OLEH :
PROGRAM STUDI
AGRIBISNIS FAKULTAS
PERTANIAN UNIVERSITAS
ANDALAS PADANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum usahatani terpadu ini dalah untuk mengetahui
bagaimana respon para praktikan yaitu mahasiswa agribisnis sebagai pelaku dan pengelola
usahatani terpadu yang berorientasi pada usaha agribisnis agar produktifitas usahatani terpadu
dari beberapa komoditi yang diusahakan agar dapat mendukung kegiatan usaha agribisnis
yang akan dijalankan serta melatih mahasiswa untuk berpikir secara holistik terhadap interaksi
komponen dalam sistem pertanian terpadu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ayam kampung Super memiliki ciri-ciri antara lain sifat genetiknya tidak seragam
mulai dari warna bulu, ukuran tubuh, dan kemampuan produksinya tidaksama merupakan
cermin dari keragaman genetiknya, selain itu badan ayam kampung juga kecil, mirip dengan
ayam ras (Rasyaf, 1998).
Ayam pedaging atau biasa dikenal dengan ayam potong menempati posisi teratas
sebagai ayam yang ketersediaannya cukup banyak, disusul ayam kampung, kemudian petelur
afkir. Namun, karena permintaan daging ayam yang cukup tinggi, terutama pada saat tertentu
yaitu menjelang puasa, menjelang lebaran, serta tahun baru, menyebabkan pasokan daging
dari ketiga jenis ayam penghasil daging tersebut tidak dipenuhi (Nugroho, 2009).
Yaman (2010) melaporkan bahwa perbedaan yang mendasar antara ayam kampung
umumnya dengan ayam kampung Super adalah kemampuan menghasilkan daging, terutama
pada tubuh bagian dada dan bagian paha, perkembangan kedua jenis tipe otot tersebut
menunjukkan bahwa ayam kampung Super lebih unggul dari ayam kampung (buras).
Ayam kampung pada minggu awal (0 sampai dengan 8 minggu) perlu diberi pakan
ransum yang cukup mengandung energi, protein, minineral, dan vitamin dalam jumlah yang
seimbang. Perbaikan genetik dan peningkatan manajemen pemeliharan ayam kampung harus
didukung dengan perbaikan nutrisi pakan (Setioko dan Iskandar, 2005; Sapuri 2006).
Ayam membutuhkan makanan untuk hidup pokok, pertumbuhan badan, dan bertelur.
Zat- zat makanan yang dibutuhkan ayam terdiri dari protein, lemak, karbohidrat vitamin,
mineral dan air. Kebutuhan tersebut harus proporsional pada pemberian pakan (Rasyaf, 2005).
Ayam kampung selama 12 minggu pemeliharaan diberi ransum dengan kandungan
protein kasar antara 14,40 sampai dengan 17,50 persen dan energi metabolis 2.400 sampai
2.600 kkal/kg menghasilkan pertambahan bobot badan sebesar 359,20 sampai 424,80 g/ekor
dengan konsumsi pakan sebesar 1.853,10 sampai 2.188,10 g/ekor dan konversi ransumnya
sebesar 5,70 sampai 6,20. Ayam kampung yang diberi ransum dengan kandungan protein
kasar 18 sampai dengan 20% dan energi metabolis 2.700 sampai 2.800 kkal/kg selama 8
minggu pemeliharaan menghasilkan pertambahan bobot badan sebesar 396,50 sampai 454,58
g/ekor dengan konsumsi ransum sebesar 1.901,30-2.303,10 g/ekor dan konversi ransum
sebesar 4,38 sampai dengan 5,17
(Ariesta 2011).
Ayam kampung merupakan tipe ayam berukuran kecil, pertumbuhan lambat dan daya
alih (konversi) makanan menjadi produk protein esensial juga rendah. Ayam kampung saat
DOC sampai umur 4 minggu membutuhkan ransum yang mengandung protein kasar 16% - 17
persen, pada periode selanjutnya membutuhkan protein kasar sebesar 15% - 16 persen. Pada
saat proses reproduksi ayam kampung membutuhkan protein yang lebih tinggi sebesar 18% -
20 persen (Husmaini, 2000). Pertumbuhan ternak dipengaruhi oleh faktor genetik dan
lingkungan, faktor yang paling berpengaruh adalah pakan, terjadi penurunan bobot badan saat
fase pertumbuhan apabila kandungan nutrisi pakan yang diberikan rendah. Ayam kampung
dapat tumbuh optimal sesuai dengan potensi genetik apabila zat-zat makanan yang diberikan
sesuai dengan kebutuhan ayam (Sutardi, 1995).
