KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah “Sel
Elektrolit Kimia dan Sel Volta”.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya
dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan Makalah ini.
Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam pembuatan Makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu
dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca
yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki
Makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari Makalah ini dapat diambil hikmah
dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.
Team Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, tanpa kita sadari sangat banyak peran serta sel
elektrokimia yang membantu kita seiring berkembangnya teknologi sampai era
sekarang ini. Mulai dari hal yang sebut saja tidak terlihat bahkan sering kita abaikan
sampai hal yang sangat terlihat.
Pembakaran bensin dalam mesin mobil dan pembakaran kayu merupakan
contoh aplikasi akan adanya sel elektrokimia dalam kehidupan kita. Penggunaan
baterai pada alat-alat elektronik seperti radio dan telepon genggam juga merupakan
contoh aplikasi adanya sel elektrokimia yang semakin berkembangnya zaman juga
terjadi perubahan teknologi yang semakin canggih. Bahan-bahan kimia yang
semula selalu kita anggap membahayakan ternyata tidak semuanya bersifat seperti
itu. Namun bagaimana hal tersebut terjadi? Bagaimana proses selama pengubahan
kedua energi tersebut? Itu akan kita bahas lebih lanjut dalam bab pembahasan.
1.2.Rumusan Masalah
a. Apa itu sel Elektrolis dan volta?
b. Apa saja pembahasan dalam sel volta?
c. Apa saja aplikasi sel volta dalam kehidupan sehari-hari?
d. Apa itu sel aki? Apa saja pembahasan dalam sel aki?
1.3.Tujuan
a. Apa itu sel Elektrolis dan volta?
b. Apa saja pembahasan dalam sel volta?
c. Apa saja aplikasi sel volta dalam kehidupan sehari-hari?
d. Apa itu sel aki? Apa saja pembahasan dalam sel aki?
1
BAB II
PEMBAHASAN
Kegunaan
1. Penyepuhan
Penyepuhan merupakan pelapisan suatu logam dengan logam lain agar
diperoleh sifat-sifatr yang lebih baik, misalnya tahan karat, mengkilap dan
berharga mahal. Logam yang mudah terkena karat/korosi seperti besi/baja dapat
dilindungi dengan melapisisnya dengan logam yang sukar teroksidasi seperti
nikel (Ni), perak (Ag) atau emas (Au) dengan menggunakan elektroda yang
bereaksi. Dalam melakukan penyepuhan, perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
Logam yang akan dilapisi dipasang pada katoda
Logam pelapis dipasang pada anoda
Elektrolit yang digunakan adalah salah satu larutan garam dari logam
pelapisnya
2
2. Produksi Logam Alumunium
Alumunium diperoleh dari elektrolisis larutan alumina (Al2O3) dalam proses
Hall-Heroult. Hasil elektrolisis alumina adalah elumunium dan gas oksigen.
Reaksi yang terjadi adalah :
Anoda : 3(2O2- O2(g) + 4e-)
Katoda : 4(Al3+ + 3e- Al(l))
4. Potensial elektrode
Para ahli kimia memilih elektrode hidrogen standar dengan harga
potensialnya nol sebagai elektrode pembanding standar. Voltase sel ini diambil
4
sebagai pengukuran kecenderungan setengah sel zat untuk menjalani reaksi oksidasi
atau reduksi, jika dibandingkan dengan kecenderungan setengah sel H2 / H+.
Dalam sel pembanding ideal, elektrode hidrogen merupakan setengah sel
yang satu dan elektrode standar dari zat yang akan dibandingkan merupakan
setengah sel yang lain. Misal elektrode tembaga standar, voltase ideal yang
ditunjukkan oleh voltmeter adalah 0,34 V.
Anode : H2(g) → 2H+(aq) + 2e (oksidasi)
Katode : Cu2+(aq) + 2e → Cu(s) (reduksi) +
Reaksi sel: H2 (g)+ Cu2+(aq)→ 2H+(aq) + Cu(s)
Jika elektrodenya adalah magnesium, voltase idealnya adalah 2,37 V dengan
simpangan jarum voltmeter pada arah yang berlawanan. Simpangan ini berarti bahwa
atom magnesium yang dioksidasi dengan memberikan elektronnya, bukan hidrogen.
Anode: Mg(s) → Mg2+(aq) + 2e (oksidasi)
Katode : 2H+(aq) + 2e → H2(g) (reduksi) +
Reaksi sel : Mg(s) + 2H+(aq) → Mg2+(aq)+ H2(g)
Jika elektrodenya adalah nikel, maka arah simpangan voltmeter sama dengan
arah untuk magnesium, di mana voltase ideal 0,25 V. Voltase yang lebih rendah
menunjukkan bahwa kecenderungan nikel menyerahkan elektron kepada ion
hidrogen lebih rendah daripada magnesium.
