Anda di halaman 1dari 8

MODUL 5

ANALISA SULFAT

1. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan konsentrasi ion sulfat dalam
sampel air permukaan dengan metode Turbidimetri.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan
yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi
hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kubik (330 juta mil³) tersedia di
bumi. Kualitas air dapat diukur berdasarkan berbagai parameter air baik fisika,
biologi dan kimia. Air bersih adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan
sehari-hari. Manusia menggunakan air untuk memenuhi kebutuhan yang aktifitasnya
memerlukan air seperti memasak, mencuci, menyiram tanaman dan banyak hal lagi
(Agustina, 2021).

Saat ini, penggunaan air minum dalam kemasan meningkat tajam terbukti bahwa
terdapat lebih dari 350 perusahaan air minum kemasan yang tersebar di Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pengawas Obat dan Makanan, kini ada lebih dari 1.400 jenis
AMDK antara lain Aqua, Club, Cleo dan lain-lain. Sulfat merupakan salah satu ion
dari sekian banyak anion-anion utama yang terdapat di dalam perairan alam. Sulfat
didalam lingkungan seperti air dapat berada secara alamiah atau dari aktivitas
manusia (Ananda, 2019).

Salah satu aspek kimia dalam penentuan kualitas air adalah kadar ion sulfat (SO42-).
Sulfat merupakan sejenis anion poliatom dengan rumus SO42- yang memiliki massa
molekul 96,06 satuan massa atom. Ion sulfat terdiri dari atom pusat sulfur yang
dikelilingi oleh empat atom oksigen dalam susunan tetrahedral. Ion sulfat bermuatan
negatif dua dan merupakan basa konjugat dari ion hidrogen sulfat (bisulfat), HSO4-
dan yang merupakan basa konjugat dari asam sulfat, H2SO4 (Aprianti, 2008 dalam
Editia dkk, 2017).

Pada perairan yang tidak mengalami pencemaran umumnya ditemukan konsentrasi


sulfat antara 10-30 mg/L. Namun akibat kelarutan yang tinggi dari gips, dapat
menyebabkan konsentrasi sulfat dalam air mencapai 100 mg/L. Hal ini sering
Laboratorium Lingkungan (STL 2321 P)

dijumpai pada perairan yang substratnya banyak mengandung gips. Gips merupakan
batuan sedimen, yang terbentuk dari proses kimia di alam dengan bantuan kapur dan
sulfat, maka terbentuk senyawa baru. Adanya kapur yang larut di dalam air atau
tanah, dan adanya sulfat, maka akan terjadi senyawa baru membentuk CaSO4.
Dengan demikian maka konsentrasi sulfat yang tinggi dalam ekosistem air
kemungkinan besar disebabkan oleh aspek geologis. Selain itu emisi pencemar udara
melalui curah hujan juga dapat memberikan kontribusi bagi konsentrasi sulfat dalam
air, meskipun proporsinya relatif sedikit (Barus, 2004 dalam Sinaga, 2016).

Kelebihan sulfat akan menyebabkan masalah bau dan korosi pada pipa yang
diakibatkan dari reduksi sulfat menjadi hidrogen sulfida. H2SO4 merupakan asam
kuat yang selanjutnya dapat bereaksi dengan logam-logam yang merupakan bahan
dari pipa yang dipergunakan untuk mengalirkan air bersih, dan menyebabkan korosi
pada pipa tersebut. Selain itu, sulfat dapat mempengaruhi perubahan rasa air menjadi
rasa pahit dan dapat menimbulkan efek samping jika kadar sulfat dalam air memiliki
konsentrasi yang tinggi. Bahaya ion sulfat apabila dikonsumsi dengan kandungan
sulfat yang cukup besar dapat menyebabkan laxative/diare (Jannah, 2021).

