PENGANTAR
Istilah konstitusi berasal dari bahasa Inggris yaitu “constitution” dan berasal
dari bahasa Belanda “constitue” dalam bahasa Latin (contitutio, constituere) dalam
bahasa Perancis yaitu “constiture” dalam bahasa Jerman “vertassung” yang dalam
ketatanegaraan Republik Indonesia diartikan sama dengan Undang-undang dasar.
Dalam ketatanegaraan istilah konstitusi di berbagai negara telah banyak
dipergunakan. Misalnya dinegara Belanda "Contitutie" disamping kata "grond wet"
Inggris "Constitution" Dalam istilah sehari-hri konstitusi sering disamakan dengan
Undang-undang Dasar yang merupakan terjemahan dari groundwet dalam bahasa
Belanda (ground artinya dasar, wet artinya Undang-undang). Negara-negara yang
menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa nasional dipakai istilah "Constitution"
yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi menjadi konstitusi. Dalam
praktik, pengertian konstitusi tidak lebih luas dari UUD. Konstitusi mencakup UUD
dan keseluruhan dari peraturan, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang
mengatur secara mengikat bagaimana pemerintahan negara diselenggarakan dalam
masyarakat. Saat ini banyak sarjana menyamakan dua istilah tersebut. yakni konstitusi
dan UUD. Hal ini disebabkan oleh praktik ketatanegaraan di berbagai negara
menganggap bahwa konstitusi atau UUD itu dibuat sebagai pegangan untuk
menyelenggarakan negara. Konstitusi itu lebih luas dari pada UUD
Istilah konstitusi dari sudut sejarah telah lama diknal yaitu sejak zama Yunani
Kuno. Diduga “Konstitusi Athena” yang ditulis oleh seorang Xenophon (abad 425)
merupakan konstitusi pertama. Konstitusi Athena dipandang sebagai alat demokrasi
yang sempurna. Dapat diduga bahwa pemahaman orang tentang apa yang diartikan
konstitusi, sejalan dengan pemikiran orang-orang Yunani Kuno tentang Negara. Hal
ini dapat diketahui dari Paham Socrates yang kemudain dikembangkan oleh muridnya
Plato, dakam bukunya politea atau negara, yang memuat ajaran-ajaran Plato tentang
negara atau Huku, dan bukunya Nomoi atau undang-undang dan juga tulisan
Aristoteles dalam bukunya Politica yang membicarakan tentang negara dan hukum
(keadilan).
Ada hal menarik dari istilah konstitusi ini, Giovanin Sartori mencatat, bahwa
constituio dalam bahasa latin tidak ada kaitannya dengan apa yang kita sebut
konstitusi. Hal ini diperkuat oleh suatu kenyataan, bahwa pada abad ke-17 memang
terdapat dokumen-dokumen tertlis yang berisi prinsip organisasi pemerintahan disebut
perjanjian, instrument, kesepakatan, dan hukum dasar tetapi tidak pernah disebut
“konstitusi” Wirjono Prodjodikor berpendapat:
Istilah konstitusi berasal dari kata kerja constituer (bahasa Perancis) yang
berarti membentuk, yaitu membentuk suatu negara. Sehingga konstitusi memandang
permulaan dari segala peraturan mengenai suatu negara, dengan demikian suatu
konstitusi memuat suatu peraturan pokok (fundamental) mengenai sandi-sandi
pertama untuk menegakan bangunan besar, yaitu negara.
Dengan rumusan yang sama Abu Bakar Busroh dan Abu Daud Busroh,
mengemukakan.
Konstitusi pada dasarnya mengandung pokok-pokok pikiran dan paham-
paham yang melukiskan kehendak yang menjadi tujuan dari faktor-faktor kekuatan
yang nyata dalam masyarakat yang bersangkutan artinya suatu konstitusi pada
dasarnya lahir dari sintesa ataupun reaksi terhadap paham-paham pikiran yang ada
dalam masyarakat sebelumnya.
1) Konstitusi suatu negara adalah hasil atau produk sejarah dan proses
perjuangan bangsa yang bersangkutan.
2) Konsttusi suatu negara adalah rumusan dari filsafat, cita-cita, kehendak
dan perjuangan bngsa Indoesia.
a. Konstitusi (hukum dasar) dalam arti sempit hukum dasar tertulis dan tidak
tertulis.
b. Konstitusi (hukum dasar) dalam arti sempit adalah hukum dasar tertulis, yaitu
Undang-Undang Dasar. Dalam pengertian ini Undang-Undang Dasar
merupakan konstitusi atau hukum dasar yang tertulis.
Sehubungan dengan istilah konstitusi ini, para sarjana dan ilmuwan Hukum
Tata Negara terjadi perbedaan pendapat:
Konstitusi menurut makna katanya berarti “dasar susunan badan politik” yang
bernama negara. Konstitusi menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu
negara, yaitu berupa kumpulan peraturan yang membentuk, mengatur dan
memerintahkan negara.
Pengertian konstitusi dapat disimak dari pendapat para ahli, sebagai berikut:
1. Lord James Bryce sebagaimana dikutip oleh C.F. Strong berpendapat bahwa suatu
kerangka dari negara, yang diorganisir melalui dan dengan hukum, dimana di
dalam hukum itu ditetapkan institusi-institusi yang bersifat tetap dengan diakui
fungsi-fungsi dan hak-hak yang tetap.
a. Terdapat paling kurang dua pengertian konstitusi, yakni konstitusi dalam arti
luas dan konstitusi dalam arti sempit.
Dengan pengertian konstitusi tersebut, maka konstitusi telah menjadi hal yang
tak bisa dipisahkan dari negara-negara moderen. Kita tidak menemukan lagi suatu
negara yang hidup tanpa konstitusi. Apapun bentuknya, entah itu tertulis ataupun
tidak tertulis dalam bentuk dokumen atau non dokumen, tetapi yang jelas dan pasti
setiap negara memiliki konstitusi. Sebagai contoh, di Negara Inggris tidak terdapat
suatu dokumen yang disebut konstitusi Inggris, namun sejak Inggris memiliki
sebuah sistem pemerintahan yang diatur dengan sejumlah peraturan yang
menentukkan komposisi, kedudukan, fungsi dan hubungan antar lembaga
pemerintahan, dan menggambarkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari yang
diperinta (rakyat), Inggris telah memiliki konstitusi dalam arti luas.
K. C. Wheare mengatakan:
Yang dimaksud konstitusi jika berbicara dengan cermat dan cepat adalah
kumpulan hukum, lembaga dan kebiasaan, yang berasal dari prinsip-prinsip tertentu
yang menyusun sistem umum, dan masyarakat setuju untuk diperintahkan menurut
sistem itu.
2. Hukum Konstitusi
Istilah Hukum Konstitusi yang kini telah ramai digunakan dalam studi ilmu
Hukum Tata Negara di Indonesia merupakan pengembangan studi ilmu hukum Tata
Negara yang dilakukan oleh Sri Soemantri R. Martosoewignjo. Beliau menyempatkan
diri secara khusus mengajar mata kuliah ini pada bidang kajian utama ilmu hukum
ketatanegaraan/ program pasca sarjana Universitas Padjajaran disamping mata kuliah
hukum Tata Negara (lanjut) dan politik hukum. Pada pekembangan terakhir, mata
kuliah hukum konstitusi telah ditetapkan sebagai salah satu mata kuliah pilihan dalam
program S1 Fakultas Hukum oleh Konsorsium Ilmu Hukum.
Untuk dapat memahami apa itu hukum konstitusi, kita perlu menyimak
pendapat Sri Soemantri R. Martosoewignjo bahwa hukum konstitusi merupakan
bagian dari hukum Tata Negara. Lebih lanjut Sri Soemantri R. Martosoewignjo
merujuk pada pendapat Andre Mast (Guru Hukum Tata Negara Belgia) bahwa
“Hukum Konstitusi adalah kaidah-kaidah hukum tentang hal-hal yang terdapat dalam
konstitusi”.
Ini berarti bahwa hukum konstitusi itu merupakan bagian dari hukum Tata
Negara (dalam arti sempit), yang membicarakan kaidah-kaidah hukum yang terdapat
dalam konstitusi. Yang perlu dibahas lebih lanjut adalah apakah dan bagaimanakah
kaidah hukum, serta apakah hukum konstitusi itu?
5. Wade and Philips, dalam bukunya yang berjudul Constitutional Law, tahun
1939, Wade and Philips merumuskan “Constitutional law is ... body of rules
which prescribes (a) the structure, (b) the functions of the organs of central
and local government”. Dalam buku yang sama, terbitan tahun 1960,
dinyatakan,”in the generally accepted of the term it means the rules which
regulate the structure of the principal organs of government and their
relationship to each other, and determine their principal functions”.
Kedua kata itu di padukan menjadi “sistem hukum” mengandung arti susunan
dan hubungan dari asas-asas dan kaedah-kaedah yang mengatur kehidupan manusia
dalam masyarakat, lembaga-lembaga, proses-proses yang mewujudkan berlakunya
kaedah-kaedah dalam kenyataan.
Pengertian sistem hukum yang dibentuk dari asal katanya ini memang sangat
sederhana, namun menyerakan makna yang sangat luas, karena dalam pengertian
tersebut terkandung hukum normatif dan hukum empirik. dari nukum normatif akan
berkembang pandangan orang hukum tentang sistem hukum dan dari hukum empirik
berkembang pandangan sosiolog hukum tentang sistem hukum. seiring dengan itu J. J.
H. Bruggink mengemukakan bahwa terdapat dua pandangan tentang sistem hukum,
yakni:
Menurut pandangan sosiolog hukum, antara lain Kees Schuit nahwa sebuah sistem
hukum terdiri atas tiga unsur yang memiliki kemandirian tertentu (memiliki
identitas dengan batas-batas ang relatif jelas) yang saling berkaitan, dan masing-
masing dapat dijabarkan lebih lanjut. Unsur-unsur yang mewujudkan sistem
hukum itu adalah:
a. Unsur adil, terdiri dari aturan-aturan, kaedah-kaedah, dan asas-asas. inilah
yang oleh yuris disebut sistem hukum, tetapi sosialog hukum masih ada
unsur lainnya.
Berangkat dari pemahaman ini Bair Manan lebih cenderung melihat sistem
hukum sebagai refleksi dari asas dan kaedah hukum yang berlaku, yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat tertentu. Sistem hukum tidak saja dilihat sebagai
abstraksi dari asas dan kaedah hukum, tetapi juga termasuk segi-segi pembentukan
dan penegakan hukum.
Pemikiran Bagir Manan tentang sistem hukum ini nampaknnya sejalan dengan
pandangan Bruggink. Kalau menurut Bagir Manan, s\istem hukum itu merupakan
abstraksi dari asas dan kaedah hukum, adalah identik dengan pemikiran Bruggink
tentang makna sistem hukum yang dianut oleh orang hukum. Demikian pula dengan
pemikina Bagir Manan tentang sistem hukum termasuk pembentukan dan penegakan
hukum, adalah identuk dengan pemikiran Bruggink tentang makna sistem hukum ang
dianut oleh para sosiolog hukum.
Apa sajakah yang menjadi unsur atau komponen seuah sistem hukum? Sistem
hukum sebagai suatu kesatuan yang tak terpisahkan, bersifst integral, saling
berhubungan satu sama lain dan saling mendukung karena dirajut oleh asa-asas
hukum dan kaedah-kaedah hukum yang sama, misalnnya sistem hukum nasional
(indonesia) terkait dalam satu rajutan sistem hukum karena dirajut oleh asas-asas
hukum dan kaeah-kaedah hukum berdasarkan pancasila dan UUD 1945, serta dijiwai
oleh wawasan nusantara (GBHN 1993 Bab I huruf C butir 5). Komponen-komponen
suatu sistem hukum biasannya terdiri dari materi atau substansi hukum, lembaga dan
aparatur hukum, sarana dan rasarana, budaya hukum, penerapan dan pelayanan
hukum, pengawasan hukum, informasi hukum, dan administrasi hukum.
Perdata Pidana
Dalam kedua bagan tersebut di atas terdapat perbedaan yaitu pada bagan yang
dibuat oleh Van Wijk, hukum tata negara diletakkan pada kotak yang paling bawah,
sedangkan pada bagan yang dibuat oleh Crince Le Roi, hukum tata negara diletakkan
pada kotak yang paling atas. Selain itu, terdapat perbedaan yang lainnya yaitu pada
luasnya bidang hukum administrasi. Pada bagan yang dibuat oleh Crince Le Roi
hukum administrasi lebih luas daripada bidang hukum lainnya, karena hukum
administrasi terus berkembang seiring dengan semakin bertambah luas dan
kompleksnya masalah yang dihadapi oleh administrasi negara. Dengan hadirnya
konsep negara hukum kesejahteraan, maka administrasi negara harus turut campur
tangan dalam berbagai kepentingan masyarakat untuk mewujudkan kesejahteraan
rakyat. Dengan demikian, hukum administrasi negara semakin bertambah luas dan
menggeroggoti bidang hukum lainnya.
Kendatipun kedua ahli tersebut menempatkan posisi hukum tata negara pada
tempat yang berbeda dalam sistem hukum positif Belanda, namun keduanya
menempatkan hukum tata negara pada posisi yang penting. H. D. Van Wijk
meletakkan hukum tata negara pada posisi paling bawah, menunjukkan cabang ini
sebagai basis bagi ketiga cabang hukum lain. Crince Le Roi menempatkan hukum tata
negara pada posisi paling atas, menunjukkan hukum tata negara sebagai payung bagi
ketiga bidang hukum lainnya. Hal ini berarti bahwa ketiga bidang hukum lain harus
berpijak dan berpedoman pada asas-asas hukum dan kaidah-kaidah hukum yang
terdapat dalam hukum tata negara atau dengan perkataan lain, hukum tata negara
harus menjiwai bidang-bidang hukum yang lainnya.
Dengan menjamin badan sistem hukum yang dikemukakan oleh kedua ahli
hukum Belanda tersebut kita dapat menentukan hukum konstitusi dalam kerangkan
sistem hukum secara keseluruhan. Oleh karena hukum konstitusi itu merupakan salah
satu bagian dari hukum tata negara, maka letak hukum konstitusi tidak terpisahkan
dari posisi hukum tata negara dalam kerangkan sistem hukum secara keseluruhan
sebagaimana telah diuraikan di atas. Dalam kaitannya dengan sistem hukum
konstitusi, yaitu dalam posisi UUD 1945 sebagai salah satu bagian dari hukum tata
Negara Indonesia.
c. Perbandingan konstitusi
d. Negara kesatuan
e. Negara federal
h. Legislatif
i. Pemerintahan parlementer
k. Peradilan
l. Munculnya nasionalisme
3. Hans Kelsen dalam buku “General Teori of Law and State” membicarakan juga
konstitusi dalam bab XI yang berjudul “The Hierarchy of the Norms” (Tata urutan
norma-norma) yang terdiri dari beberapa sub bahasan yaitu:
a. Konstitusi dalam pengertian material dan formal, penentuan pembuatan norma-
norma umum.
b. Apa sajakan yang dimasukkan ke dalam konstitusi atau apa sajakah materi
muatan konstitusi
d. Aspek-aspek klasifikasi
a. Ciri-ciri khas
d. Konfensi ketatanegaraan
e. Pemisahan kekuasaan
f. Hak-hak sipil
g. Persamaan dihadapan hukum
6. M. Solly Lubis dalam buku “Asas-asas Hukum Tata Negara” mengulas beberapa
hal mengenai hukum konstitusi, yaitu:
a. Konstitusi
7. Moh. Kusnardi dan Hermaily Ibrahim dalam buku “Pengantar Hukum Tata Negara
Indonesia” membahas konstitusi dalam sistematika sebagai berikut:
a. Istilah
b. Pengertian konstitusi
d. Nilai konstitusi
e. Sifat konstitusi
f. Perubahan konstitusi
Beranjak dari paparan tentang materi-materi yang biasa disajikan dalam beberapa
referensi hukum konstitusi, maka pada prinsipnya studi hukum konstitusi memberikan
perhatian pada hal-hal berikut:
3. Hukum konstitusi positif (hukum konstitusi yang berlaku dalam suatu negara
tertentu.
4. Perbandingan konstitusi