DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3 :
KELAS : 1-KA
DOSEN PEMBIMBING : Ir. Aisyah Suci Ningsih, M.T
1
DAFTAR ISI
1
TITRASI REDOKS (PENENTUAN BESI)
1. TUJUAN PERCOBAAN
2. PERINCIAN KERJA
3. TEORI
2
MnO4- + 8H+ +5e Mn2+ + 4H2O
Reaksi yang paling banyak digunakan adalah reaksi pada larutan yang
sangat asam, dimana permanganat bereaksi dengan sangat cepat.
3
permanganat ditambahkan dengan cepat dalam larutan yang telah
diasamkan pada suhu kamar. Setelah reaksi sempurna larutan dipanaskan
sampai 600C dan titrasi diselesaikan pada suhu ini.
Neraca analitis
Kaca arloji 2
Erlenmeyer 250 ml, 500 ml 3,3
Buret 50 ml 2
Pipet ukur 25 ml 4
Gelas kimia 250 ml 3
Labu takar 100 ml, 250 ml, 500 ml 2,3,1
Spatula 2
Bola karet 4
Hot plate 3
Termometer 3
7. KESELAMATAN KERJA
Gunakan peralatan keselamatan kerja seperti sarung tangan dan
masker untuk menangani asam sulfat.
4
8. PROSEDUR PERCOBAAN
5
9. DATA PENGAMATAN
10. PERHITUNGAN
N = 0,1 N
Dik : g…?
𝑔𝑟
Jawab : BE KMnO4 = 𝐵𝑀 = 158,034 𝑚𝑜𝑙 = 31,6068 gr/ek
n 5
6
g = N . V . BE
g = 0,79 gr
M = 0,5 M % = 98 % = 0,98
Dit : V1…?
M1 = 18,35mol/L
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 18,35 mol/L = 100 ml . 0,5 mol/L
V1 = 2,7247 ml
𝑚𝑔 𝑁𝑎2𝐶2𝑂4
= V KMnO4 . N KMnO4
𝐵𝐸 𝑁𝑎2𝐶2𝑂4
300 𝑚𝑔
= 44,55 ml . N KMnO4
134 𝑚𝑜𝑙
2 𝑚𝑒𝑘
300 𝑚𝑔
N KMnO4 =
67 𝑚𝑔/𝑚𝑒𝑘 .44,55𝑚𝑙
7
10.3 PENENTUAN BESI DENGAN KMnO4
𝑚𝑒𝑘 𝑚𝑔
35,9333 𝑚𝑙 . 0,1005 . 56
𝑚𝑙 𝑚𝑒𝑘
= 25 𝑥 100
400 𝑚𝑔. 𝑚𝑙
100
= 20,22 %
56 𝑚𝑔/𝑚𝑒𝑘
= x 100
278,02 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
= 20,14 %
𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘−𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖
% kesalahan = x 100
Teori
20,22 %−20,14%
= x 100
20,14 %
= 0,3972%
11. PERTANYAAN
Jawab :
Keuntungan :
1. Harganya murah
8
2. Mudah diperoleh
Kerugian :
Jawab :
Jawab :
9
N KMnO 4 224,8 𝑚𝑔
= 197,8422 𝑚𝑔 = 44,22 ml . N KMnO4
𝑚𝑒𝑘
4
224,8 𝑚𝑔
N KMnO4 =
49,4605 𝑚𝑔/𝑚𝑒𝑘 .44,22 𝑚𝑙
= 0,03 mol/L
11
12. KESIMPULAN
Mg analit = 300 mg
% kesalahan = 0,3972 % ~ 4 %
\
\\\\\\\\\
12
LAMPIRAN GAMBAR ALAT
13
TITRASI REDOKS
1. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa dapat melakukan penentuan kadar vitamin C pada
tablet hisap vitamin C dengan metoda titrasi redoks.
2. RINCIAN PERCOBAAN
1. Standarisasi larutan baku
2. Penentuan kadar asam askorbat pada tablet hisap vit. C
3. TEORI DASAR
Vitamin C (Asam Askorbat)
Vitamin C atau asam askorbat merupakan zat pereduksi dan dapat
ditetapkan dengan titrasi redoks yang menggunakan larutan iod sebagai titran.