Reaksi keseluruhan yang berlangsung spontan dalam sel-sel pembanding
adalah sebagai berikut :
Mg(s) + 2H+(aq) → Mg2+(aq) + H2(g) (oksidasi Mg, E° = +2,37 V)
+ 2+
Ni(s) + 2H (aq) → Ni (aq) + H2(g) (oksidasi Ni, E° = + 0,25 V)
H2(g) + Cu2+ (aq) → 2H+ (aq) + Cu(s) (reduksi Cu2+, E° = +0,34 V)
Berdasarkan uraian data di atas, dapat diperoleh susunan ketiga unsur berdasarkan
kecenderungannya teroksidasi, yaitu Mg > Ni > Cu.
Potensial sel yang dihasilkan oleh suatu elektrode dengan elektrode hidrogen
disebut potensial elektrode disimbolkan dengan E°. Elektrode yang lebih mudah
mengalami reduksi dibandingkan elektrode hidrogen mempunyai potensial elektrode
bertanda positif, sedangkan elektrode yang lebih sulit mengalami reduksi diberi tanda
negatif.
Menurut kesepakatan, potensial elektrode dikaitkan dengan reaksi reduksi,
sehingga potensial elektrode sama dengan potensial reduksi. Sedangkan potensial
oksidasi sama dengan potensial reduksi, tetapi tandanya berlawanan.
5
5. Potensial sel standar (E°sel)
Potensial sel Volta dapat ditentukan melalui eksperimen dengan
menggunakan voltmeter. Selain itu, data potensial elektrode positif (katode) dan
potensial elektrode negatif (anode) juga dapat digunakan untuk menentukan potensial
sel standar dengan rumus sebagai berikut.
E°sel = E°(katode) – E°(anode) atau E°sel = E°(reduksi) – E°(oksidasi)
Contoh :
Berdasarkan potensial standar elektrode diketahui.
Mg2+(aq) + 2e → Mg(s) E° = 2,37 V
Br2(g) + 2e → 2Br-(aq) E° = +1,07 V
a. Tentukan potensial sel standar (E°sel)
b. Tuliskan reaksi selnya.
Jawab :
a. E°sel = E°(katode) – E°(anode)
E°sel = 1,07 V – (- 2,37 V) = 3,44 V
Brom memiliki potensial elektrode standar positif, sehingga sebagai katode
(kutub positif) dan magnesium sebagai anode (kutub negatif).
b. Reaksi sel
Katode : Br2(g) + 2e → 2Br- (aq) E° = +1,07 V (reaksi reduksi)
Anode : Mg2+(aq) + 2e → Mg(s) E° = + 2,37 V (reaksi reduksi)
Pada katode terjadi reaksi reduksi, sedangkan pada anode terjadi reaksi
oksidasi, maka persamaan reaksi di atas yang terjadi pada anode harus dibalik
reaksinya supaya menjadi reaksi oksidasi. Magnesium sebagai anode, maka
reaksinya harus dibalik sehingga reaksi sel yang terjadi sebagai berikut :
Contoh 2 :
Menentukan potensial sel Volta berdasarkan potensial sel lain yang menggunakan
elektrode sama. Diketahui:
Mg(s) / Mg2+(aq) || Cu2+(aq) / Cu(s) Eo = +2,71 V
6
Zn(s) / Zn2+(aq) || Cu2+(aq) / Cu(s) Eo = +1,1 V
Tentukan potensial sel standar Mg(s) / Mg2+(aq) || Zn2+(aq) / Zn(s).
Jawab :
Untuk menjawab pertanyaan ini, harus disusun sel-sel yang diketahui sehingga jika
dijumlahkan akan menghasilkan sel yang dimaksud.
Cu2+(aq) / Cu(s) || Zn2+(aq) /Zn(s) Eo = 1,1 V
Mg(s) / Mg2+(aq) || Cu2+(aq) / Cu(s) Eo = +2,71 V +
Mg(s) / Mg2+(aq) || Zn2+(aq) / Zn(s) Eosel= +1,61 V
7. Persamaan Nerst
Potensial sel yang telah dibahas di atas mengenai harga-harga Eosel, artinya
potensial sel yang bekerja pada keadaan standar. Untuk sel pada kemolaran tertentu
dan bukan pada keadaan standar dapat dihitung menggunakan persamaan Nerst.
Walther Nerst adalah seorang ahli kimia fisika yang pada tahun 1889 mengemukakan
hubungan potensial sel eksperimen dengan potensial sel standar sebagai berikut :
dengan
Esel = potensial sel eksperimen (V)
Eosel = potensial sel standar (V)
n = banyaknya mol elektron (mol)
Q = perbandingan kemolaran hasil reaksi dengan kemolaran pereaksi
Contoh :
Hitung potensial sel dari Mg(s)/ Mg2+(aq)(1 M) || Zn2+(aq) (0,5 M/Zn(s) Eosel=
+1,61V.
7
Jawab :
Jumlah elektron yang terlibat dalam reaksi adalah 2.
Esel = 1,61 V – 0,01 V = +1,60 V
Jadi, potensial selnya sebesar + 1,60 V
8. Deret Volta
Susunan unsur-unsur logam berdasarkan potensial elektrode standarnya
disebut deret Volta. Adapun deretnya sebagai berikut :
Li K Ba Ca Na Mg Al Mn Zn Cr Fe Ni Co Sn Pb H Cu Hg Ag Au
Contoh :
Periksa apa reaksi berikut dapat berlangsung atau tidak pada keadaan standar?
a. Fe(s) + Zn2+(aq) → Fe2+(aq) + Zn(s)
b. Mg(s) + Cu2+(aq) → Mg2+ + Cu(s)
Jawab :
a. Fe(s) + Zn2+(aq) → Fe2+(aq) + Zn(s)
Fe berada di sebelah kanan Zn sehingga Fe tidak dapat mendesak Zn.
Akibatnya reaksi tidak dapat berlangsung.
b. Mg(s) + Cu2+(aq) → Mg2+ + Cu(s)
8
Mg berada di sebelah kiri Cu sehingga Mg dapat mendesak Cu dan reaksi
dapat berlangsung.
Perhatikan bahwa timbal sulfat terbentuk pada kedua elektrode. Karena tak
dapat larut, maka timbal sulfat terdepositokan pada kedua elektrode di mana garam
ini terbentuk. Asam sulfat terpakai dan terbentuk air. Karena asam sulfat encer
kurang rapat dibandingkan asam sulfat pekat aslinya, maka rapatan larutan
elektrolit ini biasanya diukur untuk menetapkan sejauh mana aki telah dipakai.
Pengisian ulang aki merupakan suatu pemaksaan terhadap elektron untuk
melewati aki dengan arah berlawanan. Dalam proses elektrolisis ini semua
perubahan kimia di atas dibalik. Timbal sulfat dan air diubah kembali menjadi
timbal, timbal dioksida, dan asam sulfat. Reaksi pengisian kembali sebagai berikut :
2PbSO4(S) + 2H2O(l) → Pb(s) + PbO2(s) + 2H2SO4(aq)
Jika diisi penuh, maka sebuah aki mempunyai potensial sel sekitar 2,1 V. Aki mobil
dengan enam sel mempunyai potensial sekitar 12 V.
Baterai udara menggunakan O2(g) dari udara sebagai oksidator Seng atau
aluminium berperan sebagai reduktor. Pada baterai udara aluminium, oksidasi
terjadi di anode aluminium dan reduksi di katode karbon. Larutan elektrolit yang
digunakan melewati baterai adalah NaOH. Aluminium dioksidasi menghasilkan
9
Al3+, karena kemolaran OH pekat maka terbentuk ion kompleks [Al(OH)]- dengan
reaksi keseluruhannya sebagai berikut :
Anode : 3{O2(g) + 2H2O(l) + 4e– → 4OH- (aq)}
Katode: 4{Al(s) + 4OH- (aq) → [Al(OH)4]- (aq) +3e–} +
Reaksi : 4{Al(s) +4O2(g) + 6H2O(l) + 4OH- (aq) → 4[Al(OH)4]- (aq)
Baterai udara dapat digunakan untuk menggerakan mobil beberapa km sebelum
bahan bakar ditambahkan.
10
akan terhidrolisis menghasilkan H2 dan O2, dimana dapat meledak jika
disulut, dan kepercikan H2SO4.
12
Reaksi : Zn(s) + 2H2O(l) + 2MnO2(s) → Zn(OH)2(s) + 2Mn(OH)(s)
Baterai alkalin bersifat basa.
Potensial dari baterai alkalin 1,5 volt,
tetapi dapat bertahan lebih lama dan dapat
menghasilkan dua kali energi total baterai
kering dengan ukuran yang sama. Baterai
alkalin digunakan untuk peralatan yang
memerlukan arus lebih besar seperti tape
recorder.
13
Penggunaan yang penting
dari sel bahan bakar tetapi sulit
terealisasi adalah sebagai
pembangkit tenaga listrik
alternatif, yang hanya sedikit
menimbulkan pencemaran udara
maupun pencemaran terminal
pada sungai dibandingkan dengan
pembangkit tenaga listrik dengan batubara. Sebuah sel bahan bakar hidrogen-
oksigen yang sederhana tersusun atas dua elektroda inert dan larutan elektrolit,
seperti kalium hidroksida. Gelembung gas hidrogen dan oksigen dialirkan pada
masing-masing elektroda. Potensial yang dihasilkan adalah sebesar 1,23 volt.
KEUNTUNGAN/ KELEBIHAN :
1. Udara lebih bersih dan tak tergantung pada minyak asing. Dengan
menggunakan bahan bakar kendaraan bermotor berbasis hidrogen berarti akan
menurunkan tingkat polusi dan mengurangi efek rumah kaca serta pengurangan
ongkos produksi.
2. Kendaraan yang memakai bahan bakar hidrogen diproduksi dari udara dan gas
alami, yang menawarkan keuntungan yang sangat besar bagi kesehatan dan bisa
menyelamatkan 3700 hingga 6400 nyawa setiap tahunnya di negara Amerika
Serikat, dengan pengurangan polusi udara.
3. Sel-sel bahan bakar bersih karena produk sampingan yang panas dan air.
Produk sampingan ini tidak dapat membahayakan lingkungan. Sel bahan bakar
memiliki tingkat efisiensi berkisar antara – dibandingkan dengan bensin dengan
hanya tingkat efisiensi. Setiap kali listrikdiperlukan Anda dapat menggunakan
sel bahan bakar. Ukuran sel bahan bakar scalable.
4. Sangat membantu mengurangi polusi Karbon Mioksida dan juga Karbon
Monoksida sehingga sekaligus mengurangi efek rumah kaca (meskipun
pembakaran hidrogen juga menghasilkan polutan berupa Nitrogen Oksida
dalam jumlah kecil). Sebagai perbandingan 1 pound bensin yang dibakar pada
suhu 25 derajat Celcius dan tekanan 1 atmosfer akan menghasilkan panas antara
19.000 Btu (44,5 kJ/g) s/d 20.360 Btu (47,5 kJ/g), sedangkan 1 pound Solar
14
bisa menghasilkan panas antara 18.250/lb (42,5 kJ/g) s/d 19,240 Btu (44,8
kJ/g). Hidrogen sendiri dalam kondisi yang sama (25 derajat Celcius dan
tekanan 1 atmosfer) dengan berat yang sama mampu menghasilan panas 51.500
Btu/lb (119,93 kJ/g) sampai 61.000 Btu (141,86 kJ/g) yang berarti hampir 3 kali
lipat dari panas yang bisa dihasilkan oleh pembakaran bensin dan solar.
5. Jumlahnya di alam ini sangat melimpah, 93 % dari seluruh atom yang ada di
jagat raya ini adalah Hidrogen, unsur yang paling sederhana dari semua unsur
yang ada di alam ini . Tiga perempat dari massa jagat raya ini adalah Hidrogen.
Di bumi sendiri bentuk hidrogen yang paling umum kita kenal adalah air (H2O).
KERUGIAN/ KEKURANGAN :
15
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam kehidupan sehari-hari, dapat kita dapati reaksi-reaksi redoks salah satu diantaranya
berupa reaksi yang terjadi dalam proses arus listrik sederhana, seperti reaksi yang terjadi dalam aki
mobil atau motor, baterai jam tangan, dan sebagainya.
Sel kering digolongkan sebagai sel primer karena jika sumber energinya habis,
tidak dapat diisi ulang / diisi lagi. Kelebihan baterai Alkali jika dibandingkan sel kering (
baterai Kering) yaitu baterai Alkali menghasilkan arus lebih besar untuk waktu yang lebih
lama daripada baterai kering biasa (sel kering). Baterai perka oksida adalah baterai kecil
yang banyak digunakan pada arloji, kalkulator, dan berbagai jenis peralatan elektronik
lainnya. Accu termasuk sel sekunder karena apabila zat yang ada di dalam Accu habis,
maka dengan mengalirkan arus listrik ke dalam accu zat semula akan terbentuk kembali,
sehingga sel air Accu dapat berfungsi lagi.
16
DAFTAR PUSTAKA
Purba, Michael. 2007. KIMIA untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga.
Anonim. 2010. Kimia Dasar. Diakses di halaman http://imc.kimia.undip.ac.id/mata-
kuliah/kimia-dasar-ii/bab-3-sel-elektrokimia/, pada tanggal 28 Oktober 2013
Atkins, P.W. 1999. Kimia Fisik Jilid I. Terjemahan Irma I. Kartohadiprojo. Jakarta:
Erlangga.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Jakarta ; PT. Rineka Cipta.
Tim Dosen Kimia Universitas Hasanuddin. 2011. Kimia Dasar. Makassar : Universitas
Hasanuddin.
17