Anda di halaman 1dari 3

DATA PENGAMATAN

Tabel 1. STANDARISASI KMnO4 0,01N


VOLUME
BOBOT
TITRAN
ASAM PERUBAHAN SELAMA KONSENTRASI
ULANGAN (KMnO4
OKSALAT TITRASI KMnO4 (N)
0,01N)
(mg)
mL
1 63,8 tidak berwarna → merah 29,33 0,00863193
2 63,8 muda 29,3 0,00864077
rata-rata 0,00863635
selisih 8,84E-06
%RPD 0,10%

Tabel 2. BILANGAN PERMANGANAT

VOLUME VOLUME
SAMPEL TITRAN
PERUBAHAN SELAMA NILAI BP
ULANGAN AIR (KMnO4
TITRASI (mg/L)
SUNGAI 0,01N)
(mL) mL
1 50 tidak berwarna → merah 5,90 23,2197
2 50 muda 5,83 22,8152
rata-rata 23,01745
Selisih 0,4045
%RPD 1,76%
PEMBAHASAN

Analisis ini bertujuan untuk mentukan kadar zat organik (nilai permanganat) dalam
sampel secara titrimetri. Sampel yang digunakan adalah air sungai taman kenari. Titran yang
digunakan adalah larutan kalium permanganate 0,01 N yang sudah di standarisasi. Standarisasi
larutan kalium permanganate dilakukan dengan larutan standar baku oksalat 0,01 N yang dibuat
dengan cara menimbang padatan asam oksalat sebanyak 63 mg yang kemudian dimasukan
kedalam labu takar 100 dan ditera menggunakan air suling. Standarisasi dilakukan 2 kali ulangan,
dan didapatkan volume rata-rata sebesar 29,315 mL dengan konsentrasi rata-rata 0,0086 N.
Analisis sampel dilakukan dengan cara memipet sampel sebanyak 50 mL ke dalam
Erlenmeyer, kemudian sampel ditambahkan 3-4 tetes larutan KMnO4 hingga berwarna merah
muda penambahan larutan KMnO4 beberapa tetes sebelum analisa bertujuan untuk
menghilangkan garam fero dalam sampel yang dapat menganggu proses reaksi reduksi-oksidasi
antara zat organik dengan larutan kalium permanganate, setelah itu ditambahkan larutan asam
sulfat 8 N sebanyak 5 mililiter dengan tujuan membuat suasana larutan menjadi asam agar ion
MnO4ˉ tidak tereduksi menjadi MnO₂ yang terbentuk pada suasana basa/netral, dan larutan
dipanaskan selama 1 menit setelah ditambahkan larutan asam sulfat 8 N dengan tujuan untuk
menghilangkan factor-faktor pengganggu pada saat penetapan kadar zat organik (zat pengganggu:
sulfide dan nitrit). Kemudian, larutan yang sudah dipanaskan selama 1 menit ditambahkan 10 mL
larutan kalium permanganate secara kuantitatif, lalu larutan dipanaskan selama 10 menit. Pada
saat proses pemanasan ini terjadi reaksi reduksi oksidasi antara larutan kalium permanganate dan
zat organik yang terdapat pada larutan sampel, lamanya waktu pendidihan yaitu selama 10 menit,
hal ini sudah berdasarkan prosedur yang tertera dalam SNI 066989.22-2004, yang dimana pada
waktu 10 menit zat organik sudah teroksidasi secara sempurna, karena apabila waktu pemanasan
kurang maka zat organik tidak akan teroksidasi secara sempurna dan hasil penetapan zat organik
akan menjadi kecil dan tidak kuantitatif, sedangkan apabila waktu pemanasan lebih dari 10 menit,
hasil akhir zat organik akan menjadi lebih besar. Berdasarkan prinsip penetapan dalam SNI 06-
6989.22-2004 zat organik akan dioksidasi oleh KMnO4 berlebih dengan prosedur lamanya
pendidihan selama 10 menit, sehingga pada penetapan ini zat organik dapat dipastikan telah
dioksidasi dengan sempurna oleh KMnO4 berlebih dikarenakan lamanya pendidihan telah
mencapai waktu 10 menit. Namun kadar zat organik yang didapat bisa menjadi lebih tinggi dari
yang seharusnya. Menurut Khopkar (2003) KMnO4 dalam air kestabilannya dapat dipengaruhi
oleh cahaya, panas, asam-basa, ion Mn(II), dan MnO2. Dikarenakan zat organik telah habis
teroksidasi dan pendidihan masih berlangsung, KMnO4 berlebih yang masih terdapat dalam
sampel dapat terganggu kestabilannya. Selama pendidihan yang terus berlangsung KMnO4
berlebih dalam sampel air menjadi tidak stabil dan air teroksidasi dengan cara:
4MnO₄ˉ + 2H₂O → 4MnO₂ + O₂ + 4OHˉ
Dengan terjadinya reaksi tersebut KMnO4 yang terdapat dalam sampel menjadi berkurang.
Sehingga pada saat penambahan asam oksalat, KMnO4 yang bereaksi dengan asam oksalat akan
kurang dari yang seharusnya. Akibatnya asam oksalat yang selanjutnya akan dititrasi dengan
KMnO4 menjadi lebih banyak. Hal ini dapat menyebabkan penambahan jumlah KMnO4 yang
diperlukan untuk titrasi yang pada akhirnya membuat hasil menjadi lebih tinggi dari yang
seharusnya.
Kemudian larutan yang sudah dipanaskan ditambahkan dengan larutan asam oksalat 0,01
N untuk bereaksi dengan sisa larutan kalium permanganate yang terdapat pada larutan sampel.
Kemudian dilanjut dengan titrasi menggunakan larutan kalium permanganate 0,01 N yang sudah
di standarisasi untuk mengoksidasi sisa larutan asam oksalat.
Berdasarkan tabel 2, kadar zat organik tersebut tidak sesuai dengan PERMENKES RI No
416 / Menkes / Per / IX / 1990, yaitu kadar zat organik sebagai angka permanganate kurang dari
10 mg/L sedangkan angka yang didapatkan yaitu 23, 01745 mg/L. Besarnya jumlah kandungan zat
organik dalam air bisa karena jatuhnya zat-zat organik seperti daun-daunan, ranting, dan hewan
mati ke dalam perairan, selain itu juga bisa jadi karena pencemaran limbah industri organik seperti
industri kertas, pembuatan tepung dan lain-lain.

KESIMPULAN
Kadar zat organik yang terkandung dalam air sampel yaitu air sungai taman kenari
jembatan dua sebesar 23, 01745 mg/L, tidak memenuhi standar baku mutu PERMENKES RI No
416 / Menkes / Per / IX / 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air yaitu kuranag
dari 10 mg/L.

Anda mungkin juga menyukai