O O
CH2OH-CHOH-CH-COH=COH-C=O + I2 →CH2OH-CHOH-CH-C-C-C=O +
2H++ 2I-
Asam Askorbat Asam Dehidroaskorbat
Karena molekul itu kehilangan dua electron dalam titrasi ini, bobot
ekivalennya adalah separuh berat molekuknya, atau 88,07 g/ek.
Larutan Iod
Iod hanya sedikit dapat larut dalam air (0,00134 mol/liter pada 250C),
namun sangat larut dalam larutan yang mengandung ion iodida. Iod membentuk
14
kompleks triodida dengan iodida.
I2 + H2O I3-
15
Iod cenderung dihidrolisis, dengan membentuk asam idodida dan hipoiodit.
I2 + H2O HIO + H+ + I-
Kondisi yang meningkatkan derajat hidrolisis haruslah dihindari. Titrasi
tak dapat dilakukan dalam larutan yang sangat biasa, dan larutan standar iod
haruslah disimpan dalam botol gelap untuk mencegah penguraian HIO olehcahaya
matahari,
Asam hipoiodit dapat juga diubah menjadi iodat dalam larutan basa,
3HIO + 3OH- 2I-+ IO3- + 3H2O
Standardisasi
Larutan iod standar dapat disiapkan dengan menimbang langsung iodmurni
dan melarutkannya serta mengencerkannya dalam sebuah labu volumetric. Iod itu
dimurnikan dengan sublimasi dan ditambahkan ke dalam larutan KI pekat,yang
ditimbang dengan tepat sebelum maupun sesudah penambahan iod. Tetapi larutan
itu biasanya distandardisasi dengan standar primer yaitu As2O3.
Indikator Kanji
Warna larutan iod 0,1 N cukup tua sehingga iod dapat bertindak sebagai
indikatornya sendiri. Iod juga memberikan suatu warna ungu atau lembayung pada
pelarut seperti karbon tetra klorida atau kloroform, dan kadang-kadang digunakan
dalam mendeteksi titik akhir titrasi. Tetapi lebih lazim digunakan suatu larutan
kanji, karena warna biru tua kompleks pati-iod berperan sebagai uji kepekatan
terhadap iod. Kepekatan itu lebih besar dalam larutan sedikit asam daripada dalam
larutan netral dan lebih besar dengan adanya ioniodida.
Larutan kanji mudah terurai oleh bakteri, suatu proses yang dapat dihambat
dengan sterilisasi atau dengan penambahan suatu pengawet. Hasil uraiannya
mengkonsumsi iod dan berubah kemerahan. Merkurium (II) iodida, asam borat
atau asam furoat dapat digunakan sebagai pengawet. Kondisi yang menimbulkan
hidrolisis atau koagulasi kanji hendaknya dihindari. Kepekaan indicator akan
16
berkurang dengan naiknya temperatur dan oleh beberapa bahan organik seperti
metil dan metil alkohol.
17
7. KESELAMATAN KERJA
Menggunakan peralatan keselamatan kerja seperti sarung tangan
dan masker dalam menangani larutan asam pekat.
8. LANGKAH KERJA
Pembuatan Larutan Iod
Menimbang 12,7 g iod, taruh dalam gelas kimia 250ml.
Menambahkan 40 g kalium iodida dan 25 ml air, mengaduk,
memindahkan ke labu ukur 1 liter, mengencerkan dan
menghomogenkannya.
Pembuatan LarutanAs2O3
Menimbang As2O3 1,25 g, taruh dalam gelas kimia 250ml
Menambahkan 3 g NaOH dan 10 ml air. Melarutkannya.
Kemudian menambahkan 50 ml air, 2 tetes indikator PP
Menambahkan 1 ml HCl 1:1
Memindahkan larutan ke dalam labu ukur 250 ml, mengencerkan sampai
tanda batas
18
Penentuan Vitamin C
9. DATA PENGAMATAN
Perubahan warna
No. Percobaan Volume Iod (ml)
Sebelum Sesudah
Rata-rata 25,3 ml
PENENTUAN VITAMIN C
Perubahan warna
No. Percobaan Volume Iod (ml)
Sebelum Sesudah
19
Sampel Air Jeruk
Perubahan warna
No. Percobaan Volume Iod (ml)
Sebelum Sesudah
Rata-rata 2,2 ml
10. PERHITUNGAN
As2O3 2H3AsO4
2HAsO2 H3AsO4 + 4e-
𝑔𝑟+ As2O3
= VI2 X N12
𝐵𝐸 As2O3
25
1250 𝑚𝑔 . 𝑚𝑙
250
197.8422.𝑚𝑔/𝑚𝑒𝑘 = 25,3 ml x NI2
4
1250 mg .0,1 ml
NI2 =
49,4605 𝑚𝑔/𝑚𝑒𝑘 .25,3 𝑚𝑙
1251 𝑚𝑙
NI2 = NI2 = 0,0998 mek / ml
1,251,3506 𝑚𝑒𝑘
Penentuan Vitamin C
O O
CH2OH-CHOH-CH-COH=COH-C=O+I2 CH2OH-CHOH-CH-C-C-C=O +
2H++2I-
20
Penentuan Vitamin C Pada You C1000
𝑚𝑔
VI2 X NI2 =
𝐵𝐸
𝑚𝑔
10,9333 X 0,0998 =
88,0795/𝑒𝑘
96,0943 = Mg
140 ml
Vitamin C dalam 1 botol = x 96,0943 = 1345,32 mg
10 ml
99,3366 = Mg
21
11. PERTANYAAN
Jawab :
Jawab :
Ferosianida
Arsentrik(III)
Atimun(III)
Timah(II)
Belerang
Perosamida
Tiosulfat
Vitamin C
22
12. ANALISA DATA
Pada praktikum analisa kuantiatif vitamin C dalam sampel, metoda yang
digunakan yaitu metoda titrasi iodimetri (titrasi langsung). Hal ini berdasarkan
sifat vitamin C yang dapat bereaksi dengan iodin. Sehingga pada percoban ini I2
sebagai titrannnya. Percobaan ini dilakukan untuk standardisasi larutan iod dan
penentuan kadar vitamin C pada sampel air jeruk yaitu you c 1000.
Langkah awal yang kami lakukan yaitu standardisasi larutan iod. Kami
memipet 25 ml larutan arsenit, mengencerkan dengan 50 ml air, menambahkan 3
gram NaHCO3 sebagai buffer larutan dan menambahkan 5 ml indikator kanji.
Larutan iod (I2), larutan arsenit (As2O3), dan indikator kanji (C6H10O5) harus
dibuat terlebih dahulu. Setelah itu, mentitrasi larutan tersebut dengan iod sebanyak
tiga kali percobaan. Titrasi dilakukan sampai terjadinya perubahan warna dari
bening menjadi coklat dan didapatkan volume rata-rata larutan iod sebanyak 25,3
ml.
Pada penentuan vitamin c, kami menggunakan sampel air jeruk dan you
c 1000. Pada sampel air jeruk, kami memipet 100 ml air jeruk dan dimasukkan
kedalam masing-masing 3 erlenmeyer, lalu menambahkan 5 ml indikator kanji.
Setelah itu, menitrasi dengan larutan iod (I2) sebanyak 3 kali percobaan hingga
terjadi perubahan warna dari orange menjadi hijau lumut. Maka diperoleh rata-
rat volume titran yaitu 10,9333 ml.
Pada you c 1000, kami memipet 10 ml dan dimasukkan ke dalam
masing-masing erlenmeyer, lalu menambahkan 5 ml larutan kanji. Setelah itu,
menitrasi dengan larutan iod (I2) sebanyak 3 kali percobaan hingga terjadi
perubahan warna dari kuning menjadi cokelat. Maka diperoleh rata-rata
volume titran yaitu 2,2 ml.
23
13. KESIMPULAN
24
LAMPIRAN GAMBAR ALAT
25
TITRASI PENGENDAPAN / ARGENTOMETRI
(PENENTUAN KLORIDA)
1. TUJUAN PERCOBAAN
2. RINCIAN KERJA
1) Standarisasi larutan AgNO3
2) Penentuan kadar klorida pada cuplikan
3. TEORI
Pada titrasi yang melibatkan garam-garam perak, ada tiga indicator yang dapat
dipergunakan. Metode Mohr menggunakan ion kromat CrO42- untuk mengendapkan AgCrO4
berwarna coklat. Metode Volhard menggunakan ion Fe3+ untuk membentuk kompleks
berwarna dengan ion tiosianat SCN- dengan metode Fajans menggunakan “ Indicator Absorbsi
“.
