Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


“Negara dan Konstitusi”
Dosen: Dudung Hidayat, S.H., M.H.

Kelompok 2
Alfein Maghribi AS
Nabilla Lintang P
Muhamad Roni
Devi Indah P

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI


FAKULTAS HUKUM
2018
1.1 Latar Belakang
Saat ini sebagian masyarakat Indonesia yang mengabaikan arti dari pancasila
sebagai dasar negara dan UUD 1945 sebagai konstitusi. Bahkan tidak hanya mengabaikan,
tetapi banyak juga yang tidak mengetahui makna dari negara dan konstitusi tersebut. Terlebih
di era-globalisai ini masyarakat dituntut untuk dapat memilah-milah pengaruh positif dan
negatif. Dengan adanya pendidikan tentang dasar negara dan konstitusi diharapkan
masyarakat Indonesia mampu mempelajari, memahami serta melaksanakan segala kegiatan
kenegaraan berlandaskan pada dasar negara dan konstitusi, namun dengan tidak
menghilangkan jati dirinya.
Dasar Negara menjadi sumber bagi pembentukan kostitusi. Dasar Negara menempati
kedudukan sebagai norma hukum yang tertinggi disuatu Negara. Sebagai norma tertinggi
, dasar negara menjadi sumber pembentukan bagi norma-norma hukum yang ada
dibawahnya. Konstitusi adalah salah satu norma hukum dibawah dasar negara. Konstitusi
dalam arti luas adalah hukum tata negara, yaitu keseluruhan aturan dan ketentuan (hukum)
yang menggambarkan sistem ketatanegaraan suatu negara, dan dalam arti sempit sendiri
konstitusi adalah Udang-Undang Dasar, yaitu satu atau beberapa dokumen yang memuat
aturan-aturan yang bersifat pokok. Dengan demikian, konstitusi bersumber dari dasar
negara, norma hukum dibawag dasar negara isinya tidak boleh bertentangan dengan norma
dasar. Isi norma tersebut bertujuan mencapai cita-cita yang terkandung dalam dasar
negara. Dasar Negara merupakan cita hukum dari Negara. Dan terdapat hubungan yang
sangat terkait antara keduanya yang perlu kita ketahui.

1.2 Permasalahan
1. Bagaimana keberadaan Pancasila dan Konstutusi di Indonesia?
2. Bagaimanakah hubungan antara Negara dan Konstitusi?
3. Apa contoh kasus-kasus dalam Konstitusi di Indonesia?

1.3 Pembahasan
1. Pancasila dan Konstitusi di Indonesia
Seperti yang kita ketahui dalam kehidupan bangsa indonesia, pancasila merupakan
filosofische grondslag dan common platforms atau kalimatun sawa. Pada masa lalu timbul
suatu permasalahan yang mengakibatkan Pancasila sebagai alat yang digunakan untuk
mengesahkan suatu kekuasaan dan mengakibatkan Pancasila cenderung menjadi ideologi
tertutup. Hal ini dikarenakan adanya anggapan bahawa pancasila berada diatas dan diluar
konstitusi. Pancasila disebut sebagai konstitusi norma fundamental negara (Staats
Fundamental Norm) dan menggunakan teori Hans Kelsen dan Hans Nawaiasky.
Teori Hans Kelsen yang mendapat banyak perhatian adalah hierarki norma hukum
dan rantai validitas yang membentuk piramida hukum (stufentheorie). Salah seorang tokoh
yang mengembangkan teori tersebut adalah murid Hans Kelsen, yaitu Hans Nawiasky. Teori
Nawiaky disebut dengan theorie von stufenufbau der rechtsordnung. Susunan norma menurut
teori tersebut adalah
a. Norma fundamental negara (Staats Fundamental Norm)
b. Aturan dasar negara (staatsgrundgesetz)
c. Undang-undang formal (formell gesetz)
d. Peraturan pelaksanaan dan peraturan otonom (verordnung en autonome satzung).
Staatsfundamentalnorm adalah norma yang merupakan dasar bagi pembentukan
konstitusi atau Undang-Undang Dasar (staatsverfassung) dari suatu negara. Posisi hukum dari
suatu Staatsfundamentalnorm adalah sebagai syarat bagi berlakunya suatu konstitusi.
Staatsfundamentalnorm ada terlebih dahulu dari konstitusi suatu negara. Berdasarkan teori
Nawiaky tersebut, A. Hamid S. Attamimi membandingkannya dengan teori Kelsen dan
menerapkannya pada struktur tata hukum di Indonesia. Attamimi menunjukkan struktur
hierarki tata hukum Indonesia dengan menggunakan teori Nawiasky. Berdasarkan teori
tersebut, struktur tata hukum Indonesia adalah
a. Staatsfundamentalnorm: Pancasila (Pembukaan UUD 1945).
b. Staatsgrundgesetz: Batang Tubuh UUD 1945, Tap MPR, dan Konvensi
Ketatanegaraan.
c. Formell gesetz: Undang-Undang.
d. Verordnung en Autonome Satzung: Secara hierarkis mulai dari Peraturan
Pemerintah hingga Keputusan Bupati atau Walikota.
Penempatan pancasila sebagai suatu Staatsfundamentalnorm di kemukakan pertama
kali oleh Notonagoro. Posisi ini mengharuskan pembentukan hukum positif adalah untuk
mencapai ide-ide dalam Pancasila, serta dapat digunakan untuk menguji hukum positif.
Dengan ditetapkannya Pancasila sebagai Staatsfundamentalnorm maka pembentukan hukum,
penerapan, dan pelaksanaanya tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai Pancasila. Dengan
menempatkan pancasila sebagi Staatsfundamentalnorm, maka kedudukan pancasila berada di
atas undang-undang dasar. Pancasila tidak termasuk dalam pengertian konstitusi, karena
berada di atas konstitusi.
Yang menjadi pertanyaan mendasar sekarang adalah, apakah pancasila merupakan
staatsfundamentalnorm atau merupakan bagian dari konstitusi?
Dalam pidatonya, Soekarno menyebutkan dasar negara sebagai Philosofische grondslag
sebagai fondamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya yang diatasnya akan didirikan
bangunan negara Indonesia. Soekarno juga menyebutnya dengan istilah Weltanschauung atau
pandangan hidup. Pancasila adalah lima dasar atau lima asas.
Jika masalah dasar negara disebutkan oleh Soekarno sebagai Philosofische grondslag ataupun
Weltanschauung, maka hasil dari persidangan-persidangan tersebut, yaitu Piagam Jakarta
yang selanjutnya menjadi dan disebut dengan Pembukaan UUD 1945, yang merupakan
Philosofische grondslag dan Weltanschauung bangsa Indonesia. Seluruh nilai-nilai dan
prinsip-prinsip dalam Pembukaan UUD 1945 adalah dasar negara Indonesia, termasuk di
dalamnya Pancasila.

2. Hubungan Negara dengan Konstitusi


Berhubungan sangat erat, konstitusi lahir merupakan usaha untuk melaksanakan
dasar negara. Dasar negara memuat norma-norma ideal, yang penjabarannya dirumuskan
dalam pasal-pasal oleh UUD (Konstitusi) Merupakan satu kesatuan utuh, dimana dalam
Pembukaan UUD 45 tercantum dasar negara Pancasila, melaksanakan konstitusi pada
dasarnya juga melaksanakan dasar negara.

3. Contoh Kasus-kasus dalam Konstitusi di Indonesia


a) Kasus Mesuji, di Provinsi Lampung, menyentak nurani. Rakyat, yang sehari-hari
bekerja sebagai petani atau petani penggarap, harus menghadapi kekerasan senjata
hanya karena mereka hendak mempertahankan lahan garapannya.
Politikus PDI Perjuangan Aria Bima mengatakan, aparat negara, sebagai satu-
satunya lembaga yang sah memonopoli penggunaan kekerasan dalam alam
demokrasi, diduga kuat ikut terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia tersebut.
Fakta yang muncul dari kasus Mesuji, yang diduga mengakibatkan jatuhnya sekitar
30 korban tewas dari kalangan petani setempat, membuka mata kita bahwa
pemerintah telah mengabaikan perlindungan kepada kaum tani. Padahal, lanjut
legislator dari Dapil Jateng itu, merujuk Pembukaan UUD 1945, salah satu tujuan
dibentuknya pemerintahan negara Indonesia ialah untuk memberikan perlindungan
kepada segenap tumpah darah dan warga negara Indonesia. “Absennya
perlindungan pemerintah dalam kasus Mesuji ini bisa dianggap sebagai pelanggaran
terhadap konstitusi oleh pemerintah,”ujarnya.
Kekerasan tersebut, menurut Aria Bima, lazimnya terkait dengan konflik
perebutan lahan antara petani dan pengusaha atau instansi pemerintah. Petani,
apalagi petani penggarap, sebenarnya tidak bermaksud memiliki lahan/tanah yang
ada, tetapi hanya ingin mengolah tanah untuk menyambung hidup. Maka, lanjutnya,
di sini demokrasi politik harus diimbangi implementasi demokrasi ekonomi, yang
menjunjung tinggi hak-hak ekonomi tiap warga negara untuk mencari penghidupan
yang layak di wilayah NKRI. Pemerintah dalam hal ini harus melindungi hak-hak
ekonomi petani, yang merupakan profesi mayoritas warga miskin negeri ini.

b) Pemerintah Indonesia telah melakukan pelanggaran konstitusi. Pelanggarannya


berbentuk kebijakan atau tindakan dari pejabat atau lembaga eksekutif yang
dipimpin presiden dan para menterinya serta lembaga setingkat menteri. Pusat Studi
Konstitusi (PUSaKO) Fakultas Hukum Universitas Andalas merilis dalam
Barometer Mala-Konstitusi 2015, sepanjang tahun 2015, ada 214 penyimpangan
yang dilakukan lembaga eksekutif. Pelanggaran tertinggi terjadi pada Januari 2015,
yaitu sebanyak 40 kasus.
Peneliti PUSaKO, Feri Amsari, mengatakan pelanggaran terbanyak dilakukan
pemerintah terhadap Pasal 28H UUD 1945. Jumlah pelanggaran sebanyak 64
kasus, terutama Pasal 28H ayat 1 yang berbunyi setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, mendapatkan lingkungan hidup yang
baik dan sehat, serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
Misalnya, kata Feri, kasus asap akibat kebakaran hutan dan lahan. Seharusnya
negara bertanggung jawab memberikan suasana kehidupan yang layak bagi
masyarakat. "Ini pelanggaran konstitusi yang paling berat. Apalagi ada korban,"
ujar Feri saat merilis Barometer Mala-Konstitusi 2015 di Rumah Ikhas, Kota
Padang, Sumatera Barat, Minggu, 31 Januari 2016. Menurut Feri, pemerintah gagal
memberikan perlindungan kepada masyarakat saat bencana asap terjadi. Sebab,
pemerintah tak mampu mengatasi kabut asap yang terjadi hampir setiap tahun.
Peneliti PUSaKO lainnya, Beni Kurnia Ilahi, mengatakan pelanggaran konstitusi
juga dilakukan legislatif, yaitu DPD dan DPR. Sepanjang tahun 2015 ada 40 kasus
pelanggaran yang dilakukan. Menurut Beni, pelanggaran konstitusi itu berdampak
terhadap pelbagai bidang kehidupan, terutama bidang hukum sebesar 31 persen dan
bidang politik 28 persen.
Salah satu pelanggaran konstitusi di dalam bidang hukum dan politik adalah
sikap DPD dalam menanggapi kisruh KPK dan Polri. Mereka memihak kepada
salah satu lembaga tertentu. "DPR juga kerap memanfaatkan kewenangannya demi
melaksanakan kepentingan partai. Hal itu tergambar dari sikap DPR yang
menggunakan hak angketnya terkait dengan kisruh partai politik tertentu dengan
mengadali kebijakan Kementerian Hukum dan HAM," ujarnya. Kata Beni, pasal
yang sering dilanggar legislatif adalah Pasal 28D. Ada sebanyak 11 kasus yang
berkaitan dengan kepastian hukum. Kemudian, ada 10 kasus pelanggaran terhadap
Pasal 20A yang berkaitan dengan pelanggaran tiga fungsi lembaga legislatif.
Pelanggaran konstitusi juga dilakukan lembaga yudikatif. Ada delapan kasus
pelanggaran yang dilakukan yudikatif. Menurut peneliti PUSaKO M Nurul Fajri,
ada tiga faktor kecilnya pelanggaran yang dilakukannya yudikatif. Pertama,
lembaga yudikatif seperti Mahkamah Konstitusi tidak banyak melakukan
kewenangannya sepanjang 2015. Kedua, yudikatif dilindungi dengan pasal-pasal
penghinaan peradilan. Ketiga, penyimpangan lembaga yudikatif dalam putusannya
hanya dirasakan masyarakat pencari keadilan yang mendaftarkan perkaranya
melalui proses persidangan. Sehingga, hanya orang-orang tertentu yang dapat
merasakan terjadinya pelanggaran konstitusi. "Tapi meskipun kecil, dampak dari
pelanggarannya sangat luas," ujarnya.
Salah satu kasusnya, kata Nurul, upaya Mahkamah Agung untuk
menghapuskan peran Komisi Yudisial yang memiliki kewenangan mengawasi
hakim, terutama di bidang etika dan moralitas hakim.
MA juga melakukan manuver dengan menyatakan peninjauan kembali (PK)
perkara hanya dapat dilakukan sekali. Padahal, putusan MK sebagai penafsir
tunggal konstitusi menyatakan PK dapat dilakukan berkali-kali sepanjang ada alat
bukti baru. "Tindakan MA itu telah menyebabkan lembaga peradilan bertindak
menyimpang dari UUD 1945," ujarnya. Menurut Nurul, pelanggaran konstitusi
yang dilakukan lembaga yudikatif menyentuh bidang perlindungan HAM. Ada
enam kasus pelanggaran terhadap Pasal 28C dan Pasal 28D. Kata Nurul,
seharusnya lembaga yudikatif mengedepankan kepekaannya terhadap HAM.
Sebab, para pencari keadilan mengajukan perkaranya ke MA dan MK agar
memperoleh jaminan HAM. Mereka ingin mendapatkan perlindungan melalui
putusan lembaga yudikatif.
Koordinator tim peneliti Barometer Mala-Konstitusi Charles Simabura
mengatakan penelitian ini menggunakan metodologi penelitian campuran dalam
riset-riset ilmu sosial, yaitu menggabungkan metodologi kuantitatif dan kualitatif.
Penelitian ini juga menggunakan metodologi campuran dalam metodologi ilmu
hukum, yang menyatukan metodologi penelitian yuridis normatif dan yuridis
sosiologis.

Anda mungkin juga menyukai