Prospek Pengembangan Usaha Peternakan
Pola Integrasi. Sains Peternakan. 5 (2) : 26 -33
Chaniago, R. 2015. Potensi Biomassa Terubuk (Saccharum edule Hasskarl) dengan Ternak
Sapi. Jurnal Galung Topika. 4 (2) : 68 - 73
Helga., C. Sabuna. 2019. Fermentasi Kotoran Kambing dan Ayam dengan Nira Lontar
Sebagai Pakan Ayam. PARTNER. 1 : 112 – 120
Kukovics, S., P. Horn., G. Baranyai., P. Toth., K. Kume., N. Babayan., L. Avaliani., D.
Dimov., M. Boro. 2016. Sustainable Goat Farming in Central and Eastern Europe
and Hungari. European Regional Conference on Goats.
Lizah, K. 2013. Kloning Analisis Gen untuk Sifat Tahan Kekeringan pada Tanaman
Terubuk Sebagai Hijauan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan Universitas
Padjajaran : Bandung
Miftahunnisa, A. 2019. Karakteristik Fisik dan Nutrisi Silase Limbah Tanaman Terubuk
dengan Penambahan Bahan Aditif dan Waktu Inkubasi yang Berbeda. Universitas
Brawijaya
Mowa, E., L. Akundabweni., P. Chimwamurombe., E. Oku., H. A. Mupambwa. 2017. The
Influence of Organic Manure Formulated from Manure on Growth and Yield
Tomato. African Journal of Agriculture Research. 12 (41) : 3061 - 3067
Nurhidayati, I.P., A. Solichah., Djuhari., A. Basit. 2008. Suatu Kajian Sistem Pertanian
Terpadu dan Berkelanjutan. Universitas Islam Malang
Sutedjo, M.M., A. G, Kartasaputra., Sastroatmodjo. 1995. Pupuk dan Pemupukan. Rineka
Cipta, Jakarta
Suwignyo, B., U. A. Wijaya., R. Indianti., A. Kurniawati., I. Widiyono., Sarmin. 2016.
Konsumsi, Kecernaan Nutrien, Perubahan Berat Badan dan Status Fisiologis
Kambing Bligon Jantan dengan Pembatasan Pakan. Jurnal Sain Veteriner. 34 (2)
Yulipriyanto, H. 1991. Teknologi Pengomposan Laboratorium Mikrobiologi dan Biologi
Tanah. Jurdik Biologi Universitas Negri Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai