Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Lingkungan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Titrasi Asam Basa di Politeknik AKA Bogor.
Tak lupa kamipun mengucapkan terima kasih pada ibu Ratna selaku Dosen Praktek mata
kuliah Pengetahuan Bahan Kimia Politeknik AKA yang telah memberikan tugas ini serta
membimbing kami dalam penyelesainnya.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan laporan yang telah kami buat di masa yang akan datang.
Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dengan saran yang membangun. Semoga
laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air sangat dibutuhkan oleh manusia dan makhluk hidup dalam jumlah yang besar,
dan apabila terjadi kekurangan air yang disebabkan oleh perubahan iklim akan dapat
mengakibatkan bahaya fatal bagi makhluk hidup. Begitu pentingnya peranan air dalam
kehidupan sehingga dapat dinyatakan bahwa kualitas air merupakan syarat untuk kualitas
kesehatan manusia.
Permasalahan akan kebutuhan air semakin bertambah akibat beban pencemaran air
yang semakin hari semakin menurun. Hal ini menyebabkan berkurangnya ketersediaan air
bersih karena sudah banyak air yang mulai tercemar limbah-limbah yang dihasilkan oleh
manusia.

1.2 Maksud dan Tujuan


 Mengetahui bahaya dari air yang sudah tercemar
 Mengetahui cara mengelola air yang sudah tercemar
 Mengetahui kualitas air dan bisa membandingkannya dengan baku mutu air
berdasarkan Permenkes No. 492 Tahun 2010 tentang Kualitas Air Minum

1.3 Rumusan Masalah

 Apa pengertian polusi air?


 Apa yang menyebabkan terjadinya pencemaran air?
 Bahaya apa saja yang ditimbulkan oleh air yang tercemar?
 Apa yang harus dilakukan untuk mencegah dan mengatasi pencemaran air?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pencemaran Air

Pencemaran air didefinisikan sebagai perubahan langsung atau tidak langsung


terhadap keadaan air dari keadaan yang normal menjadi keadaan air yang berbahaya atau
berpotensi menyebabkan penyakit dan gangguan bagi kehidupan makhluk hidup.
Perubahan langsung dan tidak langsung ini dapat berupa perubahan fisik, kimia, termal,
biologi, atau radioaktif. Kualitas air merupakan salah satu faktor dalam menentukan
kesejahteraan manusia.

Harus diingat bahwa air alamiah yang terdapat pada permukaan bumi sangat sulit
ditemukan dalam keadaan murni, semuanya sudah mengandung senyawa kimia seperti
mineral yang terlarut didalamnya, namun demikian air yang mengandung mineral tersebut
tidak langsung disebut sebagai tercemar. Kehadiran bahan tercemar dalam air dalam
jumlah tidak normal mengakibatkan air ditanyatakan sebagai air yang tercemar.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang


Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Bab I Pasal 1 ayat (16) yang dimaksud dengan limbah
adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan. Limbah bahan
berbahaya dan beracun adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya,
baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakkan
lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. Adapun komponen limbah menurut
Sunu (2001) dikelompokan sebagai berikut:
a. Limbah zat kimia
Limbah zat kimia dapat berupa insektisida, bahan pembersih, larutan penyamak
kulit, dan zat warna kimia. Insektisida mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan,
karena bahan insektisida di dalam air sulit untuk dipecah oleh mikroorganisme, kalau pun
dapat akan berlangsung lama. Zat kimia yang berfungsi sebagai pembersih seperti sampo,
deterjen berpotensi menimbulkan pencemaran air karena kandungan bahan antiseptik akan
mengganggu kehidupan mikroorganisme air, menaikan pH air, dan tidak dapat didegradasi
oleh mikroorganisme. Kandungan zat warna kimia di dalam air akan mempengaruhi pH air
dan kandungan oksigen. Hampir semua zat warna kimia bersifat racun, bahkan jika masuk
ke dalam tubuh manusia akan ikut merangsang tumbuhnya kanker.
b. Limbah padat
Lingkup limbah padat yang dimaksud yaitu limbah hasil proses IPAL berupa
endapan (sludge). Endapan (sludge) tersebut merupakan hasil dari proses filter press.
Sludge dapat dikategorikan tidak berbahaya, dapat juga dikategorikan sebagai limbah
bahan berbahaya dan beracun.
c. Limbah bahan makanan
Limbah bahan makanan pada dasarnya bersifat organik yang sering menimbulkan
bau busuk dan dapat didegradasi oleh mikroorganisme. Pada umumnya limbah bahan
makanan banyak mengandung mikroorganisme. Salah satunya adalah bakteri patogen yang
merupakan penyebab timbulnya berbagai macam penyakit pada manusia.
d. Limbah bahan organik
Limbah bahan organik biasanya dapat membusuk atau terdegradasi oleh
mikroorganisme. Oleh karena itu, jika limbah industri yang mengeluarkan sisa bahan
organik terbuang langsung ke air akan menambah populasi mikroorganisme
di dalam air. Jika lingkungan perairan sudah terdapat cukup banyak mikroorganisme di
dalamnya, tidak tertutup kemungkinan berkembangnya bakteri patogen.
e. Limbah anorganik
Limbah anorganik biasanya tidak dapat membusuk dan sulit terdegradsi oleh
mikroorganisme. Limbah anorganik pada umumnya berasal dari industri yang menggunakan
unsur-unsur logam seperti arsen, kadmium, timbal, krom, kalsium, nikel, magnesium, air
raksa dan lain-lain. Jika limbah anorganik langsung dibuang ke badan perairan, akan terjadi
peningkatan jumlah ion logam di dalam air.
Air limbah domestik fasilitas lepas pantai (off-shore) adalah air limbah yang dibuang
dari bak cuci piring, kamar mandi, tempat cuci pakaian, safety shower, tempat cuci tangan,
tempat-tempat cuci dapur yang berada di fasilitas lepas pantai (off-shore).

2.2 Indikator Pencemaran Air

Air diperlukan dalam jumlah banyak untuk mendukung aktivitas organisme, mulai
dari kebutuhan konsumsi hidup, untuk industri, media untuk hidup dan sebagainya. Karena
begitu banyaknya kegiatan manusia yang melibatkan air maka aktivitas secara langsung
dan tidak langsung akan dapat mengakibatkan pencemaran air. Beberapa indikator
terhadap pencemaran air dapat diamati dengan melihat perubahan keadaan air dari keadaan
yang normal, di antaranya:

 Adanya perubahan suhu air

Aktivitas manusia mulai dari keperluan rumah tangga, terutama dalam industri
membutuhkan air sebagai bahan pendingin mesin, sehingga air buangan ini menjadi
lebih panas bila dibadingkan dengan suhu air yang terdapat di lingkungan asalnya.
Apabila suhu air meningkat maka kelarutan oksigen didalam air juga akan semakin
menurun.

 Perubahan tingkat keasaman

Air dalam keadaan normal mempunyai tingkat keasaman sekitar 6,0-7,5. Tingkat
keasaman air dapat berubah disebabkan oleh hadirnya senyawa kimia buangan ke
dalam air.

 Perubahan Warna, Bau dan Rasa pada Air.

Air bersih dalam keadaan normal memiliki sifat tidak berwarna (bening), tidak
berbau dan tidak berasa. Masuknya senyawa kimia berupa limbah yang dapat larut
dapat mengubah warna, rasa, dan bau pada air. Perubahan warna disebabkan oleh
terbentuknya warna dari zat kimia yang dapat menghasilkan warna, atau berasal
dari degradasi senyawa-senyawa organik dan senyawa hasil degradasi larut dalam
air. Degradasi senyawa organik dan limbah rumah tangga oleh senyawa
mikroorganisme juga dapat menghasilkan gas berbau sehingga air menjadi bau.
Rasa yang terdapat dalam air berasal dari melarutnya garam menjadi ion-ion kation
dan anion.

 Terbentuknya Endapan dan Koloid

Terbentuknya endapan dan koloid dari bahan terlarut di dalam air juga merupakan
indikator pencemaran air. Bahan buangan yang berasal dari industri bila tidak
melarut sempurna dalam air akan dapat membentuk koloid, dan ada juga yang
langsung membentuk endapan pada dasar air.

