(LKS)
1. Tujuan Percobaan
Mempelajari penurunan titik beku larutan
3. Cara Kerja
1. masukkan butiran kecil es ke dalam gelas plastik sampai kira-kira tiga
perempatnya. Tambahkan 8 sendok garam dapur lalu aduk. Inilah campuran pendingin
2. isi tabung reaksi dengan air suling kira-kira setinggi 4cm. masukkan ke dalam cairan pendingin.
Masukkan pengaduk kaca ke dalam tabung reaksi dan gerakkan naik turun dalam air suling hingga
seluruh membeku.
3. Keluarkan tabung dari cairan pendingin dan biarkan es dalam tabung mencair. Ganti
pengaduk dengan thermometer secara naik turun. Kemudian bacalah thermometer dan
catat suhu campuran es dan air itu.
4. Ulangi langkah 2 dan 3 dengan menggunakan larutan urea dan larutan NaCl sebagai
pengganti air suling
4. Hasil Percobaan
Titik beku air suling = .. 0C
1 CO(NH2)2 1 m
2 CO(NH2)2 2 m
3 NaCl 1 m
4 NaCl 2 m
LAPORAN PRAKTIKUM SIFAT KOLIGATIF LARUTAN |
SMK
Landasan Teori
Berdasarkan buku yang kami jadikan referensi untuk menunjang kegiatan praktikum kami. Beberapa
adalah beberapa materi yang dapat kami jadikan acuan untuk mendukung penulisan laporan kami.
1. Pengertian sifat koligatif larutan
Sifat kologatif larutan adalah sifat-sifat larutan yang tidak tergantung pada jenis zat terlarutnya.
Sifat koligatif larutan dibagi menjadi 4 macam yaitu:
a. Penurunnan tekanan uap
b. Kenaikan titik didih
c. Penurunan titik didih larutan
d. Tekanan osmotic larutan
Dalam laporan ini, kami akan membahas mengenai penurunan titik beku larutan
C. Tujuan
Adapaun tujuan kami melakukan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh zat terlarut
terhadap titik didih larutan.
E. Cara Kerja
1. Masukan potongan-potongan kecil es batu ke dalam gelas kimia hingga tinggi gelas kimia. Kemudian
tambahkan 10 sendok teh garam dapur. Campur es batu dan garam dapur tersebut. Campuran ini kita
sebut campuran pendingin.
2. Isilah tabung reaksi dengan aquades hingga setinggi 2-3 cm.
3. Masukan tabung reaksi tersebut ke dalam campuran pendingin tadi. Ukur suhu aquades dengan
thermometer sambil sesekali diaduk hingga aquades tersebut membeku.
4. Setelah suhu tidak turun lagi, angkat tabung reaksi dari campuran pendingin.
5. Ukur kembali suhu aquades yang telah membeku setiap 15 detik hingga mencair lagi. Tulis hasil
pengamatan dalam bentuk tabel.
6. Ulangi langkah 2 sampai 5 di atas untuk larutan glukosa 0,1 m dan 0.5 m serta pada larutan NaCl 0,1 m
dan 0,5 m.
2
BAB II
ISI
A. Hasil Pengamatan
Berdasarkan dari hasil pengamatan yang telah kami lakukan. Berikut hasil pengamatan kami sajikan
dalam bentuk tabel berikut:
B. Penjelasan
1. Titik beku larutan lebih tinggi dibangingakan titik beku pelarut karena adanya partikel partikel zat
terlarut di antara molekul molekul pelarut yang akan mengurangi kemampuan molekul molekul
pelarut berubah dari fase cair ke fase padat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sifat koligatif larutan adalah sifat-sifat larutan yang tidak tergantung pada jenis zat
terlarut tetapi hanya tergantung pada jenis zat terlarutnya. Titik beku adalah suhu
ketika tekanan uap larutan sma dengan tekanan uap pelarut murni. Jadi kemolalan
suatu zat sangat berpengaruh terhadap titik beku larutan dan penurunnan titik beku
larutan.
Disusun Oleh :
KELOMPOK IV
1. ANA YULIANA
2. ERNA WULANDARI
3. FIRSTYANTO ABDILAH
4. LINDA SUYATI
5. SITI ASRIATUN NAHAR
6. SUTIYEM
KELAS XII.IPA
Guru Pembimbing : RISA DWI AYULIA S.Pd
SMA NEGERI 2 AIR SUGIHAN
KECAMATAN AIR SUGIHAN
KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
KATA PEGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kita semua, khususnya penulis. Karena berkat rahmat, hidayah-NYA serta dorongan
keinginan penulis untuk menyukseskan pelaksanaan program Sekolah Menengah Atas
(SMA). Sehingga penyusunan makalah tentang praktikum Kimiakelas XII.IPA pada Semester
Ganjil ini dapat diselesaikan.
Makalah ini telah disusun berdasarkan keterangan yang diberikan oleh pembimbing serta
kilasan kerjasama dari kelompok, Namun penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, Penyusun terbuka menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak demi perbaikan dan penyempurnaan pada pembuatan berikutnya.
Akhirnya, Penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu mulai dari proses penyusunan hingga penerbitan makalah ini. Semoga makalah ini
bisa bermanfaat untuk kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
Cover....................................................................................................... i
Kata Pengantar. ii
Daftar Isi... iii
A. Judul Percobaan 1
B. Tujuan Percobaan. 1
C. Waktu Percobaan.. 1
D. Alat dan Bahan. 1
1. Alat 1
2. Bahan. 1
E. Landasan Teori. 2
F. Langkah Kerja.. 3
G. Hasil Percobaan.... 4
H. Pembahasan.. 7
I. Kesimpulan... 8
Daftar Pustaka.. 9
Lampiran... 10
1. Lampiran Foto Alat dan Bahan. 10
2. Lampiran Foto Kegiatan 12
2. Bahan
No Bahan Volume
1 Telur Ayam 3 buah
2 Gula Secukupnya
3 Garam Secukupnya
4 Air Secukupnya
5 AsamCuka Secukupnya
6 Larutan HCl Secukupnya
E. LANDASAN TEORI
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutanyang tidak tergantung pada macamnya zat
terlarut tetapi hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat terlarut). Banyaknya
partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat Larutan itu sendiri. Jumlah
partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam larutan elektrolit,
walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit terurai menjadi ion-
ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat
koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan
elektrolit.
Bila suatu zat terlarut dilarutkan dalam suatu pelarut, sifat larutan itu berbeda dari pelarut
murni. Terdapat empat sifat koligatif larutan, yang berubah secara perbandingan lurus dengan
banyaknya partikel zat terlarut yang terdapat, yaitu :
1. Penurunan tekanan uap jenuh (P)
2. Peningkatan titik didih (Tb)
3. Penurunan titik beku (Tf)
4. Tekanan osmotik ()
Osmosis adalah peristiwa mengalirnya molekul-molekul pelarut ke dalam larutan secara
spontan melalui selaput semipermeabel, atau peristiwa mengalirnya molekul-molekul zat pelarut
dari larutan yang lebih encer kelarutan yang lebih pekat. Proses osmosis terdapat kecenderungan
untuk menyetimbangkan konsentrasi antara dua larutan yang saling berhubungan melalui
membran :
Larutan yang mempunyai tekanan osmosis lebih rendah dari yang lain disebut larutan Hipotonis.
Larutan yang mempunyai tekanan lebih tinggi dari yang lain disebut larutan Hipertonis.
Larutan yang mempunyai tekanan osmosis sama disebut Isotonis.
Jika larutan nonelektrolit, maka berlaku : = CBRT
Jika larutan elektrolit, maka berlaku : = CBRT. I
Keterangan:
= tekanan osmotik (atm)
CB = kemolaran zat terlarut (mol/L)
R = konstanta gas ideal (0.082 L atm mol-1K-1)
T = suhu mutlak (K)
i = { 1 + ( n 1 ) }
F. LANGKAH PERCOBAAN
Percobaan II
1. Menghilangkan kulit luar yang keras pada dua telur yang ukurannya sama dengan cara
melarutkan ketigatelur ke dalam larutan HCl encer.
2. Mengambil 2 gelas dan mengisi gelas pertama dengan air secukupnya untuk dapat dimasuki
telur, sedangkan gelas kedua dengan larutan jenuh garam dapur. Kemudain menandai
permukaan air pada gelas.
3. Memasukkan salah satu telur ke dalam gelas yang berisi air dan memasukkantelur lainnya ke
dalam gelas yang berisi larutan jenuh garam dapur. Kemudian menandai permukaan cairan pada
gelas.
4. Mengamati perubahan yang terjadi selama beberapa hari.
5. Lakukan langkah yang sama untuk larutan asam cuka (CH3COOH)
G. HASIL PENGAMATAN
1. Percobaan II
Tanggal 03 06 Desember 2015 : Perendaman telur dengan beberapa larutan.
Hari Air (H2O)
Foto
ke Kondisi Tinggi
1 Telur tenggelam, masih segar, dan 6,5 cm
larutan jernih.
2 Telur tenggelam, tetap segar, larutan 6,2 cm
jernih.
3 Telur tetap tenggelam, larutan jernih. 6 cm
2. Analisis Data
Diskusi Produk Kerja II
Hasil dari diskusi adalah :
Keadaan semua larutan sebelum dimasukkan objek percobaan yaitu :
a. Volume = 77 mL
b. Tinggi = 4,3 cm
Namun setelah dimasukkan objek percobaan, ketinggian air naik menjadi 6,5 cm pada larutan
Air, 6,5 cm pada larutan Garam, dan 6,8 cm pada larutan Asam Cuka.
H. PEMBAHASAN
Percobaan II
1. Mengapa kulit yang keras larut dalam larutan HCl encer?
2. Jika tidak tersedia larutan HCl encer, larutan apakah yang dapat menggantikannya?
3. Bagaimanakah perubahan yang dialami telur pada kegiatan ini?
Jawab :
1. Karena adanya reaksi
CaCo3 + HCl CaCl2 + H2O + CO2
2. Larutan asam yang lainnya. misalnya asam cuka (CH3COOH), dan asam sulfat (H2SO4).
3. Berikut perubahan telur yang terjadi pada larutan asam cuka (CH3COOH), Air (H2O), dan Garam
(NaCl).
a. Larutan Asam Cuka (CH3COOH)
Perubahan yang terjadi pada telur disini adalah telur mengalami pengeroposan atau menjadi
rapuh ketika direndam menggunakan larutan asam cuka. Hal ini disebabkan karena larutan ini
bersifat asam sehingga membuat kulit telur menjadi rapuh dan warnanya memudar.
b. Larutan Air (H2O)
Tidak ada perubahan yang begitu mencolok pada larutan ini, hanya saja air yang mula-mula
tingginya 6,5 cm semakin hari semakin mengurang hingga pada hari terakhir berhenti pada
ketinggian 5,9 cm. keadaan telur pun tetap segar.
c. Larutan Garam (NaCl)
Telur yang direndam di larutan garam tetap mengambang, sedangkan warna kulit telur yang
mula-mula berwarna coklat muda setelah dimasukkan ke dalam larutan garam untuk beberapa
hari menjadi coklat gelap. Air yang tadinnya jernih menjadi keruh.
I. KESIMPULAN
Kesimpulan dari eksperimen ini adalah :
Dapat diketahui bahawa larutan garam merupakan larutan eloktrolit sangat kuat, dan
larutan asam cuka adalah larutan non elektrolit kuat, sedangkan Air merupakan larutan elektrolit
lemah.
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutanyang tidak tergantung pada macamnya zat
terlarut tetapi hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat terlarut).
Osmosis adalah peristiwa mengalirnya molekul-molekul pelarut ke dalam larutan secara
spontan melalui selaput semipermeabel, atau peristiwa mengalirnya molekul-molekul zat pelarut
dari larutan yang lebih encer kelarutan yang lebih pekat.
Proses osmosis terdapat kecenderungan untuk menyetimbangkan konsentrasi antara dua
larutan yang saling berhubungan melalui membran :
Larutan yang mempunyai tekanan osmosis lebih rendah dari yang lain disebut larutan Hipotonis.
Larutan yang mempunyai tekanan lebih tinggi dari yang lain disebut larutan Hipertonis.
Larutan yang mempunyai tekanan osmosis sama disebut Isotonis.
Berikut perubahan telur yang terjadi pada larutan asam cuka (CH3COOH), Air (H2O), dan
Garam (NaCl).
a. Larutan Asam Cuka (CH3COOH)
Perubahan yang terjadi pada telur disini adalah telur mengalami pengeroposan atau menjadi
rapuh ketika direndam menggunakan larutan asam cuka. Hal ini disebabkan karena larutan ini
bersifat asam sehingga membuat kulit telur menjadi rapuh dan warnanya memudar.
b. Larutan Air (H2O)
Tidak ada perubahan yang begitu mencolok pada larutan ini, hanya saja air yang mula-mula
tingginya 6,5 cm semakin hari semakin mengurang hingga pada hari terakhir berhenti pada
ketinggian 5,9 cm. keadaan telur pun tetap segar.
c. Larutan Garam (NaCl)
Telur yang direndam di larutan garam tetap mengambang, sedangkan warna kulit telur yang
mula-mula berwarna coklat muda setelah dimasukkan ke dalam larutan garam untuk beberapa
hari menjadi coklat gelap. Air yang tadinnya jernih menjadi keruh.
Dari percobaan ini kami juga dapat mengetahui bahwa sifat asam cuka yang asam dapat
mengakibatkan telur rapuh.
PUSAT LABORATORIUM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON 2012/2013
PEMBUATAN LARUTAN
I. TUJUAN
1. Membuat larutan dengan berbagai konsentrasi
2. Membuat larutan dengan pengenceran berbagai konsentrasi
3. Menbuat larutan dengan pencampuran berbagai konsentrasi
4. Mengetahui molaritas suatu zat
dengan
M = molaritas (mol/liter)
n = mol zat terlarut (mol)
v = volume zat terlarut (gram)
g = massa zat terlarut (gram)
Mr = massa molekul relatif zat terlarut
Membuat suatu larutan untuk eksperimen dapat dilakukan dengan melarutkan zat
padat (Kristal) atau dengan melakukan pengenceran larutan konsentrasi tinggi menjadi
konsentrasi rendah.
Pengenceran adalah penambahan zat terlarut ke dalam suatu larutan, sehingga
konsentrasi larutan menjadi lebih kecil dengan menambahkan air (pelarut).
Dengan rumus :
M1.V1 = M2.V2
Dimana :
M1 = Molaritas mula-mula
V1 = Volume larutan mula-mula
M2 = Molaritas akhir (setelah pengenceran)
V2 = Volume akhir (setelah pengenceran)
Adapun dua atau lebih larutan sejenis jika dicampur maka molaritas campuran dapat di
hitung dengan menggunakan rumus :
Mcamp
1. Molalitas
Molalitas (m) menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1000 g pelarut. Molalitas tidak
tergantung pada temperatur, dan digunakan dalam bidang kimia fisika, teristimewa dalam sifat
koligatif.
2. Normalitas (N)
Normalitas menyatakan jumlah ekivalen zat terlarut dalam tiap liter larutan. Ekivalen zat
dalam larutan bergantung pada jenis reaksi yang dialami zat itu, karena satuan ini dipakai dalam
penyetara zat dalam reaksi.
Normalitas (N) ? ekivalen zat terlarut
Liter larutan
Normalitas (N) ? gram zat terlarut
Berat ekivalen x larutan
1. Neraca 1 buah
2. Gelas kimia 1 buah
3. Pengaduk 1 buah
4. Labu ukur 100 ml 1 buah
5. Kaca arloji 1 buah
6. Pipet volume 1 buah
7. Tabung ukur 1 buah
B. Bahan :
1. NaCl
2. CO(NH2)2
3. C11H22O11
4. Air
Hasil percobaan
Massa NaCl 0,1 M 0,6 gram
Massa CO(NH2)2 0,1 M 0,6 gram
Massa C11H22O11 0,02 M 0,7 gram
Hasil percobaan
Molaritas NaCl setelah pengenceran 0,01 M
Molaritas CO(NH2)2 setelah 0,01 M
pengenceran
Molaritas C11H22O11 setelah pengenceran 0,02 M
Hasil percobaan
Mcamp NaCl 0,19 M
Mcamp CO(NH2)2 0,2 M
Mcamp C11H22O11 0,0038
D. Perhitungan
1. Membuat larutan NaCl 0,1 M, CO(NH2)2 0,1 M, C11H22O11 0,02 M
a. Perhitungan massa dan mol NaCl
Gr NaCl = m = mol n = m
V Mr
Mr NaCl = 58,5
m = 0,1
0,1 = mol = 0,1 x 0,1 = 0,01 m
0,1
V NaCl = 100 ml
= 0,1 L
m = n x Mr
= 0,01 x 58,5
= 0,585 = 0,6 gram
b. Perhitungan massa dan mol CO(NH2)2
Diketahui :
Massa = 0,1
Mr = 60
V = 100 ml = 0,1 L
Ditanyakan gram = ?
Jawab :
m = mol
v
0,1 m = mol
0,1 L
Mol = 0,1 x 0,1
= 0,01 mol
Mol = gram
Mr
Gram = mol x Mr = 0,01 x 60 = 0,6 gram
Jawab :
m = mol
V
0,02 = mol
0,1 L
Mol = 0,02 x 0,1
= 0,002 mol
Mol = gram
Mr
Gram = 0,02 x 330
= 0,7 gram
2. Membuat larutan dengan pencampuran
a. Molaritas campuran NaCl
m1.v1 + m2.v2 = 0,1 . 10 + 0,01 . 90
v1 + v2 10
= 1,9
100
= 0,019
VI. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil praktikum kali ini menjelaskan bahwa pada percobaan pertama pada
pembuatan larutan NaCl yang sudah ditimbang dengan tepat pada timbangan tersebut, kemudian
larutkan ke dalam gelas kimia ditambahkan air 50 ml di aduk dengan pengaduk, setelah zat
terlarut di masukkan ke dalam labu ukur ditambahkan dengan air sebanyak 50ml sampai garis
batas 100 ml dan di kocok dengan model barbell. Setelah di amati dan di hitung jumlah massa
NaCl adalah 0,6 gram. Pada percobaan pertama pengenceran NaCl setelah di hitung jumlah
molaritas NaCl adalah 0,01 M. Dan pada percobaan pertama pada pencampuran NaCl setelah
dihitung hasil perhitungannya adalah 0,019 M.
Berdasarkan hasil praktikum kali ini menjelaskan bahwa pada percobaan kedua pada
pembuatan larutan CO(NH2)2 yang sudah ditimbang dengan tepat pada timbangan tersebut,
kemudian larutkan ke dalam gelas kimia ditambahkan air 50ml di aduk dengan pengaduk, setelah
terlarut di masukkan ke dalam labu ukur ditambahkan dengan air sebanyak 50ml sampai garis
batas 100 ml dan di kocok dengan model barbell. Setelah di amati dan di hitung jumlah massa
CO(NH2)2 adalah 0,6 gram. Pada percobaan kedua pengenceran CO(NH 2)2setelah di hitung
jumlah molaritas CO(NH2)2 adalah 0,01 M. Dan pada percobaan kedua pada pencampuran
CO(NH2)2 setelah dihitung hasil perhitungannya adalah 0,019 M.
Berdasarkan hasil praktikum kali ini menjelaskan bahwa pada percobaan ketiga pada
pembuatan larutan C11H22O11yang sudah ditimbang dengan tepat pada timbangan tersebut,
kemudian larutkan ke dalam gelas kimia ditambahkan air 50ml di aduk dengan pengaduk, setelah
terlarut di masukkan ke dalam labu ukur ditambahkan dengan air sebanyak 50ml sampai garis
batas 100 ml dan di kocok dengan model barbell. Setelah di amati dan di hitung jumlah massa
C11H22O11 adalah 0,7 gram. Pada percobaan kedua pengenceran C11H22O11setelah di hitung jumlah
molaritas C11H22O11 adalah 0,02 M. Dan pada percobaan kedua pada pencampuran
C11H22O11 setelah dihitung hasil perhitungannya adalah 0,0038 M.
