Anda di halaman 1dari 55

Asas-Asas Umum Pemerintahan

yang Baik
Fakultas Hukum
Universitas Gadjah Mada
BUKU/MAKALAH/HASIL PENELITIAN
Referensi
• Atmadja, Arifin P. Soeria, 1986, Mekanisme Pertanggungjawaban Keuangan Negara: Suatu Tinjauan Yuridis, PT. Gramedia, Jakarta
• Costanzo, Mark, 2006, Aplikasi Psikologi dalam Sistem Hukum, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
• H.R., Ridwan, 2016, Hukum Administrasi Negara, Cetakan Keduabelas, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta
• Hadjon, Philipus M., Lotulung, Paulus Effendie, Marzuki, H.M. Laica, Djatmiati, Tatiek Sri, Wairocana, I Gusti Ngurah, 2012, Hukum Administrasi dan Good Governance, Penerbit Universitas
Trisaksi, Jakarta
• Hadjon, Philipus M., Martosoewignjo, R. Sri Soemantri, Basah, Sjachran, Manan, Bagir, Marzuki, H.M. Laica, Berge, J.B.J.M. ten, Buuren, P.J.J. van, Stroink, F.A.M., 2011, Pengantar Hukum
Administrasi Indonesia, Cetakan Kesebelas, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
• Hadjon, Philipus M., Djatmiati, Tatiek Sri, Addink, G.H., dan Berge, J.B.J.M. ten, 2012, Hukum Administrasi Dan Tindak Pidana Korupsi, Cetakan Kedua, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta
• Kelsen, Hans, 2015, Pengantar Teori Hukum, Nusa Media, Bandung
• Langbroek, Philip M., 2014, General Principles Of Proper Administration And The General Administrative Law Act In The Netherlands, Makalah Pada World Bank Workshop on Regulating
Citizen-State Interactions: Administrative Law in the United Kingdom and the Netherlands, Washington, 23 Januari 2003
• Latif, Abdul, 2014, Hukum Administrasi Dalam Praktik Tindak Pidana Korupsi, Cetakan Kesatu, Prenada Media Group, Jakarta
• Lotulung, Paulus Effendi, (Editor), 1994, Himpunan Makalah Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik, Citra Aditya Bakti, Bandung
• Marbun, S.F., Kamelus, Deno, Panjaitan, Saut P., Astawa, Gede Pantja, Muttaqin, Zainal, 2002, Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara, Cetakan Kedua, UII Press, Yogyakarta
• Marbun, S.F., dan MD, Moh. Mahfud, 2009, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, Liberty, Yogyakarta
• Mertokusumo, Sudikno, 2003, Mengenal Hukum : Suatu Pengantar, Edisi Kelima, Liberty, Yogyakarta
• , 2007, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, Cetakan Kelima, Liberty, Yogyakarta
• Montesquieu, 1993, Membatasi Kekuasaan: Telaah Mengenai Jiwa Undang-Undang, PT Gramedia Pustaka Utama
• Muchsan, 1982, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Liberty, Yogyakarta
• Patiro, Yopie Morya Immanuel, 2012, Dikresi Pejabat Publik Dan Tindak Pidana Korupsi, CV. Keni Media, Bandung
• Pratiwi, Cekli Setya, Yulita, Christina, Fauzi, dan Purnamawati, Shinta Ayu dalam Nasima, Imam (Editor), 2017, Penjelasan Hukum Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AUPB),
Kerjasama CILC dan LeIP, Jakarta
• Suhendar, 2015, Konsep Kerugian Keuangan Negara, Pendekatan Hukum Pidana, Hukum Administrasi Negara, dan Pidana Khusus Korupsi, Setara Press, Malang
• Triwulan, Titik, dan Widodo, Ismu Gunadi, 2014, Hukum Tata Usaha Negara dan Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara di Indonesia, Cetakan Kedua, Kencana Prenadamedia Group,
Jakarta
• Utrecht, E., 1960, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Cetakan Keempat, Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat Universitas Negeri Pajajaran, Bandung.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
• Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
• Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
• Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
• Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
• Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan
• Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Peraturan Disiplin Pegawai
Definisi Asas Hukum
• Bellefroid  Pengendapan hukum positif dalam suatu masyarakat
• van Eikema Hommes  tidak boleh dianggap sebagai norma hukum
konkrit akan tetapi perlu dipandang sebagai dasar-dasar umum atau
petunjuk-petunjuk bagi hukum yang berlaku
• Paul Scholten  kecenderungan yang disyaratkan oleh pandangan
kesusilaan pada hukum dan bersifat umum.
• Sudikno Mertokusumo  bukanlah peraturan hukum konkrit tetapi
pikiran dasar yang umum sifatnya atau latar belakang dari peraturan
konkrit yang terdapat dalam dan di belakang setiap sistem hukum yang
terjelma dalam peraturan perundang-undangan dan putusan hakim
sebagai hukum positif dan dapat ditemukan dengan mencari sifat-sifat
umum dalam peraturan konkrit tersebut
Beberapa Catatan Tentang Asas Hukum
1. Fungsi ilmu hukum adalah mencari asas hukum dalam hukum positif.
2. Berlandaskan pada kenyataan masyarakat dan nilai-nilai yang dipilih sebagai
pedoman oleh kehidupan bersama.
3. Berfungsi mengesahkan dan mempunyai pengaruh yang normatif yang mengikat
para pihak & melengkapi sistem hukum agar luwes.
4. Ada yang dituangkan & ada yang tidak dituangkan dalam bentuk peraturan
hukum konkrit.
5. Ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat khusus
6. t’ Hart  “.....dat rechtsbeginselen geen permanent geficeerde inhoud hebben;
zij kunnen ook niet worden beoordeeld los van de historische dimensie en van de
maatschappelijke context waarin zij zijn ingebed....”
(asas-asas hukum tidak mempunyai isi yang pasti dan permanen; asas-asas itu
juga tidak dapat dinilai lepas dari dimensi sejarah dan konteks kemasyarakatan
dimana hal tersebut termasuk)
Ciri-Ciri Asas Hukum
1. Abstrak atau tidak tersurat
2. Bersifat umum
3. Cita-cita & suatu anggapan
4. Bersifat dinamis
5. Tidak mengenal hierarchie
PENGANTAR
• Plato  negara yang baik  filosof  pemerintah oleh hukum
• Aristoteles  takluk dan tunduk pada hukum
• Good governance  HAN penyelenggaraan kepentingan
umum oleh pemerintah
• 3 tugas dasar pemerintah sebagai berikut:
1. Menjamin keamanan setiap orang dan masyarakat;
2. Mengelola suatu struktur yang efektif untuk sektor publik,
swasta, dan masyarakat;
3. Memajukan sasaran ekonomi, sosial dan bidang lainnya
dengan kehendak rakyat.
• Pemerintah  freies ermessen/diskresi  mutlak?
Asas-asas umum pemerintahan adalah asas yang menjunjung tinggi norma
kesusilaan, kepatutan dan aturan hukum. Asas-asas ini tertuang pada UU No.
28/1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN.
Siapa yang peduli asas? Mungkin hanya kalangan akademisi. Padahal asas
hukum adalah jantungnya aturan hukum, menjadi titik tolak berpikir,
pembentukan dan intepretasi hukum. Sedangkan peraturan hukum merupakan
patokan tentang perilaku yang seharusnya, berisi perintah, larangan, dan
kebolehan.
AAUPB
• Hadjon, dkk  Aturan hukum yang tidak tertulis, terutama untuk pengambilan
keputusan tata usaha negara di mana pemerintah memiliki ruang untuk mengambil
kebijaksanaan. Namun, pada dasarnya tidak ada pertentangan asasi antara AAUPB tidak
tertulis dengan yang tertulis, karena sifatnya sebagai asas (yang merupakan hal dasar)
tidaklah dapat dilepaskan.
• Ridwan  Kebutuhan akan AAUPB karena pergeseran konsep nachwachtersstaat
(negara peronda/negara hanya pasif) kepada konsep welfare state
(bestuurszoorg/kesejahteraan umum) pergeseran pula pada peranan dan aktivitas
pemerintah
• Implikasi:
1. kewenangan untuk campur tangan (staatsbemoeienis) dalam segala sisi kehidupan
masyarakat  freies ermessen
2. Tindakan pemerintah tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan  terjaminnya
hak dan kewajiban pemerintah dengan warga negara  peradilan administrasi untuk
menyelesaikan sengketa antara pemerintah dengan warga negara  Parameter:
AAUPB
Asas-asas Umum Pemerintahan
yang Baik Di Indonesia
Prinsip yang digunakan sebagai acuan
penggunaan Wewenang bagi Pejabat
Pemerintahan dalam mengeluarkan
Keputusan dan/atau Tindakan dalam
penyelenggaraan pemerintahan. (Pasal
1 Angka 17 UU No. 30 Tahun 2014
tentang Administrasi Pemerintahan)

BAGIAN HAN FAKULTAS HUKUM


9
UGM
Asas-asas Umum Pemerintahan
yang Baik Di Indonesia
Pasal 1 Angka 6 Undang-Undang Nomor 28 Tahun
1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang
Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Dan
Nepotisme: Asas Umum Pemerintahan Negara
yang Baik adalah asas yang menjunjung tinggi
norma kesusilaan, kepatutan, dan norma hukum,
untuk mewujudkan Penyelenggara Negara yang
bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan
nepotisme.

BAGIAN HAN FAKULTAS HUKUM


10
UGM
Definisi
• Ridwan  asas-asas umum yang dijadikan dasar dan tata cara dalam penyelenggaraan
pemerintahan yang baik, agar pemerintahan tersebut dapat berjalan dengan baik, adil, dan
terhormat, bebas dari pelanggaran peraturan, tindakan penyalahgunaan wewenang, serta
tindakan sewenang-wenang oleh pemerintah
• AAUPB  open begrip  berkembang dan menyesuaikan diri dengan ruang dan waktu 
kontemplatif maupun aplikatif “tumbuh” berbeda-beda antara satu negara dengan negara
lainnya, termasuk di antara para pemikir hukum lainnya.
• Jazim Hamidi:
1. Nilai-nilai etik yang hidup dan berkembang dalam lingkungan HAN
2. Pegangan bagi pejabat administrasi negara dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
3. Pihak terkait beschikking (penetapan)  dasar gugatan
4. Hakim  alat uji dalam menilai suatu tindakan administrasi negara yang berupa beschikking
(penetapan)
5. Sebagian besar masih merupakan sesuatu yang tidak tertulis, bersifat abstrak, dan dapat digali
dalam praktik kehidupan di masyarakat;
6. Beberapa asas lain dalam AAUPB telah menjadi kaidah hukum tertulis, yang tersebar dalam
berbagai peraturan hukum positif, namun sifatnya adalah tetap sebagai suatu asas hukum.
Di Belanda
• Diatur dlm Wet AROB (Administrative Rechtspraak Overheidsbeschikkingen)
yaitu Ketetapan-ketetapan Pemerintahan dalam Hukum Administrasi oleh
Kekuasaan Kehakiman “Tidak bertentangan dengan apa dalam kesadaran hukum
umum merupakan asas-asas yang berlaku (hidup) tentang pemerintahan yang
baik”. Hal itu dimaksudkan bahwa asas-asas itu sebagai asas-asas yang hidup,
digali dan dikembangkan oleh hakim
• Langbroek  keputusan, diskresi administratif, kontrol peradilan, hubungan
antara pengadilan dan administrasinya
• ABBB menjadi dasar banding atau pengujian atas tindakan hukum pemerintah 
secara evolutif dipandang sebagai norma-norma hukum tidak tertulis, yang harus
selalu ditaati oleh pemerintah  asas-asas hukum tidak tertulis yang dalam
keadaan-keadaan tertentu dapat ditarik sebagai aturan hukum untuk diterapkan
• Sebagai hukum tidak tertulis, arti yg tepat u ABBB bagi tiap keadaan tersendiri,
tidak selalu dapat dijabarkan dgn teliti.
• Paling sedikit ada 7 ABBB yg sudah memiliki tempat yg jelas di Belanda dan selalu
dijadikan pedoman : asas persamaan, asas kepercayaan, asas kepastian hukum,
asas kecermatan, asas pemberian alasan, larangan ‘detournement de pouvoir’,
dan willekeur.
Istilah (1)
• Di Belanda dikenal dengan “Algemene Beginselen van
Behoorllijke Bestuur” (ABBB)
