PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
1
bisa dikelola dan dimanfaatkan secara optimal dan arif. Terjadinya
penangkapan ikan yang berlebihan (eskploitasi) menyebabkan
besarnya jumlah ikan yang ditangkap tidak sebanding dengan
kemampuan sumberdaya ikan untuk pulih kembali (overfishing).
Terjadinya over fishing ini disebabkan oleh illegal fishing yang
marak terjadi. Illegal fishing dapat diartikan sebagai kegiatan
perikanan yang melanggar hukum. Kegiatan Illegal Fishing yang
paling sering terjadi di wilayah pengelolaan perikanan Indonesia
adalah pencurian ikan oleh kapal-kapal ikan asing (KIA) yang
berasal dari beberapa negara tetangga (neighboring countries).
Kegiatan illegal fishing juga dilakukan oleh Kapal Ikan Indonesia
(KII). Beberapa modus/jenis kegiatan illegal yang sering dilakukan
KII, antara lain: penangkapan ikan tanpa izin (Surat Izin Usaha
Perikanan (SIUP) dan Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) maupun
Surat Izin Kapal Pengangkutan Ikan (SIKPI)), memiliki izin tapi
melanggar ketentuan sebagaimana ditetapkan (pelanggaran daerah
penangkapan ikan, pelanggaran alat tangkap, pelanggaran ketaatan
berpangkalan, pemalsuan/manipulasi dokumen (dokumen pengadaan,
registrasi, dan perizinan kapal), dan penangkapan ikan yang merusak
(destructive fishing) dengan menggunakan bahan kimia
sepertisodium atau Potassium sianida, bahan peledak, alat dan/atau
cara, dan/atau bangunan yang membahayakan melestarikan
sumberdaya ikan.
2. RUMUSAN MASALAH
3. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penyusunan Makalah ini adalah untuk
menggambarkan
kondisi / potret pembangunan Sulawesi Tenggara di bidang
kemaritiman berdasarkan perpektif pengetahuan masyarakat
nelayan miskin dengan berbagai variabel pendukung yaitu
kondisi demografi wilayah sulawesi tenggara, jumlah
2
penduduk, penghasilan perkapita, serta kondisi ekonomi
secara makro.
3
BAB II
PEMBAHASAN
1.3. Pendidikan
4
Angkatan Kerja. Jumlah angkatan kerja Provinsi Sulawesi
Tenggara tahun 2013 (Februari) tercatat sebanyak 1.060.349 atau
sekitar 0,87 persen dari total angkatan kerja nasioanl, yang terdiri
dari 1.023.549 jiwa penduduk bekerja dan 36.800 jiwa pengangguran
terbuka. Jumlah angkatan kerja tahun 2012 terbesar terdapat di
Kabupaten Kolaka, yaitu mencapai 153.577 orang dan terrendah di
Kabupaten Konewa Utara sebanyak 23.621 jiwa.
Penduduk Bekerja. Jumlah penduduk bekerja di Provinsi
Sulawesi Tenggara pada tahun 2013 (Februari) mencapai
1.023.549 jiwa atau bertambah sebanyak 100.431 jiwa dari tahun
2008. Persebaran penduduk bekerja sebagian besar di Provinsi
Sulawesi Tenggara lebih banyak tersedia di perdesaan
dibandingkan di perkotaan, dan sebagian besar penduduk
bekerja masih mengantungkan pendapatnnya di sektor pertanian
(40,93%) dan sektor perdagangan (18,54%). Sementara dilihat
dari pendidikan yang ditamatkan, sebagian besar penduduk
bekerja merupakan tamatan sekolah dasar dan menengah. Untuk
penduduk yang bekerja tahun 2012 terbesar di Kabupaten Kolaka,
yaitu mencapai sebanyak 144.499 jiwa. Gambar 3:
5
Sulawesi Tenggara telah mencapai Rp. 5,25 juta. Salah satu tolak
ukur untuk mengetahui tingkat kemakmuran suatu daerah dapat
dilihat dari PDRB perkapita.
6
2. PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
7
merupakan cara yang sering digunakan didalam
memanfaatkan
sumberdaya perikanan khususnya didalam melakukan penangkapan ikan-
ikan karang. Penangkapan ikan-ikan karang dengan menggunakan
bahan peledak dapat memberikan akibat yang kurang baik baik bagi
ikan-ikan yang akan ditangkap maupun untuk karang yang terdapat
pada lokasi penangkapan. Penggunaan bahan peledak dalam
penangkapan ikan menimbulkan efek samping yang sangat besar.
Selain matinya berbagai jenis ikan dalam berbagai ukuran, juga
dapat menyebabkan kematian biota lain yang bukan merupakan
sasaran penangkapan.
8
fishing adalah penggunaan alat tangkap trawl pada daerah karang.
Kegiatan ini merupakan kegiatan penangkapan yang bersifat
merusak dan tidak ramah lingkungan. Sebagaimana telah kita
ketahui bersama, penggunaan alat tangkap ini sudah dilarang
penggunaannya di Indonesia karena alat tangkap tersebut termasuk
kedalam alat tangkap yang sangat tidak ramah lingkungan karena
memiliki selektifitas alat tangkap yang sangat buruk. Alat yang
umumnya digunakan oleh nelayan berupa jaring dengan ukuran
yang sangat besar, memilki lubang jaring yang sangat rapat
sehingga berbagai jenis ikan mulai dari ikan berukuran kecil sampai
dengan ikan yang berukuran besar dapat tertangkap dengan
menggunakan jaring tersebut.
3.2. Kemiskinan
Nelayan mempunyai peran yang sangat substantial
dalam memodernisasi kehidupan manusia. Mereka termasuk
agent of development yang paling reaktif terhadap perubahan
lingkungan. Sifatnya yang lebih terbuka dibanding kelompok
masyarakat yang hidup di pedalaman, menjadi stimulator untuk
menerima perkembangan peradaban yang lebih modern.
Dalam konteks yang demikian timbul sebuah stereotif
yang positif tentang identitas nelayan khususnya dan masyarakat
pesisir pada umumnya. Mereka dinilai lebih berpendidikan,
wawasannya tentang kehidupan jauh lebih luas, lebih tahan
terhadap cobaan hidup dan toleran terhadap perbedaan.
Ombak besar dan terpaan angin laut yang ganas
memberikan pengaruh terhadap mentalitas mereka. Di masa lalu,
ketika teknologi komunikasi belum mencapai kemajuan seperti
sekarang, perubahan-perubahan besar yang terjadi pada
9
masyarakat pedesaan (daratan) ditentukan oleh intensitas
komunikasi yang berhasil diwujudkan masyarakat pedesaan
dengan para nelayan.
10
BAB 3
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
11
BAB V
PENUTUP
12
DAFTAR PUSTAKA
Tjarsono, Idjang. 2013. Demokrasi Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika Solusi
Heterogenitas. Jurnal Transnasional, Volume IV Nomor 2.
13
14