Anda di halaman 1dari 8

A.

Judul Praktikum : Indeks Kualitas Air “Perhitungan Parameter Laboratorium”

B. Landasan Teori

Menurut Agnes (2005), Biochemical Oxygen Demand (BOD) merupakan salah satu
parameter yang dapat dijadikan tolak ukur beban pencemaran suatu perairan. Pemeriksaan
BOD sangat penting untuk menelusuri aliran pencemaran karena dapat menentukan beban
pencemaran akibat air buangan dan mendesain sistem pembuangan secara biologis bagi air
tercemar (Ramadhani A, 2022). Menurut Sastrawijaya T.A (2009) BOD merupakan
indikator pencemaran air, semakin tinggi BOD berarti derajat pengotoran limbah cair
semakin besar. Tingginya angka BOD pada inlet maupun outlet disebabkan karena limbah
cair termasuk limbah cair rumah tangga yang diketahui banyak mengandung zat organik.
Zat organik inilah yang akan mengalami dekomposisi oleh bakteri aerob. Semakin banyak
zat organik dalam limbah cair semakin besar pula kebutuhan terhadap oksigen, berarti BOD
semakin tinggi. Selain itu tingginya angka BOD dapat pula disebabkan oleh proses
pengolahan yang tidak sempurna (Andika B, 2020).
BOD (Biochemical Oxygen Demand) didefinisikan sebagai banyaknya oksigen yang
diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan bahan organik pada kondisi aerobik
(Ramadhani A, 2022). Biological Oxygen Demand (BOD) atau kebutuhan oksigen biologis
adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan organisme hidup di dalam air lingkungan untuk
memecah (mendegradasi/mengoksidasi) bahanbahan buangan organik yang ada di dalam air
lingkungan tersebut (Khairina Y, 2020).
Pengukuran BOD di perairan dapat bermanfaat untuk mendapatkan informasi
berkaitan tentang jumlah beban pencemaran yang terdapat diperairan akibat air buangan
penduduk atau industri, dan untuk merancang sistem pengolahan biologis di perairan yang
tercemar tersebut (Daroini T, 2020). Selain itu Nilai BOD bermanfaat untuk mengetahui
apakah air limbah tersebut mengalami biodegradasi atau tidak, yakni dengan membuat
perbandingan antara nilai BOD dan COD. Oksidasi berjalan sangat lambat dan secara
teoritis memerlukan waktu tak terbatas. Dalam waktu 5 hari (BOD5), oksidasi organik
karbon akan mencapai 60%-70% dan dalam waktu 20 hari akan mencapai 95% (Khairina Y,
2020).
Konsentrasi BOD di lingkungan dapat berasal dari berbagai sumber, antara lain air
limbah industri dan domestik (rumah tangga), limpasan pertanian, dan dekomposisi alami
bahan organik di badan air. Diketahui bahwa sumber penghasil limbah cair terbesar di setiap
negara adalah dari hasil aktivitas dari rumah tangga dan salah satu parameter dalam limbah
rumah tangga tersebut adalah BOD (Astuti D, 2022).
Menurut Bhutiani (2019), BOD atau (Biological Oxygen Demand) adalah suatu
karakteristik yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh
mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik
dalam kondisi aerobik. BOD sebagai suatu ukuran jumlah oksigen yang digunakan oleh
populasi mikroba yang terkandung dalam perairan sebagai respon terhadap masuknya
bahan organik yang dapat diurai, BOD yang lebih tinggi juga dapat mengakibatkan
penipisan oksigen dari air limbah dan kondisi anaerobik dalam air limbah (Astuti D, 2022).
C. Prinsip Kerja
Oksigen terlarut bereaksi dengan ion mangan (II) dalam suasana basa menjadi
hidroksida mangan dengan valensi yang lebih tinggi (Mn IV) Dengan adanya ion
yodida (I-) dalam suasana asam, ion mangan (IV) akan kembali menjadi ion mangan
(II) dengan membebaskan yodin (I2) yang setara dengan kandungan oksigen terlarut.
Yodin yang terbentuk kemudian dititrasi dengan sodium thiosulfat dengan indikator
amilum.
Penentuan nilai BOD sampel dilakukan dengan metode titrasi winkler. Prinsip
penentuan nilai BOD dengan metode titrasi winkler adalah titrasi iodometri (modifikasi
azida). Pada metode ini, volume yang akan ditentukan adalah volume larutan natrium
thiosulfat (Na2S2O3) yang digunakan untuk titrasi iodium (I2) yang dibebaskan. Prinsip
pengukuran BOD yaitu sejumlah sampel uji ditambahkan kedalam larutan pengencer
jenuh oksigen yang telah ditambah larutan nutrisi, kemudian diinku basi dalam
ruang gelap pada suhu 20oC ± 3oC selama 5 hari. Nilai BOD dihitung berdasarkan
selisih konsentrasi oksigen terlarut pada 0 (nol) hari dan 5 (lima) hari (Andika B,
2020).
D. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Perhitungan Parameter
BOD di Laboratorium yaitu :
1. Alat : 2. Bahan :
a. Botol Winkler a. Mangan Sulfat (MnSO4)
b. Buret Mikro 2 mL b. Natrium Hidroksida (NaOH)
c. Pipet Volume 5, 10 dan 50 mL c. Na Iodida/Kalium Iodida (KI)
d. Pipet Ukur d. Amilum/Kanji
e. Gelas Piala e. Asam Sulfat (H2SO4)
f. Erlenmeyer f. Alkali Diodida
g. Labu Ukur g. Aquadest
h. Kalium Dikromat K2Cr2O7)
i. Sodium Thiosulfat (Na2S2O3)
E. PROSEDUR KERJA
Adapun prosedur kerja dalam praktikum Perhitungan Parameter BOD di
Laboratorium yaitu :
1. Larutan thiosulfat dengan kalium dikromat
a. Masukan 80 mL Aquadest, 1 mL asam sulfat (H2SO4), 10 mL kalium dikromat
(K2Cr2O7)
dan 1 gram kalium iodida ke dalam erlenmeyer. Aduk sampai larut dan simpan di
tempat
gelap selama 6 menit.
b. Menitrasi sampel larutan thiosulfat dengan menambahkan sodium thiosulfat sebanyak
2 mL, sampai terjadi perubahan warna.
c. Menambahkan kembali larutan indikator amilum/kanji sampai warna biru tepat hilang.
d. Lakukan perhitungan normalitas larutan Na2SO4 dengan rumus :
N 2 xV 2
N - Na2S2O3= V1
Ket :
N adalah normalitas Na2S2O3
V1 adalah mL Na2S2O3 yang digunakan
N2 adalah normalitas K2Cr2O7
V2 adalah mL K2Cr2O7
2. Larutan sampel air
a. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Perhitungan Parameter
BOD di Laboratorium.
b. Menuangkan sampel air ke dalam botol winkler dan membaginya menjadi 2 botol, satu
botol digunakan sebagai pengukuran hari ke-0 dan botol lainnya untuk hari ke-5. Tuang
hingga meluap, usahakan tidak terjadi gelembung di dalamnya kemudian tutup rapat.
c. Masukan mangan sulfat (MnSO4) dan alkali diodia masing-masing 1 mL untuk
memisahkan oksigen yang ada, diamkan 15-20 menit sampai terbentuk endapan
berwarna coklat.
d. Menambahkan 1 mL asam sulfat (H2SO4) pekat melalui sisi leher botol menggunakan
pipet ukur untuk melepaskan ikatan DO, homogenkan larutan hingga sempurna dan
berubah warna kekuningan.
e. Mengambil larutan sampel air sebanyak 50 mL menggunakan gelas ukur, masukan ke
dalam erlenmeyer 150 mL.
f. Menitrasi kembali larutan sampel air menggunakan Na2S2O3 dengan indikator
amilum/kanji sampai warna biru tepat hilang.
g. Lakukan perhitungan dengan rumus :
V X N X 8000 X F
Oksigen Terlarut (mg/L) =
50
Ket :
V adalah mL Na2S2O3
N adalah Normalitas Na2S2O3
F adalah faktor (volume botol dibagi volume botol dikurangi pereaksi MnSO4

