Anda di halaman 1dari 9

MODUL 1

CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD)

1. TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan Chemical Oxygen Demand
(COD) dari sampel air permukaan.

2. TINJAUAN PUSTAKA
Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang
diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71%
permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi. Kualitas air
dapat diukur berdasarkan berbagai parameter air baik fisika, biologi dan kimia. Air
bersih adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan sehari-hari. Manusia
menggunakan air untuk memenuhi kebutuhan yang aktivitasnya memerlukan air seperti
memasak, mencuci, menyiram tanaman dan banyak hal lagi (Agustina, 2021).

Menurut Wicheisa (2018), COD merupakan jumlah oksigen dalam mg/l yang digunakan
untuk menguraikan bahan organik di dalam air secara kimiawi. Semakin tinggi COD,
maka semakin rendah kandungan oksigen terlarut dalam air. COD menggambarkan
jumlah total oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi,
baik yang dapat didekomposisi secara biologis (biodegradable) maupun yang sukar
didekompsisi secara biologis (non biodegradable).

Chemical Oxygen Demand (COD) atau yang biasa diartikan sebagai kebutuhan oksigen
kimia (KOK) adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat- zat
organik yang ada dalam air. Atau dengan kata lain adalah banyaknya oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat- zat organik. Atau bahan buangan di dalam air
menjadi dan . COD merupakan salah satu parameter yang paling banyak
digunakan karena hasil yang cepat dan memperhitungkan bahan-bahan organik yang
tidak mudah terurai secara hayati (Kustiasih, 2016).

Dalam COD, zat pengoksidasi yang kuat seperti kalium dikromat dalam media asam
digunakan untuk oksidasi kimia bahan organik. Ini diukur dalam mg/l atau ppm. Dalam
hal ini bahan buangan organik akan dioksidasi oleh Kalium Bikromat atau K₂Cr₂O₇
menjadi gas CO₂ dan H₂O serta jumlah ion crhom. K₂Cr₂O₇ digunakan sebagai sumber
oksigen. Warna larutan air lingkungan yang mengandung bahan buangan organik
Laboratorium Lingkungan (STL 2321 P)

sebelum reaksi oksidasi adalah kuning. Setelah reaksi oksidasi selesai maka akan
berubah menjadi hijau. Jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk reaksi oksidasi terhadap
barang buangan organik sama dengan jumlah kalium bikromat. Makin banyak kalium
bikromat yang dipakai pada reaksi oksidasi berarti makin banyak oksigen yang
diperlukan. Ini berarti air lingkungan makin banyak tercemar oleh bahan buangan
organik (Andika, 2020).

Menurut Boyd (1990) dalam Nuraini, dkk (2019), bahan organik yang ada sengaja di
urai secara kimia menggunakan oksidator kuat biasanya menggunakan K₂Cr₂O₇ pada
suasana asam dan panas menggunakan katalisator perak sulfat. Menurut Atima (2015)
dalam Nuraini, dkk (2019) prinsip pengukuran COD adalah penambahan sejumlah
tertentu kalium dikromat sebagai oksidator pada sampel (dengan volume tertentu) yang
ditambahkan perak sulfat sebagai katalisator kemudian dipanaskan beberapa waktu
tertentu. Kelebihan kalium dikromat dititrasi sehingga bisa diketahui banyaknya kalium
dikromat yang dipakai untuk mengoksidasi bahan organik dalam sampel sehingga nilai
COD dapat dihitung.

Menurut Alviomora (2018). Dampak COD terhadap kesehatan manusia akibat dari
konsentrasi COD yang tinggi dalam badan air menunjukkan bahwa adanya bahan
pencemar organik dalam jumlah tinggi jumlah mikroorganisme baik secara patogen dan
tidak patogen yang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit untuk manusia. COD
bukan hanya berdampak terhadap manusia saja, melainkan juga berdampak terhadap
lingkungan. Konsentrasi COD yang tinggi dapat menimbulkan dan menyebabkan
kandungan oksigen terlarut didalam badan air menjadi rendah, bahkan habis. Faktor ini
dapat mengakibatkan oksigen sebagai sember kehidupan bagi makhluk yang berada
didalam air seperti hewan dan tumbuhan air, tidak dapat terpenuhi sehingga makhluk air
tersebut bisa terncam mati dan tidak dapat berkembang biak dengan baik.

3. ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Labu bulat
2. Buret
3. Gelas erlenmeyer 250 ml
4. Pipet volume 5 ml

Laboratorium Air – Analisa COD I-2


Laboratorium Lingkungan (STL 2321 P)

5. Digestion vessel
6. Corong;
7. Pipet tetes
8. COD reactor dan transformer
9. Botol BOD

3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Sampel air sungai 10 ml
2. Larutan MgSO4
3. Larutan digesti K2Cr2O7
4. Aquadest
5. Reagen Asam Sulfat-Perak Sulfat
6. Indikator Ferroin
7. Larutan FAS 0,025 M.

4. PROSEDUR PRAKTIKUM
4.1 Prinsip Percobaan
Senyawa organik dalam air dioksidasi oleh larutan Kalium Dikromat dalam suasana
asam pada temperatur 150°C. Kelebihan Kalium Dikromat dititrasi oleh larutan Ferro
Ammonium Sulfat (FAS) dengan indikator Ferroin.

4.2 Cara Kerja


Adapun flowchart dari prosedur percobaan analisa zat padat untuk mencari nilai COD
adalah sebagai berikut:

. Mulai

Masukkan 2,5 ml sampel air permukaan ke dalam tabung reaksi

Tambahkan 1,5 ml larutan digesti

Laboratorium Air – Analisa COD I-3


Laboratorium Lingkungan (STL 2321 P)

Tambahkan ke dalam larutan tersebut 3,5 ml Ag S 4


Ag₂SO₄

Aduk larutan tersebut hingga homogen

Letakkan tabung yang berisi larutan tadi ke dalam COD


reaktor

Kemudian panaskan pada suhu 150°C selama 2 jam lalu

Setelah dingin tambahkan 3 tetes indikator ferroin

Titrasi dengan larutan FAS 0,05 N hingga terjadi perubahan


warna dari biru

Ya

Catat hasilnya

Lakukan percobaan blanko dengan cara seperti

Selesai

Gambar 4.1 Flowchart Prosedur Percobaan Analisa COD

Laboratorium Air – Analisa COD I-4


Laboratorium Lingkungan (STL 2321 P)

5. HASIL PERHITUNGAN
5.1 Percobaan 1 (Lita Ruth Purba - 200407035)
Berdasarkan simulasi virtual labs yang telah dilakukan, berikut adalah hasil perhitungan
yang didapatkan pada percobaan pertama.

Sumber: Hasil Praktikum Virtual Labs, 2022

5.2 Percobaan 2 (Cindira Barus - 200407052)


Berdasarkan simulasi virtual labs yang telah dilakukan, berikut adalah hasil perhitungan
yang didapatkan pada percobaan kedua.

Sumber: Hasil Praktikum Virtual Labs, 2022

Gambar 5.3 Grafik Konsentrasi Sulfat vs Absorbansi


Sumber: Hasil Praktikum Virtual Labs, 2022

5.3 Percobaan 3 (Satria Simanjuntak - 200407058)


Berdasarkan simulasi virtual labs yang telah dilakukan, berikut adalah hasil perhitungan
yang didapatkan pada percobaan ketiga.

Laboratorium Air – Analisa COD I-5


Laboratorium Lingkungan (STL 2321 P)

Sumber: Hasil Praktikum Virtual Labs, 2022

5.4 Percobaan 4 (Kevin Ginting – 200407065)


Berdasarkan simulasi virtual labs yang telah dilakukan, berikut adalah hasil perhitungan
yang didapatkan pada percobaan keempat.

Sumber: Hasil Praktikum Virtual Labs, 2022

5.5 Percobaan 5 (Agnes Sigar - 200407084)


Berdasarkan simulasi virtual labs yang telah dilakukan, berikut adalah hasil perhitungan
yang didapatkan pada percobaan kelima.