Seperti suatu sistem asam basa dapat digunakan sebagai suatu indicator untuk titrasi
asam basa, maka pembentukan endapan dapat juga digunakan sebagai petunjuk akhir suatu
titrasi. Pada metode Mohr, yaitu penentuan klorida dengan ion perak dengan indiktor ion
Kromat, penampilan pertama yang tetap dari endapan perak kromat yang berwarna kemerah-
merahan dianggap sebagai suatu titik akhir titrasi.
Merupakan hal yang diinginkan bahwa pengendapan indikator dekat pada titik
ekuivalen. Perak Kromat lebih larut ( sekitar 8,4 x 10-5 mol/liter ) daripada perak klorida ( 1 x
10-5 mol/liter ). Jika ion perak ditambahkan kepada sebuah larutan yang mengandung ion
2
klorida dalam konsentrasi yang besar dan ion kromat dalam konsentrasi yang kecil, maka perak
klorida akan terlebih dahulu mengendap membentuk endapan berwarna putih, perak kromat
baru akan terbentuk sesudah konsentrasi ion perak meningkat sampai melampaui harga Kkel
Perak Kromat.
Metode Mohr dapat juga digunakan untuk penentuan ion bromida dengan perak nitrat,
selain itu juga dapat menentukan ion sianida dalam larutan yang sedikit alkalis.
7. PROSEDUR PERCOBAAN
8. DATA PENGAMATAN
Sampel KCL
9. PERHITUNGAN
𝑚𝑔 𝑁𝑎𝐶𝑙
V AgNO3 × N AgNO3 =
𝐵𝐸 𝑁𝑎𝐶𝑙
𝑚𝑔 𝑁𝑎𝐶𝑙
N AgNO3 =
𝐵𝐸 𝑁𝑎𝐶𝑙× V AgNO3
100 𝑚𝑔
N AgNO3 =
58,44 𝑚𝑔/𝑚𝑒𝑘 × 18,7ml
% Cl praktikum = 49,82 %
𝐵𝐸 𝐶𝑙
% Cl teori = × 100
𝐵𝑀 𝐾𝐶𝑙
35,453 𝑚𝑔/𝑚𝑒𝑘
% Cl teori = × 100
74,5513 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
% Cl teori = 47,55 %
𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚−𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
% kesalahan = × 100
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
49,82−47,55
% kesalahan = × 100
47,55
2
% kesalahan = 4,77%
10. PERTANYAAN
1. Apakah yang dimaksud dengan argentometri ?
Jawab :
Argentometri adalah suatu cara untuk menentukan konsentrasi zat dalam suatu larutan
yang dilakukan dengan cara titrasi berdasarkan pembentukan endapan ion Ag+ atau
metode titrasi dengan menggunakan larutan perak nitrat sebagai titran.
2. Pada titrasi yang telah anda lakukan diatas, tuliskan apa yang bertindak sebagai
ditentukan
1. SO42- Pb(NO3)2 Ditizon
Pb(NO3)2 Tritrosin B
Ba(ClO4)2 Torin
2. PO42- BaCl2 Alizarin merah s
Pb(Ac)2 Dibromofluorecein
Pb(Ac)2 Diklorofluorecein
3. 2- Pb(Ac)2 Fluorecein
C2O4
4. Cl- , Br- Hg2(NO3)2 Birubromfenol
Pada percobaan yang telah kami lakukan, kami menggunakan metode more dimana
pada proses standarisasi larutan standar AgNO3 kami menimbang 0,1 gram Nacl kemudian
ditambahkan 50 ml air suling dan 2 ml kalium kromat 0,1 M maka larutan akan berubah dari
warna bening menjadi kuning neon. Setelah dititrasi dengan AgNO3 terjadi perubahan
warna menjadi merah terakota dan didapatkan volume rata-rata titran dari ketiga Erlenmeyer
2
yaitu 18,3 ml.
