Anda di halaman 1dari 60

MENANAMKAN

KESADARAN
KONSTITUSIONAL DALAM
BERBANGSA DAN
BERNEGARA
Kelompok 3

Dosen Pengampu: Ir. Revo Lanny Inkiriwang, MT


ANGGOTA

Ivana Matta Sonya Aula Felycia dongalemba


210211050062 210211050067 210211050072

Febriana Anapu Pratiwi kumendong


210211050060 210211050065
PENGERTIAN
KONSTITUSI
• Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konstitusi
adalah segala ketentuan dan aturan tentang ketatanegaraan
(undang-undang dasar dan sebagainya).
• Menurut Guru Besar Ilmu Perundang-undangan dari Universitas
Andalas yakni Profesor Yuliandri, kata konstitusi merupakan
kata yang berasal dari bahasa Perancis, yakni constituer, yang
memiliki makna membentuk. Kata constituer sendiri memiliki
maksud sebagai pembentukan suatu negara. Oleh karena itu,
konstitusi memiliki kedudukan sebagai sebuah wujud hukum
tertinggi. Konstitusi sendiri dapat terbentuk dari hasil pemikiran
para pendiri negara.
• Berdasarkan pengertian diatas, Kelompok kami menyimpulkan:
Konstitusi adalah hukum dasar yang dapat dijadikan sebuah
pedoman dalam menjalankan pelaksanaan pemerintahan negara.

01
KONSEP DASAR
KONSTITUSI
Konsep Dasar Konstitusi Frase ―konstitusi‖ berasal dari bahasa Perancis
“constituer”, yaitu suatu ungkapan yang berarti ―membentuk‖. Oleh karena
itu, pemakain kata konstitusi lebih dikenal sebagai pembentukan, penyusunan
atau menyatakan suatu negara. Konstitusi atau constitution atau verfassung
berbeda dengan Undang-Undang Dasar atau Grundgesetz . Analisis teori
konstitusi dapat ditinjau dari sisi hukum (yuridis) dan tertulis atau grundgesetz
atau grondswet.Konstitusi apabila ditinjau dari sisi hukum (yuridis) disebut:
constitutional recht, karena yang dikedepankan adalah kekuasaan yang ada
dalam masyarakat, sedangkan Grondswet menunjukkan arti konstitusi dalam
arti tertulis saja atau Undang Undang Dasar. Selanjutnya terkait dengan
makna dan pengertian konstitusi ini Herman Heller mengatakan, bahwa:
―Konstitusi mencerminkan kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai
suatu kenyataan dan belum konstitusi dalam arti hukum; kemudian
kehidupan politik dalam masyarakat itu melalui abstraksi dari unsur-unsur
hukumnya, barulah menjadi kesatuan kaidah hukum, yang kemudian kaidah
hukum tersebut ditulis dalam suatu naskah yang disebut UndangUndang

02
Dasar.
KONSEP DASAR
KONSTITUSI
Kata ‗teori‘ mempunyai makna bahwa untuk memberikan suatu
pertanggungjawaban secara ilmiah harus berdasarkan pada suatu teori. Oleh
karena itu, berbicara tentang teori konstitusi bukanlah suatu yang serta
merta dapat dipraktikkan dan bukan membicarakan nilai-nilai praktis,
melainkan mengenai nilai-nilai teoritis (theoritische waarde). Teori konstitusi
merupakan ilmu pengetahuan yang masih muda, karena ―untuk pertama
kali diteliti di suatu universitas di Perancis, yang memang selalu mengalami
permasalahan mengenai konstitusi,
sehingga Perancis disebut sebagai „laboratory of constitutional making‟
segala macam konstitusi dipelajari, sehingga sudah selayaknya teori
monstitusi dipelajari secara tersendiri. Konstitusi Perancis tahun 1946 adalah
suatu kodifikasi yang lengkap, karena merupakan hasil filsafat, hasil kesenian
dan hasil ilmu pengetahuan; Dikatakan hasil filsafat, karena batang tubuh
konstitusi tersebut merupakan pengkhususan dari beberapa sendi untuk
merumuskan peraturan yang lengkap; dikatakan sebagai hasil kesenian,
karena kata-kata yang dipergunakan adalah sangat sederhana; dan

03
dikatakan sebagai hasil ilmu penegtahuan, karena di dalamnya tidak
terdapat pertentangan
KONSEP DASAR
KONSTITUSI
Sebagaimana ajaran Plato, manusia senantiasa dipengaruhi oleh ide-ide dari
dunia cita, dan ide-ide ini menjadi kenyataan dalam masyarakat yang kemudian
menjelma kembali dari ide-ide tersebut. Negara adalah suatu kenyataan yang di
dalamnya mengandung suatu cita-cita, yang kemudian menjadi suatu bangunan
moral yang merupakan penjelmaan dari cita-cita serta mengandung unsur-unsur
normatif. Menurut Hauriou, mengenai ‗hukum‘ adalah realistis, sebab yang
terpenting dalam masyarakat bukanlah norma-norma hukumnya, melainkan
lembaga-lembaganya (instellingen), baik lembaga hukum (rechtsinstellingen),
maupun lembaga negara (staatsinstellingen), seperti halnya ‗negara‘ sebagai
suatu lembaga (institution), demikian pula ‗konstitusi; ajaran Hauriou ini disebut:
„institutionalisme‟ Apabila konstitusi sebagai suatu „institution ‟, maka konstitusi
adalah hukum yang hidup dalam masyarakat. Karena tujuan konstitusi adalah
untuk menjaga keseimbangan antara: a) ketertiban (de orde) - ketertiban
masyarakat; b) kekuasaan (het gezag) - yang mempertahankan orde tersebut; c)
kebebasan (vrijheid) - kebebasan pribadi dan kebebasan manusia. Ferdinand
Lassale - membagi konstitusi dalam dua pengertian yaitu: pengertian sosiologis
yang menggambarkan hubungan antara kekuasaan-kekuasaan dalam suatu
negara; dan pengertian yuridis yang memaknai konstitusi sebagai suatu naskah

04
yang memuat semua bangunan negara dan sendi-sendi pemerintahan.
KONSEP DASAR
KONSTITUSI
Carl Schmitt membagi konstitusi dalam empat pengertian pokok, yaitu:
a) konstitusi dalam arti absolut;
b) konstitusi dalam arti reltif;
c) konstitusi dalam arti positif; dan
d) konstitusi dalam arti ideal.
Konstitusi dalam arti absolut mengandung arti bahwa konstitusi itu memuat
tentang bentuk negara, dan semua hal pokok yang ada pada setiap negara pada
umumnya; sedangkan dalam arti relatif mengandung arti bahwa konstitusi selalu
dikaitkan dengan kepentingan suatu golongan tertentu dalam masyarakat, dalam
suatu negara tertentu saja, demikian juga hal tertulis karena ada suatu negara
yang memiliki konstitusi yang tidak tertulis, sedangkan konstitusi dalam arti
positif mengandung arti bahwa konstitusi dibentuk oleh suatu lembaga yang juga
memberlakukan konstitusi tersebut, dan konstitusi dalam arti ideal merupakan
suatu wadah untuk menampung cita-cita bangsa dan merupakan jaminan
perlindungan hak asasi bagi rakyatnya.

05
KONSEP DASAR
KONSTITUSI
Keanekaragaman dalam Memahami Pengertian Konstitusi Keanekaragaman
dalam memahami pengertian konstitusi, karena melalui berbagai pendekatan,
bukan saja dari kajian ilmu hukum tetapi juga dari kajian ilmu politik, sepertiC.F.
Strong dalam bukunya yang berjudul „Modern Political Constitutions, and
Introduction The Comparative Studi of Their History and Existing
Form‟ ,berpendapat: ― A Constitution may be said to be a collection of principles
according to which the powers of the government, the rights of the governed, and
the relations between the two are adjusted”. Menurut pemikiran penulis, dalam
pemikiran C.F. Strong ini ada tiga unsur yang ditemukan, yaitu, pertama, prinsip
tentang kekuasaan pemerintahan, kedua, prinsip tentang hak-hak warga negara,
dan ketiga, prinsip hubungan antara warga negara dengan pemerintah. Ketiga
prinsip ini saling berkaitan, karena kekuasaan pemerintahan terpusat pada satu
tangan atau dibagikan, dan kekuasaan ini juga mengatur tentang hak-hak yang
dimiliki tiap individu, dan pengaturan tentang hubungan antara pemerintah
dengan warga negaranya. Sehubungan dengan itu, maka konstitusi merupakan
gambaran keseluruhan dari sistem pemerintahan suatu negara, bentuk negara
yang digunakan, aturan-aturan yang mengatur pembagian kekuasaan antar
lembaga negaa, fungsi dan tugas dari masing-masing lembaga,

06
PRINSIP
KONSTITUSI
Salah satu prinsip dasar yang mendapatkan penegasan
dalam perubahan UUD 1945 adalah prinsip negara
hukum, sebagaimana tertuang dalam Pasal 1 Ayat (3)
UUD 1945 yang menyatakan bahwa “Negara Indonesia
adalah negara hukum”. Bahkan secara historis negara
hukum (Rechtsstaat) adalah negara yang diidealkan oleh
para pendiri bangsa sebagaimana dituangkan dalam
penjelasan umum UUD 1945 sebelum perubahan tentang
sistem pemerintahan negara yang menyatakan bahwa
Negara Indonesia berdasar atas hukum (rechtsstaat),
tidak berdasarkan kekuasaan belaka (Machtsstaat).

07
MATERI MUATAN POKOK
DALAM KONSTITUSI
Menurut Sri Sumantri dengan mengutup pernyataan Steenbeck menyatakan bahwa terdapat tiga materi muatan pokok dalam kosntitusi, yaitu :
a. Jaminan Hak Asasi Manusia
b. Susunan Ketatanegaraan yang bersifat mendasar
c. Pembagian dan Pembatasan Kekuasaan
Selanjutnya dalam paham konstitusionalisme demokrasi dijelaskan bahwa isi konstitusi meliputi :
a. Anatomi Kekuasaan (Kekuasaan Politik) tunduk pada hukum
b. Jaminan dan Perlindungan Hak-hak Asasi Manusi
c. Peradilan yang bebas dan mandiri
d. Pertanggung jawaban kepada rakyat (akuntabilitas Publik) sebagai sendi utama dari asas kedaulatan rakyat Keempat cakupan isi di atas
merupakan dasar utama bagi suatu pemerintahan yang konstitusional.
Namun demikian, indikator suatu negara atau pemerintahan yang demokratis tidaklah tergantung pada konstitusinya sekaipun konstitusinya telah
menetapkan aturan dan prinsip-prinsip di atas, jika tidak diimplementasikan dalam praktik penyelenggaraan tata pemerintahan, ia belum bisa
dikatakan sebagai negara konstitusional atau menganut paham konstitusi demokratis. Dasar yang paling tepat dan kokoh bagi sebuah negara
demokrasi adalah sebuah negara konstitusional yang bersandar kepada sebuah konstitusi yang kokoh pula. Konstitusi yang kokoh hanyalah
konstitusi yang jelas faham konstitusinya atau konstitusiomalismenya, yaitu yang mengatur secara rinci batasan-batasan kewenangan dan
kekuasaan lemabaga legislatif, eksekutif dan yudikatif secara seimbang dan saling mengawasi serta memberikan jaminan yang cukup luas dalam
arti pernghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak warga negara dan hak asasi manusia. Dengan kata lain. Konstitusionalisme adalah faham
mengenai pembatasan kekuasaan dan jaminan hak-hak rakyat melalui konstitusi.

08
TUJUAN DAN FUNGSI
KONSTITUSI
Tujuan Konstitusi:
• Membatasi tindakan sewenang-wenang pemerintah
• Menjamin Hak-hak rakyat
• Menetapkan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat.
Fungsi Konstitusi:
• Sebagai dokumen nasional dan alat untuk membentuk
sistem politik dan sistem hukum tata negara
• Sebagai sumber hukum tertinggi
• Mengatur kekuasaan lembaga negara
• Mengatur hubungan negara dengan warga negara serta
negara lain

09
NILAI-NILAI KONSTITUSI
• Nilai Normatif adalah suatu konstitusi yang resmi di terima
oleh suatu bangsa dan bagi mereka konstitusi itu tidak
hanya berlaku dalam arti hukum (legal), tetapi juga nyata
berlaku dalam masyarakat yang berlaku secara efektif dan
dilaksanakan secara murni dan konsekuen.
• Nilai Nominal adalah suatu konstitusi yang menurut hukum
tetaplah berlaku, tetapi tidak sempurna. ketidak
sempurnaan itu di sebabkan pasal-pasal tertentu tidak
berlaku / tidak seluruh pasal-pasal terdapat dalam UUD itu
berlaku bagi seluruh negara.
• Nilai Semantik adalah suatu konstitusi yang berlaku hanya
untuk kepentingan penguasa saja.

10
PERLUNYA PEMAHAMAN NILAI
DAN NORMA DASAR
Jika masyarakat telah memahami norma-norma dasar
dalam konstitusi dan menerapkannya dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, maka :
●pasti mengetahui dan dapat mempertahankan hak-hak konstitusionalnya yang dijamin dalam
UUD 1945.
●masyarakat dapat berpartisipasi secara penuh terhadap pelaksanaan UUD 1945 baik melalui
pelaksanaan hak dan kewajibannya sebagai warga negara, berpartisipasi dalam penyelenggaraan
negara dan pemerintahan, dan
●dapat pula melakukan kontrol terhadap penyelenggaraan negara dan jalannya pemerintahan.

11
SEJARAH LAHIR DAN PERKEMBANGAN
KONSTITUSI DI INDONESIA

• UUD 1945 (18 Agustus 1945-27 Desember 1949)


• Konstitusi Republik Indonesia Serikat (27 Desember 1949-17 Agustus 1950)
• UUD Sementara Republik Indonesia 1950 (17 Agustus 1950-5 Juli 1959)
• UUD 1945 (5 Juli 1959-19 Oktober 1999)
• UUD 1945 Amandemen I (19 Oktober 1999-18 Agustus 2000)
• UUD 1945 Amandemen I dan II (18 Agustus 2000-9 November 2001)
• UUD 1945 Amandemen I, II dan III (9 November 2001-10 Agustus 2002)
• UUD 1945 Amandemen I, II, III dan IV (10 Agustus 2002)

12
MEKANISME PEMBUATAN KONSTITUSI
Institusi Legislasi
• Merupakan lembaga yang bertugas untuk membuat konstitusi dan peraturan
perundang-undangan yang ada dibawahnya.
• Meliputi 2 institusi yakni badan Legislatif (DPR) dan badan eksekutif
(presiden)

Mekanisme Pembuatan UU dan PERPU


• Pemerintah mengajukan RUU melalui Menteri Sekretariat Negara kepada
Setjen DPR-RI
• Setjen DPR-RI mengirimkan RUU kepada pimpinan DPR-RI
• Pimpinan DPR-RI mengirimkan RUU tersebut kepada komisi terkait.
• Pimpinan komisi membentuk panitia khusus (pansus) untuk membahas RUU
usulan pemerintah atau usulan inisiatif DPR
• Panitia khusus mengadakan rapat dengar pendapat (hearing) dengan
berbagai elemen: unsur pemerintah, profesional, pengusaha, partai politik,
ormas, tokoh-tokoh masyarakat dan unsur lain yang terkait.
• DPR mengadakan sidang paripurna untuk mendengarkan pandangan umum
dari fraksi-fraksi selanjutnya, menetapkan RUU

13
• Konstitusi merupakan hasil pemikiran sekelompok orang yang mewakili suara
rakyat yang berdaulat. Maka, kemungkinan adanya ketidak sempurnaan konstitusi
sangatlah wajar, hal ini dapat disebabkan oleh minimal 2 hal:
• Susunan konstitusi merupakan hasil kompromi politik/ dipengaruhi kepentingan
"Market"
• Keterbatasan kemampuan para anggota komisi konstituante dan tidak peka dalam
menyerap aspirasi rakyat, serta keterbatasan waktu

• Karena tuntutan zaman dan kepentingan masyarakat, dilakukanlah peninjauan ulang


terhadap konstitusi yang ada, baik dengan cara perubahan yang bertahap, gradual
ataupun dengan cara penggantian konstitusi baru

14
MENURUT MIRIAM BUDIARJO, ADA 4 MACAM PROSEDUR
DALAM PERUBAHAN KONSTITUSI:
• Sidang badan legislatif dengan ditambah 2. Referendum/ plebisit yaitu pengambilan
beberapa syarat, misalnya dapat ditetapkan keputusan dengan cara menerima atau menolak
sidang yang membicarakan usul perubahan usulan perubahan UU
UUD dan jumlah minimum anggota badan
legislatif untuk menerimanya.

3. Negara-negara bagian dalam negara federal 4. Musyawarah khusus (special convention) yakni
(misalnya, negara USA dengan 2 dari 50 negara- perubahan yang dilakukan oleh suatu lembaga
negara sebagian harus menyetujui) khusus yang dibentuk hanya untuk keperluan
perubahan.

15
PERUBAHAN KONSTITUSI
Berkaitan dengan prosedur perubahan materi UUD, terdapat 3 pola dasar yakni:

Secara langsung memasukkan (insert) materi Mengganti naskah UUD secara keseluruhan
baru ke dalam naskah UUD. (Renewal/pembaruan).
Negara yang menganut pola ini Negara yang menganut pola ini
diantaranya: Perancis, Jerman, Belanda diantaranya: Myanmar, Laos, Kamboja,
Afrika

Perubahan naskah konstitusi dilakukan secara


terpisah dari naskah yang berlaku, dikenal dengan
istilah amandemen. Naskah aslinya tetap ada dan
utuh. Tetapi, kebutuhan akan perubahan materi UUD
dijadikan tambahan/ adendum terhadap naskah asli
tersebut.
Negara yang menganut pola ini diantaranya:

16
Indonesia
MEKANISME PERUBAHAN UUD YANG DIATUR DALAM
AMANDEMEN KEEMPAT UUD 1945
• Usul perubahan pasal-pasal UUD dapat diagendakan dalam sidang MPR pabila diajukan oleh sekurang-
kurangnya 1/3 dari jumlah anggota MPR.
• Setiap usul perubahan pasal UUD diajukan secara tertulis dan ditunjukkan dengan jelas bagian yang
diusulkan untuk diubah beserta alasannya.
• Untuk mengubah pasal-pasal UUD, sidang MPR dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota
MPR
• Putusan untuk mengubah pasal-pasal UUD dilakukan dengan persetujuan sekurang-kurangnya 50%
ditambah satu anggota yang ikut sidang dari seluruh anggota MPR
• Khusus tentang bentuk NKRI tidak dapat dilakukan perubahan

17
MENGENAL JUDICIAL REVIEW DI INDONESIA

Di Indonesia, sistem dan mekanisme Judicial review hadir seiring lahirnya Mahkamah Konstitusi pada bulan
Agustus 2003. Pengujian konstitusional ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa UUD sungguh-sungguh
dijalankan dalam proses penyelenggaraan negara sehari-hari

Mengenai Judicial Review ke MK, pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan/atau kewenangan
konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya undang-undang, yaitu:
• Perorangan warga negara Indonesia
• Kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup sesuai dengan perkembangan masyarakat serta
prinsip NKRI yang diatur dalam UU
• Badan hukum publik atau privat
• Lembaga Negara

18
TATA URUTAN PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA

• Tata Urutan (hirarki) perundang-undangan perlu diatur untuk menciptakan keteraturan hukum dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.

• Hirarki perundang-undangan di Indonesia mengalami beberapa kali penyempurnaan:


• Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 Lampiran 2
• Ketetapan MPR No. III Tahun 2000
• UU N0. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (PPP) Pasal 7

• Dengan dibentuknya tata urutan perundang-undangan maka segala peraturan dalam hirarki perundang-
undangan yang bertentangan dengan peraturan diatasnya tidak bisa dilaksanakan dan batal demi hukum

19
1.KETETAPAN MPRS No. XX/MPRS/1966 LAMPIRAN 2
TENTANG
MEMORANDUM DPR-GR MENGENAI SUMBER TERTIB HUKUM REPUBLIK INDONESIA DAN TATA
URUTAN PERATURAN PERUNDANGAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang:
a. Bahwa tuntutan suara Kati nurani Rakyat mengenai pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 secara
murni dan konsekwen adalah tuntutan Rakyat, pemegang kedaulatan dalam negara;
b. Bahwa untuk terwujudnya kepastian dan keserasian hukum, serta kesatuan tafsiran dan pengertian
mengenai Pancasila dan pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 perlu adanya perincian danpenegasan mengenai sumber tertib hukum dan tata urutan
peraturan perundang
c. Bahwa Memorandum DPR-GR tertanggal 9 Juni 1966, yang telah diterima secara bulat oleh DPR-GR,
memuat perincian dan penegasan termaksud sebagai hasil peninjauan kembali dan penyempurnaan dari
Memorandum MPRS tanggal 12 Mei 1961 No. 1168/U/MPRS/61 mengenai "Penentuan Tata Urutan
Perundang-undangan Republik Indonesia.".

Mengingat:
1. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 1 ayat (2);
2. Ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966 tanggal 21 Juni 1966:
3. Keputusan MPRS No. 1/MPRS/1966 pasal 1 dan pasal 27.

20
Mendengar: Permusyawaratan dalam rapat-rapat MPRS dari tanggal 20 Juni sampai dengan tanggal 5 Juli 1966.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
KETETAPAN TENTANG MEMORANDUM DPR-GR MENGENAI SUMBER TERTIB HUKUM REPUBLIK
INDONESIA DAN TATA URUTAN PERUNDANGAN REPUBLIK INDONESIA.

Pasal 1
Menerima baik isi Memorandum DPR- GR tertanggal 9 Juni 1966, khusus mengenai Sumber Tertib Hukum Republik
Indonesia dan Tata Urutan Peraturan Perundangan Republik Indonesia.

Pasal 2
Sumber Tertib Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia tersebut pada pasal 1
berlaku bagi pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekwen.

Pasal 3
Isi Memorandum DPR-GR tertanggal 9 Juni 1966 sebagaimana dimaksud pada pasal 1 dilampirkan pada pasal 1
dilampirkan pada Ketetapan ini.

21
2.Ketetapan MPR No. III Tahun 2000

PASAL 1
(1)
Sumber hukum adalah sumber yang dijadikan bahan untuk penyusunan
peraturan perundang-undangan.

(2)
Sumber hukum terdiri atas sumber hukum tertulis dan tidak tertulis.

(3)
Sumber hukum dasar nasional adalah Pancasila sebagaimana yang tertulis
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu Ketuhanan Yang Maha
Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan
sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia, dan batang tubuh Undang-Undang

22
Dasar 1945.
PASAL 2
Tata urutan peraturan perundang-undangan merupakan pedoman dalam
pembuatan aturan hukum di bawahnya. Tata urutan peraturan perundang-
undangan Republik Indonesia adalah :
1. Undang-Undang Dasar 1945;
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia;
3. Undang-Undang;
4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu);
5. Peraturan Pemerintah;
6. Keputusan Presiden;
7. Peraturan Daerah.

23
Pasal 3
(1) Undang-Undang Dasar 1945 merupakan hukum dasar tertulis Negara
Republik Indonesia, memuat dasar dan garis besar hukum dalam
penyelenggaraan negara.
(2) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia merupakan
putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai pengemban kedaulatan
rakyat yang ditetapkan dalam sidang-sidang Majelis Permusyawaratan
Rakyat.
(3) Undang-undang dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat bersama Presiden
untuk melaksanakan Undang-Undang Dasar 1945 serta Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.
(4) Peraturan pemerintah pengganti undang-undang dibuat oleh Presiden dalam
hal ihwal kegentingan yang memaksa, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Peraturan pemerintah pengganti undang-undang harus diajukan ke Dewan
Perwakilan Rakyat dalam persidangan yang berikut.
b. Dewan Perwakilan Rakyat dapat menerima atau menolak peraturan
pemerintah pengganti undang-undang dengan tidak mengadakan perubahan.
c. Jika ditolak Dewan Perwakilan Rakyat, peraturan pemerintah pengganti
undang-undang tersebut harus dicabut.

24
5) Peraturan pemerintah dibuat oleh Pemerintah untuk melaksanakan perintah
undang-undang.
(6) Keputusan presiden yang bersifat mengatur dibuat oleh Presiden untuk
menjalankan fungsi dan tugasnya berupa pengaturan pelaksanaan
administrasi negara dan administrasi pemerintahan.
(7) Peraturan daerah merupakan peraturan untuk melaksanakan aturan hukum di
atasnya dan menampung kondisi khusus dari daerah yang bersangkutan.
a. Peraturan daerah propinsi dibuat oleh dewan perwakilan rakyat daerah
propinsi bersama dengan gubernur.
b. Peraturan daerah kabupaten/kota dibuat oleh dewan perwakilan rakyat
daerah kabupaten/kota bersama bupati/walikota.
c. Peraturan desa atau yang setingkat, dibuat oleh badan perwakilan desa
atau yang setingkat, sedangkan tata cara pembuatan peraturan desa atau
yang setingkat diatur oleh peraturan daerah kabupaten/kota yang
bersangkutan.

25
Pasal 4
(1) Sesuai dengan tata urutan peraturan perundang-undangan ini, maka setiap
aturan hukum yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan aturan
hukum yang lebih tinggi.
(2) Peraturan atau keputusan Mahkamah Agung, Badan Pemeriksa Keuangan,
menteri, Bank Indonesia, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang
dibentuk oleh Pemerintah tidak boleh bertentangan dengan ketentuan yang
termuat dalam tata urutan peraturan perundang-undangan ini.
Pasal 5
(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang menguji undang-undang
terhadap Undang-Undang Dasar 1945, dan Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat.
(2) Mahkamah Agung berwenang menguji peraturan perundang-undangan di
bawah undang-undang.
(3) Pengujian dimaksud ayat (2) bersifat aktif dan dapat dilaksanakan tanpa
melalui proses peradilan kasasi.
(4) Keputusan Mahkamah Agung mengenai pengujian sebagaimana dimaksud
ayat (2) dan ayat (3) bersifat mengikat.

26
Pasal 6
Tata cara pembuatan undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan daerah dan
pengujian peraturan perundang-undangan oleh Mahkamah Agung serta
pengaturan ruang lingkup keputusan presiden diatur lebih lanjut dengan undang-
undang.
Pasal 7
Dengan ditetapkannya Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat tentang Sumber
Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan ini, maka Ketetapan MPRS
Nomor XX/MPRS/1966 tentang Memorandum DPR-GR mengenai Sumber Tertib
Hukum Republik Indonesia dan Tata Urutan Peraturan Perundangan Republik
Indonesia dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Nomor IX/MPR/1978 tentang Perlunya Penyempurnaan yang Termaktub dalam
Pasal 3 ayat (1) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Nomor V/MPR/1973 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 8
Ketetapan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

27
TATA URUTAN PERUNDANG-UNDANGAN DALAM UU PPP
PASAL 7 TAHUN 2004
UU/Peraturan Pemerintah Pengganti
UUD 1945 Undang-undang Peraturan Pemerintah

Peraturan daerah meliputi:


Peraturan Presiden • Peraturan daerah provinsi
• Peraturan daerah kabupaten/kota
• Peraturan desa

28
LEMBAGA KENEGARAAN SETELAH AMANDEMEN UUD
1945
SEBELUM AMANDEMEN UUD 1945 SETELAH AMANDEMEN UUD 1945
• Lembaga Kepresidenan • Presiden
• MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) • MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat)
• DPA (Dewan Pertimbangan Agung) • DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
• DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) • DPD (Dewan Perwakilan Daerah)
• BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) • BPK (Badan Pemeriksa Keuangan)
• Kekuasaan Kehakiman • MA (Mahkamah Agung)
• MK (Mahkamah Konstitusi)
• KY (Komisi Yudisial)

29
PENGERTIAN MK DAN PENEGAKAN HUKUM PASCA
AMANDEMEN UUD 1945
• Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (MKRI) adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan
Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Agung
• Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan.
• Mahkamah Konstitusi berdasarkan Pasal 24 C ayat (1) UUD RI 1945 berwenang untuk:
• Menguji undang-undang terhadap UUD 1945
• Memutuskan sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945
• Memutus pembubaran partai politik
• Memutus perselisihan hasil pemilihan umum
• Dalam pasal 24 C ayat (2) UUD 1945 kewajiban Mahkamah Konstitusi adalah memberikan keputusan atas
pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum, atau
perbuatan tercela, atau tidak memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana
dimaksud dalam UUD 1945

30
KHUSUS HARI INI SAJA!!!

KHUSUS HARI INI SAJA!!!

PERKEMBANGAN KONSTITUSI
DI INDONESIA
Sifat konstitusi tertulis dituangkan dalam bentuk Undang-Undang Dasar pada suatu negara, sedangkan konstitusi disamping
memuat aspek hukum juga memuat aspek politik yang lebih banyak lagi, yaitu politik pada masa tertentu suatu negara. Pada suatu
negara selalu mengalami perkembangan politik, dengan demikian konstitusipun juga selalu mengalami perkembangan sesuai dengan
perkembangan politik suatu bangsa, demikian pula Indonesia telah mengalami perkembangan konstitusi sejalan dengan perkembangan
politik sejak kemerdekaan. Konfigur si politik tertentu ak an mempengaruhi perkembangan ketatanegaraan suatu bangsa, begitu juga di
Indonesia yang telah mengalami perkembangan politik pada beberapa periode tentu akan mempengaruhi perkembangan
ketatanegaraan Indonesia. Perkembangan ketatanegaraan tersebut juga sejalan dengan perkembangan dan perubahan konstitusi di
Indonesia seperti diuraikan dalam pembehasan berikut ini :

31
KHUSUS HARI INI SAJA!!!

a. Periode 18Agustus 1945 sampai dengan 27 Desember 1949, masa berlakunya Undang-Undang Dasar 1945.
Pada masa periode pertama kali terbentuknya Negara Republik Indonesia, konstitusi atau UndangUndang Dasar yang
pertama kali berlaku adalah UUD 1945 hasil rancangan BPUPKI, kemudian disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus
1945. Menurut UUD 1945 kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan oleh MPR yang merupakan lembaga
tertinggi negara.
Berdasarkan UUD 1945, MPR terdiri dari DPR, Utusan Daerah dan Utusan Golongan. dalam menjalankan kedaulatan
rakyat mempunyai tugas dan wewenang menetapkan UUD, GBHN, memilih dan mengangkat Presiden dan wakil Presiden
serta mengubah UUD. Selain MPR terdapat lembaga tinggi negara lainnya dibawah MPR, yaitu Presiden yang menjalankan
pemerintahan, DPR yang membuat Undang-Undang, Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dan Mahkamah Agung (MA).
Menyadari bahwa negara Indonesia baru saja terbentuk, tidak mungkin semua urusan dijalankan berdasarkan konstitusi,
maka berdasarkan hasil kesepakatan yang termuat dalam Pasal 3 Aturan Peralihan menyatakan :”Untuk pertama kali
Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh PPKI.” Kemudian dipilihlah secara aklamasi Soekarno dan Moh. Hatta sebagai
Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia yang pertama kali. Dalam menjalankan tugasnya presiden dibantu oleh
Komite Nasional, dengan sistem pemerintahan presidensial artinya kabinet bertanggung jawab pada presiden.
Pada masa ini terbukti bahwa konstitusi belum dijalankan secara murni dan konskwen, sistem ketatanegaraan berubah-
ubah, terutama pada saat dikeluarkannya maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945, yang berisi bahwa
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebelum terbentuknya MPR dan DPR diserahi tugas legislatif dan menetapkan
GBHN bersama Presiden, KNIP bersama Presiden menetapkan Undang-Undang, dan dalam menjalankan tugas sehari-hari
dibentuklah badan pekerja yang bertanggung jawab kepada Komite Nasional Pusat ( Titik Triwulan Tutik, 2006 : 67).

32
KHUSUS HARI INI SAJA!!!

KHUSUS HARI INI SAJA!!!

b. Periopde 27 Desember 1949 sampai dengan 17 Agustus 1950, masa berlakunya Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Serikat (RIS).
Sebagai rasa ungkapan ketidakpuasan bangsa Belanda atas kemerdekaan Republik Indonesia, terjadilah kontak senjata
(agresi) oleh Belanda pada tahun 1947 dan 1948, dengan keinginan Belanda untuk memecah belah NKRI menjadi negara
federal agar dengan secara mudah dikuasai kembali oleh Belanda, akhirnya disepakati untuk mengadakan Konferensi Meja
Bundar (KMB) di Den Haag Belanda, dengan menghasilkan tiga buah persetujuan antara lain :
1) Mendirikan Negara Republik Indonesia Serikat;
2) Penyerahan kedaulatan Kepada Republik Indonesia Serikat; dan
3) Didirikan Uni antara Republik Indonesia Serikat dengan Kerajaan Belanda ( Titik Triwulan Tutik, 2006: 69).
Pada tahun 1949 berubahlah konstitusi Indonesia yaitu dari UUD 1945 menjadi Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Serikat (UUD RIS), maka berubah pula bentuk Negara Kesatuan menjadi negara Serikat (federal), yaitu negara
yang tersusun dari beberapa negara yang semula berdiri sendirisendiri kemudian mengadakan ikatan kerja sama secara
efektif, atau dengan kata lain negara serikat adalah negara yang tersusun jamak terdiri dari negaranegara bagian.
Kekuasaan kedaulatan Republik Indonesia Serikat dilakukan oleh pemerintah bersama-sama dengan DPR dan Senat.
Sistem pemerintahan presidensial berubah menjadi parlementer, yang bertanggung jawab kebijaksanaan pemerintah
berada di tangan Menteri-Menteri baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri bertanggung jawab kepada
parlemen (DPR), Namun demikian pada konstitusi RIS ini juga belum dilaksanakan secara efektif, karena lembaga-lembaga
negara belum dibentuk sesuai amanat UUD RIS.

33
KHUSUS HARI INI SAJA!!!

KHUSUS HARI INI SAJA!!!

c. Periode 17Agustus 1950 samapi dengan 5 Juli 1959, masa berlaku UndangUndang Dasar Sementara Tahun 1950 (UUDS
1950).
Ternyata Konstitusi RIS tidak berumur panjang, hal itu disebabkan karena isi konstitusi tidak berakar dari kehendak
rakyat, juga bukan merupakan kehendak politik rakyat Indonesia melainkan rekayasa dari pihak Balanda maupun PBB,
sehingga menimbulkan tuntutan untuk kembali ke NKRI. Satu persatu negara bagian menggabungkan diri menjadi negara
Republik Indonesia, kemudian disepakati untuk kembali ke NKRI dengan menggunakan UUD sementara 1950.
Bentuk negara pada konstitusi ini adalah Negara Kesatuan, yakni negara yang bersusun tunggal, artinya tidak ada negara
dalam negara sebagaimana halnya bentuk negara serikat. Ketentuan Negara Kesatuan ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (1)
UUDS 1950 yang menyatakan Republik Indonesia merdeka dan berdaulat ialah negara hukum yang demokrasi dan
berbentuk kesatuan. Pelaksanaan konstitusi ini merupakan penjelmaan dari NKRI berdasarkan Proklamasi 17 Agustua
1945, serta didalamnya juga menjalankan otonomi atau pembagian kewenangan kepada daerah-daerah di seluruh
Indonesia.
Sistem pemerintahannya adalah sistem pemerintahan parlementer, karena tugas-tugas ekskutif dipertanggung jawabkan
oleh Menteri-Menteri baik secara bersama-sama maupun sendirisendiri kepada DPR. Kepala negara sebagai pucuk
pimpinan pemerintahan tidak dapat diganggu gugat karena kepala negara dianggap tidak pernah melakukan kesalahan,
kemudian apabila DPR dianggap tidak representatif maka Presiden berhak membubarkan DPR (Dasril Radjab, 2005 : 202).

34
KHUSUS HARI INI SAJA!!!

d. Periode 5 Juli 1959 sampai dengan 19 Oktober 1999, masa berlaku UndangUndang Dasar 1945.
Pada periode ini UUD 1945 diberlakukan kembali dengan dasar dekrit Prsiden tanggal 5 Juli tahun 1959. Berdasarkan ketentuan
ketatanegaraan dekrit presiden diperbolehkan karena negara dalam keadaan bahaya oleh karena itu Presiden/Panglima Tertinggi
Angkatan Perang perlu mengambil tindakan untuk menyelamatkan bangsa dan negara yang diproklamasikan 17 Agustus 1945.
Berlakunya kembali UUD 1945 berarti merubah sistem ketatanegaraan, Presiden yang sebelumnya hanya sebagai kepala negara
selanjutnya juga berfungsi sebagai kepala pemerintahan, dibantu Menteri-Menteri kabinet yang bertanggung jawab kepada
Presiden. Sistem pemerintahan yang sebelumnya parlementer berubah menjadi sistem presidensial.
Dalam praktek ternyata UUD 1945 tidak diberlakukan sepenuhnya hingga tahun 1966. Lembaga-lembaga negara yang dibentuk
baru bersifat sementara dan tidak berdasar secara konstitusional, akibatnya menimbulkan penyimpangan-penyimpangan
kemudian meletuslah Gerakan 30 September 1966 sebagai gerakan anti Pancasila yang dipelopori oleh PKI, walaupun kemudian
dapat dipatahkannya. Pergantian kepemimpinan nasional terjadi pada periode ini, dari Presiden Soekarno digantikan Soeharto,
yang semula didasari oleh Surat Perintah Sebelas Maret 1966 kemudian dilaksanakan pemilihan umum yang kedua pada tahun
1972.
Babak baru pemerintah orde baru dimulai, sistem ketatanegaraan sudah berdasar konstitusi, pemilihan umun dilaksanakan
setiap 5 tahun sekali, pembangunan nasional berjalan dengan baik, namun disisi lain terjadi kediktaktoran yang luar biasa dengan
alasan demi terselenggaranya stabilatas nasional dan pembangunan ekonomni, sehingga sistem demokrasi yang dikehendaki UUD
1945 tidak berjalan dengan baik. Keberadaan partai politik dibatasi hanya tiga partai saja, sehingga demokrasi terkesan mandul,
tidak ada kebebasan bagi rakyat yang ingin menyampaikan kehendaknya, walaupun pilar kekuasaan negara seperti ekskutif,
legislatif dan yudikatif sudah ada tapi perannya tidak sepenuhnya, kemauan politik menghendaki kekuatan negara berada ditangan
satu orang yaitu Presiden, sehingga menimbulkan demontrasi besar pada tahun 1998 dengan tuntutan reformasi, yang berujung
pada pergantian kepemimpinan nasional.

35
KHUSUS HARI INI SAJA!!!

KHUSUS HARI INI SAJA!!!

e. Periode 19 Oktober 1999 sampai dengan 10 Agustus 2002, masa berlaku pelaksanaan perubahan UndangUndang
Dasar 1945
Sebagai implementasi tuntutan reformasi yang berkumandang pada tahun 1998, adalah melak uk an perubahan
terhadap UUD 1945 sebagai dasar negara Republik Indonesia. Dasar hukum perubahan UUD 1945 adalah Pasal 3 dan
Pasal 37 UUD 1945 yang dilakukan oleh MPR sesuai dengan kewenangannya, sehingga nilai-nilai dan prinsip-prinsip
demokrasi di Negara Kesatuan Rapublik Indonesia nampak diterapkan dengan baik. Dalam melakukan perubahan UUD
1945, MPR menetapkan lima kesepakatan, yaitu :
1. Tidak mengubah Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia 1945;
2. Tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
3. Mempertegas sistem pemerintahan presidensial;
4. Penjelasan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang memuat hal-hal normatif akan
dimaksukkan kedalam pasalpasal (batang tubuh); dan
5. Melakukan perubahan dengan cara adendum.
Pada periode ini UUD 1945 mengalami perubahan hingga ke empat kali, sehingga mempengaruhi proses kehidupan
demokrasi di Negara Indonesia. Seiring dengan perubahan UUD 1945 yang terselenggara pada tahun 1999 hingga 2002,
maka naskan resmi UUD 1945 terdiri atas lima bagian, yaitu UUD 1945 sebagai naskah aslinya ditambah dengan
perubahan UUD 1945 kesatu, kedua , ketiga dan keempat, sehingga menjadi dasar negara yang fundamental/dasar dalam
menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara.

36
KHUSUS HARI INI SAJA!!!

KHUSUS HARI INI SAJA!!!

f. Periode 10 Agustus 2002 sampai dengan sekarang masa berlaku UndangUndang Dasar 1945, setelah mengalami
perubahan.
Bahwa setelah mengalami perubahan hingga keempat kalinya UUD 1945 merupakan dasar Negara Republik
Indonesia yang fundamental untuk menghantarkan kehidupan berbangsa dan bernegara bagi bangsa Indonesia,
tentu saja kehidupan berdemokrasi lebih terjamin lagi, karena perubahan UUD 1945 dilakukan dengan cara
hatihati, tidak tergesa-gesa, serta dengan menggunakan waktu yang cukup, tidak seperti yang dilakukan BPUPKI
pada saat merancang UUD waktu itu, yaitu sangat tergesa-gesa dan masih dalam suasana dibawah penjajahan
Jepang.
Pada awalnya gagasan untuk melaksanakan perubahan/amandemen UUD 1945 tidak diterima oleh kekuatan
politik yang ada, walaupun perdebatan tentang perubahan UUD 1945 sudah mulai hangat pada tahun 1970 an.
Pada saat reformasi, agenda yang utama adalah melaksanakan perubahan UUD 1945, yaitu telah terselenggara
pada Sidang Umum MPR tahun 1999 dan berhasil menetapkan perubahan UUD 1945 yang pertama, kemudian
disusul perubahan kedua, ketiga hingga keempat. Dahulu setiap gagasan amandemen UUD 1945 selalu dianggap
salah dan dianggap bertendensi subversi atas negara dan pemerintah, tetapi dengan adanya perubahan pertama
ditahun 1999, mitos tentang kesaktian dan kesakralan konstitusi itu menjadi runtuh ( Muh, Mahfud MD, 2003 : 176).

37
KHUSUS HARI INI SAJA!!!

KHUSUS HARI INI SAJA!!!

Nuansa demokrasi lebih terjamin pada masa UUD 1945 setelah mengalami perubahan. Keberadaan lembaga
negara sejajar, yaitu lembaga ekskutif (pemerintah), lembaga legislatif (MPR, yang terdiri dari DPR dan DPD),
lembaga Yudikatif (MA, MK dan KY), dan lembaga auditif (BPK). Kedudukan lembaga negara tersebut mempunyai
peranan yang lebih jelas dibandingkan masa sebelumnya. Masa jabatan presiden dibatasi hanya dua periode saja,
yang dipilih secara langsung oleh rakyat.
Pelaksanaan otonomi daerah terurai lebih rinci lagi dalam UUD 1945 setelah perubahan, sehingga pembangunan
disegala bidang dapat dilaksanakan secara merata di daerah-daerah. Pemilihan kepala daerah dilaksanakan secara
demokratis, kemudian diatur lebih lanjut dalam UU mengenai pemilihan kepala daerah secara langsung, sehingga
rakyat dapat menentukan secara demokrtis akan pilihan pemimpin yang sesuai dengan kehendak rakyat.
Jaminan terhadap hak - hak asasi manusia dijamin lebih baik dan diurai lebih rinci lagi dan UUD 1945, sehingga
kehidupan demokrasi lebih terjamin. Keberadaan partai politik tidak dibelenggu seperti masa sebelumnya, ada
kebebasan untuk mendirikan partai politik dengan berasaskan sesuai dengan kehendaknya asalkan tidak
bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945, serta dilaksanakannya pemilihan umum yang jujur dan adil.

38
SEBAB-SEBAB TERJADINYA
PERUBAHAN KONSTITUSI DI
INDONESIA
• Suasana masa yang berbeda sehingga UUD 1945 seiring berjalannya waktu ada
yang kurang teapat untuk masa berikutnya oleh karena itu perlu adanya
peninjauan ulang untuk meamandemenkannya.
• Faktor eksternal seperti berasal dari negara asing khususnya belanda yang
mempropaganda agar indonesia tidak berbentuk negara kesatuan tetapi negara
serikat.
• Faktor internal (dalam negeri) yang beranekaragam desakan dalam hal
menjalankan sistem ketatanegaraan.
• Sistem ketatanegaraan yang tidak di jalankan dengan baik sehingga membuat
pemerintahan kacau dan terjadi ketidak percayaan dalam menjalankan
keperintahan.
• Perubahan konstitusi juga sangat di mungkinkan karena di dalam UUD 1945

39
sendiri mengatur prinsip dan mekanisme perubahan UUD 1945 yang termuat
dalam pasal 37 UUD 1945.
PERILAKU KONSTITUSIONAL
DAN INKONSTITUSIONAL
WARGA NEGARA
KONSTITUSIONAL
• Mengakui dan menghargai hak-hak asasi orang lain
• Mematuhi dan manaati peraturan yang berlaku
• Tidak main hakim sendiri
• Menjadi keseimbangan antara hak dan kewajiban
• Adanya keterbukaan dan etika dalam menghadapi suatu permasalahan
• Mengembangkan sikap sadar dan rasional
• Menjalin kesatuan dan persatuan melalui berbagai kegiatan
• Pelaksanaan pemilihan umum secara transparan, jujur, adil, dan bebas, serta sesuai
dengan peraturan yhang berlaku.
INKONSTITUSIONAL
• Melanggar apa yang menjadi isi konstitusi atau melanggar aturan dan norma yang telah
di tetapkan dalam konstitusi.

40 • Menyalahgunakan konstitusi untuk kepentingan pribadi atau kelompok ataupun


memperkaya di sendiri
KHUSUS HARI INI SAJA!!!
KHUSUS HARI INI SAJA!!!

KONSTITUSI DAN KESADARAN


BERKONSTITUSI
Namun disisi yang lain ketika praktek negara hukum demokrasi sudah dilaksanakan, seringkali
dijumpai kekecewaan-kekecewaa sebagian masyarakat yang tidak puas terhadap pelaksanaan
pemerintahan oleh eksekutif, legislatif dan yudikatif. Contoh yang paling faktual adalah:
Kekisruhan tentang banyaknya warga negara yang hilang hak memilihnya karena tidak terdaftar
didalam Daftar Pemilih Tetap (DPT); Kasus pembunuhan aktivis HAM Munir; Putusan Peninjauan
Kembali (PK) dengan terpidana Pollycarpus diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) setelah MA
memutus bebas dalam memori kasasi. Padahal secara teoritis dalam ketentuan hukum acara
pidana, PK hanya dapat diajukan oleh terpidana atau oleh kuasa hukumnya, jadi putusan PK yang
Menghukum Pollycarpus dinilai keliru karena diajukan oleh Kejaksaan Agung (Kejagung).
Mahkamah Konstitusi sebagai satu-satunya lembaga peradilan yang memiliki fungsi untuk
mengawal konstitusi, MK selayaknya diberikan kewenangan untuk memutus Constitutional
Complaint dan Constitutional Question, yaitu pengaduan atau pertanyaan konstitusional ke MK atas
pelanggaran hak konstitusional yang tidak ada instrumen hukum atasnya untuk memperkarakannya
atau tidak tersedia lagi atasnya jalur penyelesaian hukum/peradilan yang diajukan perorangan

41 (individu) warga negara yang merasa hak-hak konstitusionalnya (constitutional rights atau basic
rights) dirugikan oleh keputusan suatu institusi negara, baik legislatif, eksekutif, maupun yudikatif.
KONSTITUSI DAN KESADARAN
BERKONSTITUSI
Hanya permasalahannya kewenangan MK untuk memutus constitutional complaint dan
Constitutional Question saat ini masih terkendala belum termuatnya secara ekplisit di dalam
UUD 1945. Tetapi dengan mengingat pentingnya perlindungan terhadap hak konstitusional
warga negara, maka fungsi MK sebagai lembaga pengawal konstitusi dipandang perlu memiliki
kewenangan constitutional complaint dan Constitutional Question. Selama ini salah satu
kewenangan MK adalah menguji Undang-Undang terhadap UUD 1945 (Judicial review), yang
berarti hanya sebatas pelanggaran hak konstitusional warga negara dalam bentuk undang-
undang.
Secara tersurat konstitusi memang tidak memuat kewenangan constitutional complaint dan
Constitutional Question, namun secara tersirat terkandung adanya hak-hak konstitusional warga
yang dilindungi oleh negara. Sehingga bagi setiap warga negara yang merasa hak-hak
konstitusionalnya dilanggar oleh tindakan penguasa dapat mengajukan perkara kepada lembaga
peradilan yang berwenang, dalam hal ini adalah MK (sesuai fungsinya sebagai pengawal
konstitusi). Hal tersebut terkait erat dengan teori pembangunan hukum responsif, yakni teori

42
yang menyatakan bahwa bingkai hukum pada prinsipnya harus partisipatif, serta berisi nilai-nilai
yang tepat berdasarkan asas-asas hukum yang berkembang dalam masyarakat.
Sadar berkonstitusi dalam kehidupan
bermasyarakat

Didalam negara hukum dikenal adanya sebuah norma dasar atau hukum dasar
yang dijadikan pedoman dalam menyelenggarakan sistem pemerintahan dan pedoman
didalam membuat aturan-aturan yang dibawahnya, norma dasar atau hukum dasar
dalam hukum tata negara dikenal dengan istilah konstitusi. Undang-Undang Dasar
NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945 merupakan kostitusi negara Indonesia yang
dibentuk berdasarkan hasil kesepakatan seluruh rakyat Indonesia, sehingga Undang-
Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun
1945dijadikan dasar hukum tertinggi di dalam berbangsa dan bernegara.

43
Sadar berkonstitusi dalam kehidupan
bermasyarakat

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai


konstitusi memuat mengenai batasan-batasan atau wewenang lembaga negara
di dalam menyelenggarakan
fungsi dan tugasnya dan juga memuat hak dan kewajiban setiap warga negara,
Maka dari itu konstitusi harus benar-benar diterapkan oleh lembaga negara dan
warga negara agar tujuan berdirinya negara Indonesia tercapai.

44
Sadar berkonstitusi dalam kehidupan
bermasyarakat

Kesadaran berkonstitusi sangatlah penting di dalam berbangsa dan bernegera apa lagi
negara Indonesia ialah negara hukum, kesadaran berkostitusi merupakan bagian dari
kesadaran hukum, yang dikatakan kesadaran berkonstitusi yaitu seseorang yang bersikap,
berprilaku, dan bertindak di dalam berbangsa dan bernegara
mencerminkan nilai-nilai yang dimuat di dalam konstitusi atau Undang-Undang Dasar
NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945. Akan tetapi kesadaran berkonstitusi sangat
ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan pemahaman setiap warga negara akan isi
konstitusi, oleh karenanya diperlukan upaya-upaya sosialisasi atau pembudayaan
berkonstitusi kepada seluruh warga negara, dan yang paling penting dan memegang
peranan strategis untuk menyadarkan berkonstitusi yaitu instansi pendidikan.

45
Sadar berkonstitusi dalam kehidupan bermasyarakat

Jika nilai-nilai yang terkandung di dalam konstitusi telah tertanam pada setiap
Individu masyarakat dan diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
maka masyarakat dapat mempertahankan hak-hak konstitusionalnya dan
melakukan Kewajibannya sebagai warga negara sebagaimana mestinya yang
sudah ditentunkan oleh aturan-aturan yang berlaku dan juga dapat pula
mengontrol lembaga negara dalam
menyelenggarakan tugas dan fungsinya sehingga akan mencegah terjadinya
penyimpangan ataupun penyalahgunaan wewenang.

46
Sadar berkonstitusi dalam kehidupan bermasyarakat

Bentuk kesadaran warga negara dalam kehidupan bernegara diantaranya tertib


berlalu lintas, membayar pajak, dan menaati aturan hukum lainnya. Disisi lain
masih ada sebagian orang karena tidak memiliki kesadaran menaati hukum
maka ia melakukan pelanggaran hukum. Ketaatan terhadap peraturan akan
bermakna apabila dilandasi kesadaran bukan karena pemaksaan. Kesadaran
mematuhi peraturan tercipta karena didorong salah satunya oleh pengetahuan
terhadap peraturan itu sendiri.

47
Sadar berkonstitusi dalam kehidupan bermasyarakat

Kesadaran berkonstitusi secara konseptual diartikan sebagai kualitas pribadi


seseorang yang memancarkan wawasan, sikap, dan perilaku yang bermuatan cita-
cita dan komitmen luhur kebangsaan dan kebernegaraan Indonesia. Kesadaran
berkonstitusi merupakan salah satu bentuk keinsyafan warga negara akan
pentingnya mengimplementasikan nilai-nilai konstitusi

Dalam perspektif hukum, kesadaan berkonstitusi adalah bagian dari kesadaran hukum yang
bersama substansi hukum (konstitusi) dan pemegang peran (struktur) yaitu aparat negara
atau penyelenggara negara merupakan komponen-komponen utama dalam system hukum.
Eefektif atau tidaknya hukum (konstitusi) dalam suatu masyarakat atau negara akan sangat

48 ditentukan oleh ketiga komponen tersebut.


Sebagai bagian dari kesadaran moral, kesadaran konstitusi mempunyai tiga unsur
pokok yaitu:

(1) Perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan bermoral yang sesuai
dengan konstitusi negara itu ada dan terjadi di dalam setiap sanubari warga negara,
siapapun, di manapun dan kapanpun
(2) Rasional, kesadaran moral dapat dikatakan rasional karena berlaku umum, lagi
pula terbuka bagi pembenaran atau penyangkalan.
(3) Kebebasan, atas kesadaran moralnya, warga negara bebas untuk mentaati
berbagai peraturan perundangundangan yang berlaku di negaranya termasuk
ketentuan konstitusi negara

49
Cara Menanamkan Kesadaran Berkonstitusi
Dalam Masyarakat
• Tidak boleh memaksakan kehendak pada orang lain
• Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan
• Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan
• Menghargai dam menghormati serta menjujung tinggi setiap keputusan yang menjadi hasil dari
keputusan bersama
• Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab melaksanakan hasil keputusan musyawarah
• Didalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama daripada kepentingan sendiri atau golongan
• Musyawarah dilaksankan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani
• Keputusan yang dibuat harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada YME, menjujung
tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan, mengutamakan kesatuan dan
persatuan demi kepentingan bersama
• Memberi kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan permusyawaratan.

50
Klasifikasi Konstitusi
Dilihat dari bentuk negara, konstitusi dapat dibagi menjadi konstitusi kesatuan dan konstitusi federal.
Konstitusi negara kesatuan memiliki ciri-ciri kekuasaan negara diorganisasikan dibawah otoritas
tunggal, yaitu pemerintah pusat, dan hanya ada satu lembaga legislatif tertinggi di pemerintah pusat.
Konstitusi negara federal merupakan upaya penyatuan politik kekuasaan yang tetap mempertahankan
hak negara bagian pembentuknya. Karakter dari konstitusi negara federal adalah selalu menganut
supremasi konstitusi, adanya pembagian kekuasaan antara pemerintah federal dan pemerintah negara
bagian, serta adanya otoritas tertinggi untuk memutus perselisihan kekuasaan antara negara bagian dan
pemerintah federal.
Berdasarkan jenis konstitusi, terdapat dua klasifikasi.Pertama adalah klasifikasi konstitusi tertulis
(written) dan konstitusi tidak tertulis (unwritten).
Konstitusi tertulis adalah konstitusi dalam bentuk suatu dokumen hukum tertulis yang memiliki
kedudukan hukum khusus dalam penyelenggaraan negara. Sedangkan konstitusi tidak tertulis adalah
konstitusi yang tidak memiliki bentuk hukum khusus atau harus tertulis, melainkan tumbuh berdasarkan
praktik dan kebiasaan ketatanegaraan.

51
Contoh Konstitusi Tidak Tertulis
• Pidato Kenegaraan
Pidato kenegaraan pada zaman dahulu dilakukan oleh presiden pada tanggal 16 Agustus atau satu hari
sebelum peringatan kemerdekaan Indonesia.
Hal ini tidak memiliki aturan yang pasti, tetapi karena sudah menjadi suatu kebiasaan yang baik, maka
pidato kenegaraan ini terus dilaksanakan.
Pidato kenegaraan yang dilakukan oleh presiden ini biasanya berisi tentang kondisi negara Indonesia.

2. Musyawarah
Musyawarah merupakan ciri khas dari bangsa Indonesia yang sesuai dengan pandangan hidup bangsa,
yaitu Pancasila.
Musyawarah pada akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang digunakan masyarakat dalam berbagai
pertemuan untuk menyelesaikan masalah
“Cara musyawarah lebih sering digunakan masyarakat dibanding voting karena cara ini lebih
demokratis.”.

52
Contoh Konstitusi Tidak Tertulis
3. Pidato Presiden Di Awal Tahun
Selain pidato kenegeraan yang dilakukan presiden sebelum hari kemerdekaan, presiden juga
melakukan pidato awal tahun di depan anggota Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR.
Pada pidato ini, presiden biasanya akan menyampaikan Rancangan Anggaran Pengeluaran dan Belanja
Negara atau RAPBN untuk satu tahun ke depan.
Pidato ini biasanya disampaikan oleh presiden di awal tahun, tepatnya pada bulan Januari.

2. Adat Istiadat
Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, terdapat adat istiadat yang berlaku dan ditaati oleh
masyarakat.
Adat istiadat ini merupakan suatu kebiasaan yang sudah diterapkan dalam kehidupan masyarakat secara
turun-temurun.
Meski tidak ada bentuk tertulisnya, adat istiadat ini tetap dilakukan oleh masyarakat sebagai warisan
budaya Indonesia.
Nah, itu tadi Adjarian, empat contoh konstitusi tidak tertulis di Indonesia, salah satunya adalah pidato

53
kenegaraan oleh presiden.
Contoh Konstitusi Tertulis
• Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945)
Undang-Undang dasar 1945 mengandung nilai-nilai berbangsa dan bernegara, isinya sudah diubah
beberapa kali, menyesuaikan dengan keadaan bangsa.
Meski begitu, pembukaan UUD 1945 tidak pernah dan tidak boleh diubah hingga akhir hayat.
Hal ini disebabkan karena pembukaan UUD 9145 mengandung tujuan pernyataan kemerdekaan, tujuan
pembangunan nasional, hubungan Indonesia dengan negara lain, serta ideologi Pancasila.
O iya, UUD 1945 resmi disahkan sehari setelah kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada 18 Agustus 1945,
Adjarian.

2. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Serikat


Bentuk negara Indonesia sempat berubah menjadi serikat.
Perubahan bentuk negara ini tentu turut membuat konstitusi tertulis Indonesia juga ikut berubah.
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia serikat hadir sebagai hukum dasar tertulis di Indonesia,
menyesuaikan bentuk negara pada saat itu.
Meski demikian, perjalanan UUD RIS tidak panjang, dasar hukum tersebut menjadi konstitusi tertulis
dengan masa berlaku paling singkat.
Tak lama setelah UUD RIS berlaku, pada tanggal 17 Agustus 1950, Indonesia kembali menjadi negara

54 kesatuan.
Contoh Konstitusi Tertulis
• Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia
setelah kembalinya Indonesia menjadi negara kesatuan, konstitusi tertulis yang berlaku adalah
UUDS 1950.
Pergantian UUD RIS menjadi UUDS 1950 dilandasi karena tidak cocoknya konstitusi tersebut
dengan kepribadian bangsa.
Namun, UUDS 1950 pun juga tidak bertahan lama karena kondisi yang semakin tak menentu.
Akhirnya UUDS 1950 hanya berlaku hingga 5 Juli 1959, tepat saat dikeluarkannya Dekrit
Presiden.

2. UUD 1945 Hasil Amandemen


Setelah mengalami perjalanan dan persoalan yang cukup panjang, konstitusi tertulis yang
berlaku hingga saat ini adalah UUD 1945 Hasil Amandemen.
Faktanya, setelah reformasi, UUD 1945 sudah empat kali mengalami amandemen pada isinya.
Amandemen ini dilakukan menyesuaikan dengan perkembangan bangsa dan dibuat lebih
terperinci.
Perubahan terakhir UUD 1945 Hasil Amandemen ini dilakukan pada tahun 2004 lalu, Adjarian.

55
Perbedaan Konstitusi Tertulis Dan Tidak Tertulis
Konstitusi tertulis adalah aturan-aturan pokok dasar negara, bangunan negara, dan tata negara. Konstitusi tertulis lebih
tegas dibandingkan konstitusi tidak tertulis karena konstitusi tertulis menjamin adanya kepastian hukum. Konstitusi
tertulis dapat diidentifikasi dari ciri-cirinya. Ciri-ciri konstitusi tertulis adalah: Memuat tentang organisasi negara.
Menjamin hak-hak asasi manusia. Terdapat prosedur perubahan undang-undang dasar. Memuat larangan utuk
mengubah sifat tertentu dari undang-undang dasar. Memuat cita-cita rakyat dan asas-asas ideologi negara. Konstitusi
tertulis dicantumkan dalam dokumen tertulis. Perubahan atau amandemen dari konstitusi tertulis dilaksanakan melalui
tahap-tahap yang ditentukan melalui kebijakan publik.
Sedangkan konstitusi tidak tertulis adalah Suatu konstitusi disebut tidak tertulis jika ketentuan-ketentuan yang
mengatur tata negara tidak dalam bentuk naskah tertentu, tetapi melalui konvensi atau pemufakatan. Oleh karena itu,
konstitusi tidak tertulis sering disebut juga konvensi. Konvensi tidak tertulis biasanya merupakan kebiasaan
ketatanegaraan yang serng timbul dalam masyarakatnya. Konstitusi tidak tertulis berbentuk kesepakatan bersama di
tengah masyarakat dengan dasar kebiasaan tersebut. Sebagai suatu peraturan yang tidak tertulis, sulit bagi konstitusi
tidak tertulis mempertahankan kekuataannya tanpa dukungan dari rakyat dan negara. Sehingga, kewibaannya tidak
lebih tinggi dibandingkan dengan konstitusi tertulis.Apabila terjadi pelanggaran atas konstitusi tidak tertulis, hakim
konstitusi menggunakan yurisprudensi sebagai dasar putusannya. Yurisprudensi adalah segala keputusan dari hakim
terdahulu untuk mengadili suatu perkara yang diatur dalam undang-undang. Kemudian keputusan terdahulu tersebut
dijadikan pedoman oleh hakim lain untuk menyelesaikan perkara yang sama.

56
KESIMPULAN

• Sikap dan komitmen menjunjung tinggi supremasi hukum dalam memperjuangkan hak dan
politiknya merupakan manifestasi kesadaran KONSTITUSIONAL yang harus dimiliki
setiap warga negara
• Memperjuangkan aspirasi dapat dilakukan di peradilan yang sah dan tidak melakukan
tindakan peradilan jalanan maupun sikap main hakim sendiri

57
THANKYOU

Anda mungkin juga menyukai