J. Pupuk Bokashi
Pertanian organik adalah suatu sistem pertanian atau usahatani yang tidak
mempergunakan bahan kimia, tetapi menggunakan bahan organik sebagai pupuk. Pada
pertanian organik, salah satu pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kompos bokashi.
Penambahan kompos bokashi ke dalam tanah dapat meningkatkan kandungan bahan organik
di dalam tanah dan mendorong pembiakan mikroorganisme tanah (Siregar, Dermiyati, dan
Niswati; 2007).
Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi organik atau makhluk hidup
baik dari kotoran ternak maupun bagian dari tanaman. Pupuk organik dapat berbentuk padat
atau cair, sebagian besar pupuk organik berbentuk padat seperti pupuk kandang dan kompos.
Pupuk organik digunakan untuk mensuplai bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia, dan
biologi tanah. Produk yang dihasilkan dari budidaya yang menggunakan pupuk organik
memiliki nilai jual yang lebih tinggi (Pranata, 2007).
Salah satu jenis pupuk organik yang sekarang banyak digunakan adalah pupuk
bokashi. Bokashi adalah suatu kata dalam bahasa Jepang yang berarti “bahan organik yang
telah difermentasikan”. Bokashi merupakan salah satu jenis pupuk yang bisa menggantikan
peranan pupuk kimia (anorganik) dalam menambah dan mempertahankan kesuburan tanah
serta memperbaiki kerusakan fisik, biologi, dan kimia tanah yang disebabkan oleh proses
pemupukan yang berlebihan. Berdasarkan sumber bahan organiknya, ada beberapa jenis
pupuk bokashi yang bisa diaplikasikan oleh petani yaitu, pupuk bokashi kandang, bokashi dari
jerami, pupuk bokashi kandang arang dan lain-lain (Raksun, 2018).
Pupuk Bokashi dibuat dengan memfermentasikan bahan-bahan organik (dedak, ampas
kelapa, tepung ikan, dan sebagainya) dengan EM (Efektive Microorganism). Biasanya
Bokashi
ditemukan dalam bentuk serbuk atau butiran. Bokashi sudah digunakan para petani Jepang
dalam perbaikan tanah secara tradisional untuk meningkatkan keragaman mikroba dalam
tanah dan meningkatkan persediaan unsur hara bagi tanaman (Nasir, 2008).
Teknologi Bokashi adalah suatu cara menggunakan mikroba tanah dalam pembuatan
pupuk organik dengan menggunakan EM 4 (Effective Microorganisme 4) yaitu bakteri
fermentasi, bahan organik, yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan kesuburan
tanah. EM 4 adalah hasil seleksi alami mikroorganisme fermentasi dan sintetik di dalam tanah
terciptalah EM 4 yang merupakan bakteri fermentasi Actinomycetes, bakteri fotosintetik dan
ragi. Fungsi EM 4 adalah untuk memfermentasi dalam tanah menjadi unsur-unsur organik,
meningkatkan kesuburan tanah dan produktivitas tanaman. EM 4 sangat cocok untuk tanaman
perkebunan, hortikultura, padi dan palawija, karena sifatnya yang tidak menimbulkan
pencemaran (Aswandi dan Anwaruddin, 2004).
Pada tahun 1980an, Prof Dr. Teruo Higa memperkenalkan konsep EM atau Efektive
Mikroorganisme pada praktek pertanian alami tersebut. Teknologi EM ini telah
dikembangkan dan digunakan untuk memperbaiki kondisi tanah, menekan pertumbuhan
mikroba yang menyebabkan penyakit, dan memperbaiki efisiensi penggunaan bahan organik
oleh tanaman. Pada pembuatan Bokashi sebagai salah satu pupuk organik, bahan EM
meningkatkan pengaruh pupuk tersebut terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
(Ahmadsarbini, 2008).
Bokashi pupuk kandang sapi merupakan salah satu cara dalam mengaplikasikan
teknologi pertanian organik yang berkelanjutan serta berwawasan lingkungan. selain itu
bokasi feses sapi dapat memberikan manfaat dalam menyediakan unsur hara makro maupun
unsur hara mikro bagi tanaman, dapat, memperbaiki struktur tanah, menggemburkan tanah,
sehingga mempermudah pertumbuhan akar pada tanaman dalam penyerapan unsur dan hara
(Efendi et al., 2017).
