Anda di halaman 1dari 4

Tabel 1. Data rata-rata dari hasil analisis yang dilakukan.

DO₀ (mg/L) DO₅ (mg/L) BOD (mg/L)


6.20215 5.2026 0.99955

PEMBAHASAN
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan,
proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan
pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik
dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari
udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (SALMIN, 2000).

Pada percobaan kali ini, kami menganalisis kadar oksigen terlarut menggunakan metoda titrasi
dengan cara WINKLER. Metoda titrasi dengan cara WINKLER secara umum banyak digunakan untuk
menentukan kadar oksigen terlarut. Prinsipnya dengan menggunakan titrasi iodometri. Larutan sampel
air sungai diambil dan dimasukan ke dalam botol winkler dan harus dipastikan bahwa tidak ada gelembung
udara pada botol maupun tutup botol, karena gelembung udara tersebut mengandung oksigen yang
dapat menambah kadar oksigen terlarut dalam air sampel sehingga hasil analisis menjadi tidak akurat.
Setelah itu sampel ditambahkan 2 mL larutan MnSO₄ menggunakan pipet mohr, dimana kondisi pipet
harus tercelup dengan tujuan MnSO₄ hanya bereaksi dengan oksigen terlarut yang berada didalam sampel
karena apabila dibiarkan terkena udara bebas, MnSO₄ akan bereaksi dengan oksigen yang ada diudara.

Setelah itu larutan sampel ditambahkan larutan AIA sebanyak 2 mL, lalu terbentuk endapan
berwarna putih, kemudian endapan didiamkan selama 10 menit lalu terbentuk endapan sempurna
berwarna coklat. Endapan tersebut terjadi karena suasana larutan sampel dibuat basa dengan
menambahkan NaOH yang terkandung dalam larutan AIA, suasana larutan dibuat basa kuat agar MnSO₄
dapat bereaksi dengan OH¯ dan membentuk Mn(OH)₂ yang berwarna endapan putih, endapan Mn(OH)2
dalam larutan yang bersifat basa kuat, merupakan senyawa yang tidak stabil, sehingga segera dioksidasi
oleh oksigen yang terdapat dalam larutan contoh menjadi Mn(OH)₃. Reaksi oksidasi ini bersifat kuantitatif,
yang berarti banyaknya Mn (OH)₃ yang terbentuk adalah ekivalen dengan banyaknya O2 yang terdapat
dalam larutan sampel. Setelah proses pengendapan sempurna, sampel ditambahkan larutan H₂SO₄ pekat.
Dalam suasana asam kuat, endapan Mn(OH)₃ larut kembali dan melepaskan Mn²⁺ . Ion Mn²⁺ yang
dilepaskan ini bersifat oksidator kuat, sehingga akan mengoksidasi ion I¯ yang terkandung dalam KI
menjadi I₂. Yang kemudian I₂ akan dititrasi menggunakan larutan natrium tiosulfat sebagai titran, Larutan
tio-sulfat dioksidasi menjadi tetrationat dan I₂ direduksi menjadi I¯. Untuk menentukan titik akhir titrasi
dipakai indikator kanji. Iodium (I2) bereaksi dengan kanji membentuk senyawa kompleks yang berwarna
biru.

Ikatan antara I₂ dengan kanji tidak begitu kuat, I₂ mudah lepas dan bereaksi dengan tiosulfat.
Titrasi dihentikan pada saat warna biru hilang dan larutan berubah menjadi tidak berwarna. Banyaknya
O₂ ekivalen dengan banyaknya I₂ yang dilepas-kan. Banyaknya I2 yang dilepaskan adalah ekivalen dengan
banyaknya larutan baku Na₂S₂O₃ yang diperlukan untuk titrasi. Oleh karena itu kadar oksigen dalam
larutan contoh dapat dihitung dari banyaknya larutan baku tio-sulfat yang terpakai untuk titrasi.

Pada AIA terdapat kandungan azida yaitu (NaN₃) yang ditambahkan kepada larutan sampel
dengan tujun menghambat nitrit yang berada dalam sampel teroksidasi menjadi nitrat, karena oksigen
akan terambil untu mengoksidasi nitrit sehingga kadar oksigen terlarut pada sampel tidak sesuai dengan
keadaan sampel yang sebenarnya.