• Di Inggris dikenal “The Principal of Natural Justice”
• Di Perancis “Les Principaux Generaux du Droit
Coutumier Publique”
• Di Belgia “Aglemene Rechtsbeginselen”
• Di Jerman “Verfassung Sprinzipien”
• Di Indonesia “Asas-Asas Umum Pemerintahan yang
Baik”.
Istilah (2) u/ Indonesia
• AAUPB  algemene beginselen van behoorlijk bestuur  debatable  beginselen
dan behoorlijk
• beginselen dapat diterjemahkan sebagai prinsip-prinsip, dasar-dasar, atau asas-asas
• behoorlijk, dapat diterjemahkan dengan “yang sebaiknya”, “yang baik ”, “yang
layak”, atau “yang patut”.
• Soehardjo + Djenal Hoesen Koesoemahatmadja  beginselen=dasar-dasar 
dasar-dasar umum pemerintahan yang baik
• Populer  asas-asas
• Behoorlijk  “yang baik” (Indroharto, Amrah Muslimin, Paulus Effendie Lotulung,
Muchsan
• behoorlijk  “yang layak” (Ateng Syafrudin, Sjachran Basah, Phillipus M. Hadjon,
Laica Marzuki, Bagir Manan)
• Behoorlijk  “yang patut” (S.F. Marbun)
• Ridwan  algemene van beginselen behoorlijk bestuur  AAUPB
Fungsi dan Arti Penting AAUPB
• ten Berge  Ridwan: dasar penilaian bagi hakim dalam memeriksa gugatan
yang diajukan terhadap tindakan pemerintah, juga sebagai norma pengarah bagi
organ pemerintah dalam menjalankan pemerintahannya.
• Langbroek  AAUPB  kepastian hukum prosedural/formil
• Marbun:
1.Administrasi Negara:
1)Pedoman penafsiran dan penerapan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan yang bersifat sumir
2)Pembatas freies ermessen atau diskresi yang menyimpang dari ketentuan
peraturan perundang-undangan  onrechtmatige daad, detournement de
pouvoir, abus de droit, dan ultravires
2. Masyarakat  dasar gugatan (Pasal 53 UUPTUN)
3. Bagi hakim TUN  menilai keputusan
4. Badan legislatif  pertimbangan UU
SEJARAH
• Freies ermessen  potensi benturan  onrechtmatig overheidsdaad,
detournement de pouvoir, maupun dalam bentuk willekeur
• Langbroek  pasca revolusi industri  XIX
• Belanda (1946- 1950)
o Komisi de Monchy  Verhoogde Rechtsberscherming (peningkatan
perlindungan hukum bagi rakyat dari tindakan administrasi negara yang
menyimpang) algemene beginselen van behoorlijk bestuur (ABBB)
o Komisi van de Greenten  algemene beginselen van behoorlijk bestuur
(ABBB)
• Kedua Komisi dibubarkan  karena khawatir hakim atau peradilan administrasi
menilai kebijakan-kebijakan  Muchsan  freies ermessen diakui dan dapat
dilaksanakan.
• AAUPB diadopsi pertimbangan-pertimbangan putusan Raad van State dalam
perkara administrasi
• Ridwan  birokrasi dulit menganggap ABBB sebagai norma, namun jadi pedoman
di peradilan.
• Perkembangan  ABBB termaktub di berbagai peraturan perundang-undangan di
Nederland.
KEDUDUKAN
• H.D. van Wijk/Willem Konijnenbelt, J.B.J.M. ten Berge  Ridwan (kecuali van Wijk) 
AAUPB  hukum tidak tertulis yang harus selalu ditaati oleh pemerintah dalam setiap
tindakan yang dilakukannya
• Hadjon dkk  juga keadaan-keadaan tertentu dapat ditarik sebagai aturan-aturan hukum
yang dapat diterapkan
• Jazim Hamidi  sebagian dari AAUPB tetap merupakan asas hukum, dan sebagian lainnya
menjadi norma hukum ataupun kaidah hukum

