IDENTITAS BUKU
BUKU 1:
Judul Buku : Pancasila & UUD NRI 1945
Tentang Pengarang
Pengarang buku ini adalah Dr. Winarno, S Pd., M. Si yang lahir di Wonogiri, 13
Agustus 1971. Menyelesaikan jenjang S1 prodi PPKn FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS)
Surakarta tahun 1995, S2 bidang Ketahanan Nasional UGM tahun 2002, dan jenjang S3
bidang Pendidikan Kewarganegaraan, Sekolah Pasca Sarjana, UPI Bandung tahun 2011.
Penulis mendarmabaktikan diri untuk menjadi pengajar pembelajar, penulis, dan peneliti
yang baik. Ia pernah menjadi guru SMA dan selanjutnya diterima sebagai dosen di FKIP
UNS Surakarta sejak tahun 1997. Mengajar Pembelajaran PKn; Pendidikan Politik;
Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan Pancasila pada mata kuliah umum. Pernah
mengikuti pelatihan nasional Pendidikan Kewarganegaraan (2003) dan pelatihan nasional
Pendidikan Pancasila (2004) dan pelatihan Civic Education (2012). Meulis beberapa buku
teks maupun buku refrensi untuk jenjang pendidikan dasar dan tinggi, diantaranya buku teks
PKn untuk jenjang SMA (2002,2003,2004,2007, 2011, 2013), Paradigma Baru PKn di
Perguruan Tingi (2006, 2007, 2013) dll.
Rima Vien Permata Hartanto S.H.,, M.H adalah penulis kedua dari buku ini yang lahir pada
tahun 1976 di Surakarta, Jawa Tengah. Lulus dari S-1 Fakultas Hukum UNS pada tahun 1999
dengan predikat cumlaude. Sejak tahun 2000 diangkat sebagai dosen tetap prodi PPKn FKIP
UNS. Pada tahun 2007 ia menyelesaikan S-2 Fakultas Hukum UNS dengan konsentrasi
Kebijakan Publik. Saat ini sedang menyelesaikan studi S-3 pada Pendidikan Doktor Ilmu
Hukum Fakultas Hukum UNS dan menjabat sebagai ketua laboratorium prodi PPKn FKIP
UNS. Menjadi peergroup aktif di Pusat Penelitian dan Pengembangan Konstitusi dan Hak
Asasi Manusia (P3KHAM) UNS Surakarta.
Wawan Kokotiasa S.IP., M. Si adalah penulis ketiga dari buku ini, yang merupakan alumnus
Ilmu Politik FISIP Universitas Airlangga Surabaya. Jenjang S2 diselesaikan di universitas
yang sama dengan mengambil konsentrasi Ilmu – ilmu sosial pada program pascasarjana
UNAIR. Pernah mengajar sebagai dosen tamu (luar biasa)di Akademi Militer TNI Angkatan
Laut Bumi Moro Surabaya dan staf pengajar Universitas Al Falah Surabaya. Di perguruan
tinggi swasta terunggul koperitis VII Jawa Timur ini dia mengajar mata kuliah Ilmu Politik,
Pendidikan Politik, Sistem Politik Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan dan mata kuliah
lain yang bersinggungan dengan kebijakan publik dan birokrasi.
TENTANG BUKU
Buku Pancasila dan UUD RI 1945 ini adalah jilid pertama dari seri buku pendidikan
politik. Dengan penjelasan yang kaya dan detail tentang seluk beluk Pancasila dan UUD Ri
1945. Maka buku baik dijadikan pengantar guna memahami permasalahan kewarganegaraan
dan juga baik untuk digunakan sebagai bahan ajar. Buku ini dimaksudkan untuk membantu
memfailitasi para agen pendidikan politik mendapatkan materi – materi yang dimaksud.
Artinya, materi yang dikembangkan tetap berdasarkan sebaran materi yang terdapat dalam
lampiran Permendagri No. 36 tahun 2010. Materi – materi yang ada disusun secara ringkas,
dapat dikembangkan sesuai dengan kekhususan yang ada, misal isu aktual dan peserta
kegiatan.
Buku Panasila dan UUD 1945 berisi materi demokrasi, hak asasi manusia, sistem
pemerintahan, pertahanan dan keamanan, budaya dan etika politik.
BAB IV : UNDANG – UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK
INDONESIATAHUN 1945 SEBAGAI KONSTITUSI INDONESIA
Dalam buku ini penulis menjelaskan: sebagai negara hukum, Indonesia memiliki
kosntitusi yang dikenal dengan UUD NRI Tahun 1945. UUD 1945 sebagai konstitusi
Indonesia, kekuatan mengikatnya memenuhi kriteria geldingteorie (teori keberlakuan
hukum), yakni landasan filosofis ialah Pancasila sebagai dasar falsafah negara; landasan
yuridis ialah Proklamasi 17 Agustus 1945 sebagai “narasumber hukum” sesuai pandangan
bahwa revolusi yang berhasil dengan sendirinya mencipta dan mleahirkan “tata hukum baru”;
dan landasan sosiologis ialah bahwa UUD 1945 diterima dan ditaati oleh rakyat Indonesia.
Kata konstitusi secara literal berasal dari bahasa Prancis contituir, yang berarti
membentuk. Dalam konteks ketatanegaraan, kontitusi yang dimaksud sebagai
pembentukan suatu negara atau menyusun dan menyatakan sebuah negara. Konstitusi
juga dapat berarti dasar (awal) mengenai pembentukan suatu negara (Projodikoro, 1989).
Pada buku ini dijelaskan Konsitusi meliputi konsitusi tertulis dan tidak tertulis.
Adapun batasan – batasannya dapat dirumuskan ke dalam pengertian sebagai berikut:
Ditarik kesimpulan oleh penulis secara sederhana bahwa konsitusi adalah hukum
dasar yang dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan suatu negara.
Jimly Asshiddiqie telah merumuskan adanya tigas belas ide – ide pokok konsepsi
negara hukum dan penerapannya dalam situasi Indonesia. Ketiga belas prinsip pokok
negara hukum (rechsstaat) tersebut merupakan pilar – pilar utama yang menyangga
berdiri tegaknya suatu negara modern sehingga dapat disebut sebagai negara hukum
(the rule of law ataupun rechsstaat) dalam arti yang sebenarnya. Ketiga belas prinsip
tersebut ialah sebagai berikut.
Prinsip ini berarti ada pengakuan normatif dan empiris akan prinsip supremasi
hukum, yaitu bahwa semua masalah diselesaikan dengan hukum sebagai pedoman
tertinggi. Dalam perspeksi ssupremasi hukum, pada hakikatnya pemimpin
tertingginegara sesunggguhnya bukanlah manusia, tetapi melainkan konstitusi
yang mencerminkan hukum tertinggi. Pengakuan normatif mengenai supremasi
hukum adalah pengakuan yang tercermin dalam perumusan hukum dan/atau
konsitusi, sedangkan pengakuan empiris adalah pengakuan yang tercermin dalam
perilaku sebagian terbesar masyarakatnya bahwa hukum itu meman “supreme”.
Prinsip ini artinya ada persamaan kedudukan setiap orang dalam hukum dan
pemerintahan, yang diakui secara normatif dan dilaksanakan secara empiris.
d. Pembatasn kekuasaan
Adanya pembatas kekuasaan negara dan organ – organ negara dengan cara
menerpkan prinsip pembagian kekuasaan secara vertikal atau pemisah kekuasaan
secara horizontal. Sesuai dengan hukum esi kekuasaan, setiap kekuasaan pasti
memiliki kecenderungan untuk berkembang menjadi sewenang – wenang.
Dalam rangka membatasi kekuasaan itu pada zaman sekarang berkembang pula
adanya pengaturan kelembagaan pemerintah yang bersifat independent, seperti
bank sental, organisasi tentara dan organisasi kepolisian. Selain itu, ada pula
lembaga – lembaga baru seperti Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS
HAM), Komisi Pemilihan Umum (KPU), dll.
Prinsip ini berarti adanya peradilan yang bebas dan tidak memihak (independent
and impartial judiciary). Peradilan bebas dan tidak memihak ini mutlak harus ada
dalam setiap negara hukum. Dalam menjalankan tugas judisialnya, hakim tidak
boleh dipengaruhi oleh siapapun juga, baik karena kepentingan jabatan (politik)
mauun kepentingan uang (ekonomi).
Disetiap negara hukum, kesempatan bagi tiap – tiap warga negara untuk mengguat
keputusan penjabat administrasi negara dan dijalankannya putusan hakim tata
usaha negara (administrative court) oleh pejabat administrasi negara harus
terbuka. Pengadilan tata usaha negara ini penting disebut dizalimi leh keputusan –
keputusan para pejabat administrasi negara sebagai pihak erkuasa. Jika hal itu
terjadi, harus ada penadilan dan harus ada jaminan bahwa keputusan hakim tata
usaha negara itu benar – benar dijalankan oleh pra pejabat tata negara yang
bersangkutan.
Prinsip ini berarti diannut dan dipraktikkannya prinsip demo krasi atau kedaulatan
rakyat yeng menjamin peran serta masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan kengeraaan sehingga setiap peraturan perundang – undangan yang
ditetapka dan ditegakkan mencerminka nilai – nilai keadilan yang hidup di tengah
masyarakat.
Adanya transparansi dan kontrol sosial yang terbuka terhdap setiap proses
pembuatan dan penegekkan hukum ehingga kelemahan dan kekurangan yang
terdapat dalam mekanisme kelembaaan resmi dapat dilengkapi secara
komplementer oleh peran serta masyarakat secara langsung dalam rangka
menjamin keadilan dan kebenaran.
Khusus cita negara hukum Indonesia berdasarkan Pancasila, ide kenegaraan kita
tidak dapat dilepaskan dari nilai Ketuhanan Yang Maha Esa yang merupakan sila
pertama dan utama Pancasila.
Buku ini menjelaskan undang – undang dasar atau konstitusi Negara Republik
Inonesia disahkan dan ditetapkan oleh PPKI pada Sabtu, 18 Agustus 194, satu hari setelah
Proklamasi. Pembahasan undang – undang dasar dilakukan dalam sidang BPUPKI,
sidang pertama pada 29 Mei – 1 Juni 1945, kemudian sidaang kedua pada 10-13 juli
1945. Pada sidang pertama dibahas dasar negara, sedangkan pembaasan rancangan
undang – undang dasar dilakukan pada sidang kedua. Pada sidang kedua itu, dibentuklah
Panitia Hukum Dasar yang bertugas membuat rancangan undang – undang dasar. Panitia
beranggotakan sembilan belas orang yang diketahui oleh Ir. Soekarno.
Pelaksanaan UUD NRI 1945 saat itu belum optimal setelah disahkannya pada 18
Agustus 1945, karena saat it terjadi pada masa revolussi fisik untuk mempertahankan
negara dari rongrongan penjajah yang tidak mau mengakui kemerdekaan Indonesia.
Dalam situasi tersebut, Indonesia sebagai bangsa yang baru merdeka dan masih belajar
mempraktikkan penyelenggaraan ketatanegaraan sangat beralasan apabila sempat terjadi
ketidaksesuaian antara yang diatur dalam konstitusi. Oleh karena itu, pada waktu itu,
yang diharapkan sistem pemerintahan parlementer, sedangkan yang diatur dalam UUD
1945 ialah sistem presidensiil.
Secara umum, konstitusi berperan penting sebagai hukum dasar sebuah negara.
Konsitusi merupakan referensi terpentng bagi kehidupan dan mekanisme ketatanegaraan.
Kehadiran konstitusi dengan demikian merupakan conditio sine qua non (syarat mutlak)
bagi sebuah negara. Konstitusi tidak saja memberikan gambaran dan pejelasan tentang
mekanisme lembaga – lembaga negara. Lebh dari itu, di dalamnya ditemukan letak
relasional dan kedudukan hak dan kewajiban warga negara. Konstitusi juga merupakan
social contract yang diperintah (rakyat) dan yang memerintah (penguasa, pemerintah).
Hal tersebutt belaku bagi kita, bangsa Indonesia. UUD 19455 sebagai konstitusi
Indonesia diyakini sebagai konstitusi normatif yang menjiwai dan mendasari gerak dan
arah pembangunan nasonal. UUD 1945 merupakan konsep dasar sistem pengelolaan
kehidupan nasional (Lubis, 1989:1-42).
Di buku ini terdapat beberapa fungsi dan peran UUD 1945 yang dimuat, yaitu:
Fungsi dan peran UUD 1945 secara konsepsional tercermin dalam berfungsinya
Pancasila sebagai landasan filosofi bangsa, berfungsinya sistem presidensiil secara
konstitusional sebagai landasan struktural yang tertuang dalam UUD, dan berfungsinya
tujuan nasional yang terimplementasi dalam kebijakan politik bangsa.
Fungsi dan peran UUD 1945 secara operasional artina apa yang teah tercermindi dlam
peranan UUD 1945 secara konsepsional benar – benar dapat terrealisasi secara nyata
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bukan hanya itu saja, tetapi juga mampu
dilestarikan serta ditingkatkan usaha – usaha pelestariannya. Semua ini harus
dilaksanakan oleh superstruktur dan infrastruktur negara serta segenap masyarakat.
Menurut isi buku ini ada lima dasar pemikiran yang melatarbelakangi dilakukannya
amandemen atau perubahan terhadap Undang – Undang Dasar Republik Indonesia tahun
1945 yaitu sebagai berikut.
Ditinjau dari segi sistematika, Undang Undang Dasar tahun 29145 sebelum perubahan
terdiri atas tiga bagian (termasuk penamaannya), yaitu:
1. Pembukaan (preambule)
2. Batang tubuh;
3. Penjelasan.
1. Pembukaan;
2. Pasal – pasal (sebagai ganti istilah batang tubuh).