dan alkali iodida


Perhitungan BOD (mg/L) = DOo – DO5
Ket :
DOo adalah oksigen terlarut hari ke - 0
DO5 adalah oksigen terlarut hari ke – 5 setelah inkubasi pada suhu 200C
F. Hasil Uji/Data
Adapun hasil uji/data dari praktikum Indeks Kualitas Air Perhitungan
Parameter Lapangan dan Laboratorium ini yaitu :
Parameter Satuan Baku Mutu Hasil Hasil Hasil Score
(1) (2) (3)
Bau Tidak
berbau
Warna TCU
pH 6-9 7,5 7,55 7,55 0
Suhu Drjt C 29+- 3 30,4 30,2 30,2 0
TDS mg/L 1.000 200 199 199 0
DO mg/L 4 8,064 7,050 8,000 0
NH3 mg/L 0,2 0,14 0,10 0,12 -20
BOD mg/L 3 4,032 3,994 4,000 -20
E Coli MPN/ 1.000 44 40 42 0
100 ml
Total MPN/ 5000 2.400 2.000 2.200 0
Coliform 100 ml
-40
G. Perhitungan
Adapun perhitungan dari praktikum Indeks Kualitas Air Parameter Lapangan
dan Laboratorium ini yaitu :
1. Perhitungan Storet
a. pH :
Max : 7,55 (0)
Min : 7,5 (0)
Rr : 7,53 (0)
Total : 0
b. Suhu :
Max : 30,4 (0)
Min : 30,2 (0)
Rr : 30,26 (0)
Total : 0