 Mikroorganisme Dalam Air

Mikroorganisme dapat berkembang dengan baik didalam air. Pembuangan limbah


yang berasal dari industri makanan dan limbah rumah tangga dapat meningkatkan
jumlah mikroorganisme di dalam air. Keberadaan limbah yang berasal dari
buangan makanan ini akan meningkatkan ketersediaan makanan bagi
mikroorganisme sehingga menjadikan mikroorganisme dapat bertumbuh dan
berkembang dengan baik.

 Daya Hantar Listrik ( DHL)


Kemampuan air sebagai penghantar listrik dipengaruhi oleh jumlah ion atau garam
yang terlarut di dalam air. Semakin banyak garam yang terlarut semakin tinggi daya
hantar listrik yang terjadi. DHL merupakan pengukuran tidak langsung terhadap
konsentrasi garam yang dapat digunakan untuk menentukan secara umum
kesesuaian air untuk budidaya tanaman dan untuk memonitor konsentrasi larutan
hara. Pengukuran DHL dapat digunakan untuk mempertahankan target konsentrasi
hara di zona perakaran yang merupakan alat untuk menentukan pemberian larutan
hara kepada tanaman. Satuan pengukuran DHL adalah millimhos per
centimeter(mmhos/cm), millisiemens per centimeter(mS/cm) atau micro-siemens
per centimeter (Susila dan Poerwanto, 2013).

Klasifikasi Air Irigasi Berdasarkan Daya Hantar Listrik (DHL)

DHL
Kelas Air Keterangan
(µmhos/cm)

I 0 - 250 Sangat Baik

II > 250 - 750 Baik

III > 750 - 2000 Agak Baik

IV > 2000 - 3000 Kurang Baik

V > 3000 Kurang Sesuai

Sumber: Colorado State University dalam Fitriyah (2012)

2.3 Penanggulangan Pencemaran Air

Pengendalian/penanggulangan pencemaran air di Indonesia telah diatur melalui


Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas dan
Pengendalian Pencemaran Air. Secara umum hal ini meliputi pencemaran air baik oleh
instansi ataupun non-instansi. Salah satu upaya serius yang telah dilakukan Pemerintah
dalam pengendalian pencemaran air adalah melalui Program Kali Bersih (PROKASIH).
Program ini merupakan upaya untuk menurunkan beban limbah cair khususnya yang
berasal dari kegiatan usaha skala menengah dan besar, serta dilakukan secara bertahap
untuk mengendalikan beban pencemaran dari sumber-sumber lainnya. Program ini juga
berusaha untuk menata pemukiman di bantaran sungai dengan melibatkan masyarakat
setempat (KLH, 2004).
Pada prinsipnya ada 2 (dua) usaha untuk menanggulangi pencemaran, yaitu
penanggulangan secara non-teknis dan secara teknis.