Pupuk bokashi bisa memperbaiki sifat fisik tanah melalui pembentukan struktur dan
agrerat tanah yang mantap, hal ini berkaitan erat dengan kemampuan tanah dalam infiltrasi air,
mengikat air, meningkatkan kapasitas tukar kation, dan pengatur suhu yang berpengaruh baik
bagi pertumbuhan serta perkembangan pada tanaman. Sedangkan pupuk majemuk NPK
adalah pupuk campuran yang mengandung lebih dari satu macam unsur hara (makro ataupun
mikro)
terutama N, P dan K (Rosmarkam & Yuwono, 2002; Tufaila et al., 2014). Pemberian pupuk
NPK dapat mencakup beberapa unsur sehingga lebih efisien, hal ini yang menjadi keunggulan
pupuk NPK dibandingkan dengan pupuk tunggal (Safei et al., 2014).
Keunggulan dan manfaat pupuk organik bokashi yaitu meningkatkan keragaman,
populasi dan aktivitas mikroorganisme tanah yang menguntungkan, menekan perkembangan
pathogen (bibit penyakit), mengandung unsur hara makro (P,N, K, Mg, Ca, dan S) dan unsur
hara mikro (Cu, Fe, B, Zn serta lain-lain), meningkatkan pH tanah, kandungan humus dalam
tanah bertambah, meningkatkan kegemburan tanah, efisiensi penggunaan pupuk anorganik,
meningkatkan kesuburan dan produksi tanaman. (Wijaya et al., 2017).
BAB III
BAHAN DAN METODE
A. Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum usahatani terpadu dilaksanakan di Lahan Atas Fakultas Pertanian
Universitas Andalas. Praktikum ini dilaksanakan mulai pada tanggal 24 Februari – 11 Juni 2022.
C. Langkah Kerja
1. Budidaya Tanaman Cabai Merah
1) Persiapan Media Tanam
Dikarenakan kondisi tanah yang kurang baik, maka praktikum ini
menggunakan Polybag sebagai pembantu pertumbuhan tanaman. Ukuran polybag yang
digunakan yaitu 35 x 40 cm.Untuk Itu dilakukan pencampuran tanah, pupuk kandang,
dan sekam dengan perbandingan 1:1:1. Dalam satu Kelompok terdapat 80 polybag
2) Penanaman bibit cabai merah
Penanaman bibit dilakukan pagi atau sore hari, hal ini bertujuan untuk
menghindari sinar matahari yang terlalu terik. Bibit ditanam dengan cara menanamkan
akarnya ke dalam tanah yang sudah dicampur di dalam polybag.
3) Pengairan dan penyiraman
Penyiraman sebaiknya dilakukan secara berkala ketika di awal pertumbuhan.
Waktu yang baik untuk penyiraman adalah pagi hari dan sore hari, dengan
menggunakan alat penyiram agar air tersebar dengan merata.
4) Panen
Cabai merah dapat dipanen ketika berusia 60-80 hari. Pemanenan dilakukan
terus menerus setiap 2 atau 3 hari sekali tergantung hasil buah cabai merah. Panen
dilakukan pada saat pagi hari. Setelah dipetik, simpan cabai merah di tempat yang teduh
dan tidak lembab untuk menghindari jamur.
