TEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan percobaan pada praktikum ini adalah mengetahui kadar sulfat yang
terdapat pada suatu sampel.
Prinsip percobaan pada praktikum ini adalah ion sulfat dalam air dengan
penambahan kristal BaCl2 akan membentuk koloid tersuspensi (kekeruhan).
Semakin tinggi konsentrasi sulfat maka cairan akan semakin keruh. Kekeruhan
yang terjadi diukur dengan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 420
nm.
Reaksi:
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sulfat merupakan unsur yang dibutuhkan oleh organisme autrotof dan bakteri
heterotrof serta jamur sebagai sumber nutrisi untuk memenuhi kebutuhan unsur
dihasilkan H2S. Dalam kondisi anaerob, sulfat akan dimanfaatkan oleh bakteri
desulfurikan (bakteri heterotrof) dalam proses respirasi. Sulfat penting dalam
penyediaan air untuk umum maupun untuk industri, karena kecenderungan air
untuk mengandungnya dalam jumlah yang cukup besar untuk membentuk kerak
air yang keras pada ketel dan alat pengubah panas. Sulfat merupakan suatu bahan
yang perlu dipertimbangkan, sebab secara langsung merupakan “penanggung
jawab” dalam dua masalah yang serius yang sering dihubungkan dengan
penanganan dan pengolahan air bekas (Sinaga, 2016).
Sulfat merupakan sejenis anion poliatom dengan rumus SO 42- yang memiliki
massa molekul 96,06 g/mol. Ion sulfat terdiri dari atom pusat sulfur yang
dikelilingi oleh empat atom oksigen dalam susunan tetrahedral. Ion sulfat
bermuatan negatif dua dan merupakan basa konjugat dari ion hidrogen sulfat
(bisulfat), HSO4- dan yang merupakan basa konjugat dari asam sulfat, H2SO4.
Sulfat dapat digunakan untuk menyebut garam dari asam sulfat dan senyawa lain
yang terbuat dari asam tersebut (Sinaga, 2016).
Dalam daur sulfur atau siklus belerang, untuk merubah sulfur menjadi senyawa
belerang lainnya setidaknya ada dua jenis proses yang terjadi, yaitu melalui reaksi
antara sulfur, oksigen dan air serta oleh aktivitas mikroorganisme. Beberapa
mikroorganisme yang berperan dalam siklus sulfur adalah dari golongan bakteri,
antara lain adalah bakteri desulfomaculum dan bakteri desulfibrio yang akan
mereduksi sulfat menjadi sulfida dalam bentuk hidrogen sulfida (H 2S). Kemudian
Sulfur pada air dapat berasal dari siklus sulfur atau belerang. Siklus sulfur adalah
perubahan sulfur dari hidrogen sulfida menjadi sulfur dioksida lalu menjadi sulfat
dan kembali menjadi hidrogen sulfida lagi. Sulfur di alam ditemukan dalam
berbagai bentuk. Dalam tanah sulfur ditemukan dalam bentuk mineral, di udara
dalam bentuk gas sulfur dioksida dan didalam tubuh organisme sebagai penyusun
protein (Widyaningsih, 2013).
Senyawa sulfur dalam bentuk gas akan berdampak buruk bagi kesehatan jika
terhirup. Sulfur sendiri jika telah bereaksi dengan oksigen dan membentuk
senyawa sulfat, ketika terbawa oleh uap air ke angkasa, maka akan menyebabkan
terjadinya hujan asam. Berdasarkan hasil observasi, ditemukan bahwa keadaan air
laut di pesisir pantai telah mengalami perubahan fisik seperti meningkatnya suhu
air, bebatuan dan pasir di dasar air tampak kehitaman. Dilihat dari segi biologis, di
kawasan pesisir pantai tersebut tidak ditemukan satupun hewan maupun
tumbuhan seperti ikan-ikan kecil dan tumbuhan laut. Selain itu, karena limbah
buangan yang panas yang membuat air laut hangat, oleh warga setempat
digunakan sebagai tempat permandian. Masyarakat tidak menyadari bahwa
penyebab utama air hangat yang mereka gunakan sama dengan penyebab
rusaknya perairan tersebut, yaitu adanya limbah yang mengandung bahan-bahan
kimia berbahaya yang diperoleh dari batu bara yang mengandung sulfur. Selain
itu, jika senyawa tersebut bereaksi dengan hidrogen di udara, akan terbentuk
senyawa H2SO4 (asam sulfat) yang menyebabkan terjadinya hujan asam
(Nurhidayah, 2018).
Pada umumnya ada beberapa jenis spektrofotometer yang sering digunakan dalam
analisis secara kimiawi, antara lain (Greenberg, 1992):
1. Spektrofotometri Vis. Sumber energi cahaya spektrofotometri ini adalah cahaya
tampak (visible). Cahaya visible termasuk spektrum elektromagnetik yang
dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah
380 sampai 750 nm.
2. Spektrofotometri UV (ultraviolet). Spektrofotometri UV berdasarkan interaksi
sample dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380 nm,
sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium.
3. Spektrofotometer UV-Vis. Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara
spektrofotometri UV dan Visible. Spektrofotometri UV-Vis ini menggunakan
dua buah sumber cahaya berbeda yaitu, sumber cahaya UV dan sumber cahaya
visible. Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah menggunakan hanya
satu sumber sinar sebagai sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang
dilengkapi dengan monokromator.
Secara umum terdapat dua metode yang dapat digunakan dalam pengolahan
limbah cair, yaitu teknologi pengolahan aktif dan teknologi pengolahan pasif.
