Anda di halaman 1dari 18

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II

DISUSUN OLEH

GEBHARDUS D. GELYAMAN, S.Si, M.Sc


JEFRY PRESSON, S.Si, M.Sc
NOVIANA M. OBENU, S.Si, M.Si
EDUARDUS EDI, S.Pd, M.Si

KEFAMENANU
PRODI KIMIA FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIMOR 2019

i
KATA PENGANTAR

Praktikum kimia dasar adalah salah satu bentuk upaya peningkatan keterampilan
mahasiswa dalam menguasai teknik-teknik di laboratorium. Selain itu, praktikum juga
membantu mahasiswa untuk memahami materi kuliah secara lebih mendalam. Walaupun
demikian, perlu adanya keselarasan teori dan eksperimen agar mahasiswa memiliki
pengetahuan komprehensif terhadap percobaan yang akan dilakukan. Oleh karena itu,
penuntun praktikum ini dibuat agar mahasiswa memiliki kerangka acuan dan pola pikir
sistematis untuk mengarahkan mahasiswa melakukan dan memahami setiap percobaan.
Tiada gading yang tak retak, penyusun mengharapkan kritik dan saran apabila terdapat
kekurangan dalam penuntun praktikum ini. Terimakasih kepada pihak-pihak yang
berkontribusi. Semoga penuntun praktikum kimia dasar II ini bermanfaat bagi pengembangan
ilmu pengetahuan penggunanya.

Kefamenanu, Maret 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
PERCOBAAN 1 PEMBUATAN DAN PENGENCERAN LARUTAN ................................. 1
PERCOBAAN 2 PENENTUAN PERUBAHAN ENTALPI PELARUTAN MnSO4.H2O
DAN GLUKOSA ......................................................................................... 4
PERCOBAAN 3 PENENTUAN LAJU PELARUTAN NaCl DAN GLUKOSA.................... 6
PERCOBAAN 4 PEMBUATAN MINIATUR GEOMETRI MOLEKUL SENYAWA
KIMIA MENGGUNAKAN PLASTISIN .................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 14
LAMPIRAN SUSUNAN LAPORAN PRAKTIKUM ............................................................ 15

ii
PERCOBAAN 1
PEMBUATAN DAN PENGENCERAN LARUTAN

A. Tujuan percobaan
- Mempelajari pembuatan larutan HCl 1 M dari larutan induk.
- Mempelajari pembuatan larutan Ba2+ 0,05 M dengan konsentrasi tertentu dari padatan
garam BaCl2.2H2O.
- Mempelajari pengenceran larutan Ba2+ dari konsentrasi tinggi menjadi konsentrasi
rendah.

B. Dasar pemikiran
Sebagian besar reaksi kimia berlangsung dalam fase larutan. Larutan tersusun dari
pelarut dan zat terlarut. Air merupakan pelarut yang umum yang dapat melarutkan senyawa-
senyawa ionik dan senyawa-senyawa polar. Air memiliki konstanta dielektrik yang tinggi
sehingga dapat menstabilkan muatan dari senyawa-senyawa yang larut dalam air.
Asam klorida merupakan senyawa polar yang terionisasi menjadi ion H+ dan Cl-.
Bertambahnya pelarut air menurunkan konsentrasi dari ion H+ dan Cl-. Hal yang serupa terjadi
ketika garam BaCl2.2H2O dilarutkan dalam air. Pengenceran larutan dari larutan yang lebih
pekat atau pembuatan larutan dari padatan garam menghasilkan larutan dengan sifat kimia yang
mengalami perubahan dari keadaan sebelumnya. Misalnya HCl dalam keadaan sangat encer
memiliki korosifitas yang kecil, ataukah BaCl2 beracun ketika memiliki konsentrasi sangat
tinggi. Oleh karena itu, seorang kimiawan tentunya harus menguasai teknik-teknik dasar
laboratorium dalam menangani hal tersebut.
Salah satu teknik dasar di laboratorium kimia adalah pada proses pembuatan dan
pengenceran larutan. Hal ini diperlukan selain untuk menangani zat-zat kimia berbahaya juga
untuk menghitung stoikiometri reaksi kimia dari zat-zat yang dicampurkan. Oleh karena itu,
pada praktikum kali ini akan diulang lagi teknik pembuatan larutan dan pengenceran larutan,
dengan menggunakan rumus umum yang disajikan pada bagian prosedur kerja.

C. Bahan dan alat


Bahan : BaCl2.2H2O dan HCl pekat, akuades
Peralatan : Neraca analitik, 2 buah spatula, 2 batang pengaduk kaca, 2 buah cawan petri,
2 buah gelas beker 100 mL, 2 buah labu takar 100 mL beserta penutupnya, 2 buah botol
penyimpan larutan, 2 buah pipet volum 10 mL, gelas ukur, botol semprot, kertas label.

1
D. Prosedur kerja
1. Pembuatan 100 mL larutan HCl 1 M dari larutan induk HCl pekat.
- Ambilah V1 mL HCl dari larutan induk menggunakan pipet volum !
- Tempatkanlah V1 mL tersebut ke dalam labu takar 100 mL !
- Encerkanlah larutan tersebut hingga tanda batas labu takar 100 mL!
- Agitasi larutan tersebut dan biarkanlah larutan homogen selama 5 menit !
- Tempatkanlah larutan hasil pengenceran di dalam botol penyimpan larutan dan
berilah label pada botol tersebut!
- V1 mL dapat diperoleh dengan rumus :
M2.V2 𝜌. 10. %
M1.V1 = M2.V2  V1 = dengan M1 =
M1 mr
Dimana :
M1 = molaritas larutan awal
M2 = molaritas larutan setelah diencerkan
V1 = sejumlah volume awal yang diambil dari M1
V2 = volume larutan setelah diencerkan
ρ = massa jenis larutan induk
% = kadar larutan induk
mr = massa molekul relatif dari larutan induk

2. Pembuatan larutan 100 mL Ba2+ 0,05 M dari garam BaCl2.2H2O.


- Timbanglah x gram padatan BaCl2.2H2O dan larutkanlah dengan sejumlah mL
akuades (mL akuades < 20 mL) !
- Masukkanlah larutan tersebut ke dalam labu takar 100 mL, dan bilaslah gelas beker
x gram tersebut beberapa kali dengan sedikit akuades, kemudian akuades
bilasannya dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL. ( total mL akuades bilasan <
20 mL).
- Encerkanlah larutan x dengan akuades hingga tanda batas labu takar 100 mL!
- Agitasi larutan x beberapa kali dan biarkan homogen selama 5 menit!
- Pindahkanlah larutan tersebut ke dalam botol penyimpan dan berilah label pada
botol tersebut!
- x gram BaCl2.2H2O yang ditimbang diperoleh dengan rumus :
gram Ba = mol Ba x Ar Ba
Mr BaCl2 . 2H2 O
x gram BaCl2 . 2H2 O = x gram Ba
Ar Ba

2
3. Pengenceran larutan Ba2+ 0,05M yang diperoleh dari garam BaCl2. 2H2O menjadi 0,003
M Ba2+ 100 mL.
- Ambil dan masukkanlah sejumlah a mL BaCl2 0,05M ke dalam labu takar 100
mL
- Encerkanlah larutan tersebut dengan akuades hingga tanda batas labu ukur 100
mL.
- Agitasi larutan tersebut dan biarkanlah larutan homogen selama 5 menit !
- Tempatkanlah larutan hasil pengenceran di dalam botol penyimpan larutan dan
berilah label pada botol tersebut!
- a mL diperoleh degan rumus :

M2.V2
a = V1 =
M1

Latihan soal
1. Larutan induk H2SO4 37% memiliki massa jenis 1,84 g/cm3. Berapakah volume
H2SO4 yang diambil dari larutan induk untuk diencerkan menjadi 100 mL H2SO4
0,1 M ?
2. Berapakah FeCl3.2H2O yang ditimbang untuk membuat larutan 2 M Fe3+ 250 mL?
3. Larutan induk H2SO4 37% memiliki massa jenis 1,84 g/cm3. Berapakah volume
H2SO4 yang diambil dari larutan induk untuk diencerkan menjadi 100 mL H2SO4
0,4 N ?
4. Berapakah FeCl3.2H2O yang ditimbang untuk membuat larutan 10 ppm Fe3+ 100
mL?

3
PERCOBAAN 2
PENENTUAN PERUBAHAN ENTALPI PELARUTAN
MnSO4.H2O DAN GLUKOSA

A. Tujuan percobaan
Menentukan entalpi atau kalor pelarutan MnSO4.H2O dan glukosa

B. Dasar pemikiran
Entalpi pelarutan adalah kalor yang dilepas atau diserap suatu padatan ketika dilarutkan
dalam pelarutnya. Kalor dilepaskan dalam reaksi kimia disebut reaksi eksoterm dan ketika
kalor diserap maka disebut reaksi endoterm. Kalor yang dilepaskan dideteksi menggunakan
termometer dan dihitung menggunakan persamaan kalorimeter.
MnSO4.H2O dan glukosa merupakan padatan larut air. Mangan sulfat larut dalam air
melalui ikatan ionik sedangkan glukosa larut dalam air melalui ikatan hidrogen. Mangan sulfat
terionisasi menjadi Mn2+ dan SO42- dan glukosa terurai menjadi monomer-monomernya. Pada
setiap reaksi kimia selalu melibatkan energi. Energi tersebut sesuai dengan hukum
keseimbangan termal maka kalor akan mengalir dari benda yang memiliki temperatur tinggi
ke benda yang memiliki temperatur rendah hingga temperatur kedua benda tersebut menjadi
sama. Oleh karena itu, untuk memahami setiap aliran kalor yang menyertai suatu reaksi kimia,
maka dalam praktikum ini akan dipelajari contoh sederhana pengukuran panas pelarutan
mangan sulfat dan glukosa.

C. Alat dan bahan


Bahan : MnSO4.H2O, glukosa atau gula pasir dan akuades.
Peralatan : Timbangan, termometer, busa gabus, pengaduk plastik atau kaca, 2 buah gelas beker
250 mL, Gabus atau stireafom pelat ketebalan 2 cm, 4 buah kalorimeter sederhana yang terbuat
dari gelas stereafom seperti mangkop pop mie dan sebagainya, cutter atau pisau, pena, pinsil,
gunting, kertas label.

D. Prosedur kerja
1. Penentuan kalor pelarutan glukosa
- Timbanglah kalorimeter sederhana beserta penutupnya sebelum dimasukan akuades
dan catat massa calorimeter yang diperoleh!

4
- Isilah 100 mL akuades ke dalam kalorimeter tersebut dan ukurlah temperature akuades.
- Tambahkanlah 5 gram glukosa atau gula pasir ke dalam kalorimeter, tutuplah
kalorimeter !
- Aduklah larutan dalam calorimeter sambil diamati perubahan temperaturnya pada
termometer selama 15 menit dan catatlah perubahan suhu beserta waktunya yang terjadi
mulai dari temperature awal, tertinggi dan temperatur akhir pada t 15 menit.
- Timbanglah kalorimeter beserta isinya tersebut dan catatlah massa hasil penimbangan.
- Hitunglah kalor pelarutan dengan rumus : q = m.s. ΔT
di mana q = kalor pelarutan (J atau Joule)
m = massa total campuran dalam wadah kalorimeter (gram)
s = panas spesifik air yaitu 4, 184 J/g oC.

2. Penentuan kalor pelarutan MnSO4.H2O


- Timbanglah kalorimeter sederhana beserta penutupnya sebelum dimasukan akuades
dan catat massa calorimeter yang diperoleh!
- Isilah 100 mL akuades ke dalam kalorimeter tersebut dan ukurlah temperature
akuades.
- Tambahkanlah 5 gr MnSO4.H2O ke dalam kalorimeter, tutuplah kalorimeter !
- Aduklah larutan dalam kalorimeter sambil diamati perubahan temperaturnya pada
termometer selama 15 menit dan catatlah perubahan suhu beserta waktunya yang
terjadi mulai dari temperature awal, tertinggi dan temperatur akhir pada t 15 menit.
- Timbanglah kalorimeter beserta isinya tersebut dan catatlah massa hasil penimbangan.
- Hitunglah kalor pelarutan dengan rumus : q = m.s. ΔT
di mana q = kalor pelarutan (J atau Joule)
m = massa total campuran dalam wadah kalorimeter (gram)
s = panas spesifik air yaitu 4,184 J/g oC

Latihan soal
1. Berapakah panas pelarutan 20 gram MnSO4.H2O dalam 200 mL air jika terjadi
perubahan temperatur air dari 25 0C menjadi 32 0C dan panas spesifik air adalah 4,184
J/g oC ? jelaskan apakah reaksinya eksoterm atau endoterm?
2. Berapakah panas pelarutan 15 gram glukosa dalam 105 mL air jika temperatur air
berubah dari 27 0C menjadi 25 0C ? jelaskan apakah reaksinya eksoterm atau endoterm?

5
PERCOBAAN 3
PENENTUAN LAJU PELARUTAN NaCl DAN GLUKOSA

A. Tujuan percobaan
Mempelajari laju pelarutan NaCl dan glukosa

B. Dasar pemikiran

Laju reaksi adalah proses bertambahnya produk seiring dengan berkurangnya reaktan
setiap satuan waktu. Laju reaksi berbeda untuk senyawa yang berbeda. Ledakan merupakan
contoh dari reaksi yang sangat cepat sedangkan pengkaratan seng rumah kita merupakan
contoh reaksi lambat. Persamaan laju reaksi untuk reaksi A menjadi B dapat dituliskan sebagai
−𝑑[𝐴] +𝑑[𝐵]
berikut : A B =
𝑑𝑡 𝑑𝑡
Persamaan di atas menjelaskan bahwa laju berkurangnya A sama dengan laju peningkatan B
yang juga dapat dirumuskan dengan persamaan:
V = -k[A]m = + k[B]n
di mana m dan n adalah orde reaksi atau tingkat reaksi dan k adalah konstanta laju reaksi. Hal-
hal yang dapat mempengaruhi laju reaksi adalah suhu, tekanan, luas permukaan, inhibitor,
katalis. Terdapat beberapa orde reaksi bergantung tipe reaksinya yang diperoleh dari penurunan
rumus sebagai berikut :
- Reaksi orde 1 A B, berlaku r = -d[A]/dt = k[A]
Jika diintegralkan

- Reaksi orde 2 A B, berlaku r = -d[A]/dt = k[A]2


Jika diintegralkan

- Reaksi orde 0 A B, berlaku -d[A]/dt = k[A]0 = k


Diintegralkan menjadi [A]t = [A]0 - kt

6
Beberapa tipe orde reaksi beserta plot t vs [A]t atau plot X vs Y dirangkum dalam tabel berikut:
Tipe Persamaan Plot konstanta
matematika laju

Orde nol [A]t = [A]0 - kt [A]t vs t k = -slop

Orde satu ln[R] = ln [R]0 - kt ln [R] vs t k = - slop

Orde dua 1 1 1 k = slop


= + 𝑘t 𝑣𝑠 𝑡
[𝑅] [𝑅]0 [𝑅]

Orde tiga 1 1 1
𝑣𝑠 𝑡 k = slop/2
= + 2𝑘t [𝑅]2
[𝑅]2 [𝑅]20

Kurva hasil plot t vs konsentrasi disajikan dalam gambar berikut :

NaCl dan glukosa merupakan padatan yang larut dalam air. Namun, seluruh padatan
tidak serta-merta akan larut segera setelah dimasukkan dalam air. Proses pelarutan tersebut
bergantung pada seberapa kuat interaksi antara air dan senyawanya. Walaupun pelarutan bukan
merupakan reaksi kimia namun proses dapat dijadikan sebagai model sederhana untuk
mempelajari laju reaksi. Oleh karena itu, pada percobaan ini akan dipelajari laju pelarutan NaCl
dan glukosa dalam air.

C. Alat dan bahan


Bahan : NaCl, glukosa atau gula pasir dan akuades

7
Peralatan : Kertas label, timbangan atau neraca analitik, 5 buah gelas beker 250 mL, stopwatch,
kertas saring corong, cawan petri, oven.

D. Prosedur kerja
1. Penentuan laju pelarutan NaCl dalam air
- Siapkanlah 5 gelas beker 100 mL yang telah ditimbang dan dicatat berat masing-
masing gelas beker!
- Labeli masing-masing gelas beker dengan label 30 detik, 1, 2, 3, 4 menit!
- Timbanglah dan catatlah massa masing – masing gelas beker yang telah dilabeli!
- Masukan masing-masing 10 gram NaCl ke dalam gelas beker yang telah dilabeli
dengan label 30 detik, 1, 2, 3, 4 menit
- tambahkan aquades masing-masing gelas beker sebanyak 50 mL dan biarkan garam
terendam selama 30 detik, 1, 2, 3, 4 menit.
- Setelah mencapai waktu rendaman yang ditentukan, air dan padatan garam yang
tersisa dipisahkan dengan kertas saring (saat pemisahan, campuran dituangkan secara
perlahan sehingga padatan garam diusahakan masih berada di dalam gelas beker)
- Keringkanlah padatan yang tidak larut pada gelas beker tersebut dalam oven pada
temperatur 60 oC selama 1,5 jam.
- Timbanglah padatan garam dan gelas beker yang telah diambil dari oven dan catat
hasilnya. Kemudian, hitung dan catatlah massa garam yang tersisa dari gelas beker
untuk setiap lama perendaman.
- Isilah data pada tabel di bawah ini :

(t) gram NaCl gram NaCl M NaCl r[NaCl] =


menit tersisa terlarut terlarut M NaCl/t
0 10
0,5
1
2
3
4

- Buatlah grafik waktu Vs M NaCl terlarut dan tentukanlah slope kelarutan garam
tersebut!
2. Penentuan laju pelarutan glukosa dalam air
- Siapkanlah 5 gelas beker 100 mL yang telah ditimbang dan dicatat berat masing-
masing gelas beker!

8
- Labeli masing-masing gelas beker dengan label 30 detik, 1, 2, 3, 4 menit!
- Masukan masing-masing 10 gram gula ke dalam gelas beker yang telah dilabeli
dengan label 30 detik, 1, 2, 3, 4 menit.
- Timbanglah dan catatlah massa masing – masing gelas beker yang telah dilabeli!
- tambahkan aquades masing-masing gelas beker sebanyak 50 mL dan biarkan gula
terendam selama 30 detik, 1, 2, 3, 4 menit.
- Setelah mencapai waktu rendaman yang ditentukan, air dan padatan gula yang tersisa
dipisahkan dengan kertas saring (saat pemisahan, campuran dituangkan secara
perlahan sehingga padatan gula diusahakan masih berada di dalam gelas beker)
- Keringkanlah padatan yang tidak larut dalam gelas beker tersebut dalam oven pada
temperatur 60 oC selama 1,5 jam.
- Timbanglah padatan gula dan gelas beker yang telah diambil dari oven dan catat
hasilnya. Kemudian, hitung dan catatlah massa gula yang tersisa dari gelas beker
untuk setiap lama perendaman.
- Isilah data pada tabel di bawah ini :

