Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALITIK

PERCOBAAN 7 :
ANALISIS PERMANGANOMETRI
“ANALISIS ZAT ORGANIK PADA AIR BERSIH"

Kelas

TPS 1 A

Nama Praktikan Nomor Mahasiswa Tanggal Kumpul Tanda Tangan


1. M.Rayhan Rosivel 22311014
2. Lipa Rahmad 22311013
3. Ahmad Rizki 22311006

Nama Instruktur Tanggal Koreksi Nilai Tanda Tangan


Hanifah Khairiah, S.ST., MT

PROGRAM STUDI TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT


POLITEKNIK KAMPAR
BANGKINANG
2023
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Mahasiswa dapat menentukan konsentrasi sebenarnya larutan kalium
permanganat dengan standarisasi.
2. Mahasiswa dapat menentukan kadar zat organik dari nilai kadar
permanganat.

1.2. DASAR TEORI


Kalium permanganat (KMnO4) telah banyak digunakan sebagai agen
pengoksidasi selama lebih dari 100 tahun. Reagen ini dapat diperoleh dengan
mudah, tidak mahal, dan tidak membutuhkan indikator kecuali untuk larutan
yang amat encer. Satu tetes permanganate 0,01 N memberikan warna merah
muda yang jelas pada volume dari larutan yang biasa dipergunakan dalam sebuah
titrasi. Warna ini dipergunakan untuk mengindikasikan kelebihan reagen
tersebut. Permanganat mengalami beragam reaksi kimia, karena mangan (Mn)
dapat dalam kondisi +2,+3,+4,+6,+7.
Kalium permanganat bukanlah standar primer, sehingga perlu dilakukan
standarisasi. Standarisasi larutan kalium pramanganat dapat dilakukan dengan
senyawa asam oksalat (H2C2O4) yang dapat merupakan standar primer yang baik
untuk permanganat dalam larutan asam. Senyawa ini mempunyai derajat
kemurnian yang tinggi, stabil pada pengeringan dan tidak mudah menguap.
Reaksi dengan pramanganat agak rumit, dan meskipun telah banyak
penyelidikan, mekanisme yang eksak masih belum jelas. Reaksi itu lambat pada
temperature kamar dan karenanya biasanya larutan dipanaskan yaitu pada suhu
sekitar 70˚C, (Day, R. A dan underwood, 2986). Zat organik dalam air dioksidasi
dengan KmnO4 direduksi oleh asam oksalat berlebih. Kelebihan asam oksalat

1
dititrasi kembali dengan KmnO4. Analisis permanganat dapat dilihat sebagai
berikut:
a) Reaksi oksidasi KMn04 dalam kondisi asam sebagai berikut:
2 KmnO4 + 2 H2SO4 2 MnSO4 + K2SO4 + 5 On
b) Oksidasi KMnO4 dalam komdisi basa sebagai berikut:
2 KmnO4 + H2O 2 MnO2 +KOH + 3On + 3H2O
c) Zat organic dapat dioksidasi dengan reaksi sebagai berikut:
C2H2O + On 2 CO2 + H2O
Reaksi ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam larutan
netral. Oleh karena itu sampel diolah dengan kuantitasnya yang berlebih dan
dipanasi agar reaksi berjalan dengan cepat. Kemudian kelebihan zat preduksi
dititrasi dengan permanganat standar. Larutan baku KmnO 4 dibuat dengan
melarutkan sejumlah kalium permanganat dalam air, mendidihkannya selama
delapan jam atau lebih, kemudian saring endapan MnO 2 yang terbentuk, lalu
dibakukan dengan zat baku utama. Titik titrasi akhir ditandai dengan timbulnya
warna merah muda yang disebabkan oleh kelebihan permanganat. (Rivai, 1995).

1.3. ALAT DAN BAHAN


Alat: Bahan:

1. Hotplate 1. Kalium permanganat (KmnO4)


2. Buret, Statif, Klem 2. Asam Oksalat ( H 2 C 2 O4.2 H 2O)
3. Gelas piala 100 ml 3. Asam sulfat ( H 2 SO 4 ) 4 N
4. Erlenmeyer 250 ml (2 buah)
5. Kaca arloji
6. Labu takar 100 ml
7. Labu takar 50 ml
8. Batang pengaduk
9. Pipet tetes

2
10. Spatula
11. Pipet volume 5 ml
12. Pipet volume 10 ml
13. Pipet volume 100 ml
14. Bulb
15. Botol semprot
16. Corong
17. Termometer

1.4. PROSEDUR PERCOBAAN


A. Standardisasi larutan kalium permanganat KMnO4 0,01 N (SNI 06-
6989.22-2004)
1. Buat larutan KMnO4 0,01 N dalam labu takar 100 ml
2. Buat larutan asam oksalat 0,01 N dalam lanu takar 50 ml
3. Pipet 100 ml air suling dan masukan ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml,
tambahkan batu didih 3 butir dan panaskan diatas hoplate hingga 70oC.
4. Setelah panas mencapai 70oC, tambahkan 5 ml H2SO4 4 N yang bebas zat
organic.
5. Tambahkan 10 ml larutan baku asam oksalat 0,01 N menggunakan pipet
volume.
6. Titrasi dengan larutan kalium permanganat 0,01 N sampai merah muda dan
catat volume pemakaian.
7. Lakukan duplo
8. Hitung normalitas larutan baku kalium permanganat dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:

V 1× N 1
N2 = V2

3
Dengan pengertian:
V 1 Adalah ml larutan baku asam oksalat.
N 1Adalah normalitas bahan baku asam oksalat yang dipergunakan untuk
titrasi.
V2 Adalah ml larutan baku kalium permanganat, dan
N2 Adalah normalitas larutan baku kalium permanganat yang tidak dicari.

B. Pengujian nilai kalium permanganat KMnO4 0,01 N atau Zat Organik


(SNI 06-6989.22-2004)
1. Pipet 100 ml contoh uji masukan ke dalam Erlenmeyer 250 ml dan tambahkan
batu didih 3 butir.
2. Tambahkan KMnO4 0,01 N beberapa tets kedalam contoh uji sehingga terjadi
warna merah muda.
3. Tambahkan 5 ml asam sulfat 4 N bebas zat organic.
4. Pansakan diatas hotplate pada suhu 105oC atau sampai suhu sampel uji
mencapai 70oC bila terdapat bau H2S, pendidihan diteruskan beberapa menit.
5. Pipet 10 ml larutan baku KMnO4 0,01 N.
6. Panaskan hingga mendidih selama 10 menit.
7. Pipet 10 ml larutan baku asam oksalat 0,01 N.
8. Titrasi dengan kalium permanaganat 0,01 N hinga merah muda
9. Catat volume pemakaian KMnO4 0,01 N
10. Apanila pemakaian larutan baku kalium permanganat lebih dari 7 ml, ulangi
pengujian dengan cara mengencerkan contoh uji.
11. Lakukan duplo
12. Hitung kadar KMnO4 dengan rumus berikut:

{ ( 10+a ) b−( 10 x c ) } 1 x 31,6 x 1000 ×


KMnO4 mg/I ¿ f
d

4
Dengan pengertian:
a. Adalah volume KmnO4 0,01 N yang dibutuhkan pada titrasi.
b. Adalah normalitas KmnO4 yang sebenarnya.
c. Adalah normalitas asam oksalat.
d. Adalah volume contoh, dan
e. Adalah faktor pengenceran contoh uji.

5
BAB II. HASIL DAN PEMBAHASAN

II.1. LEMBAR PENGAMATAN


Adapun dalam praktikum ini mendapatkan hasil nilai sebagai berikut:

Tabel 1. Massa sampel dalam bentuk padatan

No Sampel Massa sebenarnya Hasil penimbangan

1. KmnO4 0,0316 gr 0,0320 gr

2. As. Oksalat 0,0315 gr 0,0319 gr

Tabel 2. Standardisasi larutan kalium permanganat KmnO4 0,01 N (SNI


06-6989.22-2004)

No Percobaan Vol. Titran (ml) Rata – rata (ml)

1. I 7,787 ml
7,581 ml
2. II 7,375 ml

Tabel 3. Pengujian nilai kalium permanganat KmnO4 0,01 N atau Zat Organik
(SNI 06-6989.22-2004)

No Percobaan Vol. Titran (ml) Rata – rata (ml)

1. I 2,863 ml
2,794 ml
2. II 2,725 ml

6
II.2. DATA PERHITUNGAN

 KMnO4
Mr
N× ×V
Massa = Be
1000
158
0,01× ×100
= 5
1000
0,01× 31,6 ×100
= 1000

= 0,0316 gr

 Asam oksalat
Mr
N× ×V
Massa = Be
1000
126
0,01× ×50
= 2
1000
= 0,0315 gr

10× ρ ×kekentalan × Be
 N H2SO4 =
Mr
10× 1,84 ×98 × 2
=
98
= 36,8 N
H2SO4 pekat 90 % = 36,8 %

 H2SO4 4 N = 5 ml dalam labu takar 50 ml


V1 × C1 = V2 × C2

7
V1 × 36,8 = 50 ml × 4 N
200
= = 5,43 ml
36,8

A. Standardisasi larutan kalium permanganat KMnO4 0,01 N (SNI 06-


6989.22-2004)

 AT = 7,75 + 0,037 (bawah)


= 7,787 ml
 AT = 7,35 + 0,025 (tengah)
= 7,375 ml
7,787+7,375
Rata – rata =
2
= 7,581 ml

 Rumus perhitungan normalitas:

V 1× N 1
N2 =
V2
10 ml ×0,01
= = 0,013 N
7,581

B. Pengujian nilai kalium permanganat KMnO4 0,01 N atau Zat Organik


(SNI 06-6989.22-2004)

 AT = 2,85 + 0,013 (atas)


= 2,863 ml
 AT = 2,70 + 0,025 (tengah)
= 2,725 ml

8
 Pengujian nilai KMnO4

KMnO4 mg/I ¿
{ ( 10+a ) b−( 10 x c ) } 1 x 31,6 x 1000 × f
d
{ ( 10+2,794 ) 0,006−( 10 x 0,01 ) } 1 x 31,6 x 1000 × 1
¿
100
{ ( 12,794 ) ×0,006−( 0,1 ) } 31.600 × 1
¿
100
= 0,076764 – 3,16
= - 3,083236 mg/l

9
II.3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, praktikan harus mampu menentukan kadar air
pada CPO. Kadar air merupakan banyaknya kandungan air yang terdapat didalam
sampel. (CPO) Crude Palm Oil adalah minyak nabati yang didapatkan dari
mesocarp buah pohon kelapa sawit, umumnya dari spesies Elaeis guineensis, dan
sedikit dari spesies Elaeis oleifera dan Attalea maripa. Minyak sawit secara alami
berwarna merah karena kandungan alfa dan beta-karotenoid yang tinggi.
Kandungan air dalam minyak sawit merupakan salah satu faktor yang akan
mempengaruhi kualitas dari Crude Palm Oil (CPO) dan akan menurunkan mutu
minyak kelapa sawit. Kadar air dapat mempengaruhi mutu CPO, semakin tinggi
kadar air, maka semakin rendah mutu CPO. Selanjutnya, praktikan harus mampu
membandingkan metode penentuan kadar air yaitu dengan metode oven dengan
metode pemanasan menggunakan hotplate. Dan yang terakhir, praktikan harus
mampu menentukan kadar pengotor pada (CPO) Crude Palm Oil. Kadar pengotor
dan zat terlarut adalah keseluruhan bahan – bahan asing yang tidak larut dalam
minyak, pengotor yang tidak terlarut dinyatakan sebagai persen (%) zat pengotor
terhadap minyak atau lemak.
Sebelum melakukan praktikum tentunya praktikan harus terlebih dahulu
mempersiapkan alat – alat serta bahan – bahan yang digunakan. Alat – alat yang
digunakan tentunya dalam keadaan bersih diantaranya:
1. cawan porselin 3 buah. Cawan porselin digunakan sebagai wadah
untuk mereaksikan zat kimia pada suhu tinggi. Dibutuhkan 3 buah
cawan porselin karena tiap cawan nya digunakan untuk metode oven,

10
metode pemanasan menggunakan hotplate, dan penentuan kadar
kotoran pada CPO.
2. Pipet tetes. Digunakan untuk memindahkan suatu larutan dari suatu
wadah ke wadah yang lain dengan jumlah sedikit.
3. Gegep digunakan untuk menjepit suatu wadah. Pada saat praktikum
diperlukan 2 gegep.
4. Gelas piala 100 ml 2 buah. Digunakan sebagai wadah uintuk
menampung sample (CPO).
5. Corong kaca berukuran kecil. Digunakan sebagai alat untuk memindah
atau memasukkan larutan ke wadah yang mempunyai dimensi
pemasukan sample bahan kecil.
6. Gelas ukur 50 ml. Digunakan untuk mengukur larutan atau zat cair
dengan akurat. Gelas ukur nantinya diperlukan pada saat mengukur
volume larutan heksana.
7. Hotplate dan Oven. digunakan sebagai alat untuk memanaskan atau
mengeringkan sampel (CPO) yang ada didalam cawan porselin.
Sedangkan bahan – bahan yang dibutuhkan pada saat praktikum kali ini
diantaranya yaitu:
1. CPO atau Crude Palm Oil, adalah minyak nabati dari kelapa sawit
yang bertanggung jawab atas arah produk strategis.
2. Heksana, adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus
kimia (C 6 H 14 ).
3. Kertas saring, digunakan untuk memisahkan partikel suspensi dari
cairan. Yang nantinya diletakkan diatas corong.
Langkah kerja Penentuan Kadar Air CPO menggunakan metode oven,
yaitu mula - mula kita harus melakukan pengeringan pada cawan porselin
kosong, masukkan cawan porselin dengan gegep kedalam oven dengan suhu 105-
120°C selama 15 menit, didinginkan dalam desikator. Desikator adalah wadah