1. Penanggulangan secara non-teknis yaitu suatu usaha untuk mengurangi


pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan perundangan yang
dapat merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam bentuk kegiatan
industri dan teknologi sehingga tidak terjadi pencemaran. Peraturan
perundangan ini hendaknya dapat memberikan gambaran secara jelas tentang
kegiatan industri yang akan dilaksanakan, misalnya meliputi AMDAL,
pengaturan dan pengawasan kegiatan dan menanamkan perilaku disiplin.
Sedangkan
2. penanggulangan secara teknis bersumber pada perlakuan industri terhadap
perlakuan buangannya, misalnya dengan mengubah proses, mengelola limbah
atau menambah alat bantu yang dapat mengurangi pencemaran. Sebenarnya
penanggulangan pencemaran air dapat dimulai dari diri kita sendiri. Dalam
keseharian, kita dapat mengurangi pencemaran air dengan cara:
 Mengurangi produksi sampah (minimize) yang kita hasilkan setiap hari. Selain
itu.
 Mendaur ulang (recycle) dan mendaur pakai (reuse) sampah tersebut.
 Memperhatikan bahan kimia yang kita buang dari rumah kita. Karena saat ini
kita telah menjadi masyarakat kimia, yang menggunakan ratusan jenis zat kimia
dalam keseharian kita, seperti mencuci, memasak, membersihkan rumah,
memupuk tanaman, dan sebagainya.
 Bertanggung jawab terhadap berbagai sampah seperti makanan dalam kemasan
kaleng, minuman dalam botol dan sebagainya, yang memuat unsur pewarna
pada kemasannya dan kemudian terserap oleh air tanah pada tempat
pembuangan akhir. Bahkan pilihan kita untuk bermobil atau berjalan kaki, turut
menyumbangkan emisi asam atu hidrokarbon ke dalam atmosfir yang akhirnya
berdampak pada siklus air alam.
 Menjadi konsumen yang bertanggung jawab merupakan tindakan yang
bijaksana. Sebagai contoh, kritis terhadap barang yang dikonsumsi, apakah
nantinya akan menjadi sumber bencana yang persisten, eksplosif, korosif dan
beracun atau degradable (dapat didegradasi alam)? Apakah barang yang kita
konsumsi nantinya dapat meracuni manusia, hewan, dan tumbuhan aman bagi
makhluk hidup dan lingkungan.
 Teknologi dapat kita gunakan untuk mengatasi pencemaran air. Instalasi
pengolahan air bersih, instalasi pengolahan air limbah, yang dioperasikan dan
dipelihara baik, mampu menghilangkan substansi beracun dari air yang tercemar.
 Segi kebijakan atau peraturanpun mengenai pencemaran air ini telah ada. Bila
kita ingin benar-benar hal tersebut dapat dilaksanakan, maka penegakan
hukumnya harus dilaksanakan pula.

Pada akhirnya, banyak pilihan baik secara pribadi ataupun social (kolektif) yang
harus ditetapkan, secara sadar maupun tidak, yang akan mempengaruhi tingkat pencemaran
dimanapun kita berada. Walaupun demikian, langkah pencegahan lebih efektif dan
bijaksana.
Melalui penanggulangan pencemaran ini diharapkan bahwa pencemaran akan
berkurang dan kualitas hidup manusia akan lebih ditingkatkan, sehingga akan didapat
sumber air yang aman, bersih dan sehat.
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 WAKTU dan TEMPAT


Percobaan ini dilakukan di laboratorium lingkungan Politeknik AKA Bogor. Percobaan ini
dilakukan pada hari Rabu, tanggal 25 november 2015.
3.2 BAHAN dan ALAT
Bahan : Sampel air selokan
Alat : Turbidimeter, TDS meter &, pH meter

3.3 CARA KERJA


a. Turbidimeter
1) Bilas tabung kecil penampung air sampel yang akan di ukur menggunkan Turbidimeter
2) Pilih salah satu air standard sebagai standard perbandingan dengan air yang akan kita
analisis (air sampel)
3) Ukur standard air yang akan kita pakai
4) Hasil ukur kekeruhan standard yang kita pakai yaitu 778 NTU, lalu ditambahkan 22
agar menjadi 800.
5) Hasil dari pengukuran kekeruhan air yang di analisis(air sampel) kita tambahkan
dengan 22 NTU.
b. TDS Meter
1) Bilas gelas piala yang akan digunakan untuk menampung air selokan yang akan diuji
2) Celupkan TDS meter kedalam air sampel, lakukan 2kali untuk mendapat nilai TDS
3) Tekan tombol “shift” untuk mendapatkan nilai DHL, lakukan 2kali
c. pH Meter
1) Bilas pH meter sebelum digunakan
2) Celupkan pH meter ke dalam air sampel
3) Nyalakan pH meter
4) Tunggu sampai nilai suhu dan nilai pH berhenti, catat. Lakukan 2kali.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

NO JENIS PARAMETER STANDAR


SAMPEL
1. Air Selokan KEKERUHAN TDS DHL pH SUHU Permenkes
Depan (ppm) (ms/cm) No. 492
Rumah 351 NTU 4080 1986 9,17 28,5˚C Tahun
ppm ms/cm 2010
357 NTU 4164 1986 9,17 28.4˚C tentang
ppm ms/cm Baku Mutu
Air Minum

Sampel air selokan yang telah diukur akan dibandingkan dengan baku standar menurut Permenkes
No. 492 Tahun 2010 tentang Kualitas Air minum.

