Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISA COD (CHEMICAL OXYGEN DEMAND)

Oleh :
Bimo Surya Lesmana
XII - Analis Kimia A

SMKN 1 BONTANG TAHUN 2020/2021


ANALIS KIMIA
I. Judul
Analisa COD (Chemical Oxygen Demand) pada sampel air limbah danau
II. Tujuan
1) Siswa dapat menganalisis COD didalam sampel dengan benar
2) Siswa mengetahui prosedur analisa COD dengan baik
3) Siswa mampu menetapkan kadar COD dalam sampel air
III. Prinsip kerja
Zat organik dalam sampel air dioksidasi oleh larutan K2Cr2O7 standar berlebih
dalam suasana asam dan panas. Kemudian K2Cr2O7 sisa dititrasi dengan larutan
(NH4)2Fe(SO4)2 oleh bantuan indikator ferroin sampai terjadi perubahan warna dari
biru hijau menjadi merah kecoklatan.
IV. Dasar Teori
Chemical Oxygen Demand atau kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah
oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam air dapat teroksidasi
melalui reaksi kimia. Dalam hal ini bahan buangan organik akan dioksidasi oleh
kalium bikromat (K2Cr2O7) dalam keadaan asam menjadi gas kabondioksida (CO2)
dan air (H2O) serta sejumlah ion krom. Kalium bikromat digunakan sebagai sumber
oksigen (oxidizing agent).
Jumlah oksigen yang diperlukaan untuk reaksi oksidasi terhadap bahan buangan
organik sama dengan jumlah kalium bikromat yang terpakai pada reaksi oksidasi,
maka makin banyak oksigen yang dibutuhkan, berarti air lingkungan makin banyak
tercemar oleh bahan buangan organik.
Chemical Oxygen Demand (COD) atau Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK)
adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik
yang ada dalam satu liter sampel air, dimana pengoksidanya adalah kalium bikromat
(K2Cr2O7) atau kalium permanganate (KMnO4). Misal, COD = 150 mg/l berarti dalam
1 liter limbah cair terdapat senyawa organik jumlahnya setara dengan 150 mg O2.
Angka Chemical Oxygen Demand (COD) merupakan ukuran bagi pencemaran air
oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasi melalui proses
mikrobiologis dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air.
Sebagian besar zat organik melalui tes COD ini dioksidasi oleh kalium bikromat
(K2Cr2O7) dalam keadaan asam yang mendidih optimum.
Asam sulfat H2SO4 ditambahkan sebagai kalisator untuk mempercepat reaksi.
Sedang merkuri sulfat ditambahkan untuk menghilangkan gangguan klorida yang
pada umumnya ada di dalam air buangan.
Untuk memastikan bahwa hampir semua zat organik habis teroksidasi maka
zat pengoksidasi K2Cr2O7 masih harus tersisa sesudah direfluks. K2Cr2O7 yang tersisa
menentukan berapa besar oksigen yang telah terpakai. Sisa K2Cr2O7 tersebut
ditentukan melalui titrasi dengan ferro ammonium sulfat (FAS). Reaksi yang
berlangsung adalah sebagai berikut.
Indikator ferroin digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi yaitu disaat
warna hijau biru larutan berubah menjadi coklat merah. Sisa K2Cr2O7 dalam larutan
blanko adalah K2Cr2O7 awal, karena diharapkan blanko tidak mengandung zat
organik yang dioksidasi oleh K2Cr2O7.
Besarnya nilai COD menggambarkan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
bahan oksidan, misalnya kalium dikhromat K2Cr2O7, untuk mengoksidasi bahan-
bahan organik yang terdapat dalam air. Uji COD merupakan suatu cara untuk
mengetahui jumlah bahan organik yang lebih cepat daripada uji BOD, yaitu
berdasarkan reaksi kimia dari suatu bahan oksidan (Fardiaz, 1995). Angka COD
merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah
dapat dioksidasi melalui proses mikrobiologi, dan mengakibatkan berkurangnya
oksigen trelarut dalam air (Alaerts dan Santika, 1984). Air dengan kadar COD yang
tinggi dapat mengurangi tingkat oksigen terlarut sehingga mempengaruhi
kelangsungan hidup organisme akuatik (Sutamihardja dan Husin, 1983).

V. Alat dan Bahan


No. Alat Bahan
1. Pipet ukur 5 mL Sampel air limbah danau
2. Bulp K2Cr2O7 0,25 N
3. Erlenmeyer Larutan asam sulfat (H2SO4)
4. Hotplate Indikator ferroin
5. Set alat refluks Digestion Solution
6. Klem dan statif

VI. Prosedur Kerja


A. Standarisasi larutan FAS

Memipet Digest Solution sebanyak 5mL kedalam erlenmeyer

Menambahkan 2 mL aquades

Menambahkan 1-2 tetes indikator ferroin

Menitrasi dengan larutan FAS

B. Prosedur pengujian COD

Memipet sampel air danau sebanyak 2,5 mL kedalam erlenmeyer

Menambahkan 1,5 mL larutan digest solution dan 3,5 mL larutan


pereaksi asam sulfat

Mengguncang Erlenmeyer hingga sampel homogen


Meletakkan Erlenmeyer pada hotplate dengan suhu 130˚C, kemudian
disambungkan pada alat refluks dan refluks ± 2jam

Setelah selesai, sampel di dinginkan dan diberi indikator ferroin


sebanyak 2 tetes

Menitrasi dengan larutan FAS sampai terjadi perubahan warna dari hijau
–biru-merah bata

Mencatat volume

VII. Data Analisis


➢ Standarisasi FAS
Larutan Volume
FAS 26,5 mL
Digest 5 mL

➢ Pengujian COD
Kode Volume awal (mL) Volume akhir (mL) Volume titrasi (mL)
Blanko (BL) 0 3 3
Sampel (SP) 3 5,8 2,8

VIII. Perhitungan
A. Standarisasi FAS
Diket : M digest = 0,0417 M

vol.digest×M digest
➢ 𝑀. 𝐹𝐴𝑆 = Vol FAS
5×0,0417
➢ 𝑀. 𝐹𝐴𝑆 = 26,5
➢ M. FAS = 0,0078 atau 0,008 M

B. Pengujian COD
𝑚𝑔 (A−B)×𝑀×8000
- 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐶𝑂𝐷 ( ⁄𝑙) = mL sampel
𝑚𝑔 (3−2,8)×0,008×8000
- 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐶𝑂𝐷 ( ⁄𝑙) = 2,5
Keterangan :
𝑚𝑔 0,2 ×64
- 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐶𝑂𝐷 ( ⁄𝑙) = 2,5 A = volume Blanko

𝒎𝒈 B = volume sampel
- Nilai COD ( ⁄𝒍) = 5,12 mg/L
M = molaritas larutan FAS

8000 = berat ekivalen x 1000 mL/L


IX. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian COD (Chemical Oxygen
Demand) dengan menggunakan sampel air limbah danau. Prosedur analisis COD
menggunakan refluks terbuka yaitu sampel dioksidasi dalam larutan campuran yang
mengandung kalium dikromat (K2Cr2O7) sebagai oksidator dan asam sulfat (H2SO4)
dalam suhu yang tinggi.
Hal ini dikarenakan kalium dikromat lebih efektif mengoksidasi bahan organic
dalam sampel pada suhu yang tinggi dan keadaan asam. Prosesnya yaitu sebagian
besar jenis bahan organic akan teroksidasi oleh campuran mendidih dari kromat dan
asam sulfat. Sampel refluks dengan menggunakan larutan asam kuat hingga diperoleh
kelebihan dari kalium dikromat (K2Cr2O7). Setelah proses tersebut sisa dari K2Cr2O7
yang tidak tereduksi akan di titrasi menggunakan FAS untuk menghitung jumlah dari
K2Cr2O7 yang dikonsumsi, yang setara dengan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan bahan organic yang larut dalam sampel.
Prinsip pengukuran COD adalah penambahan beberapa kalium dikromat
(K2Cr2O7) sebagai oksidator pada sampel yang telah ditambahkan asam pekat dan
katalis perak sulfat, kemudian dipanaskan selama beberapa waktu. Selanjutnya,
kelebihan kalium dikromat ditera dengan cara titrasi. Baik segala macam bahan
organik, baik yang mudah maupun yang kompleks dan suliturai, akan teroksidasi.
Dengandemikian kalium bikromat yang terpakai untuk oksidasi bahan organik dalam
sampel dapat dihitung dan nilai COD dapat ditentukan. Kelemahannya, senyawa
kompleks anorganik yang ada di perairan yang dapat teroksidasi ikut dalam reaksi.
Sebagian besar zat organisasi melalui tes COD ini dioksidasi oleh larutan K2Cr207
dalam keadaan asam yang mendidih. Senyawa COD menunjukkan organik vang
tidak dapat didegradasi secara biologis. Kita dapat mengetahui berapa nilai COD
yang terkandung pada suatu limbah dan indikasi limbah tersebut berbahaya atau tidak.
Adapun hasil dan pemeriksaan COD yang dilakukan praktikan. Hasil yang
diperoleh adalah 5,12 mg/L. jika ditinjau kembali dengan KepMenLH no KEP-
03/Men KLH/II/1991 tentang baku mutu limbah cair golongan 3 COD yaitu 300 mg/L
dari hasil pengujian ini dapat dikatakan bahwa limbah dari perumahan disekitar danau
masih didalam ambang batas.
X. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum penentuan Nilai COD (Chemical Oxygen
Demand) pada sampel air limbah danau, didapatkan nilai COD sebesar 5,12 mg/L,
yang berarti masih memenuhi baku mutu sesuai KepMenLH no KEP-03/Men
KLH/II/1991 tentang baku mutu limbah cair golongan 3 COD.
XI. Daftar Pustaka
- http://depisatir.blogspot.com/2013/01/analisis-air-penentuan-cod.html
- http://storyratnanana.blogspot.com/2014/09/analisis-cod-chemical-oxygen-
demand.html
- https://youtu.be/fzjHuIcAqdY

Anda mungkin juga menyukai