Catatan: Sebaiknya atur suhu jangan sampai terlalu panas supaya tidak terjadi proses
pembusukan yang mengakibatkan bokashi menjadi rusak.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Cabe Merah
No Jenis Biaya
1 Saprodi
a. Tanah 240.000
b. Bibit cabe merah 120.000
c. Pupuk kandang 11.550
d. Polybag 68.000
2 Total Biaya Saprodi 439.550
3 Alat
a. Cangkul 16.000
b. Ember 2.400
4 Total Alat 18.400
5 Total Biaya Keseluruhan 457.950
6 Panen
Prediksi 15 kg 900.000
1 kg Rp 60.000
7 Keuntungan ( pendapatan- 442.050
Biaya)
8 Analisis B/C 1,96
2. Cabe Rawit
No Jenis Biaya
1 Saprodi
a. Tanah 240.000
b. Bibit cabe rawit 120.000
c. Pupuk kandang 11.550
d. Polybag 68.000
2 Total Biaya Saprodi 439.550
3 Alat
a. Cangkul 16.000
b. Ember 2.400
4 Total Alat 18.400
5 Total Biaya Keseluruhan 457.950
6 Panen
Prediksi 20 kg 800.000
1 kg Rp 40.000
7 Keuntungan ( pendapatan-Biaya) 342.050
8 Analisis B/C 1,75
3. Kentang
No Jenis Biaya
1 Saprodi
a. Tanah 240.000
b. Bibit kentang 211.000
c. Pupuk kandang 11.550
d. Polybag 68.000
2 Total Biaya Saprodi 530.550
3 Alat
a. Cangkul 16.000
b. Ember 2.400
4 Total Alat 18.400
5 Total Biaya Keseluruhan 548.950
6 Panen
Prediksi 56 kg 560.000
1 kg Rp 10.000
7 Keuntungan ( pendapatan-Biaya) 11.050
8 Analisis B/C 1,02
4. Kangkung
5. Bunga Mawar
No Jenis Biaya
1 Saprodi
a. Tanah 45.000
b. Bibit bunga mawar 90.000
c. Pupuk kandang 3.850
d. Polybag 12.750
2 Total Biaya Saprodi 151.600
3 Alat
a. Cangkul 16.000
b. Ember 2.400
4 Total Alat 18.400
5 Total Biaya Keseluruhan 170.000
6 Panen
Prediksi 15 polybag 225.000
I polybag Rp 15.000
7 Keuntungan ( pendapatan-Biaya) 55.000
8 Analisis B/C 1,32
6. Bunga Bugenvile
No Jenis Biaya
1 Saprodi
a. Tanah 45.000
b. Bibit Bugenvile 105.000
c. Pupuk kandang 3.850
d. Polybag 12.750
2 Total Biaya Saprodi 166.600
3 Alat
a. Cangkul 16.000
b. Ember 2.400
4 Total Alat 18.400
5 Total Biaya Keseluruhan 185.000
6 Panen
Prediksi 15 polybag 225.000
I polybag Rp 15.000
7 Keuntungan ( pendapatan-Biaya) 40.000
8 Analisis B/C 1,22
7. Ayam
8. Ikan Chana
No Jenis Biaya
1 Saprodi
a. Garam halus 2.000
b. Bibit Chana 300.000
c. Pakan 35.000
d. Terpal 120.000
e. Waring 36.000
Total biaya saprodi 493.000
2 Alat
a. Palu 6.400
b. Gergaji 24.000
Total biaya alat 30.400
3 Total biaya 523.400
keseluruhan
4 Panen : 100 ekor 1.000.000
1 ekor 10.000
5 Keuntungan 476.600
6 Analisis B/C 1.91
9. Bokasi
No Jenis Biaya
1 Saprodi
a. Pupuk kandang 70.000
b. Dolomit 20.000
c. Sekam 40.000
d. Dedak 50.000
e. Gula pasir 4.000
f. Terpal 120.000
g. PHEFOC dan SOC 96.000
Total biaya saprodi 400.000
2 Alat
a. Cangkul 8.000
b. Sekop 11.200
c. Sprayer 8.000
Total biaya alat 27.200
Total biaya keseluruhan 427.200
B. Pembahasan
1. Cabai Merah
Cabai merah (Capsicum anuum L.) merupakan salah satu jenis cabai yang
banyak dibudidayakan di Indonesia. Pada saat ini harga cabai merah meapai harga
Rp.60.000/kg, hal ini memberikan peluang besar untuk dapat memasarkan cabai
merah yang dihasilkan untuk mendapatkan keuntungan yang cukup besar.
Komoditi cabai merah ini ditujukan kepada ibu-ibu rumah tangga dan para pelaku
usaha kuliner yang menggunakan cabai merah sebagai salah satu bahan dalam
pembuatan produknya atau pelengkap dari produk yang dihasilkannya.
Jumlah tanaman cabai yang kami budidayakan setiap kelompok adalah sebanyak
80 bibit cabai. Sehingga diperkirakan hasil panen yang akan diperoleh oleh
kelompok 5 adalah sebanyak 15 kg dengan harga Rp 60.000/kg, sehingga dapat
diperkirakan pendapatan yang akan diperoleh adalah sebesar Rp 900.000.