Pada teknologi pengolahan aktif (active treatment), proses-proses yang digunakan
adalah netralisasi, aerasi dan pengendapan. Netralisasi adalah proses penambahan
bahan kimia untuk menetralisir pH air agar proses penghilangan besi di air dapat
berjalan dengan baik. Proses aerasi adalah penambahan oksigen dalam air asam
agar besi yang terdapat di dalam air asam bereaksi dengan oksigen dimana
selanjutnya Fe akan dipisahkan melalui proses pengendapan dengan penambahan
bahan kimia koagulan (Harahap, 2017).
30 cm, dengan sedimen impermiabel yang terdiri dari tanah, lempung, mine spoil.
Rawa aerobik cocok dipilih untuk kondisi air yang nett alkaline, karena sistem ini
memberikan aerasi pada air kolam yaitu dengan adanya zona perakaran dari
vegetasi (Harahap, 2017).
Tabel 2.1 Baku Mutu Air Nasional Menurut PP No. 22 Tahun 2021
Kelas
Parameter Satuan Keterangan
I II III IV
Sulfat (SO42-) mg/L 300 300 300 400
Sumber : Peraturan Pemerintah No.22 Tahun 2021
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum sulfat ini antara lain adalah:
1. Magnetic Stirrer 1 set
Berfungsi untuk mengaduk larutan atau sampel yang bertujuan untuk
menghomogenkan larutan tersebut;
2. Gelas ukur 10 ml, 25 ml, 50 ml, masing-masing 1 buah
Berfungsi untuk mengukur volume cairan atau larutan yang akan digunakan;
10. Spatula
Berfungsi untuk mengambil dan memindahkan sampel yang akan di uji;
11. Kuvet spektro
Berfungsi untuk wadah larutan yang akan di ukur absorbsinya pada alat
spektrofotometer.
3.2.1 Bahan
3.2.2 Reagen
Reagen yang digunakan pada praktikum ini adalah larutan Salt Acid yang
berfungsi sebagai larutan buffer untuk menstabilkan pH larutan standar dan juga
larutan sampel yang akan diuji.
3.4 Rumus
Adapun rumus yang digunakan dalam praktikum sulfat ini adalah rumus
pengenceran, yaitu:
V1 × M 1 = V2 × M2
Keterangan:
M1 = Konsetrasi awal
M2 = Konsentrasi akhir
V1 = Volume awal
V2 = Konsentrasi akhir
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data
4.2 Perhitungan
V1 × M 1 = V2 × M2
V1 × 1000 ppm =100 m l× 5 0 ppm
V1 = 5 m l
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0 10 20 30 40 50 60
Keterangan:
x = konsentrasi
y = absorban
4.3 Pembahasan
Praktikum sulfat ini menggunakan sampel air dari irigasi yang terletak di
Kelurahan Cupak Tangah, Kecamatan Pauh, seberang SMA Negeri 9 Padang.
Masyarakat sekitar menggunakan air irigasi sebagai sumber air untuk kegiatan
mencuci, seperti mandi, cuci baju, cuci motor, mengisi kolam ikan, untuk perairan
sawah sekitar, sampai kegiatan MCK. Pengambilan sampel dilakukan pada hari
Jum’at, 23 September 2022, pada pukul 14.48 WIB. Nilai DO yang didapatkan
pada sampel yaitu 4,3 mg/L dan pH yaitu 7,46. Berdasarkan hasil perhitungan
Pada praktikum sulfat, sampel air yang diambil dari irigasi digolongkan pada
kelas dua sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Nilai baku
mutu yang telah ditetapkan pada peraturan diatas untuk konsentrasi sulfat yang
diperbolehkan adalah 300 mg/L pada perairan. Berdasarkan hasil percobaan
didapatkan nilai konsentrasi sulfat pada sampel sebesar 21,8182 mg/L, maka
dapat disimpulkan bahwa sampel yang diuji masih memenuhi baku mutu yang
telah ditetapkan. Dengan demikian, air irigasi tersebut layak digunakan untuk
kegiatan mencuci bagi masyarakat dan tidak berdampak negatif terhadap
lingkungan.
Senyawa sulfur dalam bentuk gas akan berdampak buruk bagi kesehatan jika
terhirup. Pada praktikum sulfat ini, sampel diambil dari air irigasi yang dimana
sumber sulfat pada air tersebut berasal dari air limbah domestik dan air limbah
pencucian motor yang mana akan masuk ke dalam sungai dan akan menguap
menjadi hujan. Air hujan yang terpolusi oleh gas SOx akan membentuk asam
sulfat (H2SO4) yang dapat menyebabkan hujan asam. Hujan asam memiliki
dampak bagi lingkungan berupa rusaknya bangunan, monumen, peralatan publik
hingga tanaman karena bersifat korosif. Bahkan hujan asam akan berdampak bagi
kesehatan manusia yang dapat mengganggu sistem pernapasan manusia, bahkan
dapat menyebabkan kematian.
Teknologi pengolahan limbah cair, yaitu teknologi pengolahan aktif dan teknologi
pengolahan pasif. Pada teknologi pengolahan aktif (active treatment), proses-
proses yang digunakan adalah netralisasi, aerasi dan pengendapan. Netralisasi
adalah proses penambahan bahan kimia untuk menetralisir pH air agar proses
penghilangan besi di air dapat berjalan dengan baik. Proses aerasi adalah
penambahan oksigen dalam air asam agar besi yang terdapat di dalam air asam
bereaksi dengan oksigen dimana selanjutnya Fe akan dipisahkan melalui proses
pengendapan dengan penambahan bahan kimia koagulan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran