Anda di halaman 1dari 33

Makalah

Antropologi Hukum
Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok

Dosen : Montisa mariana, S.H.,M.H

Oleh : Kelompok 8

Anggota :
1. Alfein Maghribi A
2. Intan Bela

Kelas : F ( semester II )

Fakultas Hukum
Universitas Swadaya Gunung Jati

1
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini.

Dalam pembuatan makalah ini banyak kesulitan yang kami alami terutama
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari semua
pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu,kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini,semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan makalah yang kami buat ini yang
masih dari jauh kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran agar
makalah ini menjadi lebih baik serta berberdaya guna dimasa yang akan datang.

Cirebon, 13 Mei 2019

Penyusun

i
Daftar Isi
Kata Pengantar..........................................................................................................................i
Daftar isi...................................................................................................................................ii
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Permasalahan..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................1
Bab II
Pembahasan
Tujuh Kebudayaan Universal Suku Melayu
A. Sistem Religi........................................................................................................................2
B. Sistem Kemasyarakatan.......................................................................................................4
C. Sistem Pengetahuan.............................................................................................................5
D. Bahasa..................................................................................................................................6
E. Kesenian...............................................................................................................................6
F. Sistem Mata Pencaharian Hidup..........................................................................................25
G. Sistem Teknologi dan Peralatan..........................................................................................25
Budaya Hukum Suku Melayu..................................................................................................27
Bab III
Penutup
Kesimpulan.............................................................................................................................29
Daftar Pustaka.........................................................................................................................30

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Suku Melayu merupakan etnis yang termasuk ke dalam rumpun ras Austronesia. Suku
Melayu dalam pengertian ini, berbeda dengan konsep Bangsa Melayu yang terdiri dari
Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura. Suku Melayu bermukim di sebagian
besar Malaysia, pesisir timur Sumatera, sekeliling pesisir Kalimantan, Thailand Selatan,
Mindanao, Myanmar Selatan, serta pulau-pulau kecil yang terbentang sepanjang Selat
Malaka dan Selat Karimata.
Di Indonesia, jumlah Suku Melayu sekitar 3,4% dari seluruh populasi, yang sebagian
besar mendiami propinsi Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan,
Bangka Belitung, dan Kalimantan Barat. Dalam buku Sejarah Melayu disebut bahwa Melayu
adalah nama sungai di Sumatera Selatan yang mengalir disekitar bukit Si Guntang dekat
Palembang. Si Guntang merupakan tempat pemunculan pertama tiga orang raja yang datang
ke alam Melayu. Mereka adalah asal dari keturunan raja-raja Melayu di Palembang
(Singapura, Malaka dan Johor), Minangkabau dan Tanjung Pura. Pada waktu itu sebutan
Melayu merujuk pada keturunan sekelompok kecil orang Sumatera pilihan. Seiring dengan
berjalannya waktu definisi Melayu berdasarkan ras ini mulai ditinggalkan. Berdasarkan dari
uraian diatas maka kami ingin lebih memperluas kembali suku Melayu khususnya yang
berada di Provinsi Riau dan Kepulauan Riau.

B. Rumusan Masalah
1) Apa saja tujuh kebudayaan universal suku Melayu?
2) Apa budaya hukum yang berlaku di dalam suku Melayu? Adakah budaya hukum Melayu
yang bertentangan dengan hukum Positif Indonesia?

1
BAB II
PEMBAHASAN
Ras Melayu datang pertama kali kedaerah Riau ini sekitar 2.500 SM. Mereka datang
dari daratan Asia bagian tengah dan menyebrang dari semenanjung Malaysia. Gelombangan
kedatangan kedua terjadi pada tahun 1.500 SM. Suku bangsa Melayu di daerah Riau adalah
salah satu keturunan para migran dari daratan Asia tersebut. Dalam sejarah budayanya
mereka juga telah mengalami beberapa pengaruh peradaban, seperti Hindu, Islam, dan juga
peradaban Cina dan Barat ( Belanda, Inggris, dan Portugis).
Riau, baik Riau daratan maupun Riau kepulauan, mempunyai latar belakang sejarah
yang cukup panjang. Berbagai tinggalan budaya masa lampau banyak ditemukan di wilayah
provinsi itu. Riau Kepulauan pernah berjaya dengan Kerajaan Riau-Lingga dengan pusatnya
di Pulau Penyengat. Tinggalan-tinggalan budaya itu ada yang berupa benda bergerak maupun
benda tak bergerak seperti bangunan masjid, istana, benteng, dan makam raja-raja Riau-
Lingga.
Daerah Provinsi Riau yang terletak antara 10 5‟ Lintang Selatan dengan 20 25‟
Lintang Utara dan 1000 dengan 1050 45‟ Bujur Timur, sebelah utara berbatasan dengan
provinsi Sumatera Utara dan Selat Malaka, sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi
Jambi, sebelah timur berbatasan dengan Selat Malaka, Selat Singapura dan Laut Cina
Selatan, dan sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Sumatera
Utara.
Daerah Provinsi Riau luasnya 395.102 kilometer, terdiri dari daratan dan pulau-pulau
94. 562 km2, lautan 176.530 km2 dan danau dan rawa-rawa 124.010 km2. 60% dari daratan
yaitu kira-kira 66.000 km2 ditumbuhi oleh hutan primer dan sekunder. Selain dari itu daerah
ini terdiri dari pulau-pulau yang sangat banyak. Pulau-pulau yang ada besar-kecil sejumlah
3.214 buah, dengan panjang garis pantai 1.800 mil. Sedangkan jumlah penduduknya adalah
1.640.225 orang (berdasarkan sensus tahun 1975).

Tujuh Kebudayaan Universal Suku Melayu :


A. SISTEM RELIGI
Penduduk daerah Riau umumnya adalah pemeluk agama Islam yang taat. Agama
Islam di daerah ini telah dianut penduduk sejak masuknya agama Islam yang diperkirakan
sejak abad ke-11 dan 12 M. Kepercayaan-kepercayaan masih melekat pada sementara
penduduk, yaitu penduduk yang tinggal agak jauh ke pedalaman (petalangan) dan khususnya

2
pula tentang suku Sakai. Penduduk di petalangan ini, seperti Dayun, Sengkemang dan
sekitarnya, serta di pedalaman sungai Mandau, memang telah berabad-abad memeluk agama
Islam. Di kampung-kampung mereka mesjid merupakan lambang desa. Tiap-tiap Juma‟at
mereka taat melaksanakan sembahyang Juma‟at, tetapi dalam kehidupan sehari-hari pengaruh
animisme dan dinamisme masih cukup kuat. Kepercayaan akan adanya roh-roh jahat (hantu,
setan), tempat-tempat sakti atau tempat-tempat angker masih mewarnai kehidupan mereka.

SISTEM KEPERCAYAAN
Kepercayaan kepada dewa-dewa
Kepercayaan pada dewa-dewa ini, biarpun tidak bersifat kepercayaan seperti kepada
Tuhan, tetapi dalam beberapa hal masih dianggap adanya dewa-dewa. Bomo-bomo atau
dukun-dukun yang masih berpegang pada mistik, dalam jampi-jampinya masih mengucapkan
kata-kata “Batara Guru” dan sebagainya. Tetapi dewa-dewa di sini tidak lagi dianggap
sebagai yang Maha-suci, tetapi dianggap sebagai makhluk yang menguasai alam gaib.
Kepercayaan kepada makhluk-makhluk halus
Kepercayaan pada makhluk halus ini masih melus sekali. Bagi penduduk di
petalangan, kepercayaan kepada makhluk halus ini masih kuat sekali dan seakan-akan mereka
tidak sadar akan ajaran-ajaran agama Islam. Pada tiap-tiap tempat di sekitar mereka, mereka
anggap ada “penunggu”- nya. Nama makhluk halus yang jadi penunggu ini bermacam-
macam, bergantung dari tempat di mana makhluk halus itu berdiam. Tetapi semuanya mereka
rangkumkan dalam perkataan “hantu.” Ada yang disebut hanya hantu saja, ada puaka, ada
penunggu, jembalang, dan sebagainya.
Lain pula halnya dengan penduduk suku Melayu yang taat menganut agama Islam.
Kepercayaan tersebut pun masih ada, tetapi sudah disesuaikan dengan ajaran Islam, sehingga
makhluk halus tersebut digolongkan kepada dua jenis: yang baik disebut “jin” dan yang jahat
disebut “setan.” Oleh sebab itu, di tempat-tempat yang dianggap angker, selalu dibacakan:
“A‟uu zubi‟billahi minasy-syaitoni rrajim,” artinya “Aku berlindung kepada Allah dari
godaan setan yang terkutuk.” Begitu pula tiap memulai sesuatu pekerjaan, termasuk akan
pergi berjalan, selalu diminta perlindungan Allah, dengan mengucapkan “Bismillahi rrahman
irrahim.”
Kepercayaan kepada kekuatan gaib
Begitu pula halnya terhadap kepercayaan kepada kekuatan-kekuatan gaib.
Kepercayaan ini masih cukup luas terdapat dalam masyarakat, antara lain : Keris; mempunyai
kekuatan yang dapat melindungi si pemakai atau sebaliknya. Jika si pemakai kurang kuat

3
batinnya, mungkin bisa dikalahkan oleh kekuatan gaib yang ada pada keris tersebut, sehingga
ia sakit-sakitan selalu. Yang tidak sesuai ini di sebut “tidak serasi.”

Kekuatan kepada kekuatan-kekuatan sakti


Kekuatan sakti ini menurut anggapan rakyat dimiliki oleh orang-orang besar seperti
raja-raja dan ulama-ulama besar. Raja atau sultan dianggap mempunyai kekuatan sakti yang
turun-temurun dan di masyarakat di daerah ini disebut ber “dolat.” Oleh sebab itu, rakyat
takut membantah atau menentang titah raja, karena perbuatan yang demikian ini dapat
menimbulkan bencana.

B. SISTEM KEMASYARAKATAN
Setiap keluarga inti berdiam di rumah sendiri, kecuali pasangan baru yang biasanya
lebih suka menumpang di rumah pihak isteri sampai mereka punya anak pertama. Karena itu
pola menetap mereka boleh dikatakan neolokal. Keluarga inti yang mereka sebut kelamin
umumnya mendirikan rumah di lingkungan tempat tinggal pihak isteri. Prinsip garis
keturunan atau kekerabatan lebih cenderung parental atau bilateral.

Hubungan kekerabatan dilakukan dengan kata sapaan yang khas. Anak pertama
dipanggil long, anak kedua ngah, dibawahnya dipanggil cik, yang bungsu dipanggil cu atau
ucu. Biasanya panggilan itu ditambah dengan menyebutkan ciri-ciri fisik orang yang
bersangkutan, misalnya cik itam jika cik itu orang hitam, ngah utih jika Ngah itu orangnya
putih, cu andak jika Ucu itu orangnya pendek, cik unggal jika si buyung itu anak tunggal dan
sebagainya.

Pada masa dulu orang Melayu juga hidup mengelompok menurut asal keturunan yang
mereka sebut suku. Kelompok keturunan ini memakai garis hubungan kekerabatan yang
patrilineal sifatnya. Tetapi orang Melayu Riau yang tinggal di daratan Sumatera dan dekat
dengan Minangkabau sebagian menganut paham suku yang matrilineal. Ada pula yang
menyebut suku dengan hinduk (induk atau cikal bakal). Setiap suku dipimpin oleh seorang
penghulu. Kalau suku itu berdiam di sebuah kampung maka penghulu langsung pula menjadi
Datuk Penghulu Kampung (Kepala Kampung). Setiap penghulu dibantu pula oleh beberapa
tokoh seperti batin, jenang, tua-tua dan monti. Di bidang keagamaan dikenal pemimpin
seperti imam dan khotib.

4
Pelapisan sosial dalam kehidupan masyarakat Melayu Riau ini tidak lagi tajam seperti
di zaman kesultanan dulu. Walaupun begitu masih ada golongan-golongan tertentu yang
dianggap mempunyai ciri keturunan sendiri, misalnya golongan bangsawan yang terdiri dari
keturunan sultan dan raja, golongan datuk-datuk kepala suku, atau penghulu kepala kampung,
kemudian ada lagi golongan pemuka masyarakat yang disebut cerdik pandai, orang tua-tua,
golongan ulama dan orang-orang kaya.

C. SISTEM PENGETAHUAN
Kesustraan Suci
Sebagai pemeluk agama Islam yang taat, maka kitab Al Quran adalah wahyu dari
Allah. Kitab suci tidak dapat disamakan dengan suatu tulisan dari hasil pikiran manusia.
Tetapi kalamullah mengandung semua aspek kehidupan manusia. Disamping itu, tentunya
sastra-sastra lainnya yang berhubungan dengan agama ini, seperti riwayat Nabi Muhammad
yang dikenal dengan kitab “Barzanji”. Pembacaan Al Quran diajarkan mulai anak-anak
berumumur 7 tahun hingga orang-orang dewasa. Mempelajari pembacaan Al Quran ini
dilakukan bertingkat-tingkat dan merupakan kebanggaan ibu bapak si anak telah “khatam”
Quran.
Pada upacara-upacara adat yang penting, seperti upacara sunat rasul atau upacara
perkawinan, maka anak-anak yang akan dikhitan, begitu pula penganten wanita, melakukan
acara “khatam Quran”, yaitu membaca Surat „Amma dalam suatu upacara khusus. Acara ini
dilanjutkan dengan pembacaan kitab Barzanji oleh hadirin, serta mengadakan “Marhaban”.
Pembacaan kitab Barzanji dan Marhaban ini bisa juga diadakan pada kesempatan-kesempatan
lain, terutama pada hari Maulud Nabi Muhammad sendiri
Sistem pengetahuan yaitu mengenai pengetahuan alam sekitar, tentang bahan mentah/
galian, dan tentang kelakuan dengan sesama manusia. Pengetahuan masyarakat pedesaan ini
tentang sehat dan sakit, merupakan sebuah ciri kebudayaan desa yang unik. Dalam kehidupan
sosial, pengetahuan ini berpengaruh pada beberapa hal, antara lain:
1. Sikap sederhana. Pengetahuan sehat dan sakit yang sederhana berpengaruh terhadap pola
hidup masyarakat desa yang sederhana pula. Secara psikologis mereka menjadi tidak
gampang menyerah pada kondisi tubuh, meski flu, mereka tetap bekerja.
2. Menguatnya iman kepada Tuhan. Keyakinan bahwa semua penyakit pasti ada obatnya dan
pasti akan disembuhkan oleh Tuhan, menjadikan masyarakat ini semakin bertambah
imannya. Sugesti keimanan yang semakin kuat, menjadi obat tersendiri bagi kesembuhan
sakit yang diderita, selain juga ditambah dengan obat.

5
3. Kedekatan pada alam. Kepercayaan masyarakat pedesaan ini berharap ramuan obat-obatan
tradisional yang umumnya berasal dari daun-daunan, satu sisi berpengaruh terhadap sikap
kedekatan mereka pada alam, karena alam telah menyediakan obat bagi keseluruhan
penyakit mereka. Secara sosial hal ini dapat memperkuat identitas sosial mereka sebagai
suku Melayu yang memiliki tradisi budaya luhur.

D. BAHASA
Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Melayu dan bahasa resmi yaitu Bahasa
Indonesia. Bahasa Melayu mempunyai sejarah yang cukup panjang, karena pada dasarnya
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Disebut juga bahsa Melayu tinggi, karena
awalnya digunakan sebagai bahasa sastra oleh masyarakat Indonesia pada akhir abad yang
lalu. Sebelum mengenal tulisan Latin, masyarakat ini menuliskan gagasan mereka dalam
tulisan Arab-Melayu atau Arab gundul.

E. KESENIAN
Kesenian orang Melayu Riau kebanyakan bernapaskan budaya Islam.
 Seni Teater
1.) Mak Yong

Mak Yong adalah seni teater tradisional masyarakat Melayu yang sampai sekarang
masih digemari dan sering dipertunjukkan sebagai dramatari dalam forum internasional. Di
zaman dulu, pertunjukan mak yong diadakan orang desa di pematang sawah selesai
panen padi. Dramatari mak yong dipertunjukkan di negara bagian Terengganu,
Pattani, Kelantan, dan Kedah. Selain itu, mak yong juga dipentaskan di Kepulauan
Riau Indonesia. Di kepulauan Riau, mak yong dibawakan penari yang memakai topeng,
berbeda dengan di Malaysia yang tanpa topeng.

Pertunjukan mak yong dibawakan kelompok penari dan pemusik profesional yang
menggabungkan berbagai unsur upacara keagamaan, sandiwara, tari, musik dengan vokal
atau instrumental, dan naskah yang sederhana. Tokoh utama pria dan wanita keduanya
dibawakan oleh penari wanita. Tokoh-tokoh lain yang muncul dalam cerita misalnya
pelawak, dewa, jin, pegawai istana, dan binatang. Pertunjukan mak yong diiringi alat musik
seperti rebab, gendang, dan tetawak.

6
2.) Mendu
Mendu adalah sebuah kesenian yang tidak jauh berbeda dengan mak yong, yang
sama-sama menggabungkan unsur nyanyian, tarian,dan teater. Pertunjukan kesenian mendu
kerap digelar di berbagai daerah di kepulauan riau sepeti di Anambas (tarempa dan langi),
Natuna (Ranai, Sepempang dan Midai). Cerita yang di mainkan adalah hikayat dewa mendu
yang di angkat dari cerita rakyat masyarakat Natuna. Tokoh-tokoh dalam seni pertunjukan
mendu, di samping dewa mendu itu sendiri adalah Angkara Dewa, Siti Mahdewi, Maharaja
Laksemalik, Kilan Cahaya, Nenek Kebayan, Raja Bahailani, Raja Majusi, Raja Firmansyah,
Raja Beruk, dan tokoh-tokoh pendukung lainnya yang jenaka seperti Selamat Salabe dan Tuk
Mugok.

3.) Teater Dulmuluk dari Sumatera Selatan.


Salah satu teater Melayu adalah teater dumuluk, berbagai versi mengenai asal muasal
Dulmuluk. Ada beberapa versi tentang sejarah teater tradisional yang berkembang di
Sumatera Selatan itu. Satu versi yang sering disebut-sebut, teater ini bermula dari syair Raja
Ali Haji, sastrawan yang pernah bermukim di Riau dan terkenal dengan Gurindam 12. Salah
satu syair Raja Ali Haji diterbitkan dalam buku Kejayaan Kerajaan Melayu. Karya yang
mengisahkan Raja Abdul Muluk itu terkenal dan menyebar di berbagai daerah Melayu,
termasuk Palembang. Versi lain menyebutkan, seorang pedagang keturunan Arab, Wan

7
Bakar, membacakan syair tentang Abdul Muluk di sekitar rumahnya di Tangga Takat, 16
Ulu. Acara tersebut menarik minat dan perhatian masyarakat sehingga mereka datang
berkerumun. Agar lebih menarik, pembacaan syair kemudian disertai dengan peragaan oleh
beberapa orang, ditambah iringan musik.

4.) Teater Mamanda


Seni teater Melayu tradisional masyarakat Kutai disebut Mamanda. Mamanda
merupakan salah satu jenis hiburan yang disenangi masyarakat. Ada dua pakem cerita yang
digunakan dalam Mamanda yaitu jalan cerita yang disajikan dalam Mamanda adalah tentang
sebuah kerajaan, maka pertunjukan Mamanda tersebut mirip dengan Kethoprak. Namun, jika
yang dipertunjukan adalah cerita rakyat biasa, maka pertunjukan Mamanda tersebut mirip
dengan Ludruk. Dalam pertunjukannya, Mamanda selalu menggunakan dua jenis alat alat
musik yakni gendang dan biola. Kesenian Mamanda sudah jarang dipentaskan secara terbuka.
Namun pada Festival Erau di kota Tenggarong, kesenian Mamanda sering dipertunjukkan
secara terbuka untuk mengisi salah satu mata acara hiburan rakyat.

8
 Tari

1. Tari Persembahan

Tari Persembahan yang biasanya digunakan untuk menyambut tamu atau pembukaan acara-
acara tertentu. Tarian ini menggambarkan bahwa orang melayu Riau menghargai hubungan
persahabatan dan kekerabatan.

Gambar 1.1 : Tari Persembahan

2. Tari Makyong

Tarian ini adalah jenis dramatari yang sangat dipengaruhi oleh budaya Melayu. Tarian
makyong diperkirakan telah ada di Riau hampir seabad yang lalu dan sering kali dipentaskan
di pematang sawah selepas memanen padi. Tarian tersebut dipentaskan oleh penari-penari
topeng dan diiringi alat musik seperti rebab, gendang, dan tetawak.

Gambar 2.1 : Tari Makyong

3. Tari Zapin

Tari zapin telah lama berkembang di banyak daerah di Indonesia dan salah satunya di
Kepulauan Riau. Tari ini banyak dipengaruhi oleh budaya Arab dan sarat kandungan agama
dan tata nilai. Tarian ini mempertontonkan gerakan kaki cepat mengikuti pukulan gendang

9
(marwas). Zapin awalnya hanya dilakukan penari lelaki namun kini penari perempuan juga
ditampilkan.

Gambar 3.1 : Tari Zapin

4. Tari Melemang

Tarian yang memadukan unsur tari, musik, dan menyanyi ini mengisahkan tentang kehidupan
kerajaan dan dipentaskan oleh 14 orang yang masing-masing memainkan peran. Kata
melemang sendiri berarti berdiri sambil membongkokkan badan ke belakang dan hal ini
memang tampak pada kecakapan serta kegesitan para penari dalam mengambil sesuatu,
misalnya uang receh atau sapu tangan. Kini, tari Melemang sudah menjadi pertunjukan
hiburan rakyat dengan durasi sekitar satu jam.

Gambar 4.1 : Tari Melemang

5. Tari Zapin Matahari

Tari Zapin Maharani adalah tarian yang berasal dari Kecamatan Pelalawan Kabupaten
Pelalawan. Tarian ini mengisahkan sebuah kisah cinta sepasang muda mudi di Desa Kuala
Tolam. Mereka kemudian menikah, dan mereka hidup sangat bahagia, tetapi kebahagiaan
mereka hanya sementara.

10
Gambar 5.1 : Tari Zapin Matahari

6. Tari Tandak Sedati

Tari tandak Sedati dikenal sebagai tari pergaulan yang digemari masyarakat setempat dan
menjadi media silaturahmi tempat bertemunya antara pemuda dan pemudi antar kampung.
Tarian ini adalah gabungan antara seni tari dan sastra dan dipentaskan oleh laki-laki dan
perempuan pada malam hari.

Gambar 6.1 : Tari Tandak Sedati

7. Tari Joged Lambak

Tari Joged Lambak adalah tarian yang kental dengan budaya Melayu. Gerak tariannya
cenderung lemah gemulai sementara lagu-lagu yang ditarikan adalah lagu atau irama joget
seperti Serampang Laut, Tanjung Katung, dan Anak Kala. Alat musik yang digunakan antara
lain gendang, gong atau tetawak.

11
Gambar 7.1 : Tarian Joged Lambak

8. Tarian Gamelan

Tarian klasik ini mula di kesan di empayar Riau dan Lingga dalam kurun ke-17.Ia mula di
persembahkan buat pertama kali di khalayak ramai di Pekan Pahang dalam tahun 1811 dalam
upacara persandingan Tengku Hussain, putera kepada Sultan Abdul Rahman yang
memerintah Lingga, dengan Wan Esah yakni adik perempuan kepada Bendahara Ali dari
Pahang. Ianya mula di perkenalkan di Terengganu selepas Tengku Mariam iaitu seorang
puteri di Pahang, mengahwini Tengku Sulaiman yakni putera kepada Tengku Zainal Abidin
dari Terengganu.

Gambar 8.1 : Tari Gamelan

9. Tari Suku Melaut Teluk Meranti

Tarian yang berpijak pada tradisi masyarakat di Kabupaten Pelalawan, khususnya Suku Laut
di Kecamatan Teluk Meranti yang biasa menggunakan Ambong sebagai alat untuk
mengumpulkan dan membawa Niau (Kelapa). Pada garapan tari ini digambarkan bahwa
ambong sebagai properti tari dapat dimainkan juga sesuai dengan kebiasaan masyarakat
memperlakukan ambong itu. Ambong dipikul, ambong dijunjung, ambong dihentak, ambong
digoyang, ambong digegar, ambong ditungkup.

12
Gambar 9.1 : Tari Suku Melaut Teluk Meranti

10. Tari Manggar

Tari Manggar menceritakan mengenai Sejarah Kota Pekanbaru, yaitu ditemukannya sebuah
Kota yang bernama Sena yang kini dikenal dengan nama Senapelan.

 Alat musik

1. Rebana Ubi

Alat musik Rebana Ubi ini merupakan alat musik perkusi yang digolongkan sebagai
gendang. Jadi cara memainkannya yaitu dengan cara dipukul dengan tangan. Untuk
ukurannya, Rebana Ubi lebih besar dari Rebana biasa. Merujuk pada sejarahnya, Rebana Ubi
berfungsi sebagai alat komunikasi yang memiliki tujuan mengirimkan kabar seperti

13
pengumuman acara pernikahan, juga peringatan bahaya kepada masyarakat. Sekarang,
Rebana Ubi cuma digunakan dalam upacara adat tertentu. Hal ini disebabkan zaman sudah
modern.

2. Kompang

Alat musik Kompang merupakan sejenis alat musik tradisional yang paling popular
bagi masyarakat Melayu. Kompang termasuk kedalam golongan kumpulan alat musik
gendang. Kulit kompang bisa terbuat dari kulit kambing dan bisa juga dari kulit lembu atau
kerbau. Sejarahnya dulu, Kompang asalnya dari dunia Arab yang kemudian masuk ke Tanah
Melayu saat zaman Kesultanan Melaka oleh pedagang India Muslim. Sumber lain
menyebutkan masuknya alat musik tersebut melalui Jawa pada abad ke-13 oleh pedagang
Arab.

3. Gambus

Alat musik Gambus adalah alat musik petik seperti Mandolin yang berasal dari Timur
Tengah. Memiliki senar yang jumlahnya bervariasi, antara 3 senar sampai 12 senar. Biasanya,
alat musik Gambus dimainkan sambil diiringi Gendang.

14
4. Gendang

Nama lain Gendang adalah Kendang. Kendang (kendhang) yang merupakan alat
musik yang dimainkan dengan cara di pukul. Bisa di bilang, hampir di semua daerah di
Indonesia memiliki gendang dengan ciri khas masing-masing. Sebagaimana lazimnya,
Gendang dimainkan dengan cara di pukul, bisa langsung dengan tangan atau alat tertentu

yang terbuat khusus.

5. Gong

Termasuk sebagai alat musik tradisional, Gong terbuat dari leburan logam seperti
perunggu dengan tembaga dengan permukaan yang bundar (dengan atau tanpa Pencu). Gong
bukan sekedar dimainkan untuk kesenian musik saja. Dalam acara-acara peresmian tertentu,
gong juga sering dipakai sebagai tanda meresmikan momen tertentu, baik digunakan oleh
pemerintah maupun perusahaan swasta.

15
6.Marwas

Merupakan salah satu alat musik tepuk, alat musik Marwas ini memiliki unsur
keagamaan yang kental. Biasanya Marwas dimainkan dalam berbagai lirik lagu yang
merupakan pujian dan kecintaan kepada Sang Pencipta. Asal alat musik Marwas dari negara
Timur Tengah (Timteng) terutama dari Yaman. Alat Musik tersebut biasanya dimainkan oleh
sekitar 10 orang. Dan orang yang memainkannya sambil bernyanyi. Untuk membangkitkan
semangat, beberapa orang dari kelompok tersebut bergerak sesuai dengan irama lagu.

7. Calempong

Dikenal juga dengan sebutan Talempong, alat musik perkusi ini terbuat dari logam,
perunggu, atau besi, berbentuk bundar, terdapat di daerah Kuantan dan Riau. Calembong
berbentuk bundar pada bagian bawahnya berlobang sedangkan pada bagian atasnya terdapat
bundaran yang menonjol berdiameter lima sentimeter sebagai tempat untuk dipukul.
Umumnya, Talempong digunakan untuk mengiringi tarian pertunjukan atau penyambutan.
Selain itu, Talempong juga dipakai untuk melantunkan musik menyambut tamu istimewa.
Butuh kejelian dalam memainkan alat musik Talempong ini.

16
8. Nafiri

Nafiri memang dikenal sebagai alat musik tradisional yang berasal dari provinsi Riau.
Bentuknya mirip dengan terompet. Selain berfungsi sebagai alat musik tradisional, Nafiri
juga dipakai sebagai alat komunikasi bagi masyarakat Melayu. Seperti untuk
memberitahukan tentang adanya bencana, dan berita tentang kematian.

9. Rebab

 Sastra
KESENIAN SASTRA MELAYU
Menurut sejarah, naskah sastra Melayu sudah ada sejak abad ke-14, namun sampai
saat ini belum ada ditemukan naskah yang setua itu. Sastra tertua yang ditemukan hanyalah
sastra dari abad ke-16. Sastra melayu ini sendiri memiliki berbagi jenis yang disesuaikan
dengan bentukan dan fungsinya. Pantun merupakan jenis sastra melayu yang masih banyak
dijumpai dalam acara-acara adat melayu. Ada juga hikayat yang bisa dikatakan biografi versi
melayu, Selain itu ada gurindam, seloka, syair, talibun, dan karmina. Sastra Melayu Klasik
bermula pada abad ke-16 Masehi. Semenjak itu sampai sekarang gaya bahasanya tidak
banyak berubah. Bentuk sastra Melayu
Gurindam
Gurindam adalah satu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua baris kalimat
dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama
berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawabannya atau
akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.

17
Gurindam Lama

Gurindam Dua Belas

Kumpulan gurindam yang dikarang oleh Raja Ali Haji dari Kepulauan Riau.
Dinamakan Gurindam Dua Belas oleh karena berisi 12 pasal, antara lain tentang ibadah,
kewajiban raja, kewajiban anak terhadap orang tua, tugas orang tua kepada anak, budi pekerti
dan hidup bermasyarakat.

Hikayat

Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa yang berisikan tentang kisah, cerita,
dongeng maupun sejarah. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan
seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh utama. Salah satu
hikayat yang populer di Riau adalah Yong Dolah.

Karmina

Karmina atau dikenal dengan nama pantun kilat adalah pantun yang terdiri dari dua
baris. Baris pertama merupakan sampiran dan baris kedua adalah isi. Memiliki pola sajak
lurus (a-a). Biasanya digunakan untuk menyampaikan sindiran ataupun ungkapan secara
langsung.

Pantun

Pantun merupakan sejenis puisi yang terdiri atas 4 baris bersajak a-b-a-b, a-b-b-a, a-a-
b-b. Dua baris pertama merupakan sampiran, yang umumnya tentang alam (flora dan fauna);
dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut. 1 baris terdiri
dari 4-5 kata, 8-12 suku kata.

Seloka

Seloka merupakan bentuk puisi Melayu Klasik, berisikan pepatah maupun


perumpamaan yang mengandung senda gurau, sindiran bahkan ejekan. Biasanya ditulis

18
empat baris memakai bentuk pantun atau syair, kadang-kadang dapat juga ditemui seloka
yang ditulis lebih dari empat baris.

Syair

Syair adalah puisi atau karangan dalam bentuk terikat yang mementingkan irama
sajak. Biasanya terdiri dari 4 baris, berirama aaaa, keempat baris tersebut mengandung arti
atau maksud penyair (pada pantun, 2 baris terakhir yang mengandung maksud). Syair berasal
dari Arab.

Talibun

Talibun adalah sejenis puisi lama seperti pantun karena mempunyai sampiran dan isi,
tetapi lebih dari 4 baris ( mulai dari 6 baris hingga 20 baris). Berirama abc-abc, abcd-abcd,
abcde-abcde, dan seterusnya.

Rumah Adat
Riau memiliki beberapa jenis rumah adat karena identik yang dimiliki oleh daerah ini
yaitu melayu, seperti : Balai Salaso Jatuh, Rumah Adat Salaso Jatuh Kembar, Rumah Melayu
Atap Limas, Rumah Melayu Lipat Kajang dan Rumah Melayu Atap Lontik. Bentuk rumah
tradisional daerah Riau pada umumnya adalah rumah panggung yang berdiri diatas tiang
dengan bangunan persegi panjang

Rumah Lontik

19
Pakaian Adat
Baju untuk laki-laki Melayu Riau adalah Baju Kurung Cekak Musang atau Baju
Kurung Teluk Belanga. Selain Baju Kurung Cekak Musang, busana pengantin laki-laki
adalah kain samping bermotif serupa dengan celana dan baju, distar berbentuk mahkota
dipakai di kepala, sebai warna kuning di bahu kiri, rantai panjang berbelit dua yang
dikalungkan di leher, canggai yang dipakai di kelingking, sepat runcing di bagian depan, dan
keris hulu burung serindit pendek yang diselipkan di sebela kiri. Sementara busana yang
dikenakan perempuan berbeda-beda, perempuan memakai Baju Kurung Kebaya atau Kebaya
Pendek. Kepala hanya memakai sanggul yang dihiasi dengan bunga-bunga. Pakaian
pengantin perempuan pada Upacara Akad Nikah adalah Baju Kebaya Laboh atau Baju
Kurung teluk. Kemudian, untuk pakaian pada waktu upacara Bersanding adalah Kebaya
Laboh atau Baju Kurung Teluk Belanga.

Senjata Tradisional
Seperti daerah-daerah lain yang ada di Indonesia, Riau pun memiliki senjata
tradisional dari daerah tersebut. Senjata tersebut bernama Tumbuk Lada, alat ini biasanya
digunakan untuk peretempuran. Tumbuk lada memiliki beberapa bentuk diantaranya adalah
bilah senjata tumbuk lada berbentuk badik seperti badik sulawesi akan tetapi yang
membedakan adalah bentuk sarungnya. Selain itu, ujung pangkal sarung senjata tumbuk lada
berbentuk bundar yang dihiasi dengan ukiran yang dipahat. Lapisan pada sarung Tumbuk
Lada adalah lapisan kepingan perak yang diukir dengan pola yang rumit

20
Makanan Khas Melayu Riau
1. Bolu Kemojo

Bolu Kemojo adalah makanan khas Pekanbaru, yang dipopulerkan kembali oleh ibu
Dinawati yaitu pada tahun 1998. Kue Bolu ini sebelumnya hanya dibuat untuk sekedar
konsumsi dalam keluarga saja, dan tidak dijual secara komersial apalagi dijual sebagai
makanan oleh-oleh kota pekanbaru. Tapi dengan tekad yang kuat untuk menjadikan kue bolu
ini sebagi makanan khas riau, dan kemudian beliau merintis membuka gerai pertamanya yang
berkantor di Jalan Pelajar, yang sekarang jalan tersebut berubah menjadi Jalan lain.

2. Roti Jala

Roti jala adalah makanan yang berasal dari Melayu Sumatera . Biasanya makanan ini
disuguhkan bersama kuah kari Melayu.Di Deli makanan ini terkenal disajikan dengan kari
kambing dan acar nanas. Menurut budayawan M Muhar Omtatok, roti jala merupakan
makanan Melayu yang bisa saja teradaptasi dari unsur India.

21
3. Asidah

Kue ini namanya Asidah, teksturnya lembut dan rasanya manis perpaduan rempah spt
cengkeh, kayu manis dan daun pandan. yg anehnya kue ini dimakan pake bawang goreng.
kue ini bisa dibentuk sesuka hati.

4. Kue Bangkit

Diberi nama kue bangkit karena ukuran dari kue ini setelah matang dan dikeluarkan
dari oven akan berukuran dua kali lipat dari ukuran adonan semula. Warna kue bangkit ini
putih kekuningan dan kadang dipercantik dengan diberi noktah berwarna merah di atasnya.
Tekstur kue bangkit yang sangat halus dan gampang remuk. Kue bangkit akan lumer di
dalam mulut dan mempunyai rasa yang renyah ketika dikunyah. Rasanya yang manis ini
menjadi daya tarik bagi anak-anak.

5. Cencaluk

Cencaluk ialah sejenis lauk dalam hidangan tradisional melayu. makanan ini dibuat dari
udang halus, cencaluk mengandungi kandungan protein yang tinggi.

22
6. Lempuk Durian

Lempuk Durian adalah salah satu Jenis Makanan Khas dari Riau yang terbuat dari
Durian, lempuk ini berbentuk seperti dodol. Selain di Riau,lempuk juga dapat dijumpai di
daerah lain di Sumatera. Siapa yang tak kenal dengan lempuk durian, "Makanan Khas Riau"
ini berasal dari Kabupaten Bengkalis, bahkan lempuk sudai menjadi ikon Bengkalis, jika kita
berkunjung ke Bengkalis kurang lengkapnya jikanya tidak membeli buah tangan Lempuk
Durian.

7. Es Laksamana Mengamuk

Es Laksamana Mengamuk merupakan minuman dingin yang menggunakan buah


kuini sebagai bahan utama. Konon, keberadaan minuman ini berawal dari mengamuknya
seorang laksamana di kebun kuini. Laksamana tersebut mengamuk lantaran istrinya dibawa
lari oleh pemilik kebun kuini tersebut. Sang laksamana menebas-nebaskan pedangnya ke
seluruh penjuru, hingga puluhan buah kuini hancur karena kemarahannya ini. Usai sang
laksamana menuntaskan kemarahannya dan pulang, orang-orang di sekitar kebun kuini
mengambil puluhan buah kuini yang sudah tercincang dan terhampar di rumput. Pada
awalnya, orang-orang tersebut bingung, akan diapakan buah kuini yang telah terpotong-
potong tersebut. Hingga salah seorang wantia, mencampurkan potongan-potongan buah kuini
itu dengan air santan dan gula merah. Jadilah minuman segar, yang pada waktu itu, langsung
dinikmati oleh orang sekampung.

23
8. Air Mata Pengantin

Es air mata pengantin terdiri dari bermacam agar-agar berwarna-warni. Es ini


sekaligus dilengkapi biji selasih, nata de coco, dan blewah serta serutan es batu

9. Mie Sagu

Mie sagu adalah kuliner selingan makanan khas masyarakat di Riau khususnya
masyarakat Selatpanjang, di Pulau Tebing Tinggi dan sekitarnya, Kab. Kepulauan Meranti
(pecahan Kab. Bengkalis), Provinsi Riau, Indonesia

10. Ikan Salai

Ikan Salai adalah ikan basah yang masih segar lalu dikeringkan melalui proses
pengasapan. Ikan Salai merupakan salah satu menu makanan yang cukup terkenal terutama
bagi masyarakatRiau yang tinggal di sepanjang sungai-sungai besar yang ada di Riau , salah
satunya di Kabupaten Pelalawan.

24
 Seni suara
Seni suara merupakan napas pertunjukan Mendu, Makyong, dan Bangasawan. Dalam
Mendu terdapat lagu Lakau, Ladun, Madah, Air Mawar, Lemak Lamun, Tala Satu, Ayuhai,
Nasib, dan Tala Empat. Dalam Makyong terdapat nyanyian seperti Cik Milik, Timang Bunga,
Selendang Awang, Awang Nak Beradu, Puteri Nak Beradu, dan Dondang Di Dondang.
Dalam Bangsawan terdapat nyanyian seperti Berjalan Pergi, Lagu Stambul Dua, Dondang
Sayang, Nyanyi Pari, Nasib, dan lain-lain.

F. SISTEM MATA PENCAHARIAN HIDUP


Bagi orang Melayu yang tinggal di desa, mayoritasnya menjalankan aktivitas
pertanian dan menangkap ikan. Aktivitas pertanian seperti mengolah sagu, menanam padi,
ubi, sayuran, dan buah-buahan. Termasuk mengusahakan tanaman karet, kelapa sawit,
kelapa, dan tanaman campuran (mixed farming). Orang Melayu yang tinggal di kota
kebanyakannya bekerja dalam sektor dinas, sebagai pekerja di sektor perindustrian,
perdagangan, pengangkutan, dan lain-lain. Penguasaan ekonomi di kalangan orang Melayu
perkotaan relatif masih rendah dibandingkan dengan penguasaan ekonomi oleh penduduk
non-pribumi, terutamanya orang Tionghoa. Tetapi kini telah ramai orang Melayu yang telah
sukses dalam bidang perniagaan dan menjadi ahli korporat. Banyak yang tinggal di kota-kota
besar dan mampu memiliki mobil dan rumah mewah. Selain itu itu juga, banyak orang
Melayu yang mempunyai pendidikan yang tinggi, setingkat universitas di dalam maupun di
luar negeri.

G. SISTEM TEKNOLOGI DAN PERALATAN


Sejak zaman bahari masyarakat Melayu Riau sudah memiliki bermacam cara untuk
memenuhi keperluan hidup. Artinya sejak masa lampau masyarakat Melayu Riau telah
menguasai teknologi. Teknologi ini diklasifikasi menjadi teknologi pertanian, pernikahan,
peternakan, pertukangan, perkapalan, pertambangan, dan pengolahan bahan makanan.
System teknologi yang dikuasai orang melayu menunjukkan bahwa orang Melayu kreatif dan
peka dalam memfungsikan lingkungan dan sumber daya alam di sekitarnya.
Perburuan binatang dilakukan dengan menggunakan panah beracun, tombak, dan
tongkat, sedangkan dalam menangkap ikan, lelaki dan perempuan bersama-sama
menggunakan perangkap dan tombak. Masyarakat Melayu juga memiliki dan menguasai
bermacam-macam teknologi, mulai dari teknologi yang menghasilkan makanan dan tumbuh-
tumbuhan (yang kemudian menjadi pertanian), berburu (yang berkembang menjadi usaha

25
peternakan), menangkap ikan (yang berkembang menjadi usaha perikanan dengan berbagai
teknologi penangkapan yang dipakai), serta cara mengangkut hasil-hasil usaha yang
disebutkan diatas. Teknologi yang dikuasai masyarakat Melayu Riau antara lain membuat
rumah dan atapnya yang terbuat dari daun-daunan, maupun membuat sejenis keranjang untuk
mengangkut hasil pertanian yang bentuk dan jenisnya beragam. Masyarakat Melayu juga
menguasai cara membuat perkakas yang dipakai sehari-hari. Cara ini masih ada dan berlanjut
sampai sekarang.
Sebagai masyarakat yang berdiam di wilayah perairan mereka juga banyak
mengambangkan alat transportasi di laut seperti : lancang (perahu layar dua tiang dengan
sebuah pondok diatasnya), penjajab (sejenis kapal kayu penjelajah), jung (perahu layar kecil),
sampan balang (perahu layar kecil untuk menangkap ikan). Untuk di sungai-sungai mereka
menggunakan sampan kolek, sampan kotak, dan belukang, ketiganya tergolong perahu lesung
yang ramping bentuknya. Kemudian ada pula yang disebut perahu jalur, yaitu perahu panjang
yang digunakan untuk berlomba di sungai.
Alat-alat rumah tangga
Dengan demikian alat-alat rumah tangga yang terpenting adalah: tabir, tikar, bantal,
permadani, katil, ambin, peti besi, bangking, alat-alat dapur (pernik, belanga, tungku, piring
mangkok, kelalang, kendi, labu, dan tempayan), dan pelamin dengan alat-alat
kelengkapannya.
Alat-alat pertanian
Alat-alat yang digunakan untuk perladangan ini sangatlah sederhananya, terdiri dari :
beliung, parang panjang, parang pendek atau candung, tuai atau ani-ani, bakul, lesung, dan
antan (alu), dan nyiru (tampah).
Alat-alat yang digunakan untuk menanam padi, yaitu: alat-alat yang terbuat dari besi,
seperti mata beliung, mata parang dan mata ani-ani dibeli dipasar dan gagangnya dibuat
sendiri.
Alat-alat yang digunakan untuk menyadap untuk pohon karet tersebut terdiri dari:
sudu getah, mangkok getah, pisau getah, dan ember atau kaleng.
Alat-alat perburuan
Banyak alat-alat perburuan yang terdapat didaerah Riau. Diantara alat-alat tersebut
adalah kojow, tombak, jerat, jarring rusa, sumpitan, timpa-timpa, perangkap,
belantik, dan senapan lantak.
Alat-alat perikanan

26
Alat-alat perikanan laut terdiri dari Pukat, jarring, jala, serampang, tempuling, kail,
tangkul, belat, dan pengerih.
Alat peperangan
Alat-alat persenjataan itu adalah seperti berikut keris, terapang, sundang, pedang,
pedang Jenawi, teropong, tombak, lelo, meriam, senapang lantak, dan perisai.

Budaya Hukum Suku Melayu

Pada masa dulu orang Melayu juga hidup mengelompok menurut asal keturunan yang
mereka sebut suku. Kelompok keturunan ini memakai garis hubungan kekerabatan yang
patrilineal sifatnya. Tetapi orang Melayu Riau yang tinggal di daratan Sumatra sebagian
menganut paham suku yang matrilineal. Ada pula yang menyebut suku dengan hinduk atau
cikal bakal. Setiap suku dipimpin oleh seorang penghulu. Kalau suku itu berdiam di sebuah
kampung maka penghulu langsung pula menjadi Datuk Penghulu Kampung atau Kepala
Kampung. Setiap penghulu dibantu pula oleh beberapa tokoh seperti batin, jenang, tua-tua
dan monti. Di bidang keagamaan dikenal pemimpin seperti imam dan khotib.

Masyarakat Melayu masih melestarikan budaya “Menutup Aib” yaitu mereka


cenderung menutupi permasalahan yang terjadi dalam rumah tangga salah satunya masalah
kekerasan dalam rumah tangga, karena hal tersebut dianggap aib oleh keluarga. Dan urusan
rumah tangga merupakan urusan pribadi yang tidak boleh diketahui oleh orang lain. Sehingga
banyak kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan pelecehan seksual pada anak yang
terjadi pada masyarakat Melayu.

Mereka enggan melaporkan kejadian-kejadian tersebut ke aparat penegak hukum,


karena dianggap sebagai aib. Sehingga tercatat setiap tahun kasus KDRT terus terjadi, pada
tahun 2014 terjadi empat kasus, tahun 2015 terjadi tiga kasus dan pada tahun 2016 terjadi
sebanyak tujuh kasus KDRT. Data yang diperoleh oleh P2TP2A Kabupaten Siak Sri
Indrapura diakui oleh pengurus bahwa ini hanyalah sebagian kasus yang ada, karena
kecenderungan budaya masyarakat siak untuk menyimpan dan tidak menceritakan kepada
orang lain terhadap perilaku yang terjadi dalam rumah tangganya. Begitu juga dengan kasus
pelecehan pada anak, pada tahun 2016 terjadi 26 kasus dan pada Januari-Juli tahun 2017
terjadi sebanyak 11 kasus pelecehan seksual terhadap anak di daerah kabupaten Siak Sri
Indrapura saja.

27
Saran :

Menurut saran kami sebaiknya masyarakat Melayu lebih terbuka untuk melaporkan
kekerasan atau kejadian lain yang terjadi dalam rumah tangga, apabila kekerasan itu sudah
melampaui batas. Sehingga masalah yang ada bisa cepat teratasi dan kasus-kasus KDRT dan
pelecehan seksual terhadap anak tidak terulang/terjadi kembali atau setidaknya berkurang
karena pelaku perbuatan tersebut mendapat hukuman yang pantas/membuat jera dan menjadi
pelajaran bagi orang lain untuk tidak melakukan perbuatan tersebut kepada keluarganya.

28
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Suku Melayu merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia yang sebagian besar
penduduknya menganut agama Islam, sistem kemasyarakatannya yaitu kerukunan yang
merupakan ciri khas dari masyarakat kampung-kampung tersebut. Memiliki sistem
pengetahuan tentang alam sekitar dan tentang kelakuan terhadap sesama manusia, bahasa
yang digunakan adalah bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Memiliki kesenian yang khas
seperti daerah atau suku lainnya, salah satunya yaitu teater mak yong, mata pencahariannya
mayoritas penduduknya menjalankan aktivitas pertanian dan menangkap ikan. Memiliki
budaya hukum tersendiri salah satunya yaitu budaya menutup aib.

29
DAFTAR PUSTAKA
 Hidayah, Zulyani. 2015. Ensiklopedi suku bangsa di Indonesia.Jakarta : Yayasan Pustaka
Obor Indonesia.
 Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah. 1978. Adat Istiadat Daerah Riau.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
 Pujileksono, Sugeng. 2016. Pengantar Antropologi. Malang : Intrans Publising.
 Suwardi (dkk). 2006. Pemetaan Adat Masyarakat Melayu Riau Kabupaten/Kota
Seprovinsi Riau. Pekanbaru : Unri Press.
 Suwarto (dkk). 2006. Mengangkat Keberadaan Hak-hak Tradisional Masyarakat Adat
Rumpun Melayu Se-Sumatera. Pekanbaru : Unri Press.
 Elmustian Rahman dkk. 2012. Riau Tanah Air Kebudayaan Melayu.Muhibah Seni Budaya
Melayu Riau.
 Melayu Sejati.Departemen Pendidikan Nasional.November 2009
 Ndakia.blogspot.com ( Minggu, 12 Mei 2019 10:00 WIB)
 https://id.wikipedia.org ( Minggu, 12 Mei 2019 10.00 WIB)
 https://www.silontong.com (Minggu, 12 Mei 2019 10.00 WIB)
 www.bekdeinfo.com (Minggu,12 Mei 2019 10:00 WIB)
 Walpaperhd99.blogspot.com (Minggu, 12 Mei 2019 10:00 WIB)

30

Anda mungkin juga menyukai