Pada penentuan Cl- kami menggunakan analit KCl 0,25 gram yang kemudian
dilarutkan dalam labu ukur 100 ml. Lalu mengalikot 25 ml ke masing- masing tiga
Erlenmeyer dan ditambahkan 3 tetes indikator kalium kromat. Setelah itu dititrasi dengan
larutan AgNO3 sehingga terjadi perubahan warna dari kuning neon menjadi merah terakota
dan terdapat endapan Cl- maka rata-rata volume titran adalah 10,6 ml.
12. KESIMPULAN
% Cl praktikum = 49,82 %
% Cl teori = 47,55 %
% kesalahan = 4,77 %
Perubahan warna = Kuning neon ke merah terakota
2
LAMPIRAN GAMBAR ALAT
2
ANALISIS AIR (PENENTUAN COD)
1. TUJUAN PERCOBAAN
2. PERINCIAN KERJA
1. Standardisasi FAS
3. TEORI
2
Sebagian besar zat organis melalui tes COD ini dioksidasi oleh larutan
K2Cr2O7 dalam keadaan asam yang mendidih:
AE
CaHbOc + Cr2O72- + H+ CO2 + H2O + Cr3+
Ag2SO4
Warna Kuning Warna Hijau
Selama reaksi yang berlangsung + 2 jam ini, uap direfluk dengan alat
kondensor, agar zat organis volatile tidak lenyap keluar.
Perak sulfat Ag2SO4 ditambahkan sebagai katalisator untuk mempercepat
reaksi. Sedangkan merkuri sulfat ditambahkan untuk menghilangkan gangguan
klorida yang pada umumnya ada di dalam air buangan.
Untuk memastikan bahwa hampir semua zat organis habis teroksidasi maka
zat pengoksidasi K2Cr2O7 masih harus tersisa sesudah direfluk. K2Cr2O7 yang
tersisa di dalam larutan tersebut digunakan untuk menentukan berapa oksigen yang
telah terpakai. Sisa K2Cr2O7 tersebut ditentukan melalui titrasi dengan Ferro
Aluminium Sulfat (FAS), di mana reakksi yang berlangsung adalah sebagai berikut:
Indikator Ferroin digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi yaitu di saat
warna hijau biru larutan berubah menjadi coklat merah. Sisa K2Cr2O7 dalam larutan
blanko adalah K2Cr2O7 awal, karena diharapkan blanko tidak mengandung zat
organis yang dapat dioksidasi oleh K2Cr2O7.
6. KESELAMATAN KERJA
Gunakan peralatan keselamatan kerja seperti masker dan sarung tangan
dalam menangani larutan asam sulfat pekat.
7. LANGKAH KERJA
7.1 Pembutan Reagen:
2
dapat dioksidasi oleh oksigen dari udara.
(BM = BM = 390).
7.2 Standarisasi Larutan FAS
• Mengencerkan 10 ml larutan standar K2Cr2O7 dengan air suling sampai
100 ml dalam beker gelas
• Menambahkan 30 ml H2SO4 pekat
• Mendinginkan, kemudian menambahkan indicator Ferroin 2-3 tetes
• Dititrasikan dengan FAS sampai warna larutan berubah dari hijau kebiru-
biruan menjadi orange kemerah-merahan.
7.3 Penentapan COD
• Memipet sebanyak 25 ml sampel air ke dalam erlenmeyer 500 ml yang
berisi 5-6 batu didih
• Menambahkan 400 mg HgSO4
• Menambahkan 0,4 g K2Cr2O7 0,25 N
• Menambahkan 35 ml asam sulfat pekat (yang telah dicampur Ag2SO4)
• Memanaskan selama 2 jam sampai mendidih dengan alat reflux
• Didinginkan, lalu menambahkan aquadest 50 ml
• Menambahkan 3 tetes indicator ferroin
• Dititrasikan dengan FAS, mencatat volume titran
• Melakukan titrasi blanko, air sampel diganti dengan aquadest.