11
yang terbuat dari bahan gelas yang kedap udara dan mengandung desikan yang
berfungsi untuk mendinginkan sampel/larutan. Didalam desikator terdapat silika
gel yang merupakan butiran berwarna ungu/biru yang berfungsi untuk mengikat
udara panas pada sampel/larutan. Setelah dingin, cawan porselin ditimbang
sebagai massa kosong. didapat massanya 53,8976 gr sebagai W. Kemudian
timbang kembali cawan (massanya tidak dicatat) tetapi timbangan jangan di tare
atau jangan di nolkan dan langsung ditimbang dengan teliti ± 10 gr contoh uji
CPO ke dalam wadah porselin tadi. Dengan tujuan sebagai pembanding yang
akurat antara massa cawan porselin kosong dengan massa cawan porselin yang
memiliki sample. Didapat massa W1 nya yaitu 63,8976 gr. Selanjutnya wadah
porselin dimasukkan kedalam oven. Perlu diperhatikan setiap akan
mengambil/menaruh cawan porselin tersebut gunakan gegep. Suhu pemanasan
tidak boleh lebih dari 105-120˚C. Apabila suhunya lebih dari 120˚C, maka dapat
menyebabkan penghancuran atau perubahan komponen CPO seperti asam lemak
bebas dan trigliserida menjadi bentuk yang berbeda, yang pada akhirnya akan
mempengaruhi hasil penentuan kadar air dan kotoran. Selain itu, suhu yang
terlalu tinggi juga dapat menyebabkan penguapan berlebihan, yang dapat
menghasilkan hasil yang salah atau tidak akurat. Selanjutnya, Panaskan hingga
kurang lebih 1 jam. Masukkan dan diamkan dalam desikator, lalu timbang
massanya. Didapat massa untuk W2 nya yaitu 63,8336 gr untuk massa pertama.
Setelah itu, ulangi perlakuan butir 4 sebanyak 2 kali dengan waktu 15 menit,
sampai massa konstan. Dikatakan massa konstan (massa stabil atau tidak ada
perubahan lagi) kalau penimbangan hanya berbeda di desimal ke – 3. Massa
kedua untuk W2 diperoleh yaitu 63,8345 gr, dan massa ketiganya 63,8310 gr.
Dari data diatas menunjukkan bahwa massa yang kami dapat untuk W2 nya
sudah dikatakan massa konstan. Dari percobaan yang telah kami lakukan yaitu
penentuan kadar air CPO dengan metode oven, maka diperoleh hasil akhir kadar
airnya yang terdapat pada CPO sebanyak 0,666 %.

12
Berikutnya, langkah kerja Penentuan Kadar Air CPO menggunakan
metode pemanasan menggunakan hotplate, yang pada dasarnya sama dalam
pengerjaannya hanya berbeda di alat pemanas dan dilakukan bersamaan dengan
metode oven. mula - mula kita harus melakukan pengeringan pada cawan
porselin kosong, masukkan cawan porselin dengan gegep diatas hotplate dengan
suhu 105-120°C selama 15 menit, didinginkan dalam desikator. Desikator adalah
wadah yang terbuat dari bahan gelas yang kedap udara dan mengandung desikan
yang berfungsi untuk mendinginkan sampel/larutan. Didalam desikator terdapat
silika gel yang merupakan butiran berwarna ungu/biru yang berfungsi untuk
mengikat udara panas pada sampel/larutan. Setelah dingin, cawan porselin
ditimbang sebagai massa kosong. didapat massanya 63,3096 gr sebagai W.
Kemudian timbang kembali cawan (massanya tidak dicatat) tetapi timbangan
jangan di tare atau jangan di nolkan dan langsung ditimbang dengan teliti ± 10 gr
contoh uji CPO ke dalam wadah porselin tadi. Dengan tujuan sebagai
pembanding yang akurat antara massa cawan porselin kosong dengan massa
cawan porselin yang memiliki sample. Didapat massa W1 nya yaitu 73,3048 gr.
Selanjutnya wadah porselin diletakkan ditas hotpate. Perlu diperhatikan setiap
akan mengambil/menaruh cawan porselin tersebut gunakan gegep. Suhu
pemanasan tidak boleh lebih dari 105-120˚C. Apabila suhunya lebih dari 120˚C,
maka dapat menyebabkan penghancuran atau perubahan komponen CPO seperti
asam lemak bebas dan trigliserida menjadi bentuk yang berbeda, yang pada
akhirnya akan mempengaruhi hasil penentuan kadar air dan kotoran. Selain itu,
suhu yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan penguapan berlebihan, yang
dapat menghasilkan hasil yang salah atau tidak akurat. Selanjutnya, Panaskan
hingga kurang lebih 1 jam. Masukkan dan diamkan dalam desikator, lalu timbang
massanya. Didapat massa untuk W2 nya yaitu 73,2737 gr untuk massa pertama.
Setelah itu, ulangi perlakuan butir 4 sebanyak 2 kali dengan waktu 15 menit,
sampai massa konstan. Dikatakan massa konstan (massa stabil atau tidak ada
perubahan lagi) kalau penimbangan hanya berbeda di desimal ke – 3. Massa

13
kedua untuk W2 diperoleh yaitu 73,2736 gr, dan massa ketiganya 73,2731 gr.
Dari data diatas menunjukkan bahwa massa yang kami dapat untuk W2 nya
sudah dikatakan massa konstan. Dari percobaan yang telah kami lakukan yaitu
penentuan kadar air CPO dengan metode pemanasan menggunakan hotplate,
maka diperoleh hasil akhir kadar airnya yang terdapat pada CPO sebanyak 0,31
%.
Setelah penentuan kadar air kita lanjut pada penentuan kadar kotoran
CPO (SNI CPO 01-2901-2006). Mula – mula, kertas saring dimasukkan kedalam
cawan porselin dan keringkan di dalam oven selama 30 menit, waktunya sama
dengan penentuan kadar air, lalu didinginkan di desikator. Perbedaan penentuan
kadar air dan penentuan kadar kotoran adalah menggunakan kertas saring yang
dimasukkan di cawan porselin. Kemudian cawan dan kertas saring ditimbang
pada neraca analitik sebagai massa kosong. Diketahui massa W1 nya 59,4264 gr.
Setelah itu, piala gelas kosong 100 ml ditimbang, didapat massa untuk W0 nya
60,4050 gr. Selanjutnya, timbang salah satu contoh uji (CPO) Crude Palm Oil
hasil penentuan kadar air (Perc. A) kedalam gelas piala 100 ml, massa W nya
yaitu 69,8452 gr. Perlu diketahui, hasil penentuan pada kadar air baik metode
oven atau hotplate yang dilakukan sebelumnya, untuk tidak dibuang CPO nya
melainkan digunakan kembali untuk tahap penentuan uji kadar kotoran CPO.
Lalu, ditambahkan pelarut heksana sebanyak 30 ml kedalam gelas piala berisi
CPO tadi. Pelarut heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan
rumus kimia (C 6 H 14 ).berfungsi sebagai pelarut untuk membersihkan sisa – sisa
CPO yang masih menempel di gelas piala tersebut. Kemudian, larutan CPO
disaring kedalam gelas piala. Dengan dilakukannya penyaringan maka akan
menempel sisa – sisa kotoran yang terdapat pada CPO. Tahap selanjutnya,
lakukan pencucian beberapa kali dengan menggunakan pelarut heksana sebanyak
10 ml. Lakukan pencucian sebanyak 2 kali. Pencucian dilakukan sampai ke
pinggir – pinggir kertas saring yang berada didalam corong tersebut. Hingga

14
kertas saring menunjukkan kembali bersih seperti semula. Dilanjutkan dengan
pemindahan kertas saring kedalam cawan porselin dan kertas saring bersih dari
minyak. Cawan porselin yang berisi kertas saring dipanaskan didalam oven
dengan suhu 105-120˚C selama 30 menit, dan didinginkan didalam desikator,
kemudian kertas saring ditimbang, sehingga didapat hasil penimbangan untuk
W2 nya 59,5330 gr. Massa kedua untuk W2 diperoleh yaitu 59,5332 gr, dan
massa ketiganya 59,5329 gr. Dari data diatas menunjukkan bahwa massa yang
kami dapat untuk W2 nya sudah dikatakan massa konstan. Dari percobaan yang
telah kami lakukan yaitu penentuan kadar kotoran CPO (SNI CPO 01-2901-
2006) maka diperoleh hasil akhir kadar kotorannya yang terdapat pada CPO
setelah dilakukan perhitungan sebanyak 1,12 %.
Pada penentuan kadar air CPO (SNI CPO 01-2901-2006) yang dilakukan
yaitu dengan uji metode oven dan uji metode pemanasan mnggunakan hotplate,
maka telah ditetapkan standar mutunya yaitu < 0,5 %. Dari data akhir yang
diperoleh untuk penentuan kadar air CPO dengan metode oven yaitu 0,666 %.
sedangkan untuk penentuan kadar air CPO dengan metode pemanasan
menggunakan hotplate diperoleh 0,31 %. Jadi, dapat disimpulkan bahwa untuk
penentuan kadar air CPO dengan metode oven hasilnya melebihi dari standar
mutunya, sedangkan penentuan kadar air CPO dengan metode pemanasan
menggunakan hotplate lebih rendah persentasenya dari pada standar mutunya.
Untuk penentuan kadar kotoran CPO (SNI CPO 01-2901-2006) maka
telah ditetapkan standar mutunya yaitu < 0,5 %, sama dengan penentuan kadar
air CPO. Dari data akhir yang diperoleh yaitu 1,12 %. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa kadar kotoran pada CPO nya jauh lebih tinggi persentasenya dibandingan
standar mutunya yang sudah ditetapkan.

15
BAB III. PENUTUP

III.1. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Penentuan kadar air CPO (SNI CPO 01-2901-2006). Dari data akhir yang
diperoleh untuk penentuan kadar air CPO dengan metode oven yaitu 0,666 %.
sedangkan untuk penentuan kadar air CPO dengan metode pemanasan
menggunakan hotplate diperoleh 0,31 %.
2. Penentuan kadar air metode oven dengan metode pemanasan menggunakan
hotplate pada dasarnya sama dan juga dilakukan secara bersamaan dalam
pengerjaannya. Hanya saja berbeda di alat pemanas yang digunakan. Yaitu
oven dan hotplate.
3. Penentuan kadar kotoran CPO (SNI CPO 01-2901-2006). Maka diperoleh
hasil akhir kadar kotorannya yang terdapat pada CPO setelah dilakukan
perhitungan sebanyak 1,12 %.

Kelarutan asam oksalat


semakin naik apabila
suhunya naik dan

16
semakin turun seiring
dengan penurunan suhu.
Hasil percobaan
bertutut-turut dari 40°C,
30°C, 20°C dan 10°C
konsentrasi asam
oksalatnya sebesar 0,045 M,
0,025 M, 0,02 M, dan 0,015
M.
2. Kalor pelarutan
diferensial merupakan
perubahan antalpi jika suatu

17
mol zat terlarut dilarutkan
dalam jumlah larutan tak
terhingga,
sehingga konsentrasinya
tidak berubah dalam
penambahan 1 mol zat
terlarut.
III.2. SARAN
1. Dalam melakukan praktikum ini, sebaiknya praktikan harus selalu
memperhatikan tiap perubahan suhu yang terjadi.
2. Setiap menaruh atau mengambil cawan porselin, praktikan diharuskan unuk
selalu menggunakan gegep.
3. Praktikan wajib menggunakan APD pada saat melaksanakan praktikum di
laboratorium.

18
DAFTAR PUSTAKA

Khairiah, Hanifah. 2023. Analisis Gravimetri Penentuan Kadar Air Dan Kadar
Kotoran Crude Palm Oil (CPO). Politeknik Kampar. Bangkinang. Hal 6-9.
https://www.scribd.com/document/373367884/SNI-01-2901-2006-Minyak-
kelapa-sawit-pdf.
https://www.google.com/search?
q=makna+cpo&oq=makna+cpo&aqs=chrome..69i57j33i160l2.3339j0j7&s
ourceid=chrome&ie=UTF-8.

19
Pada percobaan penentuan
berat molekul berdasarkan
pengukuran massa jenis
gas diawali dengan
menimbang labu
erlenmeyer kosong, lalu
dicatat beratnya.
Pada percobaan penentuan
berat molekul berdasarkan
pengukuran massa jenis
gas diawali dengan
menimbang labu

1
erlenmeyer kosong, lalu
dicata
Pada percobaan penentuan berat

Anda mungkin juga menyukai