Total dari biaya keseluruhan dari alat-alat dan berbagai sarana produksi yang
diperlukan dalam kegiatan usahatani cabai merah ini adalah Rp. 457.950. Dengan
begitu dapat diketahui keuntungan yang diperoleh dari kegiatan usahatani cabai
merah ini yaitu sebesar Rp. 442.050 Sehingga dapat diperoleh hasil B/C ratio dari
kegiatan budidaya kangkung ini sebesar 1,96 Artinya usahatani cabai merah ini
layak diusahakan, karena memberikan keuntungan yaitu setiap Rp 1 biaya yang
dikeluarkan akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 1,96.
Adapun target atau sasaran yang akan kami jadikan sebagai tempat untuk
memasarkan komoditi cabai merah ini di antaranya yaitu:
Target Pemasaran Secara Geografi
Komoditi cabai merah ini ditujukan kepada ibu-ibu rumah tangga dan para
pelaku usaha kuliner yang menggunakan cabai merah sebagai salah satu bahan
dalam pembuatan produknya atau pelengkap produk yang dihasilkan, seperti
usaha rumah makan, mie pedas, gorengan, dan lain-lain.
2. Cabai Rawit
Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu jenis cabai
yang banyak dibudidayakan. Saat ini harga cabai rawit juga cukup tinggi
dipasaran sehingga ini dapat dijadikan sebagai peluang untuk memasarkan cabai
rawit yang dihasilkan untuk mendapatkan keuntungan. Komoditi cabai rawit ini
ditujukan kepada ibu-ibu rumah tangga dan para pelaku usaha kuliner yang
menggunakan cabai rawit sebagai salah satu bahan dalam pembuatan produknya
atau pelengkap dari produk yang dihasilkannya.
Jumlah tanaman cabai yang kami budidayakan setiap kelompok adalah
sebanyak 80 bibitcabai. Sehingga diperkirakan hasil panen yang akan diperoleh
oleh kelompok 5 adalah sebanyak 20 kg dengan harga Rp 40.000/kg, sehingga
dapat diperkirakan pendapatan yang akan diperoleh adalah sebesar Rp 800.000.
Total dari biaya keseluruhan dari alat-alat dan berbagai sarana produksi
yang diperlukan dalam kegiatan usahatani cabai rawit ini adalah Rp.457.950.
Dengan begitu dapat diketahui keuntungan yang diperoleh dari kegiatan
usahatani cabai rawit ini yaitu sebesar Rp. 342.050. Sehingga dapat diperoleh
hasil B/C ratio dari kegiatan budidaya kangkung ini sebesar 1,75 Artinya
usahatani cabai rawit ini layak diusahakan, karena memberikan keuntungan
yaitu setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan mendapatkan keuntungan sebesar
Rp 1,75.
Adapun target atau sasaran yang akan kami jadikan sebagai tempat
untuk memasarkan komoditi cabai rawit ini di antaranya yaitu:
Target Pemasaran Secara Geografi
3. Kentang
Kentang (Solanum Tuberosum) merupakan salah satu tanaman yang banyak
dibudidayakan di daerah dataran tinggi. Pada saat ini harga kentang di pasaran
mencapai Rp.10.000/kg sehingga hal ini memberikan peluang yang cukup baik
untuk membudidayakan kentang. Jumlah tanaman kentang yang kami budidayakan
setiap kelompok adalah sebanyak 80 bibit kentang. Sehingga diperkirakan hasil
panen yang akan diperoleh oleh kelompok 5 adalah sebanyak 56 kg dengan harga
Rp 10.000/kg, sehingga dapat diperkirakan pendapatan yang akan diperoleh adalah
sebesar Rp 560.000.
Total dari biaya keseluruhan dari alat-alat dan berbagai sarana produksi
yang diperlukan dalam kegiatan usahatani kentang ini adalah Rp.548.950. Dengan
begitu dapat diketahui keuntungan yang diperoleh dari kegiatan usahatani kentang
ini yaitu sebesar Rp. 11.050, Sehingga dapat diperoleh hasil B/C ratio dari kegiatan
budidaya kangkung ini sebesar 1,02 Artinya usahatani kentang ini layak
diusahakan, karena memberikan keuntungan yaitu setiap Rp 1 biaya yang
dikeluarkan akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 1,02.
4. Tanaman Kangkung
Kegiatan usahatani kangkung yang kami lakukan pada kebun percobaan
Fakultas Pertanian Universitas Andalas berkembang dengan sangat baik dan
mengalami peningkatan pertumbuhan yang signifikan, seperti bertambahnya tinggi
tanaman, pertambahan jumlah daun, dan panjang daun. Benih yang digunakan
dalam budidaya kangkung ini adalah benih kangkung unggul yang mereknya bika.