8. DATA PENGAMATAN
8.1 Standarisasi FAS
Volume FAS Perubahan Warna
No (ml) Sebelum Selama titrasi Setelah
1 24,8 ml Orange Hijau-Biru Coklat
kemerahan
2 24,6 ml Orange Hijau-Biru Coklat
kemerahan
3 24,2 ml Orange Hijau-Biru Coklat
kemerahan
2
8.2 Penetapan COD
• Sampel Air Got
Volume FAS Perubahan warna saat refluks Perubahan warna saat titrasi
(ml) Sebelum Setelah Sebelum Setelah
11, 8ml Orange Hijau Hijau Coklat
kemerahan
• Blanko (Aquadest)
Volume FAS Perubahan warna saat refluks Perubahan warna saat titrasi
(ml) Sebelum Setelah Sebelum Setelah
21 ml Orange Hijau Hijau Coklat
kemerahan
9. PERHITUNGAN
9.1 STANDARISASI FAS
2
9.2 PENETAPAN COD
COD = (a-b) ml x N FAS x O/2 x 1000 (mg/L)
25 ml
10. PERTANYAAN
1. Apakah perbedaan antara COD dan BOD?
Jawab:
- COD (Chemical Oxygen Demand) adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
reaksi oksidasi terhadap bahan buangan di dalam air.
- BOD (Biological Oxygen Demand) adalah kebutuhan oksigen biologis untuk
memecah bahan buangan di dalam air oleh mikroorganisme.
2. Pada penetapan COD terjadi reaksi antara DAS sebagai titran dengan K2Cr2O7
sebagai analit. Termasuk titrasi apakah penetapan COD?
Jawab: Titrasi langsung/titrasi redoks.
Pada percobaan ini dapat dianalisis bahwa untuk menetapkan COD pada air
buangan/air sampel melakukan beberapa tahapan. Yang pertama yaitu melakukan
pembuatan larutan, standarisasi FAS, dan penentuan COD pada sampel air got.
Pada standarisasi FAS menggunakan K2Cr2O7 yang telah ditambahkan 30
ml H2SO4 pekat dan 3 tetes indikator ferroin. Kemudian dititrasi dan didapat rata-
rata volume titran yaitu 24,5333 ml. Terjadi perubahan warna orange menjadi coklat
kemerahan. Lalu didapatkan Normalitas FAS yaitu 0,1014 mek/ml.
Pada penetapan COD, kami menggunakan sampel air got dan juga
menggunakan blanko (aquadest). Pada sampel air got didapatkan volume titran 11,8
ml dan terjadi perubahan warna dari hijau menjadi coklat kemerahan. Sedangkan
2
pada blanko (aquadest) didapatkan volume titran 21 ml dan terjadi perubahan warna
dari hijau menjadi coklat kemerahan. Berdasarkan perhitungan penetapan COD
didapatkan jumlah COD sebanyak 298,5216 mg/L. Nilai tersebut termasuk kelas 3
yang diperuntukkan untuk Pembudidayaan ikan air tawar, Peternakan, dan Air untuk
mengairi tanaman.
12. KESIMPULAN
Pada percobaan kali ini dapat disimpulkan bahwa:
• Pada Standarisasi FAS
V FAS: 24,5333 ml
N FAS: 0,1014 mg/mek
Perubahan warna: Orange menjadi coklat kemerahan
• Pada Penetapan COD
- Sampel Air Got
V FAS: 11,8 ml
Perubahan warna: Hijau menjadi coklat kemerahan
- Blanko (aquadest)
V FAS: 21 ml
Perubahan warna: Hijau menjadi coklat kemerahan
- Nilai Penetapan COD: 289,5216 mg/L
Tidak sesuai dengan baku mutu peraturan pemerintah nomor 82 tahun 2001 sebesar
25 mh/L.
2
LAMPIRAN GAMBAR ALAT
2
ANALISIS AIR (PENENTUAN KESADAHAN/ION Ca2+)
1. TUJUAN PERCOBAAN
2. PERINCIAN KERJA
3. TEORI
Kesadahan dalam air terutama disebabkan oleh ion – ion Ca2+ dan Mg2+ ,
juga oleh Mn2+ , Fe2+ dan semua kation bermuatan dua. Air yang kesadahannya
tinggi biasanya terdapat pada air tanah di daerah yang bersifat kapur , dimana Ca2+
dan Mg2+ berasal.