Didapatkan hasil akhir rata-rata kadar DO dalam air yaitu sebesar 6.20215 mg/L. Menurut
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN
PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR kadar oksigen terlarut dalam air minimal adalah 6 mg/L. maka dapat
disimpulkan bahwa kandungan oksigen terlarut pada air sungai jembatan 2 perumahan taman kenari
masih memenuhi baku mutu yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

Untuk penentuan DO₅ yang dibutuhkan untuk menentukan kadar BOD₅ pada air sampel. Harus
dilakukan penetralan pH pada air agar tercapai kondisi yang optimal untuk organisme dalam menguraikan
zat organik yang terdapat pada sampel. Setelah kondisi pH sampel netral, sampel dimasukan ke dalam
botol winkler dan dimasukan ke dalam incubator pada suhu 20˚C. Reaksi oksidasi selama pemeriksaan
BOD merupakan hasil dari aktifitas biologis dengan kecepatan reaksi yang berlangsung sangat dipengaruhi
oleh jumlah populasi dan suhu. Karenanya selama pemeriksaan BOD, suhu harus diusahakan konstan pada
20°C yang merupakan suhu yang umum di alam.

Secara teoritis, waktu yang diperlukan untuk proses oksidasi yang sempurna sehingga bahan
organik terurai menjadi CO2 dan H2 O adalah tidak terbatas. Dalam prakteknya dilaboratoriurn, biasanya
berlangsung selama 5 hari dengan anggapan bahwa selama waktu itu persentase reaksi cukup besar dari
total BOD. Nilai BOD 5 hari merupakan bagian dari total BOD dan nilai BOD 5 hari merupakan 70 - 80%
dari nilai BOD total (SAWYER & MC CARTY, 1978). Penentuan waktu inkubasi adalah 5 hari, hal ini dapat
mengurangi kemungkinan hasil oksidasi ammonia (NH3 ) yang cukup tinggi. Sebagaimana diketahui bahwa,
ammonia sebagai hasil sampingan ini dapat dioksidasi menjadi nitrit dan nitrat, sehingga dapat
mempengaruhi hasil penentuan BOD.

Sampel yang sudah di inkubasikan selama 5 hari, diberi perlakuan yang sama seperti saat
penetapan kadar DO₀. Sampel diberi 2 mL MnSO₄ dan 2 mL AIA. Kemudian sampel diendapkan selama 10
menit, endapan yang didapatkan pada sampel DO₅ tidak sebanyak pada saat pengendapan sampel DO₀.
Hal ini mungkin disebabkan oleh pengurangan kandungan oksigen terlarut yang sudah digunakan oleh
organisme untuk mendegradasi kandungan organik pada air sampel. Kemudian endapan dilarutkan
kembali dengan penambahan H₂SO₄ pekat, kemudian sampel dititrasi menggunakan larutan natrium tio-
sulfat 0,02N yang sudah di standarisasi, didapatkan kadar rata-rata DO₅ yaitu sebesar 5.2026 mg/L. Terjadi
penurunan kadar oksigen terlarut pada saat sampel sudah di inkubasikan, hal ini terjadi karena terjadinya
proses dekomposisi zat organik biodegradable oleh mikroorganisme yang menggunakan oksigen terlarut
yang terkandung dalam sampel.

Kadar BOD didapatkan dengan menghitung selisih yang didapatkan dari hasil penetapan DO₀ dan
DO₅. Nilai BOD menunjukan kebutuhan oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme dalam memecah
senyawa organik yang bersifat biodegradable.

Table 1. Tingkat pencemaran perairan berdasarkan nilai DO den BOD


Tingkat pencemaran Parameter
DO (mg/L) BOD (mg/L)
Rendah >5 0 - 10
Sedang 5-0 10 - 20
Tinggi 0 25
Sumber: WIROSARJONO. (1974)
KESIMPULAN
Berdasarkan tabel 1, dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat pencemaran air dalam sampel air
sungai jembatan 2 kenari masuk ke dalam kategori tingkat pencemaran rendah karena kadar oksigen
terlarut yang didapat adalah 6.20215 mg/L dan nilai BOD-nya sebesar 0,99955 mg/L yang berarti sungai
jembatan 2 kenari masih cukup bersih dan belum banyak terpapar polutan yang mencemari air dalam
perairannya. Dan juga kadar DO dan BOD dalam air sampel memenuhi baku mutu yang ditetapkan dalam
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN
PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR.

Anda mungkin juga menyukai