Menurut Permenkes No. 492/MENKES/PER/IV/2010, kadar maksimum sulfat dalam


air minum adalah 250 mg/L. Akan tetapi berdasarkan Permenkes No. 32 tahun 2017
kadar maksimum sulfat yang digunakan air untuk keperluan higiene sanitasi yaitu 400
mg/L. Bahaya ion sulfat apabila dikonsumsi dengan kandungan sulfat yang cukup
besar dapat menyebabkan laxative / diare (Jannah, 2021).

3. ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah:
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Erlenmeyer
2. Hot Plate
3. Kuvet
4. Magnetic Strirrer
5. Pipet kaca
6. Spatula

Laboratorium Air – Analisa Sulfat IV-2


Laboratorium Lingkungan (STL 2321 P)

7. Spektrofotometer
8. Spatula
3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Barium Klorida, BaCl2
2. Larutan Besi Standar
3. Air Suling
4. Larutan Sulfat

4. PROSEDUR PRAKTIKUM
4.1 Prinsip Percobaan
Ion sulfat bereaksi dengan barium klorida dalam suasana asam akan membentuk
suspensi barium sulfat dengan membentuk kristal barium sulfat yang sama besarnya
diukur dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 420 nm.

4.2 Cara Kerja


Adapun flowchart dari prosedur percobaan pada praktikum ini adalah sebagai berikut.

Mulai

Sediakan 8 erlenmeyer

Masukkan 100 ml larutan besi standard dengan ukuran 5-40 mg/L

Masukkan air suling pada masing-masing erlenmeyer hingga volume sama 100 ml

Tambahkan 20 ml larutan buffer pada semua erlenmeyer

Masukkan magnetic stirrer ke dalam erlenmeyer 1 lalu letakkan di atas hot plate

Ulangi langkah di atas hingga erlenmeyer ke-8

Amati hingga larutan buffer tercampur rata

Laboratorium Air – Analisa Sulfat IV-3


Laboratorium Lingkungan (STL 2321 P)

Amati hingga larutan buffer tercampur rata

Tambahkan 1 spatula kristal barium klorida dan aduk selama 60-65 detik

Biarkan sekitar 5 menit

Letakkan di spektrofotometer dan atur panjang gelombang 420 nm

Isi kuvet dengan larutan sulfat

Letakkan kuvet ke dalam spektrofotometer

Catat nilai absorbansi dan transmitansi

Hitung konsentrasi sulfat dan buat grafik

Selesai

Gambar 4.1 Flowchart Prosedur Percobaan Analisa Sulfat dalam Sampel Air Sungai

5. HASIL PERHITUNGAN
5.1 Percobaan 1 Percobaan 1 (Lita Ruth Purba – 200407035)

Sumber: Hasil Praktikum Virtual Labs, 2022

Laboratorium Air – Analisa Sulfat IV-4


Laboratorium Lingkungan (STL 2321 P)

5.2 Percobaan 2 (Cindira Barus – 200407052)


Berdasarkan simulasi virtual labs yang telah dilakukan, berikut adalah hasil
perhitungan yang didapatkan pada percobaan kedua.

Sumber: Hasil Praktikum Virtual Labs, 2022


5.3 Percobaan 3 (Satria Simanjuntak – 200407058)
Berdasarkan simulasi virtual labs yang telah dilakukan, berikut adalah hasil
perhitungan yang didapatkan pada percobaan ketiga.

Sumber: Hasil Praktikum Virtual Labs, 2022

Laboratorium Air – Analisa Sulfat IV-5


Laboratorium Lingkungan (STL 2321 P)

5.4 Percobaan 4 (Kevin Ginting – 200407065)


Berdasarkan simulasi virtual labs yang telah dilakukan, berikut adalah hasil
perhitungan yang didapatkan pada percobaan keempat.

Sumber: Hasil Praktikum Virtual Labs, 2022


5.2 Percobaan 5 (Agnes Sigar - 200407080)
Berdasarkan simulasi virtual labs yang telah dilakukan, berikut adalah hasil
perhitungan yang didapatkan pada percobaan kelima.