(t) gram gram M glukosa V[glukosa]


menit glukosa tersisa glukosa terlarut terlarut =M glukosa/t
0 10
0,5
1
2
3
4

- Buatlah grafik waktu Vs M glukosa terlarut dan tentukanlah slope kelarutan garam
tersebut!
- Gabungkan kedua kurva yang telah diplot dan bandingkanlah manakah yang paling
cepat larut dan jelaskanlah !
Latihan soal
1. Jelaskan kurva plot t vs konsentrasi untuk reaksi orde 0, 1 dan 2 pada gambar dalam
penuntun praktikum !
2. Reaksi A dan B menjadi C diperoleh data sebagai berikut :
Laju pembentukan C (M/s) [A] (M) [B] (M)
1,8 x 10- 4 0,3 0,15
-4
18,0 x 10 0,6 0,3
-5
9,0 x 10 0,3 0,3
b.) Apa persamaan laju reaksi untuk reaksi di atas?
a.) Berapa nilai konstanta laju reaksi di atas ?

9
PERCOBAAN 4
PEMBUATAN MINIATUR GEOMETRI MOLEKUL
SENYAWA KIMIA MENGGUNAKAN PLASTISIN

A.Tujuan percobaan
- Membuat miniatur bentuk molekul beberapa senyawa kimia menggunakan plastisin
- Mahasiswa memahami bentuk geometri molekul dari beberapa senyawa kimia

B. Dasar pemikiran
Struktur lewis adalah model sederhana dari ikatan antar atom dalam suatu senyawa
kimia. Walaupun sederhana dan memiliki banyak fungsi, struktur lewis tidak dapat
menjelaskan sifat senyawa secara komprehensif. Sifat-sifat dari suatu senyawa dapat diketahui
dengan memahami struktur tiga dimensi dari suatu senyawa atau dikenal juga dengan geometri
molekul.
Teori yang membantu kita dalam meramalkan bentuk molekul adalah Teori tolakan
pasangan elektron kulit valensi atau valence shell electron pair repulsion (VSEPR) yang
diperkenalkan oleh R.J. Gillespie dan R.S. Nyholin sehingga teori ini juga dikenal sebagai teori
Gillespie-Nyholm. Teori ini menyatakan bahwa elektron-elektron pada kulit valensi saling
bertolakan baik pasangan elektron ikatan maupun pasangan elektron non ikatan, sehingga akan
menempatkan elektron-elektron ini sejauh mungkin guna meminimalisir gaya tolak antar
elektron tersebut. teori ini menyatakan bahwa kekuatan tolakan pasangan elektron adalah
pasangan elektron ikatan tunggal < pasangan elektron ikatan rangkap < pasangan elektron non
ikatan.
Teori domain elektron merupakan perluasan dari teori VSEPR yang menyatakan bahwa
akibat dari tolakan pasangan-pasangan elektron akan menghasilkan domain-domain elektron.
Domain dari kata bahasa Inggris yang berarti daerah yang menjadi wewenang, sehingga
domain elektron dapat dikatakan sebagai daerah dalam ruang molekul yang menjadi wewenang
ditempati oleh pasangan elektron, baik pasangan elektron ikatan maupun non ikatan. Teori ini
membagi pasangan elektron menjadi beberapa domain yaitu 1 pasang elektron ikatan tunggal
maupun rangkap dianggap 1 domain dan 1 pasang elektron bebas atau sunyi adalah 1 domain.
Masing-masing domain saling tolak menolak menghasilkan geometri molekul yang khas.
10
Jumlah total domain dari molekul digunakan untuk memprediksi bentuk molekul. Apabila total
domainnya adalah 1 atau 2 maka geometrinya adalah linear. Jika total domainnya 3, 4, 5 dan 6
maka geometrinya berturut-turut adalah segitiga datar atau trigonal planar, tetrahedral,
bipiramida trigonal, dan oktahedral. Geometri-geometri tersebut memiliki sudut ikatan yang
khas yaitu 1800, 1200, 109,50, 900 masing-masing untuk molekul linear, trigonal planar,
tetrahedral, oktahedral serta sudut 900 dan 1200 untuk bipiramida trigonal, yang mana seluruh
geometri ini beserta contoh molekulnya dirangkum dalam Tabel berikut:

Jumlah pasangan Susunan pasangan Geometri Contoh


elektron ikatan elektron molekul Senyawa

11
Kelas Total Jumlah Jumlah Susunan Geometri
molekul jumlah pasangan pasangan pasangan molekul contoh
pasangan ikatan elektron elektron atau ion
elektron sunyi

12
C. Bahan dan alat
Bahan : plastisin dengan 5 warna yang berbeda, lidi tusuk sate
Alat : busur derajat,mistar, pinsil, kertas label.

D. Prosedur kerja
- Sediakanlah plastisin dengan warna-warna yang berbeda
- Ramalkanlah geometri molekul dari senyawa kimia berikut : H2O, BCl3, PF5, SF6,
CH4, NH3, BeCl2.
- Bentuklah senyawa-senyawa di atas menggunakan plastisin sebagai atomnya dan
lidi sebagai ikatannya, serta bentuklah sudut ikat senyawa tersebut menggunakan
busur derajat.

Latihan soal
1. Berdasarkan teori VSEPR dan domain elektron, berapa domain yang dimiliki oleh
senyawa H2O, BCl3, PF5, SF6, CH4, NH3, BeCl2 ?
2. Urutkanlah atom- atom berikut mulai dari ukuran yang paling kecil hingga paling
besar : H, O, B, Cl, P, F, S, C, N, Be !
3. Prediksilah bentuk molekul dari SF4, BrF5, dan XeF4 !

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Achmmad, H. dan Tupamahu, M.S., 2001, Struktur Atom, Struktur Molekul dan Sistem
Periodik, PT.Citra Aditya Bakti: Bandung.
2. Chang, Raymond., 2010., Chemistry, 10th-Edition, McGraw-Hill : New York.
3. Effendy, 2010, Teori VSPER Kepolaran dan Gaya Antarmolekul, Bayumedia
Publishing: Malang.
4. Jespersen, N.D., Brady, J.E., Hyslop, A., 2011, Chemistry The Molecular Nature of
Matter 6th-Edition, Jhon Wiley & Sons: New York.

14
LAMPIRAN SUSUNAN LAPORAN PRAKTIKUM

Cover depan : Judul percobaan, logo Unimor hitam putih, nama penyusun, NPM, kelas,
tanggal praktikum, Laboratorium Kimia Dasar, Universitas Timor.

Judul percobaan

I Tujuan percobaan
Tulislah sesuai penuntun praktikum

II Dasar Teori
Berisikan teori yang mengarah atau berkaitan dengan percobaan

III Alat dan Bahan


Tulislah sesuai penuntun praktikum

IV Prosedur Kerja
Tulislah apa yang anda kerjakan sesuai penuntun dan pasifkanlah kalimat perintahnya,
contoh : tambahkanlah dipasifkan atau diganti menjadi ditambah.

V Hasil dan pembahasan


Bahaslah sesuai hasil, fakta, data dan fenomena yang anda peroleh selama praktikum
dan kaitkan dengan teori atau literature yang relevan.

VI Kesimpulan dan saran


Daftar pustaka : Nama, Tahun, judul, penerbit : Kota.
Daftar pustaka minimal 3 sumber dan nama pengarangnya disusun berdasarkan
abjad.

Lampiran : Laporan sementara


(format laporan sementara ditanyakan pada asisten)

15

Anda mungkin juga menyukai