c. TDS :
Max : 200 (0)
Min : 199 (0)
Rr : 199,3 (0)
Total : 0 mg/L
d. DO :
Max : 8,064 (0)
Min : 7,050 (0)
Rr : 7,704 (0)
Total : 0 mg/L
e. NH3 :
Max : 0,14 (-4)
Min : 0,10 (-4)
Rr : 0,12 (-12)
(-20 mg/L)
f. BOD :
Max : 4,032 (-4)
Min : 3,994 (-4)
Rr : 4,008 (-12)
(-20 mg/L)
g. E. Coli :
Max : 44 (0)
Min : 40 (0)
Rr : 42 (0)
Total : (0 MPN/100 ml)
h. Total Coliform :
Max : 2.400 (0)
Min : 2.000 (0)
Rr : 2.200 (0)
Total : (0 MPN/100 ml)
2. Perhitungan Pollution Indeks (IP)
Parameter Baku Mutu Ci/Lij Ci/Lij (baru)
pH 7,53/15 0,502 0,502
Suhu 30,26/29 1,04 1,08
TDS 199,3/1000 0,19 0,19
DO 8,064/4 2,016 2,522
NH3 0,14/0,2 0,7 0,7
BOD 4,032/3 1,344 1,641
E. Coli 44/1.000 0,044 0,044
Total Coliform 2.400 /5.000 0,48 0,48
Ci/Lij (Rata-rata) 0,894
Ci/Lij (Maksimal) 2,522
Nilai IP 1,891
Rumus IP = (2,522)2+ (0,894)2 : 2
6,360 + 0,799 : 2
7,159 : 2 = 3,579 = 1,891 (Cemar Ringan)
H. Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan uji kulaitas air dengan menggunakan metode
modifikasi azida atau iodometri dengan sampel air yang diambil dari sungai Lalove
pada hari Minggu, 11 Juni 2023 pukul 16.20 WITA. Perhitungan sampel air ini
dilakukan dengan menggunakan 2 metode, yang pertama menggunakan metode
storet dan metode indeks pollution.
Metode storet merupakan metode yang umum digunakan untuk menentukan
status mutu air atau pencemaran perairan. Penggunaan metode ini dapat mengetahui
parameter-parameter yang diuji telah memenuhi atau melebihi baku mutu air sesuai
dengan peruntukannya (Yusnita E, 2020). Berdasarkan hasil perhitungan
menggunakan metode storet diperoleh jumlah skor dari masing-masing parameter
yaitu, untuk parameter pH, suhu, TDS, DO, E. Coli dan Total Coliform didapatkan
jumlah skornya sebesar 0. Sedangkan untuk parameter NH3 dan BOD diperoleh
jumlah skornya sebesar -20. Maka total hasil skor dari semua parameter diatas
berjumlah -40, sehingga dapat terindikasi bahwa sungai tempat diambilnya sampel
air tersebut masuk pada klasifikasi tercemar berat. Hal ini sesuai dengan Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 15 Tahun 2003 yang mengklasifikasikan
status mutu air menjadi 4 kelas, diantaranya kelas cemar berat dengan skor > -31.
Indeks Pencemaran (IP) digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran
relatif terhadap parameter kualitas air yang diizinkan. IP dapat memberi masukan
kepada pengambil keputusan agar dapat menilai kualitas badan air untuk suatu
peruntukan, serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kualitas jika terjadi
penurunan akibat kehadiran senyawa pencemar. Metode IP sering digunakan
bersamaan dengan metode STORET sebagai perbandingan penentuan status mutu
air menggunakan parameter kualitas air yang sama. Penggunaan kedua metode ini
dapat menghasilkan output yang berbeda karena ada pembobotan tiap-tiap parameter
yang berbeda (Aristawidya M, 2020). Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan
metode Indeks Pollution diperoleh hasil ci/lij maksimal sebesar 2,522, untuk ci/lij
rata-rata sebesar 0,894. Maka didapatkan nilai dari Indeks Pollution (IP) sebesar
1,891 yang terindikasi cemar ringan, hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup No. 15 Tahun 2003 yang juga mengklasifiksikan
evaluasi nilai IP untuk cemar ringan dengan nilai rentan 1,0 < Ipj , 5,0.
I. Kesimpulan dan Saran
1. Biological Oxygen Demand (BOD) atau kebutuhan oksigen biologis adalah
jumlah oksigen yang dibutuhkan organisme hidup di dalam air lingkungan untuk
memecah (mendegradasi/mengoksidasi) bahan-bahan buangan organik yang ada di
dalam air lingkungan tersebut. Pengukuran BOD di perairan bermanfaat untuk
mendapatkan informasi tentang jumlah beban pencemaran yang terdapat diperairan.
2. Oksigen terlarut bereaksi dengan ion mangan (II) dalam suasana basa menjadi
hidroksida mangan dengan valensi yang lebih tinggi (Mn IV). Dengan adanya ion
yodida (I-) dalam suasana asam, ion mangan (IV) akan kembali menjadi ion mangan
(II) dengan membebaskan yodin (I2) yang setara dengan kandungan oksigen terlarut.
3. Alat yang digunakan dalam praktikum Perhitungan Parameter BOD di Laboratorium
yaitu, Botol Winkler, Buret Mikro 2 mL, Pipet Volume 5, 10 dan 50 mL, Pipet Ukur, Gelas
Piala, Erlenmeyer dan labu ukur. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu, Mangan Sulfat
(MnSO4), Natrium Hidroksida (NaOH), Na Iodida/Kalium Iodida (KI), Amilum/Kanji,
Asam Sulfat (H2SO4), Alkali Diodida, Aquadest, Kalium Dikromat K2Cr2O7) dan Sodium
Thiosulfat (Na2S2O3).

4.

5. Adapun hasil uji/data dari praktikum Indeks Kualitas Air Perhitungan Parameter
Lapangan dan Laboratorium ini yaitu,Bau (Tidak Berbau), Warna (Tidak
Berwarna), pH (7,53), Suhu (30,26 drjt C), TDS (199,3), DO (8,064), NH3
(0,14), BOD (4,032), E.Coli (44), Total Coliform (2.400).

6. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode storet diperoleh jumlah skor


-40, sehingga dapat terindikasi bahwa sungai tempat diambilnya sampel air tersebut
masuk pada klasifikasi cemar berat. Sedangkan hasil perhitungan menggunakan
metode IP didapatkan hasil 1,891 (cemar ringan).

7. Pada praktikum ini dilakukan uji kulaitas air dengan menggunakan metode
modifikasi azida atau iodometri dengan sampel air yang diambil dari sungai Lalove
pada hari Minggu, 11 Juni 2023 pukul 16.20 WITA. Perhitungan sampel air ini
dilakukan dengan menggunakan 2 metode, yang pertama menggunakan metode
storet dan metode indeks pollution. Metode IP sering digunakan bersamaan dengan
metode Storet sebagai perbandingan penentuan status mutu air menggunakan
parameter kualitas air yang sama.

Anda mungkin juga menyukai