Sumber: Hasil Praktikum Virtual Labs, 2022

Rekapitulasi data analisis yang didapatkan dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut.
Tabel 5.1 Data Hasil Perhitungan Sulfat
Percobaan Air Keran (mg/L) Air Permukaan (mg/L)
1 5.55 8.55
2 6.09 7.86
3 6.09 7.86
4 5.55 8.55
5 6.09 7.86
Sumber :Virtual,2022

Laboratorium Air – Analisa Sulfat IV-6


Laboratorium Lingkungan (STL 2321 P)

6. ANALISIS HASIL
Berdasarkan tabel 5.1, nilai konsentrasi sulfat terendah didapatkan saat percobaan
pertama dan ke- 5 (lima) untuk nilai konsentrasi air keran dan berbeda untuk air
permukaan yang terdapat pada percobaan dua,tiga dan lima. Sedangkan, nilai
konsentrasi sulfat tertinggi didapatkan saat percobaan kedua,tiga dan lima (dua) untuk
air keran dan untuk air permukaan perobaan pertama dan ke-5 (lima). Data
konsentrasi sulfat air keran yang didapat berkisar 5,55 – 6,09 mg/L dan konsentrasi
sulfat air tanah didapat berkisar 7,86 – 8,55 mg/L. Dari data tersebut jika
dibandingkan dengan baku mutu menurut Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun
2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
dengan kriteria mutu air berdasarkan kelas untuk kandungan sulfat dalam air keran
dan air permukaan tidak melebihi baku mutu. Dimana konsentrasi sulfat untuk kelas I
adalah 300 mg/L. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa konsentrasi sulfat dalam air
keran dan air permukaan tersebut tidak mengalami pencemaran dan layak untuk
dijadikan air baku untuk air minum.
Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa nilai absorbansi berbanding lurus
dengan konsentrasi. Sehingga, apabila konsentrasi semakin tinggi maka nilai
absorbansi akan semakin tinggi. Sedangkan, untuk nilai transmitansi berbanding
terbalik dengan konsentrasi. Sehingga, apabila konsentrasi semakin tinggi maka nilai
transmitansi akan semakin rendah.

7. KESIMPULAN DAN SARAN


7.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari hasil praktikum ini yaitu sebagai berikut:
1. Data yang diperoleh berdasarkan simulasi virtual labs untuk nilai konsentrasi
sulfat untuk air keran percobaan pertama 5,55 mg/L, percobaan kedua 6,09 mg/L,
percobaan ketiga 6,09 mg/L, percobaan keempat 5,55 mg/L, dan percobaan
kelima 6,09 mg/L.
2. Data yang diperoleh berdasarkan simulasi virtual labs untuk nilai konsentrasi
sulfat untuk air sungai percobaan pertama 8,55 mg/L, percobaan kedua 7,86
mg/L, percobaan ketiga 7,86 mg/L, percobaan keempat 8,55 mg/L, dan percobaan
kelima 7,86 mg/L.
3. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2021 tentang

Laboratorium Air – Analisa Sulfat IV-7


Laboratorium Lingkungan (STL 2321 P)

Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dengan


kriteria mutu air berdasarkan kelas untuk sulfat air keran dan air permukaan yang
didapat tidak melebihi baku mutu yang ada. Dari hal tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa air keran dan air permukaan tersebut layak untuk dikonsumsi.

7.2 Saran
Adapun saran dari praktikum ini yaitu sebagai berikut:
1. Sebaiknya kedepannya virtual labs ini menggunakan dua bahasa agar mahasiswa
juga dapat lebih mengerti baik prosedur pengerjaan maupun modul beserta test
yang sudah disediakan virtual labs.
2. Sebaiknya praktikan lebih memahami materi mengenai analisa sulfat saat
praktikum berlangsung.
3. Sebaiknya pada bagian teori pada virtual labs lebih banyak ditambahkan referensi
agar praktikan lebih mudah memahami materi analisa sulfat

Laboratorium Air – Analisa Sulfat IV-8

Anda mungkin juga menyukai