Anda di halaman 1dari 131

PENDAHULUAN

- Kedudukan Hukum Tata Negara - Materi Hukum Tata Negara -Metode Dalam Hukum Tata Negera (cara pendekatan) Catatan: APAKAH HUKUM TATA NEGARA MERUPAKAN SUATU ILMU PENGETAHUAN?

KEDUDUKAN HTN DALAM BIDANG HUKUM


1.Peristilahan 2.Pengertian (difinisi)

3.Hubungan HTN dengan cabang Ilmu lainnya


Tujuan: untuk memperoleh suatu pemahaman yang lebih baik (nilai-nilai teoritis) dan lebih mudah dalam menerapkan hukum (nilai-nilai praktis)

Menurut Van Apeldoorn Hukum itu terdiri dari:

- Hukum Publik (Publiek recht, public law) Kepentingan-kepentingan hukum yang diatur berupa kepentingankepentingan umum/publik (negara) (Peraturan-peraturan hukum yang obyeknya ialah kepentingankepentingan umum, oleh karena itu soal mempertahankanya dilakukan oleh negara/pemerintah dalam arti luas) - Hukum Privat (Privaat recht, private law) Kepentingan-kepentingan hukum yang diatur berupa kepentingankepentingan khusus/perdata (perorangan) (Peraturan-peraturan hukum yang obyeknya ialah kepentingankepentingan khusus (individu), oleh karena itu dipertahankan atau tidak diserahkan kepada yang berkepentingan)

Menurut Prof. Kusumadi Pudjosewojo:

Hukum Tata Negara dan Hukum Tata Usaha Negara digolongkan kedalam hukum publik

Sistem Hukum
NEGARA
Hukum Tata Negara
Tentang Struktur Negara (lembaga-lembaga negara, relasi lembaga negara, konstitusi)

Hukum Transnasional
Hukum Publik dan Hukum Privat

Hukum Administrasi Negara Hubungan antara [penyelenggara negara] [pemerintah] dengan masyarakat atau individu warga negara Hukum Publik Hukum Perdata
Hubungan antara warga negara dan warga negara (pribadi) Hubungan Hubungan antara pribadi hukum (Warga Negara) dengan Badan Hukum serta badan hukum dangan Badan Hukum)

Hukum Publik

Hukum Pidana Hubungan antara masyarakat (diwakili oleh negara: Penegak hukum pemerintahan) dengan individu warganya Hukum Publik

Hukum Privat

RUANG LINGKUP METERI HTN


Hukum Tata Negara yang berisikan asas-asas dan
pengertian-pengertian Hukum Tata Negara yang bersifat umum (universal) pengertian-pengertian hukum yang berkembang dalam teori dan praktik di suatu negara tertentu hukum positif di bidang ketatanegaraan suatu negara tertentu

Hukum Tata Negara yang berisikan asas-asas dan

Hukum Tata Negara Positif, yang mengkaji mengenai

METODE (CARA PENDEKATAN) DALAM HUKUM TATA NEGARA

Menurut Harmailly Ibrahim melalui pendekatan


Yuridis formal

Menurut Paul Laband melalui pendekatan


Yuridis Dogmatis

Menurut Thoma melalui pendekatan Yuridis


Historis
gunanya untuk encari hubungan dan perbedaan obyek yang diselidiki didasarkan atas faktor-faktor yang ada dalam lapangan hukum.

PERISTILAHAN HTN
Staatsrecht (staatslehre)Belanda, mencakup:
- Staatrecht in ruimere zin (HTN dalam arti luas) dan - Staatrech in engere zin (HTN dalam arti sempit)

Costitusional Law - Inggris

Droit Constitusionnel - Prancis


Verfassungsrecht (Verfassungslehre) - Jerman

DIFINISI HUKUM TATA NEGARA


Christian van Vollenhoven
Hukum Tata Negara mengatur semua masyarakat hukum atasan dan masyarakat hukum bawahan menurut tingkatannya dan masing-masing itu menentukan wilayah lingkungan rakyatnya dan akhirnya menetukan badan-badan dan fungsinya masing-masing yang berkuasa dalam lingkungan masyarakat hukum itu, serta menentukan susunan dan wewenangnya dari badan-badan tersebut. Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur mengenai tata organisasi negara.

Paul Scholten
Van der Pot

Hukum Tata Negara adalah peraturan-peraturan yang menetukan badan-badan yang diperlukan serta wewenangnya masing-masing, hubungan satu dengan yang lainnya dan hubungan dengan individu warga negara dalam kegiatannya.
Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur organisasi negara.

J.H.A Logemann

Van Apeldoorn

Hukum Tata Negara dalam arti sempit (verfassungrecht) menunjukan orang-orang yang memegang kekuasaan pemerintah dan batas-batas kekuasaannya
Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur negara. Hukum Tata Negara mengatur alat-alat perlengkapan negara, tugas dan wewenangnya, serta mekanisme hubungan di antara alat-alat perlengkapan negara itu. Hukum Tata Negara itu berhubungan dengan persoalan distribusi kekuasaan hukum dan fungsiorgan-organ negara.

Mac-Iver

Wade and Phillips

Paton George Whitecross A.V. Dicey

Hukum Tata Negara mencakup semua peraturan yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi distribusi atau pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat dalam negara.
Hukum Kostitusi adalah salah satu cabang dari hukum publik yang mengatur organisasi dan fungsi-fungsi politik suatu lembaga negara.

Maurice Duverger

Kusumadi Pudjosewojo
Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur bentuk negara (kesatuan dan federal), dan bentuk pemerintahan (kerajaan dan republik) yang menunjukan masyarakat hukum atasan maupun bawahan, beserta tingkatan-tingkatannya (hirarchie), yang selanjutnya menegasakan wilayah dan lingkungan rakyat dari masyarakat-masyarakat hukum itu dan akhirnya menunjukan alatalat pelengkapnya (yang memegang kekuasaan penguasa) dari masyarakat hukum itu, beserta susunan (terdiri dari seseorang atau sejumlah orang), wewenang, tingkat imbangan dari dan atara alat pelengkap itu.

Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim


Hukum Tata Negara adalah sekumpulan peraturan hukum yang mengatur organisasi dari pada negara, hubungan antara alat pelengkap negara dalam garis Vertikal dan Horizontal, serta kedudukan warga negara dan hak-hak azasinya.

OBYEK KAJIAN HUKUM TATA NEGARA


Konstitusi sebagai hukum dasar beserta berbagai aspek mengenai
perkembangannya dalam sejarah kenegaraan yang bersangkutan, proses pembentukannya dan perubahannya, kekuatan mengikatnya dalam peraturan perundang-undangan, cakupan subtansinya, ataupuan muatan isinya sebagai hukum dasar yang tertulis. bagi pengorganisasian intitusi, pembentukan dan penyelenggaraan organisasi negara, serta mekanisme kerja organisasi-organisasi negara dalam menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan dan pembangunan.

Pola-pola dasar ketatanegaraan yang dianut dan dijadikan acuan

Struktur kelembagaan negara dan mekanisme hubungan antar

organ-organ kelembagaan negara, baik secara vertikal maupun secara horizontal. dengan warga negara beserta hak-hak dan kewajiban asasi manusia, bentuk-bentuk dan prosedur pengambilan keputusan hukum, serta mekanisme perlawanan terhadap keputusan hukum.

Prinsip-prinsip kewarganegaraan dan hubungan antara negara

ILMU HUKUM TATA NEGARA

13

George Jellinek dalam bukunya


Allgemeine Staatslehre
Ilmu Kenegaraan (Staatswissenschaaft) dalam arti luas, mencakup: Ilmu Kenegaraan dalam arti sempit, yaitu: * staatenkunde Staatswissenschaaft menceritakan keadaan negara secara umumnya, misalkan: keadaan alam dsb; * theoritische Staatswissenschaaft Ilmu Negara dalam arti luas, yaitu: ilmu negara umum dan ilmu negara khusus. * practische Staatswissenschaaft Ilmu Politik

Rechtswissenchaft

Menekankan pada aspek hukum (rechts), segi yuridis dari negara. Mencakup: * Hukum Tata Negara (vervassungrecht) * Hukum Administrasi (verwaltungrecht) * Hukum Antar Negara (internatonale recht)
14

Keluarga Ilmu Kenegaraan Staatslehre)


Teori tentang negara dalam arti luas
(staatslehre in ruimere zin)

Teori tentang negara dalam arti sempit

(staatslehre in enghere zin). Diartikan sebagai staatsrecht . Terdiri dari: - staatsrecht dalam arti luas dan - staatsrecht dalam arti sempit.

15

Hukum Tata Negara dalam arti luas mencakup: Hukum Tata Negara (staat in rust) dan Hukum Administrasi (staat in beweging)

staat in rust objek kajiannya menelaah negara


dalam keadaan statis (diam) saja; stat in beweging objek kajiannya menelaah negara dalam keadaan bergerak.

16

HUBUNGAN HTN DENGAN ILMU PENGETAHUAN LAINNYA


HTN dengan Ilmu Negara HTN dengan Ilmu Politik HTN dengan HAN

17

Hubungan Hukum Tata Negara dengan Ilmu Negara


Keduanya mempunyai hubungan yang sangat dekat

Ilmu Negara mempelajari :


Negara dalam pengertian abstrak

artinya tidak terikat waktu dan tempat. Konsep-konsep dan teori-teori mengenai Negara serta hakekat Negara.

Sedangkan Hukum Tata Negara mempelajari :


Negara dalam keadaan konkrit artinya yaitu mempelajari
keadaan Negara yang sudah terikat oleh waktu dan tempat; Hukum Tata Negara mempelajari Hukum positif yang berlaku dalam suatu Negara; Hukum Tata Negara mempelajari Negara dari segi stuktur.
18

HTN DENGAN ILMU NEGARA


HTN memiliki nilai Praktis
(normative wissenschaft)

Ilmu Negara tidak

Obyeknya hukum positif yang

berlaku pada suatu di suatu tempat, tentang negara dalam aspek hukum.

mempunyai nilai praktis, mementingkan nilai teoritis (seins wissenschaft) Obyeknya asas-asas pokok dan pengertian-pengertian pokok tentang negara dalam aspek umum.

19

HTN DENGAN ILMU POLITIK


Menurut Prof Barens dengan perumpamaan Hukum Tata Negara sebagai kerangka manusia, sedangkan Ilmu Politik merupakan daging yang ada di sekitarnya.

20

Hukum Tata Negara mempelajari peraturanperaturan hukum yang mengatur organisasi kekuasaan Negara, sedangkan Ilmu Politik mempelajari kekuasaan dilihat dari aspek perilaku kekuasaan tersebut.

21

HTN DENGAN HAN

Pembedaan secara prinsipiil, karena kedua ilmu pengetahuan ini dapat dibagi secara tajam baik mengenai sistimatikanya maupun isinya. Christian Van Vollenhoven Oppenheim J.H.A. Logemann Tidak terdapat perbedaan yang bersifat asasi, melainkan hanya karena pertimbangan manfaat praktis. Kranenburg Van der Pot Vegting

22

CHRISTIAN VAN VOLLENHOVEN


Hukum Tata Negara
Pertama-tama menentukan apa/mana saja masyarakat hukum atasan dan bawahan dengan jenjang tingkatannya, kemudian merumuskan lingkup peranan terhadap wilayah serta warganya selanjutnya menentukan kekuasaan macam apa yang diserahkan kepada aneka lembaga dalam tiap masyarakat hukum (hukum tentang pendistribusian kekuasaan (fungsi-fungsi negara kepada lembagalembaga negara)

Hukum Administrasi Negara

Administrasi Negara adalah kumpulan ketentuan yang wajib ditaati oleh lembaga kekuasaan/pejabat atasan maupun bawahan, setiap kali melasanakan karya/peranan berdasarkan Hukum Tata Negara (hukum yang mengatur cara bekerjanya lembaga-lembaga tersebut dalam menggunakan fungsi-fungsi yang diberikat dalam HTN)

23

OPPENHEIM
HTN: Hukum Tata Negara mengatur negara dalam keadaan diam/ tidak bergerak (de staat in rush) HAN: Hukum Administrasi Negara adalah hukum negara dalam keadaan bergerak (de staat in beweging)

Karena yang menjadi inti


permasalahannya (mengungkap ihwal) adalah:
status role

Karena yang menjadi inti role-playing (sikap tindak


negara)
permasalahannya adalah

24

J.H.A. LOGEMANN
HUKUM TATA NEGARA DALAM ARTI SEMPIT Persoonsleer (ajaran tentang peribadi atau status) Mempelajari tentang masalah-masalah manusia sebagai subyek hukum yang mempunyai kewajiban, manusia sebagai subyek hukum yang mepunyai hak, personifikasi, perwakilan, timbul dan hilangnya kepribadian, hukum atau hak organisasi, pembatasan wewenang.

Gebledleer (ajaran tentang lingkup laku)


Mempelajari tentang permasalahan mengenai batasan-batasan cara-cara, waktu dan lingkup wilayah pribadi atau kelompok pribadi (sebagai subyek hukum) dalam bersikap tindak atau berprilaku menurut kaedah-kadah yang berlaku. HUKUM ADMINISTRASI NEGARA leer de rechsbetrekking (ajaran mengenai hubungan hukum) Mempelajari jenis, bentuk, serta akibat hukum yang dilakukan oleh pejabat dalam melakukan tugasnya.
25

Karenenburg
Perbedaan HTN dengan HAN itu tidak bersifat azasi, pemisahan antara keduanya hanya disebabkan karena pertumbuhan hukum korporatif dari masyarakat hukum teritorial dan juga disebabkan karena HTN meliputi susunan, tugas, wewenangan dan cara badan-badan menjalankan tugas dalam HAN.

Van der Pot


Perbedaan prinsipiil itu tidak menimbulkan suatu akibat hukum. Diadakannya pembedaan hanya penting bagi ilmu pengetahuan, sehingga para ahli hukum mendapatkan suatu gambaran tentang sistem yang bermanfaat.

Vegting
HTN dan HAN mempunyai lapangan penyelidikan yang sama, perbedaannya hanya terletak pada cara pendekatan yang digunakan oleh masing-masing ilmu pengetahuan. Cara pendekatan yang dilakukan oleh HTN ialah untuk mengetahui organisasi dari pada negara, serta badanbadan lainnya. Sedangkan HAN menghendaki bagaimana caranya negara serta organ-organ melakukan tugasnya.
26

SUMBER HUKUM TATA NEGARA

27

Sub Pokok Pembahasan


Pengertian Sumber Hukum Sumber Hukum Tata Negara
- Sumber Hukum dalam arti Formal dan sumber Hukum dalam arti Material - Konvensi Ketatanegaraan - Traktat / Perjanjian Sumber Hukum Tata Negara Indonesia Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan di Indonesia
28

PENGERTIAN SUMBER HUKUM


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia:
Sumber hukum adalah segala sesuatu yang berupa tulisan, dokumen, naskah, dsb yang dipergunakan oleh suatu bangsa sebagai pedoman hidupnya pada masa tertentu Menurut Zevenbergen: Sumber hukum adalah sumber terjadinya hukum; atau sumber yang menimbulkan hukum. Menurut Achmad Ali: Sumber hukum adalah tempat di mana kita dapat menemukan hukum. Namun perlu diketahui pula bahwa adakalanya sumber hukum juga sekaligus merupakan hukum, contohnya putusan hakim.
29

C.S.T. Kansil
Sumber hukum ialah: segala apa saja yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang kalau dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata.

yang dimaksudkan dengan segala apa saja, adalah faktorfaktor yang berpengaruh terhadap timbulnya hukum. Sedang faktor-faktor yang merupakan sumber kekuatan berlakunya hukum secara formal artinya: dari mana hukum itu dapat ditemukan, dari mana asal mulanya hukum, di mana hukum dapat dicari atau di mana hakim dapat menemukan hukum sebagai dasar dari putusannya.
30

Menurut

Satjipto Rahardjo:

Sumber Hukum adalah sumber yang melahirkan hukum. Berdasarkan sifatnya digolongkan dari dua kategori, yaitu:

- sumber-sumber yang bersifat hukum

sumber yang diakui oleh hukum itu sendiri sehingga secara langsung bisa melahirkan atau menciptakan hukum. - sumber-sumber yang bersifat sosial.