Larutan merupakan campuran dari dua zat atau lebih. Larutan dapat terjadi karena
komponen larutan terdispersi menjadi atom atau molekul-molekul atau lain-lain yang bercampur
baur. Larutan dapat berupa padat , cair atau gas. Namun lazimnya yang disebut larutan adalah zat
cair. Larutan terdiri dari dua komponen yaitu pelarut dan zat terlarut. Molaritas (M) adalah suatu
konsentrasi yang mengukur banyaknya mol zat terlarut dalam satu liter larutan. Dapat ditulis
dengan rumus :
Membuat suatu larutan untuk eksperimen dapat dilakukan dengan melarutkan zat
padat (Kristal) atau dengan melakukan pengenceran larutan konsentrasi tinggi menjadi
konsentrasi rendah.
Pengenceran adalah penambahan zat terlarut ke dalam suatu larutan, sehingga
konsentrasi larutan menjadi lebih kecil dengan menambahkan air (pelarut).
M1.v1 = m2.v2
Dengan rumus :
Dimana :
M1 = Molaritas mula-mula
V1 = Volume larutan mula-mula
M2 = Molaritas akhir (setelah pengenceran)
V2 = Volume akhir (setelah pengenceran)
Adapun dua atau lebih larutan sejenis jika dicampur maka molaritas campuran dapat di hitung
dengan menggunakan rumus :
Mcamp =
VII. KESIMPULAN
1. Larutan merupakan campuran dari dua zat atau lebih. Larutan dapat terjadi karena komponen
larutan terdispersi menjadi atom atau molekul-molekul atau lain-lain yang bercampur baur.
Larutan dapat berupa padat , cair atau gas.
2. Molaritas (M) adalah suatu konsentrasi yang mengukur banyaknya mol zat terlarut dalam satu
liter larutan.
3. Pengenceran adalah penambahan zat terlarut ke dalam suatu larutan, sehingga konsentrasi
larutan menjadi lebih kecil dengan menambahkan air (pelarut).
4. Molalitas (m) menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1000 g pelarut. Molalitas tidak
tergantung pada temperatur, dan digunakan dalam bidang kimia fisika, teristimewa dalam sifat
koligatif.
5. Normalitas menyatakan jumlah ekivalen zat terlarut dalam tiap liter larutan. Ekivalen zat dalam
larutan bergantung pada jenis reaksi yang dialami zat itu, karena satuan ini dipakai dalam
penyetara zat dalam reaksi.
2. Dasar Teori
Kartimi ( 2010 ) Menyatakan Bahwa:
1. Molaritas ( M ) Adalah Perbandingan antara banyaknya zat terlarut dalam
1 liter larutan
2. Molalitas ( m ) Adalah Perbandingan antara zat terlarut dalam 1000 gram
pelarutan
3. Fraksi mol Adalah Perbandingan banyaknya zat terlarut dengan mol
larutan
4. Pengenceran Adalah Penambahan sejumlah air kedalam suatu larutan
Syukri ( 1999 ) Menyatakan bahwa:
Hukum kekalan massa, pada tahun 1774, Lavoiser memanaskan timah dengan oksigen dalam
wadah tertutup dan menimbang secara teliti dan ia berhasil membuktikan bahwa dalam wadah
tertutup tidak terjadi perubahan massa ia mengmukakan pernyataan tersebut sebagai hokum
kekekalan massa.Yang berbunyi:
Pada reaksi kimia massa zat pereaksi sama dengan massa zat hasil reaksi
Banyak zat kimia yang terdapat dilaboratorium tidak dalam keadaan murni tetapi berupa larutan
seperti garam, asam sufat, asam nitrat jumlah mol zat dalam larutan bergantung pada
konsentrasi dan volumenya, suatu konsentrasi yang umum dipakai adalah molar ( M ).
3. Alat Dan Bahan
3.1.Alat:
- Neraca
- Kaca Arloji
- Spatula
- Labu Volumetrik
- Gelas Kimia
- Gelas Ukur
- Corong
3.1.Bahan:
- NaCl
- Urea
- Sukrosa
D. Cara Kerja
1. Menghitung massa zat terlarut pada neraca yang dilapisi denga kaca arloji.
2. Masukkan massa zat yang sudah ditimbang kedalam gelas ukur.
3. Kemudian tambahkan air sebanyak 100 ml. Aduk rata dengan menggunakan
spatula.
4. Lalu pindahkan larutan tersebut dengan menggunakan corong. Kemudian kocok
perlahan sehingga larutan tercampur denan rata.
5. Kemudian pindahkan kedalam gelas kimia.
6. Dan lakukan pembuatan larutan pengenceran dengan menanbahkan air kedalam
larutan yang sudah direaksi tadi dan pencampuran dengan cara menggabungkan
larutan yang sama tetapi mempunyai konsentrasi yang berbeda.
7. Kemudian lakukan yang sama denga bahan yang berbeda.
NaCl 0,01 M
Sukrosa 0,01 M
Urea 0,002 M
NaCl 0,019 M
Sukrosa 0,019 M
Urea 0,0038 M
5.3. Pembahasan
Dalam suatu larutan yang sudah direaksikan mempunyai konsentrasi dalam larutan tersebut. Nilai
suatu konsentrasi diperoleh dari massa zat terlarut dan molekul relatif atau atom relatifnya.
Massa zat terlarut berasal dari berapa gram yang dibutuhkan untuk pembuatan suatu larutan
dan molekul relatif berasal dari berapa nomor atom dari suatu zat terlarut yang sudah dilarutkan
dan diperoleh hasil konsentrasi tiao larutan tersebut.
Dan dalam tiap milliliter larutan tersebut memiliki kesamaan dalam konsentrasinya. Apabila
konsentrasi berubah bila diadakan atau proses pengenceran dan pencampuran.
Maksud dari pengenceran itu proses penambahan zat cair atau larutan dalam suatu larutan yang
akan direaksikan. Dan maksud dari pencampuran itu adalah proses penggabungan suatu
larutan dengan larutan lain atau larutan yang sama. Dan dalam setiap mililiternya.
Bila konsentrasi atau kemolaritasan suatu benda kecil atau tingkat kemurniannya kecil akan
mengakibatkan suatu larutan tersebut tidak asli atau tidak murni.
Dan dalam pengukuran massa zat dalam reaksi sehingga ditemukan hukum hukum dasar kimia.
Definisi tersebut dijadikan titik tolak oleh dalthon untuk melahirkan teori kimia pertama.
F. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang kita lakukan dapat disimpulkan, bahwa dalam percobaan tadi
adalah:
1. Dalam tiap miliiter suatu larutan terdapat konsentrasi atau molalitasnya.
2. Bila konsentrasi larutan terlalu besar bias dilakukannya proses
pengenceran atau pencampuan.
3. Sifat suatu larutan tidak bergantung pada jenis zat terlarut tetapi hanya
tergantung pada konsentrasi zat terlarut.
2. Laporan Eksperimen Kimia
3. Penurunan Tekanan Uap
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15. Oleh
16. Nama : Paramita Nirmalawati
17. Kelas : XII IPA 1
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25. SMAN 2 Cibinong
26. Jl. Karadenan Raya No.05 Karadenan Cibinong
27. T.A. 2012/2013
28. I. TUJUAN
29.
30. Mengamati perbedaan tekanan uap pelarut murni dan larutan
31.
32. II. ALAT DAN BAHAN
33.
34. Gelas 3 buah
35. Tutup gelas 3 buah
36. Air
37. Cuka
38. Garam dapur
39.
40. III. CARA KERJA
41.
42. 1. Isi gelas pertama dengan air murni, gelas ke dua dengan air murni di campur cuka
( larutan non elektrolit ) sebanyak 1 sdt dan gelas ke tiga dengan 1 sdt garam dapur
( larutan elektrolit )
43. 2. Tutup ke tiga gelas tersebut
44. 3. Setelah beberapa lama ambil ke tiga tutup gelas kemudian amati banyaknya butiran
air pada ke tiganya.
45. 4. Manakah yang mengandung butiran air lebih banyak ?
46.
47. IV. HASIL PENGAMATAN
48.
49.
Gelas I (Air Murni) Gelas II (Air Cuka) Gelas III (Air Garam)
Banyak Sedang Sedikit
Butiran Air
50.
51.
52. V. PERTANYAAN
53.
54. 1. Proses apakah yang menyebabkan air menempel pada tutup gelas ?
55. 2. Adakah perbedaan jumlah butiran air yang menempel pada tutup gelas 1 dan 2 ?
Jelaskan mengapa terjadi demikian ?
56. 3. Adakah hubungan antara jumlah zat terlarut ( gelas 2,3 ) dengan jumlah banyaknya
butiran air pada tutup gelas ke tiganya.
57.
58. VI. PEMBAHASAN
59.
60. 1. Air yang menempel pada gelas terjadi karena proses penguapan (adanya tekanan
uap) yang terjadi karena suatu zat cair dimasukkan dalam suatu wadah tertutup
61. 2. Ada.
62. Perbedaan jumlah butiran air pada gelas yang diberi air murni dengan gelas yang diberi
air cuka, terjadi karena perbedaan besar gaya tarik menarik antar molekul pelarut dan
terlarut, gaya tarik menarik antar molekul pelarut (air murni) lebih kecil karena tidak
terdapat zat terlarut, menyebabkan larutan air murni lebih mudah menguap sehingga
jumlah butiran airnya lebih banyak, sedangkan gaya tarik menarik antar molekul pelarut
(air murni) dan terlarut (cuka) lebih besar, menyebabkan larutan ini lebih sulit menguap
sehingga jumlah butiran airnya lebih sedikit hal ini terjadi karena molekul zat terlarut
(cuka) dan zat pelarut (air) akan saling menarik yang artinya molekul zat terlarut akan
menghalangi penguapan zat pelarut.
63. 3. Ada.
64. Semakin banyak zat terlarut di larutkan dalam zat pelarut, sedangkan jumlah zat pelarut
tetap, maka butiran air akan semakin sedikit.
65.
66. VII. KESIMPULAN
67.
68. Bagaimana hubungan zat terlarut dan jumlah zat terlarut terhadap tekanan uap larutan
di bandingkan dengan pelarut murninya ?
69.
70. Zat terlarut apabila dicampurkan dengan zat pelarut, maka tekanan uap larutan tersebut
akan semakin kecil, apabila jumlah zat terlarut yang dilarutkan ke dalam zat pelarut
sedikit sedangkan jumlah zat pelarut tetap, maka uap yang dihasilkan lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah zat terlarut yang banyak, hal ini dikarenakan molekul zat
terlarut dan molekul zat pelarut akan saling tarik menarik dalam larutan, sehingga
molekul zat terlarut akan menghalangi molekul zat pelarut untuk bias mengalami
penguapan, sedangkan penguapan zat pelarut murni lebih banyak daripada zat pelarut
yang dicampur zat terlarut, karena tidak ada zat yang menghalangi molekul zat pelarut
untuk menguap.
A. Tujuan Ekperimen
Mengamati perbedaan tekanan uap pelarut murni dan larutan.
B. Kajian Teori
Tekanan uap adalah tekanan yang ditimbulkan oleh uap dari zat padat atau zat cair pada suhu
tertentu. Air sebagai pekarut murni yang menguap pada suhu dan tekanan tertentu menyebabkan
terjadinya perbedaan tekanan udara yang dinamakan tekanan uap pelarut.
Apabila suatu zat yang mudah menguap dilarutkan ke dalam air, tekanan uap jenuh larutan
akan lebih rendah di bandingkan dengan tekanan uap jenuh pelarut murninya.
Pada suhu di bawah titik didih, molekul-molekul pelarut murni akan menguap karena pada
permukaan zat cair hanya terdapat molekul pelarut saja. Apabila terdapat zat terlarut pada
permukaan zat cair, molekul zat pelarut pada permukaan zat cair berkurang sehingga jumlah
molekul yang menguap berkurang.
Selisih antara tekanan uap jenuh pelarut murni dan tekanan uap jenuh pelarut di atas di sebut
penurunan tekanan uap jenuh.
D. Langkah Kerja
1. Masukan dan larutan gula panas masing-masing ke dalam gelas yang berbeda.
2. Tutup kedua gelas dengan tutup gelas
3. Amati ke dua gelas setelah 10 menit.
E. Hasil Pengamatan
Jawab : Bisa, hanya saja uap yang akan dihasikan sedikit dan memerlukan waktu yang lama.
G. Kesimpulan
Zat terlarut apabila dicampurkan dengan zat pelarut, maka tekanan uap larutan tersebut akan semakin kecil,
apabila jumlah zat terlarut yang dilarutkan ke dalam zat pelarut sedikit sedangkan jumlah zat pelarut tetap, maka
uap yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah zat terlarut yang banyak, hal ini dikarenakan molekul
zat terlarut dan zat pelarut akan saling tarik-menarik dalam larutan, sehingga molekul zat terlarut akan
menghalaingi molekul zat pelarut untuk bisa mengalami penguapan, sedangkan penguapan zat pelarut murni lebih
banyak daripada zat pelarut yang dicampur zat terlarut, karena tidak ada yang menghalangi molekulzat pelarut
untuk menguap.
Titik beku adalah suhu dimana tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap padatannya. Titik
beku larutan lebih rendah dari pada titik beku pelarut murni. Hal ini disebabkan zat pelarutnya harus
membeku terlebih dahulu, baru zat terlarutnya. Jadi larutan akan membeku lebih lama dari pada
pelarut. Setiap larutan memiliki titik beku yang berbeda.
Titik beku suatu cairan akan berubah jika tekanan uap berubah, biasanya diakibatkan oleh
masuknya suatu zat terlarut atau dengan kata lain, jika cairan tersebut tidak murni, maka titik bekunya
berubah (nilai titik beku akan berkurang).
Seperti yang kita tahu bahwa titik beku pelarut murni berada pada suhu 0 oC, tapi dengan adanya
zat terlarut misalnya saja kita tambahkan gula ke dalam air tersebut maka titik beku larutan ini tidak akan
sama dengan 0oC lagi, melainkan akan turun menjadi dibawah 0 oC, dan inilah yang dimaksud sebagai
penurunan titik beku.
Dalam percobaan ini akan diteliti tentang perubahan titik beku pelarut
murni (aquades ) dan larutan lain(Cuka,Glukosa,NaCl), serta mencoba membuktian bahwa titik
beku larutan akan lebih rendah dibandingkan pelarut murninya ( aquades ).
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan es dan garam terhadap proses pembekuan suatu larutan;
C. Manfaat Penelitian
1. Mengetahui pengaruh penambahan es dan garam terhadap proses pembekuan suatu larutan;
2. Bandingkan sifat koligatif larutan elektrolit dan nonelektrolit berdasarkan percobaan ini!
DIBUAT OLEH:
1. Diah Hesti P. ( 11 )
2. Farah Dewi P. ( 15 )
3. Nazila Kusumaningrum( 28 )
4. Reyhan Hawali ( 32 )
5. Sayyied Al Kareem ( 36 )
XII IPA 5
A. Tujuan
Mengetahui aplikasi sifat koligatif larutan pada proses pembuatan es krim.
B. Dasar Teori
A. Sifat Koligatif Larutan
Larutan merupakan campuran homogen antara dua atau lebih zat. Adanya
interaksi antara zat terlarut dan pelarut dapat berakibat terjadinya perubahan sifat
fisis dari komponen-komponen penyusun larutan tersebut. Salah satu sifat yang
diakibatkan oleh adanya interaksi antara zat terlarut dengan pelarut adalah sifat
koligatif larutan. Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang hanya dipengaruhi
oleh jumlah partikel zat terlarut di dalam larutan, dan tidak dipengaruhi oleh sifat
dari zat terlarut.
Hukum Ralout merupakan dasar bagi empat sifat larutan encer yang disebut
sifat koligatif (dari bahasa lain colligare, yang berarti megumpul bersama) sebab
sifat-sifat itu tergantung pada efek kolektif jumlah partikel terlarut, bukannya pada
sifat partikel yang terlibat. Keempat sifat itu ialah:
1. Penurunan tekanan uap larutan relatif terhadap tekanan uap pelarut murni.
2. Peningkatan titik didih.
3. Penurunan titik beku.
4. Gejala tekanan osmotik.
Bahan :
1. 2 sachet susu bubuk coklat
2. 750 ml air
3. 1 sendok teh vanili
4. 2 sendok makan gula pasir
5. Garam krosok
6. Es batu
D. Langkah kerja
1. Pertama-tama campur dan aduk semua bahan susu dan air sambil dipanaskan
diatas api kecil.
2. Setelah itu sambil tetap mengaduk, campurkan dengan gula dan vanili, aduk
hingga merata.
3. Rebus adonan sambil terus diaduk-aduk hingga mendidih.
4. Angkat adonan dari atas api sambil terus diaduk hingga dingin agar adonan tidak
menggumpal.
5. Letakkan adonan di dalam kaleng yang sedang
6. Letakkan es batu dan garam ke dalam wadah ukuran besar.
7. Letakkan kaleng yang sedang di tengah wadah ukuran besar yang dikelilingi es
batu
8. Tutup kaleng yang sedang dengan penutup, dan putar-putar kaleng tersebut
9. Putar kaleng tersebut hingga adonannya menjadi es krim
Adonan es krim ditempatkan dalan bejana yang terendam es batu dan air yang
telah diberi garam dapur sambil diputar-putar untuk memperoleh suhu yang lebih
rendah dari 0o C.
Proses tersebut mengakibatkan adonan es krim membeku dengan titik beku es
beberapa derajat dibawah titik beku air murni. Hal ini terjadi karena proses
perpindahan kalor dari adonan es krim ke dalam campuran es batu, air dan
garam dapur.
Temperatur normal campuran es dan air adalah 0 o C. akan tetapi itu tidak cukup
dingin untuk membekukan es krim. Temperatur yang diperlukan untuk
membekukan es krim adalah -3o C atau lebih rendah. Untuk mencapai suhu
tersebut perlu ditambahkan garam dalam proses pembekuan es krim. Sebenarnya
banyak bahan kimia lain yang dapat digunakan tetapi garam relatif murah. Garam
berfungsi menurunkan titik beku larutan. Ketika es diampur dengan garam, es
mencair dan terlarut membentuk air garam serta menurunkan temperaturnya.
Proses ini memerlukan panas dari luar. Campuran itu mendapatkan panas dari
adonan es krim maka hasilnya adalah es krim padat dan lezat seperti yang
diinginkan.
BAB II
Titik beku adalah suhu pada pelarut tertentu di mana terjadi perubahan wujud zat cair ke padat.
Pada tekanan 1 atm, air membeku pada suhu 0 C karena pada suhu itu tekanan uap air sama dengan
tekanan uap es. Selisih antara titik beku pelarut dengan titik beku larutan disebut penurunan titik
beku ( Tf = freezing point depression). Pada percobaan ini ditunjukkan bahwa penurunan titik
beku tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya pada konsentrasi partikel dalam larutan.Oleh
karena itu, penurunan titik beku tergolong sifat koligatif.
Penurunan titik beku adalah selisih antara titik beku pelarut dan titik beku larutan dimana titik beku
larutan lebih rendah dari titik beku pelarut. Titik beku pelarut murni seperti yang kita tahu adalah 0 0C
dengan adanya zat terlarut misalnya saja gula yang ditambahkan ke dalam air maka titik beku larutan ini
tidak akan sama dengan 0 oC melainkan akan menjadi lebih rendah di bawah 0 oC itulah penyebab
terjadinya penurunan titik beku yaitu oleh masuknya suatu zat terlarut atau dengan kata lain cairan
tersebut menjadi tidak murni, maka akibatnya titik bekunya berubah (nilai titik beku akan berkurang).
B. Hipotesis
Titik beku larutan akan lebih rendah dari pada aquades, hal ini dikarenakan di aquades tidak ada
penambahan zat terlarut, sedangkan di larutan ada penambahan zat terlarut. Sehingga
larutan mengalami proses pembekuan yang lebih lama.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
1. Gelas plastik
2. Tabung reaksi
3. Pengaduk kaca
4. Termometer
5. Garam dapur
6. Aquades
7. larutan Cuka
8. larutan Nacl
9. larutan glukosa
10. Butiran ES
b. Langkah kerja
1. Masukkan butiran es kedalam gelas plastic hingga tiga perempat volume gas,tersebut dan
tambahkan 8 sendok garam dapur,aduk campuran es dan garam dapur tersebut
2. Isi tabung reaksi dengan air suling kira kira setinggi 5 cm dan celupkan tabung tersebut kedalam
tabung plsik yang berisi campuran es dan garam dapur
3. Masukkan pengaduk kaca dalm tabung reaksi dan gerakkan naik turun sehinnga air suling dalam
tabung tersebut membeku
4. keluarkan tabung reaksi dari gelas plastiik dang anti pengaduk kaca dengan thermometer,ketika es
dalam tabung tersebut mencair catat suhu yang terbaca dalam thermometer.suhu ini merupakan titik
beku air suling murni
5. Ulangi langkah 1-4 untuk menentukan titik beku lrutan urea dalam air.
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen. Sebab dalam memperoleh data, kami melakukan
percobaan langsung untuk membandingkan titik beku aquades dan suatu larutan x.
E. Objek Penelitian
Objek penelitian yang kami gunakan adalah aquades dan Larutan (Cuka,Glukosa,dan NaCl)
Kesimpulan :
1. Fungsi dari campuran butiran butiran es batu dengan garam pada penurunan
titik beku adalah : Kalau es batufungsinya sebagai bahan untuk membekukan
larutan yang akan diperiksa titik bekunya.Sedangkan Garamfungsinya sebagai zat
yang menurunkan titik beku es batu sehingga es batu tidak akan membeku pada
suhu 0C, sehingga ketika sebuah tabung reaksi diletakkan didalam gelas kimia,
akan terbentuk sebuah sistem antara larutan es batu yang suhunya 0C dengan
larutan uji yang ada didalam tabung reaksi.
3. Keadaan titik beku pelarut murni setelah dicampur zat terlarut akan menjadi
lebih rendah dibawah titik beku pelarut murni yang semula yaitu dibawah 0C, zat
terlarut akan berpengaruh pada penurunan titik beku larutan karena pada suatu
pelarut murni, zat terlarut akan menyebabkan turunnya suhu titik beku dari pelarut
murni tersebut.
Latar Belakang
Titik didih adalah suhu dimana cairan mendidih, dimana tekanan uap sebuah zat cair sama
dengan tekanan eksternal yang dialami cairan. Larutan dapat dibagi menjadi dua berdasarkan nilai titik
didih zat terlarut. Pertama adalah titik didih zat terlarut lebih kecil daripada pelarutnya sehingga zat
terlarut lebih mudah menguap. Yang kedua adalah zat terlarut lebih besar daripada pelarutnya dan jika
dipanaskan pelarut lebih dulu menguap. Kenaikan titik didih larutan bergantung pada jenis zat
terlarutnya. Dalam dunia industri, kenaikan titik didih sangat diperlukan pemahaman mengenai kenaikan
titik didih. Banyak kegiatan industri yang menerapkan ilmu kenaikan titik didih. Oleh karena itu penting
untuk melakukan percobaan ini untuk meningkatkan pemahaman mengenai kenaikan titik didih untuk
diterapkan di dunia industri.
Rumusan Masalah
1. Hitunglah kenaikan titidk didih larutan NaCl dan Larutan Urea
Tujuan Percobaan
Mengetahui pengaruh titik didih larutan setelah penambahan zat terlarut.
BAB II
DASAR TEORI
Definisi
Titik didih suatu zat adalah suhu yang tekanan uap jenuhnya samadengan tekanan di atas
permukaan zat cair. Bila tekanan uap sama dengan tekanan luar atau tekanan diatas permukaan zat cair ,
mulai terbentuk gelembung-gelembung uap dalam cairan. Karena tekanan uap dalam gelembung sama
dengan
tekanan udara, maka gelembung itu dapat mendorong diri lewat permukaan dan bergerak ke fasa gas
diatas cairan,sehingga cairan tersebut mendidih. Titik didih suatu zat cair dipengaruhioleh tekanan
udara, artinya makin besar tekanan udara makin besar pulatitik didih zat cair tersebut , begitu juga
sebaliknya semakin rendahtekanan udara , maka semakin rendah titik didih. Pada tekanan
dantemperatur udara standar(76 cmHg, 25C) titik didih air sebesar 100C.
Selain itu, titik didih juga dapat diartikan temperatur dimana tekanan uap sama dengan tekanan
atmosfer. Selama gelembung terbentuk dalam cairan, berarti selama cairan mendidih, tekanan uap sama
dengan tekanan atmosfer, karena tekanan uap adalah konstan maka suhu dan cairan yang mendidih akan
tetap sama. Penambahan kecepatan panas yang diberikan pada cairan yang mendidih hanya
menyebabkan terbentuknya gelembung uap air lebih cepat. Cairan akan lebih cepat mendidih, tapi suhu
didih tidak naik. Jelas bahwa titik didih cairan tergantung dari besarnya tekanan atmosfer.
Titik didih merupakan satu sifat lagi yang dapat digunakan untuk memperkirakan secara tak
langsung berapa kuatnya gaya tarik antara molekul dalam cairan. Cairan yang gaya tarik antar molekulnya
kuat, titik didihnya tinggi dan sebaliknya bila gaya tarik lemah, titik didihnya rendah.
Pendidihan merupakan hal yang sangat khusus dari penguapan. Pendidihan adalah pelepasan
cairan dari tempat terbuka ke fase uap. Suatu cairan dikatakan mendidih pada titik didihnya, yaitu bila
suhu dimana tekanan uap cairan sama dengan tekanan atmosfer sekitarnya. Pada titik didih, tekanan uap
cairan cukup besar sehingga atmosfer dapat diatasi hingga gelembung uap dapat terbentuk dipermukaan
cairan yang diikuti penguapan yang terjadi di setiap titik dalam cairan. Pada umumnya, molekul dapat
menguap bila dua persyaratan dipenuhi, yaitu molekul harus cukup tenaga kinetik dan harus cukup dekat
dengan batas antara cairan-uap.
Bila dalam larutan biner, komponen suatu mudah menguap (volatile) dan komponen lain sukar
menguap (non volatile), makin rendah. Dengan adanya zat terlarut tekanan uap pelarut akan berkurang
dan ini mengakibatkan kenaikan titik didih, penurunan titik beku dan tekanan uap osmose. Keempat sifat
ini hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut dan tidak ditentukan oleh jenis zat terlarut. Seperti
telah disebutkan, sifat-sifat ini disebut sifat koligatif larutan. Adanya zat terlarut (solute) yang sukar
menguap (non volatile), tekanan uap dari larutan turun dan ini akan menyebabkan titik didih larutan
lebih tinggi dari pada titik didih pelarutnya. Ini disebabkan karena untuk mendidih, tekanan uap larutan
sama dengan tekanan udara dan untuk temperatur harus lebih tinggi.
2. Penggunaan minyak pada percobaan ini untuk memanaskan larutan, selain itu agar
kenaikan titik didih mudah diamati karena raksa pada termometer naik secara perlahan. Penggunaan
batu didih adalah agarmudah mengamati kalau larutan sudah mendidih dengan tanda gelembung yang
keluar disekitar batu didih. Suatu larutan dikatakan mendidih pada titik didihnya bila berada pada suhu
dimana tekanan uap larutan sama dengan tekanan atmosfer. Menurut teori diketahui bahwa titik didih
NaCl adalah 1465oK, sehingga dapat dilihat bahwa NaCl memiliki titik didih lebih tinggi dari akuades (titik
didih akuades : 373oK). Dari hasil pengamatan titik didih larutan <100 oC disebabkan kadar kemurnian
NaCl yang tercampur dalam larutan sudah berkurang sehingga Tb larutan atau titik didih larutan tersebut
tidak mencapai 100oC.
BAB III
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Termometer (3 buah)
D. Cara Kerja
1. Masukkan akuades ke dalam gelas kimia pertama, larutan NaCl ke dalam gelas kimia
kedua, dan larutan Urea ke dalam gelas kimia ketiga.
Bab iv
Analisis data
Hasil Pengamatan
Aquades C
NaCl C
Urea C
Kesimpulan :
1.Kenaikan titik didih larutan NaCl dan larutan gula dapat dihitung dengan rumus :
Tb = Tb + Tb0
Tb = Tb - Tb0
Kenaikan titik didih larutan NaCl sebesar C dan kenaikan titk didih larutan gula yaitu
sebesar C
3. Pada konsentrasi yang sama, sifat koligatif larutan elektrolit memliki nilai yang lebih besar
daripada sifat koligatif larutan non elektrolit. Banyaknya partikel zat terlarut hasil reaksi
ionisasi larutan elektrolit dirumuskan dalam faktor Van't Hoff. Perhitungan sifat koligatif larutan
elektrolit selalu dikalikan dengan faktor Van't Hoff
4. Penambahan zat terlarut baik berupa zat yang elektrolit maupun nonelektrolit pada pelarut
menyebabkan terjadinya kenaikan titik didih (Tb), sehingga harga titik didih (Tb) yang
dihasilkan lebih besar daripada titik didih pelarut (Tb0).
V. LANGKAH KERJA
1 Aquades -4 101
2 Glukosa 1M 0 97
3 Glukosa 2M 0 97
4 NaCl 1M -8 97
5 NaCl 2M -9 96
Larutan glukosa 2M
Tf =Tf0 Tf
=0 0
=0
Larutan NaCl 1M
Tf =Tf0 Tf
= 0 (-80)
=8
Larutan NaCl 2M
Tf =Tf0 Tf
=0- (-9)
=9
Larutan aquades
Tb = Tb Tb0
= 101- 100
=1
Larutan glukosa 1M
Tb = Tb Tb0
=97-100
=-3
Larutan glukosa 2M
Tb = Tb Tb0
=97-100
=-3
Larutan NaCl 1M
Tb = Tb Tb0
=97-100
=-3
Larutan NaCl 2M
Tb = Tb Tb0
= 96- 100
= -4
No Larutan Tf 0
C Tb 0C Tf 0 C Tb 0 C
1 Aquades -4 101 4 1
2 Glukosa 1M 0 97 0 -3
3 Glukosa 2M 0 97 0 -3
4 NaCl 1M -8 97 8 -3
5 NaCl 2M -9 96 9 -4
VIII. PEMBAHASAN
Penambahan garam disini merupakan salah satu penerapan dari sifat koligatif larutan.
Garam berfungsi sebagai zat yang menurunkan titik beku es batu sehingga es batu tidak cepat
mencair, karena apabila tidak ada penambahan garam pada es batu, suhu didalam es batu akan
lebih tinggi dari 0C pada saat es berubah menjadi liquid.
Perbedaan pengukuran titik beku menurut teori dan berdasarkan pengamatan sendiri
kemungkinan disebabkan oleh proses pembekuan masing-masing larutan tidak sama, sehingga
dalam pengukuran titik beku ini tidak diperoleh data yang akurat. Selain itu, kekurang telitian
dalam menimbang bahan, membersihkan alat kerja. Lalu, kemungkinan thermometer yang
digunakan belum dalam keadaan yang stabil, dan ketika mengukur suhu larutan besar
kemungkinan terjadi penambahan suhu dari dimana ketika tabung reaksi dikeluarkan dari es lalu
terkena suhu luar atau suhu tangan kita sendiri serta terjadi kekurang telitian dalam pembacaan
skala thermometer.
Kemungkinan lainnya adalah es batu yang digunakan kemungkinan telah mencair,
sehingga memperlambat proses pembekuan larutan.
Dari table diatas diketahui bahwa titik beku larutan dan titik didih larutan berbeda-beda. Seperti
titik beku yaitu Aquades = -4 0C, glukosa 1M = 0 0C ,glukosa 2M = 0 0C ,NaCl 1M = -8 0C,NaCl
2M = -90C titik beku berbeda beda karena konsentrasi larutan yang berbeda serta nilai Tb yg
berbeda.
Dan titik didih yaitu Aquades = 101 0C, glukosa 1M = 97 0C ,glukosa 2M = 97 0C ,NaCl 1M
= 97 0C,NaCl 2M = 970C
IX. KESIMPULAN
Semakin banyak waktu yang diberikan maka semakin rendah titik beku yang dihasilkan.
Dari penelitian yang kami telah lakukan, kami dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut
:
Penurunan titik beku dan kenaikan titik didih tidak tergantung pada komposisi kimia dari zat
tersebut tetapi tergantung pada jumlah partikel zat terlarut di dalam larutan, kemolalan larutan,
massa zat terlarut dan massa pelarutnya.
Penurunan titik beku ini sebanding dengan konsentrasizat terlarut .bila konsentrasi zat
terlalu besar, maka penurunan titik beku juga semakin besar.
Kenaikan tiik beku inisebansing dengan konsentrasi zat terlarut .Bila konentrasi tinngi
maka kenaikan titik didih juga semakin tinggi
Kenaikan titik didih dan penurunan titik beku larutan elektrolit lebih besar dari larutan
nonelektrolit disebabkan adanya factor Vant Hoff.
Perbedaan hasil pengukuran menurut teori dengan pengamatan langsung disebabkan oleh
ketidaktelitian dalam mengamati skala thermometer serta pengaruh suhu luar.
Dalam kimia, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang
jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang
jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi
zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses
pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi.
Contoh larutan yang umum dijumpai adalah padatan yang dilarutkan dalam cairan,
seperti garam atau gula dilarutkan dalam air. Gas juga dapat pula dilarutkan dalam cairan,
misalnya karbon dioksida atau oksigen dalam air. Selain itu, cairan dapat pula larut dalam cairan
lain, sementara gas larut dalam gas lain. Terdapat pula larutan padat, misalnya aloi (campuran
logam) dan mineral tertentu.
Daftar isi
[sembunyikan]
1Konsentrasi
2Pelarutan
3Larutan ideal
5Jenis-jenis larutan
6Lihat pula
7Referensi
Molekul komponen-komponen larutan berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Pada proses
pelarutan, tarikan antarpartikel komponen murni terpecah dan tergantikan dengan tarikan antara
pelarut dengan zat terlarut. Terutama jika pelarut dan zat terlarut sama-sama polar, akan terbentuk
suatu sruktur zat pelarut mengelilingi zat terlarut; hal ini memungkinkan interaksi antara zat terlarut
dan pelarut tetap stabil.
Bila komponen zat terlarut ditambahkan terus-menerus ke dalam pelarut, pada suatu titik komponen
yang ditambahkan tidak akan dapat larut lagi. Misalnya, jika zat terlarutnya berupa padatan dan
pelarutnya berupa cairan, pada suatu titik padatan tersebut tidak dapat larut lagi dan terbentuklah
endapan. Jumlah zat terlarut dalam larutan tersebut adalah maksimal, dan larutannya disebut
sebagai larutan jenuh. Titik tercapainya keadaan jenuh larutan sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor lingkungan, seperti suhu, tekanan, dan kontaminasi. Secara umum, kelarutan suatu zat (yaitu
jumlah suatu zat yang dapat terlarut dalam pelarut tertentu) sebanding terhadap suhu. Hal ini
terutama berlaku pada zat padat, walaupun ada perkecualian. Kelarutan zat cair dalam zat cair
lainnya secara umum kurang peka terhadap suhu daripada kelarutan padatan atau gas dalam zat
cair. Kelarutan gas dalam air umumnya berbanding terbalik terhadap suhu.
Diagram tekanan uap (p, x) pada campuran benzena/toluena pada suhu 20C
Bila interaksi antarmolekul komponen-komponen larutan sama besar dengan interaksi antarmolekul
komponen-komponen tersebut pada keadaan murni, terbentuklah suatu idealisasi yang
disebut larutan ideal. Larutan ideal mematuhi hukum Raoult, yaitu bahwa tekanan uap pelarut (cair)
berbanding tepat lurus dengan fraksi mol pelarut dalam larutan. Larutan yang benar-benar ideal
tidak terdapat di alam, namun beberapa larutan memenuhi hukum Raoult sampai batas-batas
tertentu. Contoh larutan yang dapat dianggap ideal adalah campuran benzena dan toluena.
Ciri lain larutan ideal adalah bahwa volumenya merupakan penjumlahan tepat volume komponen-
komponen penyusunnya. Pada larutan non-ideal, penjumlahan volume zat terlarut murni dan pelarut
murni tidaklah sama dengan volume larutan.
Contohnya :
Botol mineral yang sebagian isinya sudah kita minum, lalu kita diamkan, lama kelamaan dinding
botol bagian atas akan ada titik embun, semula sedikit, semakin lama semakin rapat. Titik-titik
uap yang mengembun di dinding botol akan mencapai kerapatan tertentu, sampai seolah-olah
tidak ada lagi air yang menguap, padahal sebenarnya penguapan terus terjadi tetapi dibarengi
dengan pengembunan. Keadaan inilah yang disebut sebagai keadaan uap jenuh. Jika tekanan
akibat uap jenuh pada botol tersebut kita ukur dengan alat pengukur tekanan, maka angka hasil
pengukuran itulah yang disebut sebagai tekanan uap jenuh.
Jika ke dalam botol mineral tadi kita larutkan gula atau garam atau sirup, kemudian kita tunggu
sampai keadaan uap jenuh, lalu kita ukur tekanannya, maka hasil pengukuran akan menunjukkan
angka yang lebih kecil dari tekanan uap jenuh air murni. Hal ini menunjukkan bahwa partikel zat
terlarut akan menurunkan tekanan uap jenuh. Kenapa terjadi penurunan tekanan uap jenuh? Hal
ini dikarenakan partikel-partikel pelarut murni yang akan menguap, terhalang oleh partikel-
partikel zat terlarut, sehingga hanya sedikit partikel pelarut yang dapat menguap, sehingga
tekanan yang dihasilkan juga sedikit.
2. Kenaikan titik didih
Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat zat cair mendidih atau suhu dimana terjadi perubahan
wujud dari cair menjadi uap (gas). Pada suhu ini, tekanan uap zat cair sama dengan tekanan udara di
sekitarnya. Hal ini menyebabkan terjadinya penguapan di seluruh bagian zat cair. Titik didih zat cair
diukur pada tekanan 1 atm.
Contohnya :
Apabila kita merebus air dalam panci tertutup , maka air tersebut akan mendidih saat tekanan
uap dalam panci mencapai 1 atm, oleh sebab itulah merebus air dalam keadaan tertutup lebih
cepat mendidih dibanding dengan keadaan terbuka.
Jadi, kenaikan titik didih larutan merupakan fenomena meningkatkan titik didih suatu pelarut
disebabkan adanya zat terlarut didalam pelarut tersebut. Ini berarti bahwa titik didih pelarut akan
lebih kecil jika dibandingkan dengan titik larutan. Sebagai contoh titik didih air murni adalah
100 C.
Membran semipermeabel adalah (membran yang hanya bisa dilewati oleh molekul-molekul pelarut, dan
tidak bisa dilewati oleh zat terlarut)
Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut di bawah ini.
Sebuah tabung U bagian tengahnya dibatasi dengan membran semipermiabel. Sebelah kiri
diisi oleh larutan garam (gambar bulatan biru untuk molekul terlarut) dan sebelah kanan diisi
dengan air (bulatan hijau untuk molekul air).