Kesadahan air dapat ditentukan dengan titrasi langsung dengan titran asam
Etilen Diamin Tetra Asetat (EDTA) dengan mengunakan indicator Eriochrome
Black T atau Calmagite. Sebelumnya EDTA distandarisasi dengan larutan standar
kalsium, biasanya standar primer yang digunakan adalah CaCO3.
2
Etilen diamin tetra asetat :
2
Struktur Eriochrome Black T :
Erlenmeyer 250 ml 6
Buret 50 ml 2
Pipet ukur 25 ml 2
Pipet volume 25 ml 2
Bola karet 2
Pipet tetes 2
Corong 2
CaCO3.pa
MgCl2.6H2O
HCl
2
Aquadest
Larutan Buffer pH 10
Kertas lakmus
6. LANGKAH KERJA
Kemudian dipindahkan ke dalam labu ukur 500 ml, ditambahkan air sampai
500 ml, dihomogenkan
Menimbang dengan teliti 0,2 gr CaCo3 murni yang telah dikeringkan pada
100 ℃
Menambahkan setetes demi setetes HCl 1:1 sampai berhenti bergelagak dan
larutan menjadi jernih
2
6.5 Standarisasi Larutan Natrium EDTA
Menambahkan 1 ml buffer
7. DATA PENGAMATAN
Perubahan warna
No. Percobaan Volume EDTA (ml)
Sebelum Sesudah
Rata-rata 20,5 ml
2
Perubahan warna
No. Percobaan Volume EDTA (ml)
Sebelum Sesudah
Rata-rata 1,8333 ml
8. PERHITUNGAN
200 𝑚𝑔 𝑥 25𝑚𝑙/250𝑚𝑙
N EDTA =
100,09 𝑚𝑔/𝑚𝑒𝑘 𝑥 20,5𝑚𝑙
= 1,7799 mg
1000𝑚𝑙
𝑥 1,7799𝑚𝑔
𝐿
= 50 𝑚𝑙
= 35,598 ppm
Jadi, 35, 598 ppm menunjukkan derajat kesadahan yang Slightly Hard
2
9. PERTANYAAN
Jawab :
Jawab :
2
klorida dan larutan diencerkan menjadi 250 ml dalam suatu botol ukur.
Sebuah alikot 50 ml memerlukan 42,74 ml larutan EDTA untuk titrasi.
Hitung molaritas larutan EDTA!
Jawab :
𝑔𝑟 𝐶𝑎𝐶𝑂3 𝑔𝑟 𝑎𝑙𝑖𝑘𝑜𝑡
=
𝑉 𝐶𝑎𝐶𝑂3 𝑉 𝑎𝑙𝑖𝑘𝑜𝑡
0,2428 𝑔𝑟 𝑔𝑟 𝑎𝑙𝑖𝑘𝑜𝑡
=
250 𝑚𝑙 50 𝑚𝑙
gr alikot = 0,4856 gr
𝑔𝑟 𝑎𝑙𝑖𝑘𝑜𝑡
= V EDTA X M EDTA
𝐵𝑀 𝐶𝑎𝐶𝑂3
0,4856 𝑔𝑟
= 0,04274 L X M EDTA
100,09 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
Kesadahan dalam air terutama disebabkan adanya ion Ca2+ dan Mg2+
kesadahan air dapat ditentukan dengan titran langsung dengan menggunakan EDTA
serta larutan buffer dan indicator Eriochrome Black T.
Pada penentuan kesadahan, kami menggunakan sampel air sumur bor yang
2
berada di daerah talang betutu yang ditambahkan larutan buffer dan indicator
Eriochrome Black T. Kemudian di titrasi dan didapat rata rata volume titran yaitu
1,8333 ml. Kemudian terjadi perubahan warna dari merah anggur menjadi biru.
11. KESIMPULAN
V EDTA = 20,5 ml
mg CaCO3 = 1,8333 mg
V EDTA = 1,8333 ml
2
LAMPIRAN GAMBAR ALAT
2
PENENTUAN ASAM LEMAK BEBAS (ALB)
1. TUJUAN PERCOBAAN
2. RINCIAN KERJA
3. TEORI
Kenaikan kadar ALB ditentukan mulai dari saat tandan buah sawit dipanen
sampai tandan diolah di pabrik. Pembentukan ALB pada buah disebabkrdff
2
pecahnya membran vacuola (yang memisahkan minyak dari komponen sel)sehingga
minyak bercampur dengan air sel. Dengan dikatalisir oleh enzim lipase, lemak terhidrolisa
membentuk ALB dan gliserol. Semakin lama reaksiini berlangsung, maka semakin
banyak ALB yang terbentuk.