Benih ini dibeli ditoko pertanian dengan harga Rp5.000/250g. Setiap harinya kami
selalu melakukan kegiatan pemeliharaan terhadap tanaman kangkung dengan
melakukan piket pagi dan sore yang dilakukan secara bergantian oleh setiap
anggota
kelompok 5. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah melakukan
pemyiraman pada pagi hari dan sore hari serta melakukan penyiangan agar
populasi gulma tidak bertambah dan tidak mengganggu pertumbuhan tanaman
kangkung.
Setelah tanaman kangkung berumur 14 hari tanaman kangkung telah siap
untuk dipanen. Cara panennya adalah dengan mencabut seluruh bagian tanaman
atau memotong bagian tanaman dengan memilih tanaman yang sudah optimal.
Setelah semua tanaman kangkung dipanen akan dilakukan penyortiran dan
menggolongkan tanaman kangkung yang daunnya besar dan yang daunnya kecil.
Setelah itu diikat besar-besar maupun langsung degan ukuran ibu jari. Hasil
panen yang diperoleh diperkirakan sebanyak 62 ikat dengan harga jual
kangkung Rp 4.000/ ikat nya sehingga diperkirakan pendapatan yang akan
diperoleh adalah sebesar Rp 248.000. Total dari biaya keseluruhan dari alat-alat
dan berbagai sarana produksi yang diperlukan dalam kegiatan budidaya
kangkung ini adalah Rp. 219.750. Dengan begitu dapat diketahui keuntungan
yang diperoleh dari kegiatan budidaya kangkung ini yaitu sebesar Rp. 28.250
Sehingga dapat diperoleh hasil B/C ratio dari kegiatan budidaya kangkung ini
sebesar 1,13 Artinya usahatani kangkung ini layak diusahakan, karena
memberikan keuntungan bagi pengusaha nya yaitu setiap Rp 1
biaya yang dikeluarkan akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 1,13.
Adapun target yang akan kami jadikan sebagai sasaran untuk tanaman
kangkung ini adalahpasar di sekitar universitas andalas dan para ibu-ibu rumah
tangga di sekitar lingkungan universitas andalas dan area tempat tinggal para
praktikan.
5. Bunga Mawar
Bunga Mawa (Rosa Hybdrida) merupakan salah satu bunga sebagai Prince
of Flower karena keelokan dan keindahannya serta baunya yang harum. Bunga ini
merupakan tanaman tegak dan memiliki tangkai panjang yang berduri pada tiap
sisi tangkai batangnya. Bunga mawar memiliki banyak varietas dan aneka warna
yang menarik. Dikarenakan tingkat permintaan bunga maka kami memilih bunga
mawar sebagai bunga yang dibudidayakan.
Budidaya mawar yang kami lakukan yaitu bunga mawar merah sebanyak
15 bunga dengan harga beli Rp.6.000/bibit. Total dari biaya keseluruhan dari alat-
alat dan berbagai sarana produksi yang diperlukan dalam kegiatan usahatani
kentang ini adalah Rp.170.000. Bunga mawar dijual dengan harga Rp.15.000 per
polybag. Dengan begitu dapat diketahui keuntungan yang diperoleh dari kegiatan
usahatani bunga mawar ini yaitu sebesar Rp. 55.000, Sehingga dapat diperoleh
hasil B/C ratio dari kegiatan budidaya kangkung ini sebesar 1,32 Artinya usahatani
kentang ini layak diusahakan, karena memberikan keuntungan yaitu setiap Rp 1
biaya yang dikeluarkan akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 1,32.
6. Bunga Kertas
7. Ayam
Jenis ayam yang dipilih untuk kami budidayakan adalah ayam KUB
(Kampung Unggul Balitnak). Beberapa pertimbangan yang menjadi alasan bagi
kami untuk memilih jenis ayam KUB adalah karena harga beli ayam yang lebih
murah dan daya tahan yang lebih baik dibandingkan ayam lainnya. Jumlah ayam
yang kami budidayakan per kelompoknya adalah sebanyak 50 ekor, namun 39 ekor
ayam yang mampu bertahan hidup sampai ayam tersebut berhasil dijual, sedangkan
sisa ayam lainnya mati.