31

Menurut Edward Jenk, terdapat tiga sumber hukum yang biasa


ia sebut dengan istilah forms of law yaitu: Statutory (undang-undang); Judiciary; Literaty

sedangkan menurut G.W. Keeton, sumber hukum terbagi atas: 1. Binding Sources (formal), terdiri atas: - Custom; - Legislation; - Judicial precedents 2. Persuasive Sources (materiil), terdiri atas: - Principles of morality or equity; - Professional opinion.
32

Van Apeldoorn, perkataan sumber hukum


dipakai dalam pengertian: - konteks sejarah - konteks filsafat - konteks sosial

Dalam figh Islam, yang dianggap sebagai


sumber hukum: - Al-Quran; - al- sunnah; - Ijtihad;

33

Menurut Sudikno Mertokusumo, Sumber Hukum itu


terbagi atas dua hal:
1. Sumber Hukum Materiil: adalah tempat dari mana materi itu diambil. Sumber hukum materiil ini merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum, misalnya hubungan sosial, hubungan kekuatan politik, situasi sosial ekonomis, tradisi (pandangan keagamaan, kesusilaan), hasil penelitian ilmiah, perkembangan internasional, keadaan geografis, dll. 2. Sumber Hukum Formal: merupakan tempat atau sumber dari mana suatu peraturan memperoleh kekuatan hukum. Hal ini berkaitan dengan bentuk atau cara yang menyebabkan peraturan hukum itu formal berlaku. Yang diakui umum sebagai sumber hukum formal ialah UU, perjanjian antar negara, yuris prudensi dan kebiasaan.
34

Sumber hukum adalah segala sesuatu yang


dijadikan bahan rujukan dalam membuat huku, berupa tulisan, dokumen, naskah, dsb, yang dipergunakan oleh suatu negara sebagai pedoman hidupnya.
Indonesia) membedakan sumber hukum ke dalam kriteria Sumber hukum materiil; dan Sumber hukum formal. Tempat dimana asal-muasal norma atau nilai tertentu berasal

Pada umumnya para pakar (termasuk di

35

Sumber-sumber Hukum Tata Negara tidak terlepas dari pengertian Sumber Hukum menurut pandangan ilmu hukum pada umumnya. Sumber Hukum Tata Negara mencakup dua hal, yaitu: sumber hukum dalam arti formil; dan sumber hukum dalam arti materiil

36

Sumber Hukum Tata Negara


Sumber Hukum dalam arti Formal
dan sumber Hukum dalam arti Materiil Konvensi Ketatanegaraan Traktat / Perjanjian

37

Sumber Hukum dalam arti Formal dan sumber Hukum dalam arti Materiil
Sumber Hukum dalam arti materiil
sumber hukum yang menentukan isi hukum. Melihat faktor-faktor yang membentuk hukum, misalnya faktor sosiologis, faktor historis, faktor filosopis.

Sumber Hukum dalam arti Formal


Sumber hukum yang telah dirumuskan ke dalam bentuk tertentu, yang menyebabkan berlaku, mengikat dan ditaati. misalnya: peraturan perundang-undangan, jurisprudensi, doktrin hukum tata negara.
38

A.V. DICEY
Hukum Tata Negara (the law of the constitutions)
yang terbagi atas: - Hukum Tatanegara tertulis (Statute law) - Hukum Tatanegara tidak tertulis (Common law) yang terdiri atas putusan-putusan hakim (judge made maxims) dan ketentuan-ketentuan yang dapat disimpulkan dari kebiasaan, serta adat turun temurun (tradition).

Kebiasaan-kebiasaan ketatanegaraan (convention


of the constitution)
39

Peristilahan

Konvensi Ketatanegaraan
Convention -----> Kebiasan ketatanegaraan
- perbuatan dalam kehidupan ketatanegaraan yang dilakukan berulang kali sehingga ia diterima dan ditaati dalam praktek ketatanegaraan, walaupun ia bukanlah hukum. - Kelaziman-kelaziman yang timbul dalam praktek kehidupan ketatanegaraan. 1. 2. 3. Custom (kebiasaan). Expediency (Kepatutan, kelayakan) Express agreement (persetujuan yang dinyatakan)

Arti konvensi

Ruang lingkup

40

SUMBER HUKUM TATANEGARA INDONESIA


Sumber Hukum Tata Negara Indonesia dalam arti
material: inti dari segala faktor di Indonesia adalah Pancasila. Maka, sumber hukum tatanegara tidak dapat lain Pancasila

Sumber Hukum Tatanegara dalam arti formiil

1. UUD 1945 dan Peraturan perundang-undangan dibawahnya. 2. Konvensi Ketatanegaraan 3. Traktat (perjanjian internasional)
41

Sumber Hukum Indonesia dalam arti

formiil tidak terlepas dari sejarah tata urutan perundang-undangan yang pernah berlaku di indonesia, sebagai landasan hukum dalam penyelenggaraan negara (Bentuk dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia)

42

TAP MPRS No.XX/MPRS/1966


1. UUD 1945; 2. Ketetapan MPR (TAP MPR); 3. Undang-Undang/ Peraturan Pemerintah Pengganti 4. 5. 6.
Undang-undang (Perpu); Peraturan Pemerintah; Keputusan Presiden; Peraturan-peraturan Pelaksanaan lainnya seperti : - Peraturan Menteri; - Instruksi Menteri; - dan lain-lainnya.

43

Pasal 2 TAP MPR No.III/MPR/2000


1. 2. 3. 4.
UUD RI; Ketetapan (TAP) MPR; Undang-Undang (UU); Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu); 5. Peraturan Pemerintah (PP); 6. Keputusan Presiden (Keppres); dan 7. Peraturan Daerah (Perda).
44

Pasal 7 ayat (1) UU Nomor 10 tahun 2004

UUD 1945 UU/Peraturan Pemerintah Pengganti


Undang-Undang Peraturan Pemerintah Peraturan Presiden Peraturan Daerah

45

KONSTITUSI

Sub Pokok Pembahasan:


Sejarah Konstitusi Pengertian Konstitusi Nilai dan Sifat Konstitusi Tujuan dan Hakekat Konstitusi Perubahan Konstitusi Konstitusi Indonesia

Sejarah Konstitusi

Terminologi Klasik Politea (Yunani Kuno) Constitutio (Latin) Warisan Yunani Kuno dipengaruhi Pemikiran Plato dan Aristoteles diantara yang membedakan istilah Politea dan nomoi Politea memiliki cakupan yang lebih luas dari sekedar nomoi (aturan tertulis) Warisan Romawi Kuno yang dipengaruhi pemikiran Cicero Re publica dan re legibus Rex Regia: perjanjian rakyat dengan Caesar Sejarah Peradaban Islam Piagam Madinah (Madinah Charter) Gagasan Modern Naskah tertulis

Pengertian Konstitusi
Herman Heller:

Konstitusi mencerminkan kehidupan politik masyarakat. Masih dalam pengertian sosiologis dan politis, belum merupakan pengertian hukum (die politische Verfassung als gesellshaftliche Wirklichkeit). Konstitusi dalam pengertian unsur-unsur norma sebagai kesatuan kaedah atau rechtverfassung, dalam pengertian ini keputusankeputusan masyarakat dijadikan perumusan yang normative melalui abstaksi, yang kemudian harus berlaku (die verselbstandigte rechtverfassung). Konstitusi sebagai suatu naskah hukum. Pengertian ini adalah suatu hukum yang tertulis sebagai Undang-undang yang tertinggi belaku dalam negara. UU yang tertinggi itu sebagai hukum dasar atau Undang-undang Dasar. [Dengan demikian Undang-undang dasar adalah salah satu bagian dari pengertian konstitusi menurut Herman Heller]

KONSTITUSI SAMA DENGAN UUD

KONSTITUSI MEMILIKI PENGERTIAN YANG BERBEDA DENGAN UUD

Hermann Heller:

Perkataan UUD adalah terjemahan yang sesuai dengan kebiasaan orang belanda yaitu Groundwet ground = dasar dan wet = undang-undang Di Belanda menurut Prof. Sri Soemantri Groundwet memiliki padanan kata Dengan

Konstitusi memilki pengertian yang lebih luas dari UUD karena konstitusi bukan hanya bersifat yuridis semata, melainkan juga sosiologis dan politis. Jadi, UUD hanya merupakan sebagian dari penegertian konstitusi yakni konstitusi yang ditulis.

constitutie

PENGERTIAN KONSTITUSI

Dalam pengertian yang luas ,konstitusi adalah keseluruhan dari ketentuan-ketentuan dasar atau hukum dasar (droit constituonelle), baik yang tertulis ataupun tidak tertulis maupun campuran keduanya Dalam pengertian sempit (terbatas), Konstitusi berarti piagam dasar atau Undang-Undang Dasar (Loi constitutionelle), ialah suatu dokumen lengkap mengenai peraturan-peraturan dasar negara.

KLASIFIKASI KONSTITUSI
K.C Wheare:

Konstitusi tertulis dan konstitusi tidak tertulis. (Written constitution dan non-written constitution) Konstitusi fleksibel dan konstitusi kaku. (Flexible constitution dan rigid constitution) Konstitusi derajat tertinggi dan konstitusi bukan derajat tertinggi. (Supreme constitution dan non supreme constitution) Konstitusi kesatuan dan konstitusi serikat. (Unitary constitution dan federal constitution) Konstitusi sistem pemerintahan presidensial dan konstitusi sistem pemerintahan parlementer. (Presidential executive constitution dan parliamentary executive constitution)

Nilai Keberlakuan sebuah konstitusi


Karl Loewenstein:

Konstitusi bernilai normative, artinya secara hukum diakui dan semua ketentuan yang ada secara murni dan konsekuen dilaksanakan. Konstitusi memiliki nilai nominal, artinya bahwa secara hukum konstitusi tersebut diakui kedudukannya sebagai konstitusi di suatu Negara, namun tidak semua ketentuan di dalamnya dilaksanakan, ada beberapa pasal yang dikesampingkan.

Sedangkan konstitusi yang memilki nilai semantik apabila secara yuridis diakui namun dalam prakteknya tidak dilaksanakan.hanya dijadikan hiasan konstitusional.

Tujuan dan Hakekat Konstitusi


Konstitusi sebagai Hukum Tertinggi sebuah Negara: Pembatasan kekuasaan negara; Keadilan; Ketertiban dan keteraturan; Perwujudan nilai-nilai ideal lainnya sebagaiman negara dibentuk; misalkan: Kebebasan, Kesejahteraan dsb..

Sifat Konstitusi
1. 2. 3.

Bagaimana membentuknya dan merobahnya? Substansi yang diatur? Hubungannya dengan perkembangan zaman? dapat dikategorikan: Formil dan materiil; Tertulis dan tidak tertulis; Rigid (kaku) Flexible (luwes)

PERUBAHAN KONSTITUSI
Cara perubahan konstitusi Menurut CF Strong: oleh kekuasaan legislatif (by ordinary legislative but under certain restrictions)

oleh rakyat melalui referendum (by the people through of referendum)


oleh sejumlah Negara bagian (by a major of all unit of a federal states) dengan konvensi ketatanegaraan (by spescial convention)

PERUBAHAN KONSTITUSI
Cara perubahan konstitusi menurut K.C. Wheare, melalui:

Some primari forces (Beberapa kekuatan penting); Judicial interprations (Penafsiran judisial) Formal amandement (Formal amandemen) Usages and conventions (kebiasan dan adat

istiadat)

PERUBAHAN KONSTITUSI

Menurut Jelllinek melalui:

Verfassungs an derung cara perubahan undang-undang dasar sengaja atau ditentukan dalam undang-undang dasar tersebut; Verfassungs swandlung cara perubahan undang-undang dasar di luar atau melalui cara-cara istimewa seperti revolusi, coup detat, dsb

PERUBAHAN KONSTITUSI Menurut Sri Soemantri, yang dimasud dengan perubahan yakni:

Menjadikan lain bunyi kalimat dari konstitusi;

Menambah sesuatu yang baru;


Ketentuan (materi muatan) konstitusi dilaksanakan tidak sesuai dengan yang tercantum di dalamnya.

BENTUK SUSUNAN NEGARA


1.

2.

Negara Kesatuan, negara yang merdeka dan berdaulat dimana di seluruh wilayah negara, yang berkuasa hanyalah satu pemerintahan pusat yang mengatur seluruh daerah. Negara serikat, negara yang terdiri dari negara-negara bagian, urusan terperinci diberikan kepada pemerintah federal, dan sisanya menjadi urusan negara bagian.

BENTUK SUSUNAN NEGARA LAINNYA


1.

2.

3.

Negara dominion, negara yang semula bekas jajahan Inggris, yang setelah merdeka dan berdaulat tetap mengakui Raja/ratu Inggris sebagai lambang persatuan mereka. Contoh Kanada, Australia, Selandia Baru, Afrika Selatan, India, dan Malaisya. Negara protektorat, negara yang berada di bawah lindungan negara lain, yaitu soal hubungan luar negeri dan pertahanan. Contoh Geuyana (Inggris), Geuyana (Prancis). Uni, dua negara atau lebih yang masing-masing merdeka dan berdaulat akan tetapi mempunyai satu kepala negara yang sama. a. Uni riel, jika negara-negara tsb memiliki alat perlengkapan bersama yang mengurus kepentingan bersama. Contoh Uni Austria-Hongaria th 1867-1918, uni Swedia-Norwegia th 1915-1905, Serbia dan Monte Negro. b. Uni personal, jika hanya kepala negaranya saja yang sama. Contoh Uni Belanda-Luxemburg th 1839-1890, Uni InggrisSkotlandia th 1603-1707

PERBANDINGAN NEGARA KESATUAN DENGAN NEGARA SERIKAT


Negara Serikat 1. Negara bagian memiliki wewenang membuat UU sendiri dan wewenang mengatur organisasi sendiri. 2. UU pusat mengatur halhal tertentu telah terperinci satu persatu dalam konstitusi federal. Negara Kesatuan 1. Organisasi bagian-bagian negara secara garis besarnya telah ditetapkan oleh pembentuk UU pusat 2. UU pusat ditetapkan dalam rumusan umum, dan wewenang pembentuk UU yang lebih rendah tergantung pada badan pembentuk UU pusat

HUBUNGAN PEMERINTAHAN DALAM BENTUK NEGARA KESATUAN


Sistem

sentralisasi dimana segala sesuatu dalam negara langsung diatur dan diurus oleh pemerintah pusat dan daerah tinggal melaksanakan. Sistem desentralisasi dimana kepada daerah diberikan kesempatan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.

PENGERTIAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA (NKRI)

Sesuai dengan pasal 1 UUD 1945 berbunyi Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik. Negara kesatuan yang dipilih adalah negara kesatuan dengan sistem desentralisasi. Desentralisasi diartikan penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom dalam kerangka negara kesatua RI

TUJUAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA


1.

2.
3. 4.

Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia Memajukan kesejahteraan umum Mencerdaskan kehidupan bangsa Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial

Menurut Meriam Budiardjo, negara memiliki fungsi yaitu :


1.

2.

3.

4.

Melaksanakan penertiban untuk mencapai tujuan bersama dan mencegah bentrokan-bentrokan dalam masyarakat. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Pertahanan, untuk menjaga serangan dari luar. Menegakkan keadilan melalui badanbadan pengadilan

Konstitusi Indonesia [Hukum Tata Negara Indonesia]


Sejarah Konstitusi Indonesia Sistematika Konstitusi Indonesia Bentuk Negara, Bentuk Pemerintahan

Pemerintahan Fungsi Kekuasaan Pemerintahan Negara Lembaga-lembaga Negara Asas-asas Ketatanegaraan Indonesia Hak Konstitusional Perubahan Konstitusi

dan Sistem

SEJARAH KONSTITUSI INDONESIA


Konstitusi yang berlaku di Indonesia:
UUD 1945 (I) [18 Agustus 1945 ] Konstitusi RIS [27 Desember 1949 ] UUDS 1950 [27 Agustus 1950 ] UUD 1945 (II) [5 Juli 1959 ]
Masa

Orde Lama/OrLa (Pemerintahan Sukarno) Masa Orde Baru/OrBa (Pemerintahan Suharto)

UUD 1945 era Reformasi


Amandemen

1 Amandemen 2 Amandemen 3 Amandemen 4

(19 Oktober 1999) (18 Agustus 2000) (9 November 2001) (10 Agustus 2002)

Sistematika Konstitusi Indonesia


Pembukaan

- Makna yg terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 - Nilai yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 Batang Tubuh (ketentuan dalam pasal-pasal)
Penutup

- Aturan Peralihan - Aturan Tambahan

Bentuk Negara, Bentuk Pemerintahan dan Sistem Pemerintahan


Bentuk

Negara Negara Kesatuan Bentuk Pemerintahan Republik Konstitusional Sistem Pemerintahan Presidensil

Fungsi Kekuasaan Pemerintahan Negara

Fungsi Kekuasaan Negara Trias politika: legeslatif, eksekutif, dan yudikatif Cabang Kekuasaan Negara di Indonesia: - Cabang Legeslatif - Cabang Eksekutif - Cabang Yudikatif - Cabang Lainnya

Lembaga-lembaga Negara
Lembaga Negara Utama-Nasional (Primary Organs): Parlemen/ Legislatif (MPR, DPRD, DPD & DPRD) Pemerintah/ Eksekutif (Presiden, Wakil Presiden & Kementerian Negara) Peradilan/ Yudikatif (MA & MK)

Lembaga-lembaga Negara
Lembaga Negara Pendukung (Supporting Organs):

Pemeriksa keuangan negara (BPK) Penyelenggara rekrutmen Hakim Agung & pengawas integritas Hakim (KY) Penyelenggara Pemilu/Pilkada (KPU) Bank Sentral (BI) Duta & Konsul Dewan Pertimbangan Presiden (WanTimPres) Tentara Nasional Indonesia (TNI) Kepolisian Negara RI Kejaksaan

Lembaga-lembaga Negara
Ketatanegaraan Daerah Pemerintahan Provinsi Gubernur & Wakil Gubernur DPRD Provinsi Pemerintahan Kabupaten/Kota Bupati/Walikota [& Wakil Bupati/Walikota] DPRD Kabupaten/Kota Pemerintahan Daerah Khusus/Istimewa Pemerintahan Desa
Catatan: Keberadaan Wakil Gubernur & Wakil Bupati/ Walikota diatur di UU tapi tidak disebut di UUD

Lembaga-lembaga Negara
- Lembaga Negara Tambahan (Auxiliary Organs)

Yang dibentuk dengan UU, al:


KomNas HAM (Komisi Nasional Hak Azasi Manusia), KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), KPI (Komisi Penyiaran Indonesia), KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha), KKR (Komisi Kebenaran & Rekonsiliasi), KomNas Anak (Komisi Perlindungan Anak Indonesia), Komisi Kepolisian Nasional, Komisi Kejaksaan, Dewan Pers, Dewan Pendidikan, PPATK (Pusat Pelaporan & Analisis Transaksi Keuangan), Dewan Pertahanan Nasional, LPSK (Lembaga Perlindungan Saksi & Korban), LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) dst

Lembaga-lembaga Negara

Yang dibentuk dengan PP/KepPres/PerPres, al:


KON (Komisi Ombudsman Nasional), KHN (Komisi Hukum Nasional), KomNas Perempuan (Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan), DMN (Dewan Maritim Nasional), DEN (Dewan Ekonomi Nasional), DPUN (Dewan Pengembangan Usaha Nasional), DRN (Dewan Riset Nasional), DPIS (Dewan Pembina Industri Strategis), DBN (Dewan Buku Nasional), KPA (Komisi Penanggulangan Aids), Komisi Banding Merek, Dewan Pengupahan, Dewan Sumber Daya Air Nasional dst

LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA DALAM SISTEM KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA [Sebelum Perubahan UUD 1945]

MPR
Lembaga Tertinggi Negara Lembaga Tinggi Negara

Presiden/ Wapres
Kementerian Negara

DPR

MA

DPA

BPK

Pemerintahan Daerah

LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA DALAM SISTEM KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA [Pasca Perubahan UUD 1945]

UUD 1945
BPK Presiden/ Wapres
Kementerian Negara Dewan Pertimbangan TNI/ POLRI

DPR

MPR

DPD

MA

MK

KY

KPU

BI

Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman

PUSAT
DAERAH

Perwakilan BPK Provinsi

Pemda Provinsi Pemda Kab/ Kota

DPRD Provinsi DPRD Kab/ Kota

Lingkungan Peradilan
Peradilan Umum Peradilan Meliter Peradilan Agama Peradilan TUN

KPUD: Tingkat provinsi; Tingkat Kabupaten/ Kota Tingkat PPS

Pemerintah Desa

BPD

Asas-asas Ketatanegaraan Indonesia


Tipe Nagara Indonesia Tujuan Negara Indonesia Asas Negara Hukum Kedaulatan Negara Asas Demokrasi Hubungan antar Cabang Kekuasaan Negara - Horizontal [Cabang kekuasaan Negara oleh Lembaga Pemerintahan - Vertikal [Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Asas Pewarganegaraan Perlindungan HAM Atribut dan Simbol Kenegaraan Perubahan Konstitusi

Hak Konstitusional
Cakupan Hak Konstitusional dilihat dari keberlakuannya. Pembedaan tersebut terhadap: - Penduduk; - Warga Negara (pasal 26 UUD 1945)
HAK

WARGA NEGARA (HWN); HAK ASASI MANUSIA (HAM)

Penduduk:
Warga

Negara Indonesia; dan Warga Negara Asing


UU No. 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan

WNI (Warga Negara Indonesia)


Dalam

Negeri; Luar Negeri.

Hak Warga Negara:

Hak Asasi Manusia:


Pasal 28 A s. d 28 I, meliputi:

Dalam Pembukaan UUD 1945 (alinea ke-4) [bandingkan dengan konsep welfare state]; Pasal 27 mencakup: Persamaan Kedudukan di muka hukum dan pemerintahan; Pekerjaan dan penghidupan yang layak; Upaya pembelaan negara. Pasal 28 (Kebebasan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan) Misalkan dalam UU No. 8 Tahun 1985 tentang Ormas Pasal 7: Organisasi Kemasyarakatan berkewajiban : a. mempunyai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga; b. menghayati, mengamalkan, dan mengamankan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; c. memelihara persatuan dan kesatuan bangsa. Pasal 28A s.d 28 I (dan khusus pasal 28 D Hak untuk memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan) Pasal 31 (bidang pendidikan) Hak WN bidang sosial (yang khusus sifatnya (pasal 34 UUD 1945)

Hak Untuk Hidup dan Kelangsungan Hidup; Hak Sipil Hak Ekonomi Hak Sosial

(UU No. 39 Tahun. 1999)

Perubahan Konstitusi
Menyangkut: Bagaimana cara perubahan dan merubahnya? Siapa yang merubahnya? Materi apa yang dirubah? Cara merubahnya: Cara Istimewa; Dalam Ketentuan tersendiri yaitu ketentuan tentang perubahan;

Pasal 37:
Usul perubahan pasal-pasal UUD dapat diagendakan dalam sidang MPR apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota MPR [Pasal 37 Ayat (1)****] Setiap usul perubahan pasal-pasal UUD diajukan secara tertulis dan ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya [Pasal 37 Ayat (2)****] Untuk mengubah pasal-pasal UUD, sidang MPR dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota MPR [Pasal 37 (3)****] Putusan untuk mengubah pasal-pasal UUD dilakukan dengan persetujuan sekurang-kurangnya 50% + 1 anggota dari seluruh anggota MPR [Pasal 37 (4)****]

Kewenangan Merubah Konstitusi di Indonesia


Oleh: Majelis Permusyawaratan Rakyat:
Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar[Pasal 3 ayat (1) ***]
MPR terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah [Pasal 2 ayat (1)****] UUD 1945

Jadi Jumlah anggota MPR = (DPR + DPD):


-DPR (periode 2009-2014 berjumlah 560 orang) -DPD (periode 2009-2014 berjumlah 132 orang)

Jumlah MPR = 692 Orang

Mekanisme Perubahan

Usul perubahan oleh oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota MPR; 1/3 dari 692 orang Anggota MPR = lebih dari 231 orang Anggota MPR Usul diajukan secara tertulis dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya;
Pembahasan Perubahan dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota MPR 2/3 dari 692 orang Anggota MPR = lebih dari 461 orang Anggota MPR

Ketentuan Materi yang dirubah mendapat persetujuan sekurang-kurangnya 50% + 1 anggota dari seluruh anggota MPR 50% dari 692 orang Anggota MPR = lebih dari 346 + 1 orang Anggota MPR

NEGARA HUKUM

Gagasan Negara Hukum dalam leteratur-literatur barat dimulai sejak Plato dengan konsepnya bahwa penyelenggaraan negara yang baik ialah yang didasarkan pada pengaturan (hukum) yang baik yang disebutnya istilah Nomoi (yang lazim diterjemahkan oleh kebanyakan kalangan sarjana hukum sebagai UU).
Pada perkembangannya penyelenggaraan negara yang berdasarkan Hukum (Nomokrasi) erat hubungan dengan gagasan pemerintahan rakyat (demokrasi)

Menurut Julius Stahl, konsep Negara Hukum (yang populer dengan Rechtsstaat), memiliki ciri-ciri/ syarat-syarat sbb: Adanya perlindungan terhadap hak-hak dasar manusia. Adanya pembagian kekuasaan negara. Pemerintahan berdasarkan undang-undang. Adanya suatu Peradilan tata usaha Negara. Sementara itu, A.V. Dicey Negara Hukum (yang populer dengan The Rule of Law) mengemukakan syarat sebuah negara hukum itu:
- Supremasi hukum dalam arti tidak boleh ada kesewenang-wenangan sehingga seseorang hanya boleh dihukum jika melanggar hukum (Supremacy of Law) - Kedudukan yang sama di depan hukum baik bagi rakyat biasa maupun bagi pejabat (Equality before the law); - Terjaminnya hak-hak manusia oleh undang-undang dan keputusankeputusan pengadilan (Constitution based on Individual Right).

Negara Hukum Socialis


Socialist Legality adalah suatu konsep yang dianut di negara-negara komunis/sosialis. Inti dari Socialist Legality, bahwa hukum adalah alat untuk mencapai sosialisme, hak perorangan dapat disalurkan kepada prinsip-prinsip sosialisme, meskipun hak tersebut patut mendapat perlindungan. Dalam socialist Legality ada suatu jaminan konstitusional tentang propaganda anti agama yang memang merupakan watak dari negara komunis/sosialis yang diwarnai doktrin komunis bahwa agama adalah candu bagi rakyat. Sebagaimana diketahui komunisme mengajarkan sikap anti Tuhan.

Menurut International Commission of Jurists


Rumusan dan syarat-syarat (ciri-ciri) suatu pemerintahan demokratis yang Rule of Law adalah:

Perlindungan konstitusional
artinya selain menjamin hak-hak individu konstitusi harus pula menentukan cara prosedural untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang dijamin itu. Badan Kehakiman yang bebas dan tidak memihak. Pemilihan Umum yang bebas. Kebebasan menyatakan pendapat. Kebebasan berserikat/berorganisasi dan beroposisi. Adanya pendidikan tentang kewarganegaraan

Menurut Franz Magnis Suseno, 5 (lima) ciri negara hukum sebagai salah satu ciri demokrasi adalah sbb:

fungsi kenegaraan dijalankan oleh lembaga yg bersangkutan sesuai dgn ketetapan sebuah UUD; UUD menjamin HAM yg paling penting, krn tanpa jaminan tersebut, hukum menjadi sarana penindasan ; badan-badan negara menjalankan kekuasaannya dan hanya taat pada dasar hukum yg berlaku; terhadap tindakan badan negara, masyarakat dapat mengadu ke pengadilan dan putusan pengadilan dilaksanakan oleh badan negara; serta badan kehakiman yang bebas & tidak memihak.

Menurut Jimly Asshiddiqie, terdapat 12 prinsip pokok yang menjadi pilar-pilar utama sebuah Negara Hukum sbb:
Supremasi Hukum (Supremacy of Law): Adanya pengakuan normatif dan empirik akan prinsip supremasi hukum, yaitu bahwa semua masalah diselesaikan dengan hukum sebagai pedoman tertinggi. 2. Persamaan dalam Hukum (Equality before the Law): Adanya persamaan kedudukan setiap orang dalam hukum dan pemerintahan, yang diakui secara normatif dan dilaksanakan secara empirik. 3. Asas Legalitas (Due Process of Law): Dalam setiap Negara Hukum, dipersyaratkan berlakunya asas legalitas dalam segala bentuknya (due process of law), yaitu bahwa segala tindakan pemerintahan harus didasarkan atas peraturan perundang-undangan yang sah dan tertulis.
1.

4. Pembatasan Kekuasaan Negara Adanya pembatasan kekuasaan Negara dan organ-organ Negara dengan cara menerapkan prinsip pembagian kekuasaan secara vertikal atau pemisahan kekuasaan secara horizontal. 5. Organ-Organ Independen: Dalam rangka membatasi kekuasaan itu, di zaman sekarang berkembang pula adanya pengaturann kelembagaan pemerintahan yang bersifat independent. 6. Peradilan Bebas dan Tidak Memihak: Adanya peradilan yang bebas dan tidak memihak (independent and impartial judiciary). 7. Peradilan Tata Usaha Negara: Dalam setiap Negara Hukum, harus terbuka kesempatan bagi tiap-tiap warga negara untuk menggugat keputusan pejabat administrasi Negara dan dijalankannya putusan hakim tata usaha negara (administrative court) oleh pejabat administrasi negara.

8. Peradilan Tata Negara (Constitutional Court): Di samping adanya pengadilan tata usaha negara yang diharapkan memberikan jaminan tegaknya keadilan bagi tiap-tiap warga negara, Negara Hukum modern juga lazim mengadopsikan gagasan pembentukan mahkamah konstitusi dalam sistem ketatanegaraannya. 9. Perlindungan Hak Asasi Manusia: Adanya perlindungan konstitusional terhadap hak asasi manusia dengan jaminan hukum bagi tuntutan penegakannya melalui proses yang adil. 10. Bersifat Demokratis (Democratische Rechtsstaat): Dianut dan dipraktekkannya prinsip demokrasi atau kedaulatan rakyat yang menjamin peran serta masyarakat dalam proses pengambilan keputusan kenegaraan, sehingga setiap peraturan perundang-undangan yang ditetapkan dan ditegakkan mencerminkan perasaan keadilan yang hidup di tengah masyarakat.

11. Berfungsi sebagai Sarana Mewujudkan Tujuan Bernegara (Welfare Rechtsstaat): Hukum adalah sarana untuk mencapai tujuan yang diidealkan bersama. Cita-cita hukum itu sendiri, baik yang dilembagakan melalui gagasan negara demokrasi (democracy) maupun yang diwujudkan melalaui gagasan negara hukum (nomocrasy) dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan umum. 12. Transparansi dan Kontrol Sosial: Adanya transparansi dan kontrol sosial yang terbuka terhadap setiap proses pembuatan dan penegakan hukum, sehingga kelemahan dan kekurangan yang terdapat dalam mekanisme kelembagaan resmi dapat dilengkapi secara komplementer oleh peran serta masyarakat secara langsung (partisipasi langsung) dalam rangka menjamin keadilan dan kebenaran

Bentuk-bentuk Negara Hukum


No Sistem Hukum Negara Hukum Wilayah

1
2 3 4 5

Civil Law System

Rechtsstaat

Common Law System The Rule of Law Socialist Law System Socialist Legality Islamic Law System Indonesian Law System Nomocraci Islam Pancasila

Eropa Barat (Kontinental) Anglo SaxonAnglo America Eropa Timur


Arab-Islam Indonesia

PEMBATASAN KEKUASAAN NEGARA

Sebuah adagium terkenal dari Lord Acton: Absolutely power tends to corrupt, but absolute power corrupts absolutely. Untuk itu kekusaan negara harus dibatasi (limitation of power)
Pertanyaannya: Apa yang dapat membatasi kekuasaan negara? Bagamana cara membatasinya?

Kekuasaan negara harus dibatasi oleh hukum Kekuasaan tersebut tidak terkonsentrasi/ tersentral pada satu orang atau kelompok orang atau satu lembaga dengan cara dipisah ke dalam cabang-cabang kekuasaan negara (separation of power) atau dibagi/ dipencarkan dalam bidangbidang tertentu (division of power)

John Locke membagi kekuasaan negara kedalam 3 fungsi yaitu:


Fungsi Legislatif sebagai pembuat undangundang; Fungsi Eksekutif sebagai pelaksana dari undang-undang; Fungsi federatif menyangkut fungsi pertahanan (defencie) dan fungsi hubungan dengan negara lain (diplomacie).

Menurut Montesquie membagi kekuasaan negara kedalam 3 Cabang kekuasaan yaitu:


Kekuasaan membuat undang-undang (kekuasaan legislatif); Kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang (kekuasaan eksekutif); Kekuasaan untuk menghakimi (kekuasaan yudikatif) Dalam klasifikasi Montesquie inilah dikenal pembagian kekuasaan negara dalam tiga fungsi yaitu: the legislative function, the executive or administrative function, dan the judicial function sebagai trias politika.

Van Vollenhoven membagi kekuasaan negara ke dalam empat fungsi:


Regeling (pengaturan) yang kurang lebih identik dengan fungsi legislatif menurut Montesquie Bestuur yang identik dengan fungsi administratur atau eksekutif Rechtspraak (peradilan); dan Politie yang menurutnya merupakan fungsi untuk menjaga ketertiban dalam masyarakat (social order) dari kehidupan bernegara.

Frank Goodnow membedakan kekuasaan negara ke dalam dua fungsi yaitu:


fungsi pembuatan kebijakan (policy making) pelaksanaan kebijakan (policy executing)

Menurut Goodnow, policy making dijalankan oleh policy makers yaitu orang yang menetapkan kebijakansanaan negara, tujuan-tujuan kenegaraan dalam waktu tertentu untuk masyarakat. Sedangkan policy executing dijalankan oleh eksekutor yaitu orang-orang yang berusaha mencapai apa yang telah diputus oleh policy makers Teori Goodnow ini dapat dinamakan sebagai teori duopolitica. Sering pula disebut sebagai teori administrasi.

Sistem Perwakilan

Menurut Jimly Ashiddiqie, sifat representasi dari hubungan lembaga perwakilan (Parlemen) dengan rakyat, sistem perwakilan dapat dibedakan ke dalam 2 bentuk yaitu:
Representation

in presence;

yaitu keterwakilan secara formal atau bentuk. Rakyat sudah diwakili oleh lembaga perwakilannya melalui pemilihan umum (secara resmi)
Representation

in idea;

yaitu keterwakilan secara substantif atas dasar aspirasi.


Sistem Perwakilan

Dalam praktiknya, dikenal adanya tiga bentuk sistem


perwakilan pada beberapa negara, yaitu:

Sistem perwakilan politik (political representation); Sistem perwakilan ini didasarkan atas keterwakilan aspirasi politik rakyat oleh wakil mereka dalam penyelenggaraan negara Sistem Perwakilan Teritorial (territorial atau regional representation); Sistem ini didasarkan pada keterwakilan aspirasi daerah atau negara bagian di pemerintahan. Sistem perwakilan fungsional (functional representation) Sistem perwakilan ini merupakan kategori perwakilan golongan-golongan fungsional dalam negara, misalkan dari kelompok profesi, perguruan tinggi dan fungsional lainnya.
Sistem Perwakilan

Dalam hubungannya dengan lembaga perwakilan (Parlemen), sistem perwakilan ini terwujut dalam beberapa kamar (cameral)
Parlemen yang hanya memiliki satu kamar (unicameral Perliament System), fungsi tersebut terlembagakan dalam satu lembaga perwakilan. Biasanya tercermin dalam struktur parlemen satu kamar. Parlemen yang terdiri dari dua kamar (Bicameral Parliament System) dari perwakilan politik dan perwakilan teritorial, contohnya Amerika: Perwakilan politik (The House of Representatives) dan perwakilan tetitorial/ Negara Bagian (The

Senate)

Inggris: Perwakilan politik (The House of Commons) dan perwakilan fungsional (The House of Lords) dari kalangan bangsawan. Irlandia memiliki perwakilan funsional (Sienad Ieramm) yang berasal dari kalangan kelompok profesi selain dari lembaga perwakilan rakyatnya dari parpol.
Sistem Perwakilan

DESENTRALISASI

Pada Prinsipnya Desentralisasi adalah lawan dari Sentralisasi. Hakekatnya tujuan dari desentralisasi adalah:
- Tidak terjadi penumpukan atau pemusatan kekuasaan - Sebagai wahana pendemokratisasian penyelenggaraan negara - Menciptakan suatu pemerintahan yang lebih efektif dan efisien - Membuka peluang partisipasi masyarakat dalam mengembangkan kemandirian di daerah - Dan sebaginya
DESENTRALISASI

PBB telah membagi desentralisasi dalam dua bentuk - dekonsentrasi yang juga disebut sebagai desentralisasi administrasi; dan - devolusi yang juga lazim disebut sebagai desentralisasi demokrasi atau desentralisasi politik. Mawhood misalnya mendefinisikan desentralisasi sebagai devolusi kekuasaan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, the devolution of power from central to local government .

DESENTRALISASI

Jimly Asshiddiqie mengelompokan desentralisasi itu kedalam 2 (dua) kelompok besar yaitu:
yang merupakan ambtelijke decentralisatie atau desentralisasi administratif atau ketatausahanegaraan dan staatskundigde decentralisatie atau desentralisasi politik atau desentralisasi ketatanegaraan.
desentralisasi

Desentralisasi dalam pengertiannya dapat dibedakan kedalam 3 (tiga) pengertian, yaitu: desentralisasi dalam arti dekonsentarasi
merupakan pelimpahan beban tugas atau beban kerja dari pemerintah pusat pada wakil pemerintah pusat di daerah tanpa diikuti pelimpahan kewenangan untuk mengambil keputusan

desentralisasi dalam arti pendelegasian kewenangan pengertian dalam arti pendelegasian kewenangan adalah kebalikannya yaitu berisikan penyerahan kewenangan untuk mengambil keputusan. dan desentralisasi dalam arti devolusi atau penyerahan fungsi dan kewenangan. merupakan penyerahan fungsi pemerintah pusat dan kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
DESENTRALISASI

Menurut Bhenyamin Hoessein, desentralisasi adalah pembentukan daerah otonom dan/atau penyerahan wewenang tertentu kepadanya oleh pemerintah pusat.

DESENTRALISASI

DEMOKRASI, PARTAI POLITIK DAN PEMILIHAN UMUM

DEMOKRASI
Berasal dari kata demos (Rakyat) dan cratia atau cratein (atau pemerintahan). Istilah demokrasi dikenal lebih lanjut dengan slogan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (by the people, from the people, for the people). Menurut Aristoteles, bahwa demokrasi merupakan suatu bentuk pemerosotan, bahkan lebih lanjut beliau mengemukakan demokrasi sebagai the rule of the mob Menurut Maurice Duverger, sebetulnya arti demokrasi tidak pernah ada, karena bertentangan dengan kodrat alam, tidak mungkin orang banyak memimpin yang sedikit. Menurut Prof. Sri Soemantri, pendapat Maurice tersebut hanya melihat demokrasi dari segi formal (bentuk), karena demokrasi dapat dilihat dalam arti materiil (isi/pelaksanaannya). Jadi menurutnya yang membedakan demokrasi negara yang satu dengan yang lain adalah materinya, sedangkan dalam arti formal pada umumnya sama.

Pembagian Demokrasi
Demokrasi dalam arti materiil/ isi: biasanya dipengaruhi oleh falsafah atau ideologi negara yang dianut, oleh karena itu sering didengar tentang Demokrasi Liberal, Demokrasi Sosialis, Demokrasi Pancasila dan sebagainya Demokrasi dalam arti formal/bentuk : biasanya digunakan dalam membicarakan demokrasi langsung atau tidak langsung. Sehingga dengan demikian demokrasi dalam arti formal berkaitan dengan bentuknya (langsung atau tidak langsung). Perwujudan demokrasi pancasila dalam kehidupan ketatanegaraan biasanya banyak berhubungan dengan tata cara pengisian jabatan seperti pengisian jabatan dalam MPR, DPR, DPRD, dan lembaga perwakilan lainnya, maupun lembaga-lembaga negara lainnya.

Demokrasi ditinjau dari pelaksanaannya dibedakan menjadi:


Demokrasi

Langsung (direct democracy) merupakan suatu sistem politik yang memberikan hak kepada rakyat secara langsung (tanpa melalui wakilwakilnya) untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan kenegaraan. contohnya: pelaksanaan proses pembuatan undangundang melalui referendum (di Swiss). dalam pelaksanaannya, Referendum seringkali dibedakan menjadi:

Referendum Wajib (obligatoir atau imperatif). misalnya: meminta pendapat rakyat secara langsung tentang setuju tidaknya suatu rancangan undang-undang (RUU) tertentu yang akan dirancang untuk diundangkan.
Referendum tidak wajib (fakultatif) misalnya: meminta pendapat rakyat secara langsung tentang setuju tidaknya sebuah UU yang telah berlaku. Dalam hal ini, jika mayoritas rakyat berpendapat bahwa UU ybs tetap berlaku seperti semula, maka UU tersebut tetap berlaku. Begitupun sebaliknya. Referendum optatif (option)

misalnya: meminta pendapat rakyat secara langsung tentan setuju tidaknya sebuah rancangan UU Pemerintah Federal di Negara Bagian.

Demokrasi Perwakilan atau Demokrasi tidak Langsung (Representative Democracy atau Indirect Democracy)
merupakan suatu sistem politik yang memberikan hak kepada rakyat melalui wakil-wakilnya yang menduduki

lembaga-lembaga perwakilan atau jabatan-jabatan negara secara politik. melalui: - pemilihan umum melalui Partai Politik - dengan pengankatan - campuran (kombinasi) yaitu berdasarkan hasil pemilihan dengan pengankatan.

PARTAI POLITIK

Pengetahuan tentang adanya dua lapisan masyarakat dalam struktur Politik suatu negara menjadi dasar bagi pemahaman lebih lanjut tentang teori kepartaian dan sistem pemilihan umum. Karena partai politik yang berada pada lapisan infra struktur politik merupakan kesadaran masyarakat madani (civil Society) menyebrang menuju Suptra Struktur Politik. Dan mekanisme modern yang umum dipakai untuk menyebrangkan masyarakat sipil itu adalah pemilihan umum.

Struktur Ketatanegaraan

Suprastruktur (The Governmental political sphere atau kehidupan politik pemerintahan) meliputi: Interaksi penguasa dengan negara, lembaga-lembaga negara yang ada, serta hubungan kekuasaan tersebut satu dengan lainnya. misalnya: Lembaga Legislatif (misalnya: DPR, DPD), Lembaga Eksekutif (misalnya: Presiden-Wapres), Lembaga Yudisial (MA dan MK) Infra Struktur (The Socio Political Sphere atau kehidupan politik dalam masyarakat), umumnya ada lima unsur pendukung: - Partai politik,
kelompok kepentingan (interest group), kelompok Penekan (Pressure Group), Media Politik (Political Comunication), dan informal leaders (Political Figure)

Supra Struktur Ketatanegaran


Struktur

ketatanegaraan formal dan non formal: - Struktur Ketatanegaraan formal (org dan kelengkapan negara) - Struktur ketatanegaraan non formal (susana kehidupan dalam masyarakat yang
mendukung struktur berjalan) ketatanegaraan dapat

Mengatur

hub antara negara dengan WN

Infra Struktur Ketatanegaraan


Infra Struktur Ketatanegaraan maliputi:

Partai politik, kelompok kepentingan (interest group), kelompok Penekan (Pressure Group), Media Politik (Political Comunication), informal leaders atau tokoh politik (Political Figure)

Kedua struktur politik tersebut diatas menjadi dasar untk memahami lebih lanjut tentang teori kepartaian dan Sistem pemeilihan Umum. Parpol dalam Infra struktur politik merupakan kendaraan untuk menuju supra struktur politik yang mekanisme dilalui melalui pemilu.

Teori tentang Sistem Kepartaian


Sistem

Multi Partai (banyak partai)

Yakni manakala mayoritas mutlak dalam lembaga pewakilan rakyat dibentuk atas dasar kerjasama dua kekuatan politik atau lebih, atau kekuatan politik di eksekutifnya tidak homogen (heterogen). Mayoritas mutlak tidak terwujud tanpa melalui kerjasama, koalisi atau aliansi. Mayoritas demikian rawan karena selalu bersandar pada janji-janji yang pada dasar tidak kuat atau non permanent. Mayaoritas pt ini mudah pecah akibat berbagai soal. Keputusan parlemen harus merupakan hasil komitmen antara pihakpihak tertentu. Pengaruh negatif besar terhadap eksekutif

Sistem multi tumbuh karena dua sebab yaitu:


Kebebasan tanpa pembatasan (restriksi) dalam pembentukan partai-partai politik.

Contohnya yang pernah terjadi di Indonesia dalam Melalui Maklumat Pemerintah No. 3 Nopember 1945 tentang pembentukan partai politik sebanyak banyaknya oleh rakyat). Karena sistem pemilihan umum yang proposional.

Negara menganut sistem banyak partai diantaranya: Belanda, Perancis, Italia, Indonesia

Sistem

dua partai (dwi partai)

Menurut Rusadi Kantaprawira: sistem dua partai yaitu bilamana mayoritas mutlak dalam lembaga perwakilan rakyat didominasi oleh dua kekuatan partai politik besar. Kemidian Salah satu dari dua kekuatan politik terbesar tersebut biasanya menjadi pemenang secara bergiliran menurut hasil pemilu. Sistem dua partai merupakan hasil implementasi dari sistem pemilihan umum distrik. Contoh Negara yang didominasi oleh 2 Partai besar antara lain: Amerika serikat (oleh Partai Republik dan Partai Demokrat), Inggris (oleh Partai Buruh dan Partai Konservatif).

Sistem

satu partai (sistem Partai tunggal)

Adalah sistem kepartaian dimana dalam negara hanya terdapat satu partai atau satu-satunya terbesar yang menguasai mayoritas secara terus menerus disamping partai-partai kecil lainnya. Sistem ini terjadi karena dua sebab: Keharusan konstitusional dalam negara yang bersangkutan Kondisi atau konstalasi sosial politik dimana hanya terdapat satu partai politik yang dominan terus menerus (contohnya Turki pada saat pemerintahan Kemal Ataturk melalui Partai rakyat Turki sebelum 1938) Corak pemerintahan cenderung diktator. Demokrasi yang cenderung diktator perorangan atau diktator militer.

PEMILIHAN UMUM
Umumnya Sistem Pemilihan Umum dibedakan menjadi: Sistem mayoritas atau sistem pluralitas atau sistem distrik; dan Sistem perwakilan berimbang atau sistem proposional

Ciri umum Sistem Distrik

Seluruh wilayah negara dibagi dalam jumlah distrik.

Untuk sebuah distrik hanya diperbutkan 1 kursi di lembaga perwakilan rakyat.


Pemenangnya adalah partai yang memperoleh suara terbanyak (suara partai lain akan terbuang percuma. Jumlah distrik sama dengan jumlah kursi yang diperebutkan dalam lembaga perwakilan. Yang berhak mewakili suatu distrik partai politik atau perorangan adalah yang memperoleh mayoritas sederhana

Catatan: Sistem distrik memiliki banyak variannya, misalkan saja di Indonesia disebut dengan sistem distrik berwakil seperti dalam pemilihan calon anggota DPD

Ciri umum Sistem Perwakilan Berimbang (Sistem Proposional)


Jumlah

kursi yang diperoleh oleh suatu kontestan pemilihan adalah sesuai dengan suara yang diperoleh dalam daerah pemilihan. Sebab setiap kursi ditentukan dengan jumlah perolehan suara tertentu (misalnya 1 kursi = 300.000 suara) Wilayah negara dianggap sebagai wilayah pemilihan yang utuh Untuk menentukan yang berhak menjadi wakil, secara formal dibuat daftar urutan calon yang diajukan oleh kontestan adanya Bilangan Pembagi Pemilih
Catatan: Sistem Proposional juga memiliki banyak varian

Anda mungkin juga menyukai