Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

KEWARGANEGARAAN

POTENSI KOTA PALU

Dosen Pengampu : Syahirul Alim,SE ., MA

Nama : Amanda Ilmi Yuniarsi

NIM : 200502110090

UNIVERSITAS MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG


2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT. Kepada-Nya kita memuji dan bersyukur,

memohon pertolongan dan ampunan. Kepada-Nya pula kita memohon perlindungan dari

keburukan diri dan syaiton yang selalu menghembuskan kebatilan. Barangsiapa yang diberi

petunjuk oleh Allah SWT, maka tak seorang pun dapat menyesatkannya dan barangsiapa

disesatkan oleh-Nya maka tak seorang pun dapat member petunjuk kepadanya. Shalawat

serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, juga

pada orang-orang yang senantiasa mengikuti sunnah-sunnahnya.

Dengan rahmat dan pertolongan-Nya Alhamdulillah makalah yang berjudul

“POTENSI KOTA PALU” ini dapat diselesaikan dengan baik. Banyak sekali kekurangan

kami sebagai penyusun makalah ini, baik menyangkut isi atau yang lainnya. Mudah-mudahan

semua itu dapat menjadikan cambuk bagi kami agar lebih meningkatkan kualitas makalah ini

di masa yang akan datang

Malang, April 2021

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................................... 1

Daftar Isi.................................................................................................................................. 2

BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang......................................................................................................... 3

1.2.Rumusan Masalah.................................................................................................... 3

1.3.Tujuan....................................................................................................................... 4

BAB II : ISI............................................................................................................................. 5

2.1.sumber daya alam di kota Palu (luas wilayah)...................................................... 5

2.2.sumber daya manusia di kota Palu (jumlah penduduk)..................................... 6

2.3.Kebudayaan, adat istiadat dan kearifan lokal...................................................... 7

2.4.Sektor Pariwisata dan ekonomi kreatif................................................................ 21

2.5.Produk Unggulan dalam meningkatkan Perekonomian.................................... 27

2.6.Jika Anda menjadi Kepala Daerah tempatasal Anda, Apa yang Anda lakukan

untuk memajukan daerah Anda.......................................................................... 28

BAB III : PENUTUP........................................................................................................... 30

Daftar Pustaka..................................................................................................................... 31

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sulawesi Tengah adalah sebuah provinsi yang terletak di bagian tengah Pulau

Sulawesi, Indonesia. Ibukota provinsi adalah Palu. Daerah ini terkenal dengan teluk dan

pulau yang indah. Kawasan tersebut juga kaya akan sumber daya alam, mulai dari

pertanian, kehutanan, perikanan, pertambangan hingga perkebunan.

Provinsi Sulawesi Tengah untuk pertama kalinya dibentuk dengan Peraturan

Pemerintah Pengganti UU (Perppu) Nomor 2 Tahun 1964 yang kemudian dijadikan

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964 . Sebelumnya, Sulawesi Tengah merupakan

salah satu wilayah keresidenan di bawah pemerintahan Provinsi Sulawesi Utara-Tengah.

Palu adalah Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Palu merupakan kota yang

terletak di Sulawesi Tengah, berbatasan dengan Kabupaten Donggala di sebelah barat

dan Utara, Kabupaten Sigi di sebelah selatan, dan Kabupaten Parigi Moutong di sebelah

timur. Kota Palu merupakan kota lima dimensi yang terdiri atas lembah, lautan, sungai,

pegunungan, dan teluk. Koordinatnya adalah 0,35 – 1,20 LU dan 120 – 122,90 BT. Kota

Palu dilewati oleh garis Khatulistiwa.

1.2. Rumusan Masalah

3. Apa saja sumber daya alam di kota Palu (luas wilayah) ?

4. Berapa sumber daya manusia di kota Palu (jumlah penduduk) ?

5. Apa saja Kebudayaan, adat istiadat dan kearifan lokal ?

6. Apa saja Sektor Pariwisata dan ekonomi kreatif ?

7. Apa saja Produk Unggulan dalam meningkatkan Perekonomian ?

3
8. Jika Anda menjadi Kepala Daerah (Bupati untuk daerah yang domisili-nya

Kabupaten, dan Walikota untuk domisili-nya Kota Madya) tempat asal Anda, Apa

yang Anda lakukan untuk memajukan daerah Anda?

1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui sumber daya alam di kota Palu (luas wilayah).

2. Untuk Mengetahui sumber daya manusia di kota Palu (jumlah penduduk).

3. Untuk Mengetahui Kebudayaan, adat istiadat dan kearifan lokal.

4. Untuk mengetahui Sektor Pariwisata dan ekonomi kreatif.

5. Untuk Mengetahui Produk Unggulan dalam meningkatkan Perekonomian.

6. Untuk mengetahui jika kita menjadi kepala daerah, apa yang kita lakukan untuk

memajukan daerah.

4
BAB II

ISI

2.1.Sumber Daya Alam (luas wilayah)

Luas wilayah Provinsi Sulawesi Tengah atau Provinsi Sulawesi Tengah

adalah 61.841,29 kilometer persegi atau setara dengan 3,2% dari luas wilayah Indonesia.

Populasinya mencapai 3,05 juta pada 2019. Secara administratif, Palu, ibu kota provinsi,

terdiri dari 12 kabupaten, 1 kota, 175 kecamatan dan 2.020 desa / kelurahan.

Kota Palu merupakan ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah dengan wilayah

seluas 395,06 kilometer persegi berada pada kawasan dataran lembah Palu dan teluk

Palu. Letak Kota Palu berbentuk memanjang dari timur ke barat terdiri dari dataran

rendah, dataran bergelombang dan dataran tinggi. Berdasarkan topografinya, wilayah

Kota Palu dapat dibagi menjadi 3 zona ketinggian yaitu:

1. Sebagian kawasan bagian barat sisi timur memanjang dari arah utara ke selatan,

bagian timur ke arah utara dan bagian utara sisi barat memanjang dari utara ke

selatan merupakan dataran rendah/pantai dengan ketinggian antara 0 – 100 m di

atas permukaan laut.

5
2. Kawasan bagian barat sisi barat dan selatan, kawasan bagian timur ke arah selatan

dan bagian utara ke arah timur dengan ketinggian antara 100 – 500 m di atas

permukaan laut.Kawasan pegunungan dengan ketinggian lebih dari 500 m di atas

permukaan laut.

2.2 . Sumber Daya Manusia (jumlah penduduk)

Populasi penduduk Kota Palu tahun 2015, mencapai 367.342 jiwa terdiri dari

185.105 penduduk laki-laki dan 182.237 penduduk perempuan. Sedangkan jumlah rumah

tangga yang mendiami wilayah sebanyak 87.016 rumah tangga dan kepadatan penduduk

sebesar 930 jiwa/km2.

Komposisi penduduk Kota Palu menurut jenis kelamin ditunjukkan oleh sex

ratio sebesar 102 persen. Hal ini mengandung makna bahwa diantara 100 orang

penduduk perempuan terdapat 102 orang penduduk laki-laki. Angka Dependency Ratio

(DR) Kota Palu tahun 2015 sebesar 39,29. Artinya bahwa setiap 100 orang penduduk

usia produktif (15-64 tahun) rata-rata menanggung secara ekonomi sebesar 39 orang

penduduk non produktif. Penduduk non produktif terdiri dari penduduk usia belum

produktif (0-14 tahun) dan tidak produktif (lebih dari 65 tahun).

Dengan angka DR kurang dari 40 maka Kota Palu masih menikmati fase

“bonus demografi”. Komposisi penduduk Kota Palu masih menunjukkan ciri penduduk

ekpansif yakni sebagian besar penduduknya berada pada kelompok umur muda (0-14

tahun). Bila diamati pada piramida penduduk terjadi perubahan arah perkembangan

penduduk yang ditandai dengan penduduk usia 0-4 tahun yang jumlahnya lebih besar

dari kelompok penduduk usia 5-9 tahun yang merupakan kelompok yang lebih tua.

6
2.3. Kebudayaan, adat istiadat dan kearifan lokal

Negara Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang berasal dari berbagai

macam sukubangsa. Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau,

oleh karena itu iadisebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dari Sabang

sampai Merauke, Indonesiaterdiri dari berbagai suku, bahasa dan agama yang berbeda.

Indonesia memiliki sekitar 300kelompok etnis/suku bangsa, tiap etnis memiliki warisan

budaya yang berkembang selamaberabad-abad, yang dipengaruhi oleh kebudayaan India,

Arab, Cina, Eropa, dan termasukkebudayaan sendiri yaitu Melayu

Salah satu dari 300 kelompok etnis tersebut ada sebuah suku yang bernama

suku Kaili yangberada di Sulawesi Tengah. Suku bangsa Kaili merupakan penduduk

mayoritas di propinsiSulawesi Tengah, di samping suku-suku bangsa besar lainnya

seperti Dampelas, Kulawi, danPamona. Orang Kaili dan Dampelas menganut agama

Islam, sedangkan orang Kulawi danPamona merupakan penganut agama Kristen. Selain

itu secara keseluruhan masih ada suku-suku bangsa lainnya yang tidak begitu besar

jumlahnya, yaitu Balaesang, Tomini, Lore, Mori,Bungku, Buol Toli-toli, dan lain-lain.

Sebagaimana suku-suku lainnya di wilayah persada Nusantara, Suku Kaili

juga mempunyai adat istiadat sebagai bagian kekayaan budaya di dalam kehidupan

sosial, memiliki Hukum Adat sebagai aturan dan norma yang harus dipatuhi, serta

mempunyai aturan sanksi dalam hukum adat.

7
Penyelenggaraan upacara adat biasanya dilaksanakan pada saat pesta

perkawinan , pada upacara kematian, pada upacara panen, dan upacara penyembuhan

penyakit, dan lain-lain; pada masa sebelum masuknya agama Islam dan Kristen, upacara-

upacara adat seperti ini masih dilakukan dengan mantra-mantra yang mengandung

animisme. Berikut adalah upacara adat suku kaili :

1. Upacara Adat Baliya Jinja

Upacara adat Baliya Jinja adalah sebuah ritual pengobatan bersifat nonmedis

yang sudah dikenal masyarakat Suku Kaili sejak ratusan tahun lalu. Sebelum adanya

rumah sakit, upacara ini diandalkan masyarakat untuk mendapatkan petunjuk dari nenek

moyang terkait bagaimana melunturkan penyakit-penyakit yang menyerang tubuh.