Jenis pakan ayam digunakan untuk budidaya ayam ini cukup beragam
sesuai dengan umurdan berat ayam. Pada saat umur ayam 1-16 diberikan jenis
pakan ayam adalah bravo 511 yang harganya Rp 12.000/kg dengan banyak pakan
yang dibutuhkan ½ kg per harinya. Saat ayam sudah berumur 17-50 hari jenis
pakan yang diberikan adalah Novo N-582 yang harganya Rp 7.000/kg dengan
banyak pakan yang dibutuhkan 2 kg per harinya. Saat ayam telah mencapai berat
>500 gr pakan ayam telah boleh dicampur antara dedak dengan Novo N-582. Jadi
dapat diperkirakan selama kegiatan budidaya ayam ini jumlah kebutuhan pakan
ayam adalah sebanyak ± 91 kg dan biaya yang telah dihabiskan untuk membeli
kebutuhan pakan ayam ini adalah sebesar Rp 404.000 .
Total biaya keseluruhan yang dikeluarkan dalam kegiatan budidaya ayam
ini mulai dari segala keperluan untuk membuat kandang ayam, membeli alat-alat
yang dibutuhkan seperti tempat makan dan tempat minum ayam, penyemprot ayam
hingga sarana produksi yang dibutuhkan seperti bibit ayam, pakan, vitamin ayam,
dan sebagainya adalah sebanyak Rp 920.090.
Pada saat ayam telah mencapai berat 800 gr – 1 kg ayam yang telah kami
budidayakan telah dapat dijual. Tempat yang kami pilih untuk menjual ayam yang
kami budidayakan adalah di Pasar Cupak yang berlokasi di Cupak, Kabupaten
Solok. Kami menjual sebanyak 39 ekor ayam dengan harga Rp.60.000/ekor.
Keuntungan yang diperoleh dari kegiata budidaya ayam ini adalah sebanyak Rp
1.419.000 dengan nilai B/C ratio sebesar 2,54. Artinya kegiatan budidaya ayam
ini layak diusahakan, karena memberikan keuntungan yaitu setiap Rp 1 biaya yang
dikeluarkan akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp2,54.
Dalam kegiatan budidaya chana marru ini jumlah bibit ikan yang diusahakan
adalah sebanyak 100 ekor yang harganya Rp 300.000. Treatment yang dilakukan
untuk budidaya ikan yaitu dengan memberikan garam sehari sebelum ikan
dimasukkan ke dalam kolam. Hal ini bertujuan untuk menetralkan pH air.
Dalam melakukan budidaya chana pakan yang digunakan selama budidaya
chana ini adalah cacing sutera dengan memberikan sebanyak 1,5kg/10hari seharga
Rp.35.000. Jumlah pakan chana yang telah dihbiskan dalam kegiatan budidaya
chana ini adalah sebanyak 4,5 kg dengan total harga
Panen chana dilakukan ketika chana sudah dipelihara selama ±1 bulan.
Hasil ikan chana yang diperoleh dari kegiatan budidaya chana ini adalah sebanyak
100 ekor yang kami jual dengan harga Rp 12.000/ekor. Hasil penjualan yang
diperoleh dari kegiatan budidaya ikan chana ini adalah sebanyak Rp 1.200.000.
Hasil panen chana ini kami jual kepada pecinta ikan hias.
Total biaya keseluruhan dari kegiatan budidaya chana ini mulai dari
pembelian sarana produksi adalah sebesar Rp. 523.400. Keuntungan yang
diperoleh dari kegiatan budidaya chana ini adalah sebesar Rp 476.6000 dengan
hasil analisis B/C ratio sebesar 1,91. Artinya kegiatan budidaya chana ini layak
diusahakan, karena memberikan keuntungan yaitu setiap Rp 1 biaya yang
dikeluarkan akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 1,91.
9. Bokasi
Bokashi merupakan salah satu jenis pupuk yang bisa menggantikan peranan
pupuk kimia (anorganik) dalam menambah dan mempertahankan kesuburan tanah
serta memperbaiki kerusakan fisik, biologi, dna kimia tanah yang disebabkan oleh
proses pemumpukan yang berlebihan. Bokashi memiliki manfat seperti
meningkatkan keragaman, populasi dan aktivitas mikroorganisme tanah yang
menguntungkan, menekan perkembangan pathogen, mengandung unsur hara
makro dan unsur hara mikro, meningkatkan pH tanah, serta meningkatkan
kesuburan dan produksi tanaman. Alat yang dibutuhkan dalam pembuatan bokashi
yaitu cangkul, sekop, dan sprayer sedangkan bahan yang dibutuhkan yaitu pupuk
kandang, dolomit, sekam, dedak, gula pasir, terpal, PHEFOC dan SOC. Total
keseluruhan biaya sarana dan produksi yang dibutuhkan untuk pembuatan bokashi
yaitu Rp427.200.