 Kekeruhan
Sampel Kekeruhan (NTU)
Ulangan 1 351
Ulangan 2 357
Rata-rata 354
Pada table diatas menunjukan kekeruhan rata-rata dari air sampel menunjukan angka 354 NTU hal
ini berarti sampel tidak memenuhi aturan standar Permenkes No. 492 Tahun 2010 tentang Kualitas
Air minum yang dimana mengharuskan nilai kekeruhan air tidak lebih dari 5 NTU.
 TDS (total dissolved solids)
Sampel TDS (ppm)
Ulangan 1 4096 ppm
Ulangan 2 4164 ppm
Rata-rata 4130 ppm
Hasil pengukuran rata-rata TDS adalah 4130 ppm. Menurut Permenkes No. 492 Tahun
2010 tentang Kualitas Air Minum kadar TDS maksimum adalah 500 ppm, maka kadar
TDS sampel tidak memenuhi standar nilai baku air minum berdasarkan Permenkes No.
492 Tahun 2010 tentang Kualitas Air minum.
 DHL
Sampel DHL (µS/cm)
Ulangan 1 1986
Ulangan 2 1986
Rata-rata 1986
Nilai DHL pada suatu perairan erat kaitannya dengan kandungan TDS pada perairan. TDS
biasanya disebabkan oleh bahan anorganik yang berupa ion-ion yang biasa ditemukan di
perairan dimana jumlah ion atau garam yang terlarut dalam air akan sangat mempengaruhi
kemampuan air sebagai penghantar listrik. Oleh karena itu, semakin banyaknya ion pada
suatu perairan maka nilai DHL akan semakin besar pada perairan tersebut.
 pH dan suhu
Sampel pH
Ulangan 1 9,17
Ulangan 2 9,17
Rata-rata 9,17
Pada table diatas, nilai rata-rata pH sampel adalah 9,17. Hal ini berarti, nilai pH pada
sampel tidak sesuai dengan standar Permenkes No. 492 Tahun 2010 tentang Kualitas Air
Minum, yang dimana kadar pH yang sesuai standar adalah 6,5-8,5.

Sampel Suhu (celcius)


Ulangan 1 28.5˚C
Ulangan 2 28.4˚C
Rata-rata 28.4˚C
Nilai rata-rata suhu yang didapatkan adalah 28.4˚C. hal ini tidak sesuai dengan peraturan
yang ditetapkan oleh Permenkes No. 492 Tahun 2010 tentang Kualitas Air Minum, suhu
yang diperbolehkan adalah suhu udara yaitu 23˚C.
BAB IV
KESIMPULAN

Pada percobaan kali ini didapatkan data nilai kekeruhan 354 NTU, TDS 4130 ppm, DHL 1986
(µS/cm), pH 9,17, dan suhu 28,4˚C. Semua parameter dari air selokan tersebut diukur dan
dibandingkan dengan baku mutu yang sesuai dengan Permenkes No. 492 Tahun 2010 tentang
Kualitas Air Minum. Dan hasil yang didapatkan adalah, air sampel tidak layak untuk dijadikan air
minum karena tidak sesuai dengan standar baku mutu yang ditetapkan oleh Permenkes No. 492
Tahun 2010 tentang Kualitas Air Minum.
DAFTAR PUSTAKA

Jatmiko, Agus. 2007. HUBUNGAN KUALITAS AIR SELOKAN NGENDEN DESA


GUMPANG KARTASURA SUKOHARJO DENGAN AIR SUMUR PENDUDUK
SEKITAR. Surakarta
Permenkes No. 492 Tahun 2010 tentang Kualitas Air Minum.

http://litbang.patikab.go.id/index.php/jurnal/247-faktor-faktor-yang-berhubungan-dengan-
persalinan-sectio-caesarea-di-kabupaten-pati-studi-pada-rsud-raa-soewondo-dan-rumah-
sakit-islam-pati/210-kualitas-air-irigasi-ditinjau-dari-parameter-dhl-tds-ph-pada-lahan-
sawah-desa-bulumanis-kidul kecamatan-margoyoso (tanggal akses 3 November 2015,
11.44 WIB)
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol. 1 No. 2, Juni 2013, 85-92 Lampiran
Hasil Pengamatan

Anda mungkin juga menyukai