Asam Palmitat
Salah satu asam lemak yang paling mudah diperoleh adalah asam palmitat
atau heksadekanoat. Tumbuh-tumbuhan dari famili Palmaceae seperti kelapa
(Cocos nucifera) dan kelapa sawit (Elaeis guineensis) merupakan sumber utama
asam lemak ini. Minyak kelapa bahkan mengandung hampir semuanya palmitat
(92%). Minyak sawit mengandung sekitar 50% palmitat. Produk hewani juga
banyak mengandung asam lemak ini (dari mentega, keju, susu, dan juga daging).
Asam palmitat adalah asam lemak jenuh yang tersusun dari 16 atom
karbon(CH3(CH2)14COOH). Pada suhu ruang, asam palmitat berwujud padat
berwarna putih. Titik leburnya 63,1ᵒC.
2
Dalam industri, asam palmitat banyak dimanfaatkan dalam bidang
kosmetika dan pewarnaan. Dari segi gizi, asam palmitat merupakan sumber kalori
penting namun memiliki daya antioksidasi yang rendah.
Kaca arloji 2
Erlenmeyer 250 ml 6
Buret 50 ml 2
Spatula 2
Bola karet 4
KOH
Asam palmitat
Aquadest
2
7. LANGKAH KERJA
Menitrasi dengan KOH sampai terjadi perubahan warna dari kuning bening
menjadi kebiru-biruan
8. DATA PENGAMATAN
Perubahan warna
No. Percobaan Volume KOH (ml)
Sebelum Sesudah
2
3 38,3 ml Kuning Bening Kebiru-biruan
Rata-rata 37,5 ml
8.2 Penentuan Kadar ALB Pada Minyak Jelantah dan Minyak Goreng
Perubahan warna
No. Percobaan Volume KOH (ml)
Sebelum Sesudah
Perubahan warna
No. Percobaan Volume KOH (ml)
Sebelum Sesudah
9. PERHITUNGAN
gr KOH = N x V x BE
= 1,4027 gr
2
9.2 Standardisasi Larutan Baku KOH
𝑚𝑔 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑝𝑎𝑙𝑚𝑖𝑡𝑎𝑡
V KOH x N KOH =
𝐵𝐸 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑝𝑎𝑙𝑚𝑖𝑡𝑎𝑡
1000 𝑚𝑔
37,53 ml x N KOH =
256,43 𝑚𝑔/𝑚𝑒𝑘
1000 𝑚𝑔
N KOH =
256,43 𝑚𝑔/𝑚𝑒𝑘 𝑥 37,5 𝑚𝑙
= 4,4387 %
= 2,4778 %
10. PERTANYAAN
2
Indicator : Thymol blue
Pada penentuan kadar ALB pada minyak jelantah dan minyak goreng
menggunakan indicator thymol blue. Setelah dititrasi dengan larutan KOH terjadi
perubahan warna dari putih kekuningan menjadi kebiru-biruan dan diperoleh rata –
rata volume titran dari sampel minyak jelantah yaitu 1,666 ml dan minyak goreng
0,93 ml.
12. KESIMPULAN
% ALB = 4,4483%
% ALB = 2,4778
2
LAMPIRAN GAMBAR ALAT
Spatula
2
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, Dr, Ir & Sri Sumestri, Ir., MSc., 1984, Metoda Penelitian Air, Usaha
Nasional, Surabaya.
Nishiyama, M., 1996, Kaidah Umum untuk Analisa Kimia, Puslitbag Kimia
terapan, LIPI, Bandung
Vogel, 1990, Analisis Anorganik Kualitatif, Makro dan Semimikro, Edisi kelima,
PT Kalman Media Pusaka, Jakarta
2
LAMPIRAN
HASIL PERCOBAAN
- Air jeruk
2
Penentuan Klorida dengan AgNO3 (sampel KCl
2
Analisis Air (Penentuan COD)
Standardisasi FAS
Nilai COD
2
Penentuan Kesadahan
2
2