Molekul-molekul air dari kaki sebelah kanan akan mengalir ke bagian larutan yang ada di sebelah kiri
melalui membrane semipermiabel, peristiwa inilah yang disebut sebagai osmosis. Pada keadaan nyata,
molekul-molekul air dari larutan juga mengalir menuju bagian kanan akan tetapi kecepatannya lebih kecil
jika dibandingkan dengan kecepatan mengalirnya molekul air menuju bagian larutan. Sampai akhirnya
pada kesetimbangan maka kedua kaki pada tabung U akan menunjukkan perbedaan ketinggian tertentu.
(lihat gambar).
Perbedaan ketinggian tersebut tentu saja akan menimbulkan adanya perbedaan tekanan. Tekanan
inilah yang disebut sebagai tekanan osmosis
Jadi, Tekanan osmotik adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat menghentikan
perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan melalui membran semi permeabel (proses
osmosis).
Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih rendah dari yang lain
disebut larutan Hipotonis.
Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih tinggi dari yang lain
disebut larutan Hipertonis.
Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmotik sama disebut larutan Isotonis
Tujuan : Mengamati
perbedaan tekanan uap pelarut murni
dan larutan
Alat & Bahan :
1. Gelas 3 buah
2. Tutup gelas 3 buah
3. Air
4. Cuka
5. Garam dapur
Cara Kerja :
1. Isi gelas pertama dengan air murni,
gelas kedua dengan air murni
dicampur cuka (larutan non elektrolit)
sebanyak 1 sdt dan gelas ketiga
dengan 1 sdt garam dapur (larutan
elektrolit)
2. Tutup ketiga gelas tersebut
3. Setelah beberapa lama ambil ketiga
tutup gelas kemudian amati
banyaknya butiran air pada ketiganya
4. Manakah yang mengandung butiran
air lebih banyak?
Hasil Pengamatan :
Gelas I Gelas II Gelas III
PERTANYAAN :
1. Proses apakah yang menyebabkan
air menempel pada tutup gelas?
2. Adakah perbedaan jumlah butiran air
yang menempel pada tutup gelas 1
dan 2? Jelaskan mengapa terjadi
demikian?
3. Adakah hubungan antara jumlah zat
terlarut (gelas 2,3) dengan jumlah
banyaknya butiran air pada tutup
gelas ketiganya.
JAWABAN :
1. Proses tekanan uap larutan
2. Jumlah butiran air pada tutup gelas 1
lebih banyak dibandingkan pada tutup
gelas 2 karena pada gelas 2
ditambahkan zat terlarut yang
mengurangi penguapan dan
menyebabkan penurunan tekanan uap.
3. Ada. Karena zat terlarut menghambat
terbentuknya kenaikan tekanan uap
larutan sehingga jumlah butiran air
pada tutup gelas 2 dan 3 yang
terdapat zat terlarut lebih sedikit
dibandingkan tutup gelas yang hanya
diisi oleh air murni.
KESIMPULAN
Zat terlarut menghalangi penguapan
dari zat pelarut sehingga jumlah zat
pelarut yang menguap menjadi lebih
sedikit dibandingkan dengan pelarut
murni karena zat terlarut akan
menahan pelarut untuk menguap
Proses pengolahan air laut menjadi air tawar lebih dikenal dengan istilah Desalinasi.
Yaitu mengurangi kadar garam yang terkandung pada air laut sampai pada level tertentu
sehingga air laut tersebut layak untuk dipergunakan seperti halnya air tawar. Sebagaimana
diketahui, air laut adalah sumber air terbesar di muka bumi sementara air tawar yang tersedia
dianggap akan semakin berkurang seiring berkembangnya populasi manusia.
Proses mengolah air asin/payau menjadi air tawar atau sering dikenal dengan istilah
desalinasi dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) macam yaitu:
Proses destilasi memanfaatkan energi panas untuk menguapkan air asin. Uap air
tersebut selanjutnya didinginkan menjadi titik-titik air dan hasil ditampung sebagai air bersih
yang tawar.
Pada tahun 1852, Way menemukan bahwa menghilangkan ammonia dalam larutan air
yang meresap melalui tanah sesungguhnya berupa pertukaran ion dengan kalsium yang
terkandung di dalam sejenis silica tertentu dalam tanah. Dewasa ini penukaran ion sudah
menjadi proses konversi kimia yang sangat bermanfaat. Proses ini digunakan secara luas dan
skala besar di industry (Nur Alimah, 2008)
Teknik penukar ion memanfaatkan proses kimiawi untuk memisahkan garam dalam air.
Pada proses ini ion garam (Na Cl) ditukar dengan ion seperti Ca +2 dan SO4-2. Materi penukar
ion berasal dari bahan alam atau sintetis. Materi penukar ion alam misalnya zeolit sedangkan
yang sintetis resin (resin kation dan resin anion).
Proses pertukaran ion merupakan reaksi kimia yang ionnya terhidrata dan bersifat mobil
bergerak di dalam zat padat, dipertukarkan atas dasar ekuivalen dengan ion yang bermuatan
sama yang terdapat di dalam larutan. Zat padat mempunyai struktur seperti jala terbuka dan ion
yang bergerak itu menetralisir muatan, atau muatan potensial, gugus yang terpasang di dalam
matriks zat padat itu disebut penukar ion.
a) Pertukaran kation
Pertukaran kation berlangsung bila kation yang bergerak dan bermuatan posirif terikat pada
gugus yang bermuatan negative di dalamnya penukar ion saling bertukar dengan kation lain
terdapat di dalam larutan.
b) Pertukaran anion
Proses pertukaran ion berlangsung bila anion bergerak, bermuatan negatif yang melekat pada
gugus bermuatan positif di dalam resin, penukar kalor saling bertukar dengan anion di dalam
larutan.
3. Proses filtrasi.
Proses ketiga ini lebih dikenal dengan sistem osmose balik (Reverse Osmosis).
Reverse Osmosis adalah salah satu teknologi pengolahan air asin menjadi air tawar yang
paling sering digunakan untuk memenuhi kebutuhan air minum. Keistimewaan dari proses ini
adalah mampu nyaring molekul yang lebih besar dari molekul air.
Dalam proses filtrasi atau teknologi membran dikenal elektrodialisis dan reverse
osmosis. Dari dua teknologi membran tersebut reverse osmosis yang paling sering dipakai saat
ini.
Pada tahun 1748, Ilmuwan Perancis Abbe Nollett, menemukan peristiwa osmosis yang
alami. Proses ini terjadi ketika aliran cairan melalui suatu membran semi-permeable ke larutan
konsentrat yang kemudian airnya menjadi tawar. Lebih dari 200 tahun kemudian, peristiwa ini
telah dikenali sebagai cara untuk mengolah air asin, air payau, atau air yang berwarna.
DI SUSUN OLEH
YENI RAHMAWATI (E1M013059)
B. KOMPETENSI DASAR
1.1 Menjelaskan penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku larutan, dan
tekanan osmosis termasuk sifat koligatif larutan.
C. INDIKATOR
Menghitung konsentrasi suatu larutan (kemolalan dan fraksi mol).
Menjelaskan pengertian sifat koligatif larutan non elektrolit (hukum Roulth) dan larutan
elektrolit.
Menjelaskan pengaruh zat terlarut yang sukar menguap terhadap tekanan uap pelarut.
Menghitung tekanan uap larutan berdasarkan data percobaan.
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa dapat menjelaskan arti kemolalan dan fraksi mol serta penggunaanya.
Siswa mampu menghitung konsentrasi suatu larutan (kemolalan dan fraksi mol).
Siswa dapat menjelaskan pengertian sifat koligatif larutan non elektrolit (hukum Roulth) dan
larutan elektrolit.
Siswa dapat menjelaskan pengaruh zat terlarut yang sukar menguap terhadap tekanan uap
pelarut
Siswa mampu menghitung tekanan uap larutan berdasarkan data percobaan.
E. MATERI PEMBELAJARAN
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
Pada sifat koligatif larutan, kemolalan digunakan untuk menetukan besarnya kenaikan
titik didih dan penurunan titik beku. Fraksi mol digunakan untuk menentukan besarnya
penurunan uap tekanan jenuh.
a. Fraksi Mol (X)
Fraksi mol adalah perbandingan antara jumiah mol suatu komponen dengan jumlah mol seluruh
komponen yang terdapat dalam larutan.
Fraksi mol dilambangkan dengan X.
Contoh:
Suatu larutan terdiri dari 3 mol zat terlarut A dengan 7 mol zat terlarut B. maka:
XA = nA / (nA + nB) = 3 / (3 + 7) = 0.3
XB = nB /(nA + nB) = 7 / (3 + 7) = 0.7
* XA + XB = 1
b. Kemolalan (Molalitas = m)
Contoh:
Hitunglah molalitas 4 gram NaOH (Mr = 40) dalam 500 gram air !
Penyelesaian:
molalitas NaOH = (4/40) / 500 gram air = (0.1 x 2 mol) / 1000 gram air = 0,2 m
Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat Larutan
itu sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam
larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit
terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion.
Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan
sifat koligatif larutan elektrolit.
a. Sifat Koligatif Larutan Nonelektrolit
Sifat koligatif larutan non elektrolit sangat berbeda dengan Sifat koligatif larutan elektrolit,
disebabkan larutan non elektolit tidak dapat mengurai menjadi ion ion nya. Maka Sifat
koligatif larutan non elektrolit dapat di hitung dengan menghitung tekanan uap, titik didih, titik
beku, dan tekanan osmosis. Menurut hukum sifat koligatif, selisih tekanan uap, titik beku, dan
titik didih suatu larutan dengan tekanan uap, titik beku, dan titik didih pelarut murninya,
berbanding langsung dengan konsentrasi molal zat terlarut. Larutan yang bisa memenuhi hukum
sifat koligatif ini disebut larutan ideal. Kebanyakan larutan mendekati ideal hanya jika sangat
encer. Meskipun sifat koligatif melibatkan larutan, sifat koligatif tidak bergantung pada interaksi
antara molekul pelarut dan zat terlarut, tetapi bergatung pada jumlah zat terlarut yang larut pada
suatu larutan. Sifat koligatif terdiri dari penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan
titik beku, dan tekanan osmotic.
b. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit memperlihatkan sifat koligatif yang lebih besar dari hasil perhitungan
dengan persamaan untuk sifat koligatif larutan nonelektrolit di atas. Perbandingan antara sifat
koligatif larutan elektrolit yang terlihat dan hasil perhitungan dengan persamaan untuk sifat
koligatif larutan nonelektrolit, menurut Vant Hoff besarnya selalu tetap dan diberi simbul i (i =
tetapan atau faktor Vant Hoff ). Dengan demikian dapat dituliskan:
i = sifat koligatif larutan eklektrolit dengan kosentrasi / sifat koligatif larutan nonelektrolit
dengan kosentrasi.
Semakin kecil konsentrasi larutan elektrolit, harga i semakin besar, yaitu semakin mendekati
jumlah ion yang dihasilkan oleh satu molekul senyawa elektrolitnya. Untuk larutan encer, yaitu
larutan yang konsentrasinya kurang dari 0,001 m, harga i dianggap sama dengan jumlah ion.
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat
terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat
terlarut). Sifat koligatif meliputi:
1. Penurunan tekanan uap jenuh
2. Kenaikan titik didih
3. Penurunan titik beku
4. Tekanan osmotik
Konfirmasi Konfirmasi :
1. Guru memberikan koreksi Menyimpulkan
terhadap jawaban siswa di (Menginduksi dan
papan tulis. mempertimbangkan hasil
2. Guru memberikan kesempatan induksi)
kepada siswa yang belum
paham untuk bertanya.
1. Guru menuntun siswa untuk Menyimpulkan (Menginduksi
Kegiatan dapat menyimpulkan hasil dan mempertimbangkan hasil 5
akhir pembelajaran hari ini. induksi) menit
2. Guru memberi tugas kepada
siswa untuk mencari contoh soal
perhitungan tekanan uap
berdasarkan data percobaan untuk
dikumpulkan pada pertemuan
berikutnyadan menutup pelajaran.
I. Penilaian
Aspek Mekanisme dan Prosedur Instrumen
Kognitif Tes Tulis Soal Uraian
( ) ( Yeni Rahmawati)
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1.
Instrumen Penilaian Kognitif
Soal Uraian
1. Tentukan molalitas dari 500 mL larutan yang mengandung 5% massa H 2SO4. Diketahui rapatan
larutan 1,2 gram/cm3 ! (Ar H=1, S=32, O=16)
(skor 20)
2. larutan asam klorida (HCl) 18,25 % massa, mempunyai rapatan 1,1 gram/mL. Tentukan fraksi
mol masing-masing zat dalam larutan! (Ar H=1, Cl= 35,5)
(skor 20)
3. Jelaskan pengertian sifat koligatif larutan. Tuliskan sifat-sifat yang tergolong ke
dalamnya.
(Skor 10)
4. Jelaskan bagaimana pengaruh adanya zat terlarut (yang sukar menguap) di dalam sistem larutan
terhadap tekanan uap pelarut.
5. (Skor 10)
6. Jelaskan perbedaan sifat koligatif larutan non elektrolit dan larutan elektrolit !
(skor 10)
7. Tentukan tekanan uap jenuh larutan yang mengandung 12% massa urea, CO(NH 2)2, jika tekanan
uap jenuh air pada temperatur 30oC adalah 31,82 mmHg !
(skor 30)
Keterangan : Skor total maksimum 100.
Lampiran 2
CONTOH SOAL
ekanan Osmotik
Pengaplikasisan tekanan osmotik dalam bidang kesehatan, yaitu tekanan osmosis dalam cairan infus.
Jika seseorang memerlukan nutrisi dari injeksi cairan infus, maka tekanan osmotik cairan infus harus
sesuai dengan tekanan osmotik darah (isotonik/isoosmotik). Cairan Isotonik adalah cairan infuse
yang osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen darah),
sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami
hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko
terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan
hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis
(nacl 0,9%).
Jika tekanan dalam sel darah merah > tekanan cairan infus (hipertonik), maka air dalam sel darah
merah akan keluar, sehingga sel akan mengkerut. Cairan hipertonik adalah cairan infus yang
osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga menarik cairan dan elektrolit dari
jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan
produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan
hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, nacl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%
+nacl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.
Jika tekanan dalam sel darah merah < tekanan cairan infus (hipotonik), maka sel darah merah akan
menyerap air sehingga dinding sel akan mengembang dan pecah. Cairan hipotonik adalah cairan
infuse yang osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah
dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan
ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari
osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan
pada keadaan sel mengalami dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi
diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik.
Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke
sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada
beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
Kesimpulan sifat koligatif tekanan osmotik berguna bagi bidang medis.
Air Radiator
Penurunan titik beku larutan mendiskripsikan bahwa titik beku suatu pelarut murni akan mengalami
penurunan jika kita menambahkan zat terlarut di dalamnya. Sebagai contoh air murni membeku
pada suhu 0 C akan tetapi jika kita melarutkan contoh sirup atau gula di dalamnya maka titik
bekunya akan menjadi dibawah 0 C. Sebagai contoh larutan garam 10% NaCl akan memiliki titik
beku -6 C dan 20% NaCl akan memiliki titik beku -16 C. Dari sinilah kita bisa mengetahui Mengapa
Ice Cream Di Freezer Tidak Membeku?
Mengapa Kita Belajar Mengenai Fenomena Penurunan Titik Beku Larutan?
Fenomena penurunan titik beku larutan sangat menarik perhatian para ilmuwan karena hal ini
bersinggungan langsung dengan kehidupan manusia contohnya, penggunaan etilen glikol sebagai
agen antibeku yang dipakai di radiator mobil sehingga air ini tidak beku saat dipakai di musim
dingin. beberapa ikan di daerah artik mampu melepaskan sejumlah senyawa untuk menghindari
darahnya beku, atau dengan menggunakan teknik penurunan titik beku kita dapat menentukan
massa molar atau menentukan derajat disosiasi suatu zat.
Bagaimana Mengukur Penurunan Titik Beku Larutan?
Penurunan titik beku larutan adalah salah satu sifat koligatif larutan. Untuk mengukur besarnya titik
beku larutan kita membutuhkan dua hal berikut:
1. Konsentrasi molal suatu larutan dalam molalitas.
2. Konstanta penurunan titik beku pelarut atau Kf.
Rumus mencari perubahan titik beku larutan adalah sebagai berikut:
?Tf = m. Kf. I
3.Kenaikan Titik Didih Larutan
Berlawanan dengan penurunan titik beku larutan. "Kenaikan Titik Didih Larutan" merupakan
fenomena meningkatkan titik didih suatu pelarut disebabkan adanya zat terlarut di dalam pelarut
tersebut. Ini berarti bahwa titik didih pelarut akan lebih kecil jika dibandingkan dengan titik larutan.
Sebagai contoh Pada saat merebus air titik didih air murni adalah 100 C jika kita melarutkan gula
atau garam dapur ke dalam air maka titik didihnya akan lebih dari 100 C.
Bagaimana Kita Mengukur Kenaikan Titik Didih Larutan?
Kenaikan titik didih larutan merupakan salah satu sifat koligatif larutan, Untuk menghitung
perubahan titik didih
Pernahkah kamu melihat peristiwa penguapan? Pada peristiwa penguapan terjadi perubahan dari zat
cair menjadi gas. Jika zat cair dimasukkan ke dalam suatu ruangan tertutup maka zat tersebut akan
menguap hingga ruangan tersebut jenuh. Pada keadaan ini proses penguapan tetap berlangsung
dan pada saat yang sama juga terjadi proses pengembunan. Laju penguapan sama dengan laju
pengembunan. Keadaan ini dikatakan terjadi kesetimbangan dinamis antara zat cair dan uap
jenuhnya. Artinya bahwa tidak akan terjadi perubahan lebih lanjut tetapi reaksi atau proses yang
terjadi masih terus berlangsung. Tekanan yang disebabkan oleh uap jenuh dinamakan tekanan uap
jenuh.
Besarnya tekanan uap jenuh dipengaruhi oleh jumlah zat dan suhu. Makin besar tekanan uap suatu
cairan, makin mudah molekul-molekul cairan itu berubah menjadi uap. Tekanan uap suatu larutan
dapat diukur dengan alat manometer merkurium. Perhatikan Gambar disamping.
Gambar Manometer merkurium
Pada alat tersebut setelah larutan dimasukkan dalam labu, semua udara dalam pipa penghubung
dikeluarkan melalui pompa vakum. Jika keran ditutup, maka uap yang ada dalam pipa penghubung
hanyalah uap dari pelarut larutan tadi sehingga uap itu disebut tekanan uap larutan tersebut.
Semakin tinggi suhu cairan semakin banyak uap yang berada di atas permukaan cairan dan tekanan
uap yang terbaca semakin tinggi.
Untuk mengetahui penurunan tekanan uap maka pada tahun 1880-an kimiawan Perancis F.M. Raoult
mendapati bahwa melarutkan suatu zat terlarut mempunyai efek penurunan tekanan uap dari
pelarut. Apabila pada pelarut murni kita tambahkan sejumlah zat terlarut yang tidak mudah
menguap, apa yang akan terjadi?
Untuk mengetahui penurunan tekanan uap maka pada tahun 1880-an kimiawan Perancis F.M. Raoult
mendapati bahwa melarutkan suatu zat terlarut mempunyai efek penurunan tekanan uap dari
pelarut. Apabila pada pelarut murni kita tambahkan sejumlah zat terlarut yang tidak mudah
menguap, apa yang akan terjadi?
Gambar Partikel-partikel Pelarut Murni
dan Larutan
Dari gambar di atas dapat kita lihat bahwa jumlah partikel pelarut pada pelarut murni (Gambar A) di
permukaan lebih banyak dibandingkan pada larutan (Gambar B). Partikel-partikel pada larutan lebih
tidak teratur dibandingkan partikel-partikel
pada pelarut murni. Hal ini menyebabkan tekanan uap larutan lebih kecil daripada pelarut murni.
Inilah yang dinamakan penurunan tekanan uap jenuh. Selisih antara tekanan uap murni dengan
tekanan uap larutan jenuh dapat dituliskan secara
matematis seperti berikut.