Laboratorium Air – Analisa COD I-6


Laboratorium Lingkungan (STL 2321 P)

Sumber: Hasil Praktikum Virtual Labs, 2022

Adapun rekapitulasi untuk setiap hasil percobaan didapat Nilai COD seperti pada tabel
5.1
Tabel 5.1 Data Hasil Perhitungan Analisa COD
Hasil Pembacaan Buret
Nama Volume FAS Kadar COD
Kelompok Awal Akhir (ml) (mg/l)
(ml) (ml)

Lita Purba Blank 0 13.7 13.7


100
(20-035) Water Sample 0 8.7 8.7
Cindira Barus Blank 0 13.7 13.7
100
(20-052) Water Sample 0 8.7 8.7
Satria Blank 0 14.6 14.6
91
(20-058) Water Sample 0 10 10
Kevin Ginting Blank 0 14.1 14.1
94
(20-065) Water Sample 0 9.4 9.4
Agnes Sigar Blank 0 14.1 14.1
94
(20-084) Water Sample 0 9.4 9.4
Sumber: Hasil Praktikum Virtual Labs, 2022

6. ANALISIS HASIL
Berdasarkan tabel 5.1 nilai konsentrasi COD terendah didapat pada percobaan pertama
dan tertinggi didapat pada percobaan pertama dan 2 (dua). Data konsentrasi COD air
permukaan yang didapat berkisar 91-100 mg/l. Dari data tersebut jika dibandingkan

Laboratorium Air – Analisa COD I-7


Laboratorium Lingkungan (STL 2321 P)

dengan baku mutu menurut Peraturan Pemerintah nomor 22 tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sudah melebihi batas
untuk air kelas 1 samapai 4 dimana kelas 1 seharusnya nilai COD yaitu 10 mg/L,kelas II
sebesar 25 mg/L,kelas III 40 mg/l,dan untuk kelas IV sebesar 80 mg/L.

COD menggambarkan jumlah total bahan organik yang ada. Tingginya nilai COD pada
lokasi ini disebabkan lokasi yang sangat dekat dengan pengolahan limbah, sehingga telah
terkontaminasi (Putra dkk, 2019). Berdasarkan pernyataan tersebut bahwa konsentrasi
COD pada air permukaan tersebut sangat berdekatan dengan pengolahan limbah. Hal ini
perlu segera dilakukan penanganan, sehingga bisa mengembalikan kembali kondisi air
permukaan ke batas normal dan dapat dimanfaatkan kembali dengan aman oleh warga
sekitar. Apabila COD melebihi baku mutu maka semakin rendah kandungan oksigen
dalam air.

Dari hasil yang diperoleh jika dibandingan dari penelitian Putra dkk (2019) dengan hasil
virtual mengenai analisis COD pada air permukaan diperolah hasil yang sama yaitu
mengalami tingkat pencemaran air yang berat karena hasil yang diperoleh telah melebihi
baku mutu yang ada.

7. KESIMPULAN DAN SARAN


7.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari hasil praktikum ini yaitu sebagai berikut:
1. Data yang diperoleh berdasarkan simulasi virtual labs untuk nilai konsentrasi COD
percobaan pertama 100 mg/L, percobaan kedua 100 mg/L, percobaan ketiga 91
mg/L, percobaan keempat 94 mg/L dan percobaan kelima 94 mg/L.
2. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 22 tahun 2021 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dengan kriteria mutu air berdasarkan
kelas untuk COD air permukaan, maka untuk percobaan ke-1, ke-2, ke-3, ke-4, dan
ke-5 yang didapat telah melebihi baku mutu yang ada dan bahkan sudah melewati
kriteria mutu air kelas I, II, III, dan IV. Dimana, konsentrasi COD untuk air sungai
tersebut sudah mengalami tingkat pencemaran air dengan kategori pencemaran berat,
yang mana pencemaran berat dikatakan apabila nilai COD > 16 mg/L. Sehingga jika
dilihat dari hasil yang didapatkan, maka air sungai yang diuji tidak layak digunakan
sebagai air baku untuk diminum sehingga harus adanya pemantauan dan pengolahan
agar polutan yang ada di air permukaan tersebut dapat berkurang agar dapat

Laboratorium Air – Analisa COD I-8


Laboratorium Lingkungan (STL 2321 P)

dimanfaatkan dan dikonsumsi kembali oleh masyarakat sekitar

7.2 Saran
Adapun saran pada praktikum ini adalah:
1. Sebaiknya praktikan memahami terlebih dahulu modul yang akan dilakukan
praktikumnya.
2. Sebaiknya praktikan lebih aktif pada saat mengikuti praktikum.
3. Sebaiknya virtual labs lebih meningkatkan kualitas logika pemrograman, agar ketika
praktikan melakukan percobaan analisa COD yang sama berulang-ulang akan
menghasilkan data yang berbeda.

Laboratorium Air – Analisa COD I-9

Anda mungkin juga menyukai