10. Penerapan Sistem Usahatani Terpadu yang Terintegrasi Dalam
Kegiatan Praktikum
Dari sembilan komoditi yang diusahakan, yaitu budidaya tanaman
kangkung, cabai merah, cabai rawit, kentang, bunga mawar, dan bunga kertas serta
budidaya ternak ayam dan budidaya ikan chana dapat dilihat interaksi antar
komponen tersebut dalam mewujudkan sistem usahatani terpadu dengan
memanfaatkan limbah-limbah yang dihasilkan oleh setiap komoditi untuk menunjang
pertumbuhan komoditi lainnya.
Anisyatulusna, I., & Irsan, C. (2021). Pengaruh Tanaman Zinnia elegans Jacq. Yang
Ditanami Di Sekitar Penanaman Cabai Merah (Capsicum annum L.) Spesies
Effect Of Plants Terhadap Keanekaragaman Serangga Fitofag (Doctoral
dissertation,Sriwijaya University)
Isnaeni, S., & Ramadhan, R. A. M. (2021, December). Potensi Budidaya Tanaman
Hias di Kelompok Wanita Tani (KWT) Mawar Bodas. In Prosiding Seminar
Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat (Vol. 1, No. 1, pp. 59-65).
Lubis, S. M. (2011). Teknik Budidaya Dan Analisis Usaha Kangkung Darat (Ipomoea
reptana Poir) Di Kota Pekanbaru (Doctoral dissertation, Universitas Islam
Negeri Sultan Sarif Kasim Riau).
Muslim, M. (2006). Potensi, Peluang dan tantangan Budidaya Ikan Gabus (Channa
striata) Di Provinsi Sumatera Selatan.
Massinai, R., Sudira, P., Mawardi, M., & Darwanto, D. H. (2013). Analisis Sistem
Usahatani Terpadu di Lahan Pasang Surut untuk Mendukung
Pengembangan Agroindustri Wilayah. agriTECH, 33(3), 346-354.
Purtikoningrum, W. (2009). Penggunaan Pupuk Organik Bokashi Ditinjau Dari
Peningkatan Pendapatan Petani Pada Usahatani Padi Varietas Ir 64 Di
Kabupaten Karanganyar.
Purwanto, M. J., Harisudin, M., & Qonita, A. (2016). Strategi Pengembangan
Budidaya Kentang (Solanum Tuberosum L) Di Kecamatan Ngablak
Kabupaten Magelang. SEPA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis,
13(1), 53-62.
Syafar Abidin Pakaya1) , Srisukmawati Zainudin2) , Safriyanto Dako2) 1. Alumni
Program studi peternakan Fakultas pertanian Uuniversitas Negeri Gorontalo 2.
Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
Umah, F. K. (2012). Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati (Biofertilizer) dan Media
Tanam Yang Berbeda Pada Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman
Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) di Polybag
(Doctoral dissertation, UNIVERSITAS AIRLANGGA).
Widianingrum, D. C., Djadmiko, M. W., & Setyawan, H. B. (2019). Pelatihan
Pembuatan Bokashi Dari Kotoran Sapi Bagi Masyarakat Dusun Krahan Desa
Curah Poh Kecamatan Curahdami Kabupaten Bondowoso pembuatan
Prosiding.
LAMPIRAN
2. 25/02-2022 Melakukan
survey harga
bahan-bahan
praktikum
3. 26/02-2022 Praktikum
Minggu ke-2.
Melanjutkan
kegiatan
pembukaan
lahan
4. 02/03-2022 Melakukan
diskusi
kelompok
terkait bahan
yang diperlukan
saat praktikum
serta
pengumpulan
dana untuk
pembuatan
kolam dan
kendang.
5. 03/03-2022 Melakukan
survey ayam di
Raja Monang
dan Dangau
Inspirasi
6. 05/03-2022 Praktikum
Minggu ke-3.
Menyiapkan
media tanam
untuk cabe
merah, cabe
rawit dan
kentang.
7. 05/03-2022 Pengambilan
tanah untuk
polybag dan
melakukan
penanaman
beberapa bibit
cabe.
8. 07/03-2022 Melakukan
pemberian
pupuk dan
menanam bibit
cabe rawit serta
pemberian name
tag pada
polybag.