Di dalam Ritual Baliya Jinja, Tina Nu Baliya akan duduk mengelilingi si

penderita. Sementara itu, tiga orang lainnya bertugas meniup seruling, memukul tambur

dan gong. Sebisa mungkin alunan musik dimainkan dengan lemah lembut. Lirik

nyanyiannya berisikan pujian-pujian yang ditunjukan kepada Maha Besar Tuhan untuk

mengembalikan kesehatan dari gangguan setan dan jin. Melalui untaian-untaian lirik

inilah penyakit dihalau dengan kata-kata yang sopan dan tidak mencela.

8
Secara prosesi, ritual Baliya Jinja ini dibagi menjadi dua macam, yakni sesaji

yang dilarung ke laut atau dibuang ke gunung. Soal sesaji pun dibedakan menjadi

beberapa bagian, ada adat 9 dan adat 7. Angka-angka ini merujuk pada jumlah sesaji

yang disiapkan.

Ritual Baliya Jinja yang ditampilkan masyarakat Suku Kaili ini menghabiskan

waktu berjam-jam lamanya. Di penghujung ritual, sesaji dilarung ke laut pada keesokan

harinya untuk membuang penyakit yang mendera si penderita.

2. Upacara Nokeso.

Nokeso adalah sebuah upacara di Sulawesi Tengah bagi seorang perempuan

yang telah menjelang usia baligh (nabalego), yaitu dengan menggosok gigi bagian

depan hingga rata.

Biasanya, pelaksanaannya dilakukan tepat sebelum seorang perempuan

mengalami menarche (haid pertama). Apabila seorang gadis telah mengalami haid,

biasanya orang tua akan merasa malu untuk mengupacarakannya. Namun karena

tuntutan adat, upacara akan tetap dilaksanakan.

9
Teknis upacara ini umumnya ditentukan oleh seorang vati sesuai dengan status

sosial atau warisan yang pernah diterima dari orang tuanya atau nenek moyangnya.

Sementara bagi seorang keturunan bangsawan, peran vati digantikan oleh ketua dewan

adat.

Upacara Nokeso bisa dikatakan adalah semacam upacara peresmian atau

pernyataan bahwa seorang anak perempuan yang diupacarakan telah mengakhiri masa

kanak-kanak dan memasuki masa kedewasaan. Maka dari itu, diharapkan si perempuan

tersebut selalu menjaga dirinya, tutur kata, serta adat istiadat leluhurnya.

Bagi masyarakat setempat, upacara ini dimaksudkan untuk mengantarkan anak

perempuan memasuki masa karandaa (gadis). Diharapkan, seorang anak perempuan

senantiasa diliputi kebahagiaan tanpa gangguan mental maupun fisik, serta kemudahan

dalam urusan jodoh, rezeki, dan panjang umur.

Bagi seorang putri bangsawan, upacara Nokeso biasanya akan digelar secara

besar-besaran oleh Ketua Dewan Adat Kerajaan selama tujuh hari tujuh malam dan

melibatkan seluruh rakyat desa. Biaya pesta biasanya diperoleh dari bantuan rakyat yang

disebut dengan pekasuvia, berupa hewan ternak, beras, sayur-sayuran, dan sebagainya.

Namun bagi rakyat biasa, upacara Nokeso akan dilaksanakan secara sederhana saja.

Selesai dalam waktu sehari.

10
3. Upacara Rakeho

Rakeho adalah upacara untuk menyambut peralihan masa remaja ke masa

dewasa bagi kaum laki-laki masyarakat Suku Kulawi di Sulawesi Tengah.Bentuk inti

pelaksanaan upacara Rakeho adalah meratakan gigi bagian depan serata dengan gusi,

baik gigi atas maupun gigi bawah. Bukan hanya untuk mencari keselamatan, upacara ini

juga dimaksudkan untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan yang

berkaitan dengan keharmonisan hubungan rumah tangga.

Waktu pelaksanaan upacara Rakeho tidak terikat pada perhitungan waktu,

hari, atau bulan, namun disesuaikan dengan kemampuan orang tua yang hendak

menyelenggarakannya. Biasanya, upacara ini dilaksanakan pada waktu setelah panen

berhasil karena di saat itulah orang tua memiliki kemampuan untuk menggelar upacara

adat ini.

Upacara Rakeho biasanya dilaksanakan pada siang hari di sebuah tempat yang

telah disiapkan oleh orang tua, yaitu sebuah rumah yang telah dikosongkan di tempat

yang sedikit terpencil dan jauh dari keramaian.

11
Dalam teknisnya, upacara Rakeho hanya melibatkan seorang topekeho

(dukun) yang telah memiliki pengalaman dan keahlian dalam mengikir gigi. Keahlian

seperti ini biasanya dimiliki topekeho yang diwariskan secara turun temurun dari

pendahulunya

4. Upacara Ratompo

Ratompo adalah sebuah upacara yang khusus diadakan bagi seorang gadis

bangsawan yang telah menjalani prosesi Mancumani dalam sebuah pesta adat antar

kampung. Prosesi upacara Ratompo kurang lebih sama dengan upacara Rakeho, yaitu

semacam pengikiran gigi bagi seorang perempuan yang telah menjelang usia dewasa.

Adapun waktu pelaksanaannya digelar mulai dari pagi hari agar seluruh

prosesi upacara dapat dilakukan secara cermat. Sementara tempat upacara harus jauh dari

keramaian, seperti: di sebuah rumah kosong yang jauh dari keramaian, atau di bawah

pohon rindang di tengah hutan.

Prosesi upacaranya sendiri hanya melibatkan seorang topetompo (dukun)

sebagai pemimpin yang dibantu oleh seorang topepalielu. Selain kedua orang tersebut

12
bersama gadis yang diupacarakan, tidak ada yang boleh menyaksikan atau mengikuti

jalannya prosesi Ratompo, termasuk keluarganya.

Sebelumnya, si gadis yang diupacarakan akan memakai sebuah baju yang

terbuat dari kulit kayu, yang biasa disebut haili, dan sarung dari mbesa. Si gadis juga

akan diberi makan ketan putih dan telur sebagai simbol bahwa si gadis telah rela untuk

menjalani seluruh tahapan upacara.

Setelah prosesi pengikiran gigi selesai, si gadis akan diberi obat berupa air

hangat dan porama mavau untuk berkumur. Setelah darah yang keluar mulai berkurang,

si gadis akan dipulangkan ke rumahnya dan diserahkan kepada orang tuanya.

5. Upacara Nopamada

Nopamada adalah sebuah upacara yang dilakukan pada saat-saat seseorang

menjelang sakaratul maut, dimana seluruh keluarga berkumpul dan berjaga-jaga

menjelang datangnya ajal.

Bagi masyarakat Kaili, momen seperti itu adalah waktu berharga untuk hadir

bersama dengan keluarga dan ikut serta menyaksikan jalannya upacara. Tanda-tanda

orang yang sedang mengalami sakaratul maut oleh masyarakat Kaili biasa disebut

dengan nantapasaka.

Di saat-saat sekarat seperti itu, anggota keluarga atau orang yang berilmu akan

memberikan tuntunan dengan cara membisikkan pengajaran ke telinga orang sekarat

tersebut secara bergantian. Prosesi ini disebut dengan mopotuntuka ritalinga.

Pada zaman dahulu, tuntunan sakaratul maut ini biasa dilakukan oleh seorang

sando (dukun) dengan membaca mogane (mantra) sembari meremas bagian kepala

dengan air yang sebelumnya telah dibacakan mantra-mantra tertentu. Sementara keluarga

dan kerabat akan menyaksikannya dengan tenang.

13
Dewasa ini, upacara tersebut telah diwarnai dengan peranan agama. Ketika

seseorang mengalami rilara nuadanga, maka pihak keluarga akan mengadakan pengajian

Alquran dari salah seorang yang diakui memiliki suara yang fasih dan langgam yang

baik.

Sementara yang bertugas membisikkan pengajaran atau tuntunan kepada orang

yang sekarat tersebut adalah anggota keluarga terdekat atau seorang guru yang dianggap

memiliki ilmu agama yang baik.

Kalimat yang dibisikkan ke telinga orang tersebut pada saat nipotuntuka

ritalinga adalah kalimat tauhid “La ilaha illallah”. Sesuai dengan ajaran Islam bahwa

siapa yang mampu mengucapkan kalimat tauhid di saat-saat terakhirnya, maka orang

tersebut berhak masuk surga.

Inti dari upacara Nopamada ini adalah mengajarkan atau menuntun orang yang

mengalami sakaratul maut dengan suatu petunjuk yang diyakini dapat membuka jalan

yang lurus, agar roh dapat keluar dengan tenang pada saat menghembuskan nafas

terakhir.

Ajaran tersebut oleh masyarakat Kaili biasa disebut dengan “jalan ngamatea”

atau jalan menuju kematian. Isinya mempelajari tanda-tanda akan datangnya ajal dan

jalan yang akan ditempuh oleh roh seseorang menuju alam baka.

Ajaran seperti itu diperoleh melalui jalan tarikat dari guru-guru agama, yang

biasanya diajarkan kepada seseorang dalam kelambu atau bersifat sangat rahasia. Ilmu

tersebut tidak diajarkan kepada sembarang orang, melainkan hanya kepada orang-orang

yang benar-benar dapat dipercaya untuk mengajar orang-orang yang sedang dalam

keadaan sakaratul maut.

14
6. Nompudu Valaa Mpuse

Nompudu Valaa Mpuse adalah upacara pemotongan tali pusar dari tavuni

(tembuni) pada seorang bayi yang baru lahir. Upacara ini biasa dilakukan oleh

masyarakat Palu yang dibantu oleh seorang sando mpoana (dukun beranak).

Tali pusar dan tembuni oleh masyarakat setempat dipercaya sebagai dua

makhluk yang harus dipisahkan. Oleh karena itulah, upacara ini dilakukan dengan

khidmat oleh seorang dukun bersalin agar roh tembuni tidak mengganggu bayi setelah

keduanya dipisahkan.

Setelah bayi lahir, dukun tersebut akan menutup kedua telinganya dengan

kepingan uang logam dan memotong tali pusar di atas uang logam 100 perak

meggunakan benji (sembilu dari bambu).

Selesai pemotongan, ujung tali pusar yang tadinya berhubungan dengan si

bayi tersebut lalu diikat menggunakan bana (benang) atau titinggi nggaluku (serat sabut

kelapa merah yang masih muda), atau sering juga menggunakan lui kuli nusuka (serat

kulit kayu balinjau).

15
Sementara itu, si bayi dimandikan menggunakan air hangat kuku yang biasa

disebut dengan uwe longo. Sedangkan sang ibu dari bayi tersebut dibersihkan dan diberi

obat-obatan tradisional agar kekuatannya pulih kembali.

Tembuni yang merupakan bagian dari bayi tersebut oleh masyarakat setempat

dianggap sebagai saudara dari sang bayi. Tembuni tersebut akan disimpan selama

seminggu dengan dibungkus menggunakan kain kuning dalam sebuah belanga tanah

yang telah diberi garam dan asam.

Di atas belanga tersebut dihias dengan empat tusuk bawang dan kunyit sebagai

hiasan agar tembuni merasa mendapat pelayanan dan hiburan sehingga tidak lagi

mengganggu saudaranya. Dengan begitu, sang bayi tidak selalu menangis atau tersenyum

saat tidur karena diganggun oleh saudaranya (tembuni).

Dalam upacara penanaman tembuni tersebut, dipilih dua anak perempuan yang

masih hidup kedua orang tuanya untuk bertugas membawa tembuni dari rumah menuju

tempat penanaman, sementara satu anak lagi membawa makanan untuk tembuni tersebut.

Sepanjang jalan, kedua anak perempuan itu tidak diperbolehkan berbicara

ataupun ditanyai sesuatu sampai tembuni tersebut selesai ditanam. Dari setelah prosesi

kelahiran sampai selesai upacara penanaman tembuni, si bayi juga dilarang dibawa

keluar dari kamar, apalagi sampai keluar rumah dan turun tanah.

Dalam upacara tersebut, disediakan dua buah lubang yang selain untuk

menanam tembuni, juga untuk menanam bibit kelapa. Pohon kelapa yang ditanam

tersebut adalah penanda usia sang anak, sekaligus sebagai penghibur bagi tembuni dan

menggembirakan sang anak ketika telah tumbuh besar.

16
7. Malabot Tumpe

Malabot Tumpe adalah upacara syukuran atas panen telur burung maleo oleh

masyarakat Banggai, Sulawesi Tengah. Tradisi ini sudah dilakukan oleh masyarakat

Banggai sejak zaman Kerajaan Banggai pimpinan Raja Mandapar. Maleo sendiri adalah

seekor burung endemik Sulawesi Tengah yang hidup di kawasan pantai. Populasinya

banyak ditemukan di daerah Bangkiang, Kecamatan Batui.

Prosesi upacara Malabot Tumpe ini diawali dengan mengumpulkan telur

burung maleo oleh perangkat adat. Setelah telur terkumpul, para perangkat adat tersebut

akan membawanya ke rumah ketua adat dan melakukan rangkaian prosesi dengan doa

dan dzikir kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Biasanya, untuk mengantarkan telur burung tersebut menggunakan perahu

melalui sungai Batui dan disertai dengan tujuh orang pengantar telur. Tujuh orang

tersebut terdiri dari: 3 orang pemangku adat yang biasa disebut dengan ombuwa telur

(pembawa telur) dan 4 orang pendayung.

17
Sebelum diberangkatkan menuju Banggai, telur-telur maleo tersebut

dibungkus menggunakan daun pohon palem yang biasa disebut daun komunong. Para

pembawa telur akan berjalan dan diarak menuju sungai Batui dengan iringan genderang

dan dikawal oleh pasukan adat.

Telur-telur maleo biasanya dikumpulkan dari lima desa, yaitu Dakanyo Ende,

Binsilok Balatang, Tolando, Binsilok Katundunan, dan Topundat. Masing-masing desa

tersebut biasanya dapat mengantarkan 20 hingga 25 butir telur. Sehingga setiap tahun

dapat terkumpul kurang lebih sampai 100 butir telur untuk upacara Malabot Tumpe.

Namun kini dikabarkan bahwa keberadaan telur burung maleo semakin

berkurang, sehingga jumlah telur yang diupacarakan semakin sedikit. Upacara Malabot

Tumpe seperti ini biasa diadakan rutin setiap tahun, pada musim pertama bertelurnya

burung maleo yang biasanya terjadi pada bulan September.

Setelah masuknya agama Islam dan Kristen, pesta perkawinan dan kematian

sudah disesuaikan antara upacara adat setempat dengan upacara menurut agama

penganutnya. Demikian juga upacara yang mengikuti ajaran Islam seperti: Khitan

(Posuna), Khatam (Popatama) dan gunting rambut bayi usia 40 hari (Niore ritoya),

penyelenggaraannya berdasarkan ajaran agama Islam.

Beberapa instrumen musik yang dikenal dalam kesenian suku Kaili antara lain:

Kakula (disebut juga gulintang, sejenis gamelan pentatonis),Lalove (serunai), nggeso-

nggeso (rebab berdawai dua), gimba (gendang), gamba-gamba (gamelan datar/kecil), goo

(gong), suli (suling).

18
Salah satu kerajinan masyarakat suku Kaili adalah menenun sarung. Ini

merupakan kegiatan para wanita di daerah Wani, Tavaili, Palu, Tipo dan Donggala.

Sarung tenun ini dalam bahasa Kaili disebut Buya Sabe, tetapi oleh masyarakat umum

sekarang dikenal dengan Sarung Donggala. Jenis Buya Sabe ini pun mempunyai nama-

nama tersendiri berdasarkan motif tenunannya, seperti Bomba, Subi atau Kumbaja.

Demikian juga sebutan warna sarung Donggala didasarkan pada warna alam,seperti

warna Sesempalola / kembang terong (ungu), Lei-Kangaro/merah betet (merah-jingga),

Lei-pompanga (merah ludah sirih).

Di daerah Kulawi masih ditemukan adanya pembuatan bahan pakaian yang

diproses dari kulit kayu yang disebut Katevu. Pakaian dari kulit Kayu Katevu ini

sebagian besar dipakai oleh para wanita dalam bentuk rok dan baju adat.

Sebelum masuknya agama ke Tanah Kaili, masyarakat suku Kaili masih

menganut animisme, pemujaan kepada roh nenek moyang dan dewa sang Pencipta

(Tomanuru), dewa Kesuburan (Buke/Buriro) dan dewa Penyembuhan (Tampilangi).

Agama Islam masuk ke Tanah Kaili, setelah datangnya seorang Ulama Islam, keturunan

Datuk/Raja yang berasal dari Minangkabau bernama Syekh Abdullah Raqie. Ia beserta

pengikutnya datang ke Tanah Kaili setelah bertahun-tahun bermukim belajar agama di

Mekkah. Di Tanah Kaili, Syekh Abdullah Raqie dikenal dengan nama Dato

Karama/Datuk Karama (Datuk Keramat), karena masyarakat sering melihat kemampuan

dia yang berada di luar kemampuan manusia pada umumnya. Makam Dato Karama

19
sekarang merupakan salah satu cagar budaya yang di bawah pengawasan Pemerinta

Daerah.

Hubungan kekerabatan masyarakat suku Kaili sangat tampak kerjasamanya

pada kegiatan-kegiatan pesta adat, kematian, perkawinan dan kegiatan bertani yang

disebut SINTUVU (kebersamaan/gotong royong).

Suku Kaili mengenal lebih dari 20 bahasa yang masih hidup dan dipergunakan

dalampercakapan sehari-hari. Namun, suku Kaili tetap memilki lingua franca ( bahasa

pemersatu),mereka menyebutnya sebagai bahasa “Ledo” yang artinya “Tidak”.

Bahasa Ledo ini dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan bahasa-bahasa

Kaili lainnya. Bahasa Ledo yang asli(belum dipengaruhi bahasa para pendatang) masih

ditemukan di sekitar Raranggonau danTompu. Sementara, bahasa Ledo yang dipakai di

daerah kota Palu, Biromaru, dan sekitarnya sudah terasimilasi dan terkontaminasi dengan

beberapa bahasa para pendatang terutamabahasa Bugis dan bahasa Melayu. Bahasa-

bahasa yang masih dipergunakan dalam percakapan sehari-hari, yaitu bahasa

Tara(Talise, Lasoani, Kavatuna dan Parigi), bahasa Rai (Tavaili sampai ke Tompe),

bahasa Doi(Pantoloan dan Kayumalue); bahasa Unde (Ganti, Banawa, Loli, Dalaka,

Limboro, Tovale danKabonga), bahasa Ado (Sibalaya, Sibovi, Pandere) bahasa Edo

(Pakuli, Tuva), bahasa Ija (Bora, Vatunonju), bahasa Da’a (Jono’oge), bahasa Moma

(Kulavi), dan bahasa Bare’e (Tojo, Unauna dan Poso). Semua kata dasar bahasa tersebut

berarti “tidak”.

20
2.4. Sektor Pariwisata dan ekonomi kreatif

A. Pariwisata

1. Jembatan Palu

Siapa yang tidak mengenal jembatan Palu, jembatan yang menyuguhkan

panorama keindahan yang bisa memanjakan mata dan membuat kita betah singgah.

Jembatan Palu ini disebut juga dengan jembatan kuning, sebenarnya dinamakan

jembatan kuning karena jembatan ini berwarna kuning yang sangat cerah. Ketika kita

berdiri di atas jembatan dan memandang ke arah utara, kita akan melihat suguhan

panorama pegunungan yang menawan hati dan menjulang tinggi.

Sepanjang mata memandang kita akan disuguhkan dengan panorama yang

cukup menarik, bagi para pecinta sunset atau sunrise tempat ini adalah pilihan bagus.

Jembatan ini punya pemandangan yang cukup menggiurkan lengkap ke segala arah

dan dilengkapi banyak kuliner yang memanjang di sekitar jembatan yang unik.

Sayangnya, Jembatan ini sudah runtuh akibat gempa.

21
2. Pantai Talise

Pantai Talise yang memiliki pemandangan istimewa ini terletak sekitar

2 km ke arah utara kota Palu ini telah menjadi salah satu tujuan wisata. Pantai ini

terbentang dari kota Palu sampai ke Donggala, dengan menyajikan panorama dan

keindahan teluk yang sangat eksotis dan pegunungan yang sangat mempesona.

Tidak akan puas jika kita singgah di tempat yang indah ini dan kita akan betah

lama-lama untuk tinggal di pantai Talise. Pantai Talise menyimpan banyak keindahan

alam yang tidak ada habisnya dan inilah Tempat Wisata di Palu yang menenangkan

dengan suguhan indahnya panorama.

22
3. Monumen Nosarara Nosabatutu

Monumen Nosarara Nosabatutu merupakan bangunan berlantai tiga yang

terletak di bagian depan kompleks wisata seluas 800 meter persegi ini menarik

dikunjungi. Monumen Nosarara Nosabatutu merupakan bangunan berlantai tiga yang

megah dan terletak di bagian depan kompleks wisata seluas 800 meter persegi ini. Di

bagian atas bangunan berdiri kokoh Tugu Perdamaian sebagai simbol semangat

persaudaraan dan persatuan”Nosarara Nosabatutu” sendiri berasal dari bahasa Kaili.

Penduduk asli Sulawesi Tengah, yang berarti “Kita Bersaudara, Kita Bersatu”

semboyan ini sekaligus menjadi pemersatu bagi keberagaman masyarakat Sulawesi

Tengah. Keberagaman ini yang terdiri dari berbagai suku dan pemeluk agama yang

berbeda dan saling menghargai. Dengan adanya monumen ini di harapkan masyarakat

atau penduduk sekitar bisa menjaga perdamaian dengan baik dan sejahtera sehingga

tercipta kedamaian. Belum lengkap rasanya jika tidak mengunjungi monumen ini jika

datang ke kota Palu untuk berwisata yang lokasinya di perbukitan hijau.

23
4. Gunung Gawalise

Berada di ketinggian sekitar 2.023 di atas permukaan air laut, Gunung

Gawalise adalah Objek Wisata di Palu selanjutnya yang bisa Toppers kunjungi. Selain

tempat berdiamnya suku Da’a, tempat wisata di Sulawesi Tengah ini juga kerap

menjadi tempat pendakian dan observasi flora dan fauna.

Di Gunung ini, Anda juga bisa menemukan bunga edelweiss, yang membuat

petualangan disini menjadi jauh lebih menarik. Gunung Dawalise merupakan

destinasi wisata yang menarik dengan lokasi wisata yang indah.

24
5. Wisata Souraja

Rumah-rumah raja yang dulunya memerintah secara lokal di daerah Sulawesi

Tengah. Di desain dengan menggunakan kayu ulin dan kayu bayam dengan atapnya

yang berbentuk segitiga, rumah ini menjadi tempat wisata budaya yang cukup

menarik. Tempat ini juga sering dikunjungi oleh para wisatawan yang datang ke

tempat ini untuk berwisata.

25
6. Museum Sulawesi Tengah

Museum Sulawesi Tengah menyimpan berbagai koleksi mulai dari gajah

purba, infomasi dan dokumentasi kehidupan masyarakat Sulawesi Tengah di masa

lampau. Bagi beberapa orang, berkunjung ke museum bukanlah pilihan destinasi

utama untuk mengisi waktu luang mereka. Ada beberapa orang di Indonesia yang

mengasosiasikan museum sebagai sebuah hal yang kurang menarik.

Selain bisa sebagai tempat edukasi, museum ini juga merupakan tempat yang

bisa membuat Anda sebagai bagian dari masyarakat Indonesia sadar akan identitas

kebangsaannya. Museum Sulawesi Tengah yang terletak di Palu ini menawarkan

beragam pengetahuan yang dapat membuat para wisatawan lebih mengetahui tentang

sejarah dan budaya Indonesia, khususnya sejarah dan budaya Sulawesi Tengah.

26
B. Ekonomi Kreatif

1. Bawang Goreng Khas Palu

Oleh-oleh khas dari Kota Palu lainnya adalah bawang goreng khas Kota Palu.

Dengan citarasa renyah dan guring membuat panganan satu ini kerap menjadi pilihan

buah tangan khas kota Palu yang diboyong untuk keluarga dan kerabat di rumah.

2. Sambal Ikan Roa

Ikan Roa adalah jenis ikan laut yang banyak ditemukan di perairan Sulawesi.

Ikan ini kemudian kerap diolah menjadi sambal roa yang lezat. Saking terkenalnya

kuliner khas Sulawesi Tengah ini kemudian kerap dijadikan oleh-oleh saat

berkunjung ke kota-kota di pulau Sulawesi, lho. Pilihan buah tangan yang tepat untuk

kamu penggemar kuliner pedas

2.5. Produk Unggulan dalam meningkatkan Perekonomian

1. Coklat Banua

Salah satu oleh-oleh khas Kota Palu yang populer dan kerap jadi pilihan

favorit sebagai buah tangan dari Sulawesi Tengah adalah Coklat Banua. Cita rasa

dari olahan biji kakao asli Sulawesi Tengah ini sedikit berbeda dengan coklat pada

umumnya karena terasa lebih pahit. Namun, minim dari zat pemanis, coklat banua

justru memiliki manfaat yang jauh lebih baik daripada coklat yang memiliki cita rasa

manis.

2. Kaledo

Makanan yang paling terkenal di Palu adalah Sup Kaledo. Banyak yang bilang

Anda belum ke Palu kalau belum menyantap kaledo. Dalam proses pembuatannya,

daging melalui perebusan yang panjang, sehingga memiliki tekstur yang lebih

empuk. Rasanya sedikit asam, tapi tetap gurih dan menyegarkan.

27
Dilansir dari laman wisatapalu, rasa asam berasal dari buah asam yang

merupakan salah satu komponen pelengkap kaledo dan juga dari jeruk nipis yang

dapat ditambahkan sesuka hati. Sementara kuahnya terbuat dari kaldu sup biasa

tanpa tambahan santan. Bumbu kuah sangat sederhana, yaitu menggunakan garam,

asam, dan cabai segar.

2.6.Jika Anda menjadi Kepala Daerah (Bupati untuk daerah yang domisili-nya

Kabupaten, dan Walikota untuk domisili-nya Kota Madya) tempat asal Anda, Apa

yang Anda lakukan untuk memajukan daerah Anda?

Saat saya terpilih dan menjadi kepala daerah yang pertama akan saya lakukan

yakni membuat program kerakyatan saya akan sering terjun ke lingkungan

masyarakat ingin mengetahui secara langsung realita kehidupan dan keluhan

masyarakat, harapan yang mereka inginkan serta masalah yang sering terjadi

dilingkungan masyarakat. akan menjadi efektif bisa mendengar suara rakyat secara

langsung.

Yang kedua, Memanfaatkan potensi daerah untuk kemajuan perekonomian

masyarakat. Banyak warga atau masyarakat Palu belum tahu mengelolah sumber-

sumber daya alam yang sudah tersedia. Maka dari itu, saya sebagai kepala daerah

akan membimbing masyarakat agar dapat memanfaatkan potensi-potensi sumber

daya, sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.

Yang ketiga, menjadikan kota Palu menjadi kota “green and clean”. Di kota

Palu sendiri, Masyarakat belum terlalu sadar akan pentingnya kebersihan sehingga

banyak sampah yang tersebar. Sehingga saya sebagai kepala daerah akan

membiasakan masyarakat kota palu untuk membuang sampah pada tempatnya dan

akan menerapkan sistem denda kepada seseorang yang membuang sampah

sembarangan dan membuat kota Palu menjadi bersih.

28
Selanjutnya Penghijauan, Pelestarian lingkungan hidup perkotaan Lahan hijau

semakin sulit ditemukan, apalagi di kota-kota besar. Hampir sebagian besar lahan

telah beralih fungsi menjadi bangunan-bangunan yang menjulang tinggi. Seperti

halnya Semarang. Semarang merupakan basis pemerintahan di Provinsi Jawa Tengah.

Di daerah perkotaan kita akan jarang menjumpai tanah lapang dengan pohon-pohon

yang tinggi.

Tidak heran pencemaran udara menjadi masalah utamanya. Di Perkotaan

polusi udara merajalela disebabkan banyak pabrik yang beropersi serta kendaraan

yang pastinya begitu padat. Selain itu, disebabkan kurangnya pepohonan hijau yang

dapat mengikat gas polutan seperti karbondioksida. Gas karbondioksida yang terlepas

ke udara akan mencemari udara.

Maka dari itu perlu adanya penghijauan di perkotaan, seperti di Kota Palu.

Penghijauan merupakan suatu upaya untuk mengembalikan dan meningkatkan

efektivitas lahan agar dapat berfungsi dengan baik dan secara optimal.

Selanjutnya adalah membuka lapangan kerja. Selama pandemi banyak

masyarakat kota Palu terkena PHK sehingga membuat angka pengangguran di Kota

Palu meningkat 2 kali lipat. Sebagai kepala daerah, saya akan memperbanyak proyek

magang bagi calon tenaga kerja, melakukan program transmigrasi, mengembangkan

sektor informal, dan lain-lain

29
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Kota Palu memiliki begitu banyak potensi daerah, seperti sumber daya alam, Pariwisata

yang menarik dan memiliki pemandangan yang sangat indah, memiliki kebudayaan , adat

istiadat dan kearifan lokal yang beranekaragam. Masyarakat Palu juga mampu untuk

mengelolah potensi sumber daya alam dengan baik sehingga dapat memajukan ekonomi

daerah, salah satu contohnya bawang goreng.

SARAN

Alhamdulillah dalam penyusunan makalah yang sangat jauh dari kesempurnaan telah

selesai, mudah-mudahan bisa memberikan sedikit pengetahuan tentang potensi kota palu.

Untuk perbaikan makalah ini, saya berharap agar kiranya para pembaca bisa memberikan

koreksi terhadap makalah yang telah saya susun ini.

30
DAFTAR PUSTAKA

https://sulteng.antaranews.com/berita/86543/kadisparda-sulteng- pengembangan-ekonomi-

kreatif-penting-untuk-topang-kepariwisataan

https://media.alkhairaat.id/ini-10-produk-unggulan-kota-palu/

https://sulteng.antaranews.com/berita/28702/sulteng-miliki-keunggulan-wisata-alam-dan-

budaya

https://www.celebes.co/tempat-wisata-palu

https://www.academia.edu/35584560/MAKALAH_SUKU_KAILI_SULAWESI_TENGAH

https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Kaili

https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Palu

https://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Tengah

31

Anda mungkin juga menyukai