• Cekli Setya Pratiwi dkk menelaah UU, doktrin, dan yurisprudensi:


1. AUPB  norma hukum positif  asas yang mengikat kuat
2. Sebagian besar telah menjadi norma hukum tertulis, dan sebagian lainnya merupakan
prinsip yang tidak tertulis
3. Dasar atau alasan bagi Penggugat
4. Alat uji bagi hakim TUN  Keputusan TUN  amar putusan
5. AUPB dapat dijadikan dasar bagi hakim dalam memaknai kekaburan hukum di bidang
HAN
kepastian
hukum;

pelayanan
kemanfaatan
yang baik.

kepentingan ketidakberpih
umum; AAUPB akan;

keterbukaan; kecermatan;

tidak
menyalahguna
kan
kewenangan;
AAUPB Indonesia
• Tidak diakui secara formil
• Usul pertama fraksi ABRI dalam pembahasan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
 agar asas-asas tersebut dimasukkan sebagai salah satu alasan dalam gugatan 
ditolak pemerintah
• AAUPB  setidaknya dalam 7 (tujuh) undang-undang (UU), yaitu:
1. UU No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara (UU PTUN 1986) seperti
diubah oleh UU No. 9 Tahun 2004
2. UU No. 28 Tahun 1999 (UU Anti KKN 1999)
3. UU No. 37 Tahun 2008 (UU Ombudsman 2008)
4. UU No. 5 Tahun 2014 (UU ASN 2014)
5. UU No. 25 Tahun 2009 (UU PB 2009)
6. UU No. 23 Tahun 2014 (UU Pemda 2014)
7. UU No. 30 Tahun 2014 (UU AP 2014)
• UU Anti KKN 1999  AAUPB di Indonesia dalam Pasal 3 dirumuskan sebagai Asas umum
Penyelenggaraan negara
Perbandingan ABBB dan AUPB
• Asas persamaan • Asas kesamaan
• asas kepercayaan • Asas menanggapi pengharapan yg
• asas kepastian hukum wajar
• asas kecermatan • Asas kepastian hukum
• asas pemberian alasan • Asas bertindak cermat
• larangan ‘detournement de • Asas motivasi
pouvoir’ • Asas jgn mencpuradukkan wwng
• dan larangan bertindak • Asas keadilan dan kewajaran
sewenang2 • Asas keseimbangan
• Asas fair play
• Asas meniadakan akibat ptsn btl
• Asas pldgn pdgn hdp
• Asas kebijaksanaan
• Asas kepentingn umum
Macam AAUPB
Kuntjoro Purbopranoto  general principles of good administration  R. Crince Le Roy (1976):
1.Asas kepastian hukum (principle of legal security)
2.Asas keseimbangan (principle of proportionality)
3.Asas kesamaan (dalam pengambilan keputusan - principle of equality)
4.Asas bertindak cermat (principle of carefuleness)
5.Asas motivasi untuk setiap keputusan (principle of motivation)
6.Asas jangan mencampuradukkan kewenangan (principle of non misuse of competence)
7.Asas permainan yang layak (principle of fair play)
8.Asas keadilan atau kewajaran (principle of reasonableness or prohibiton of arbitrariness)
9.Asas menanggapi pengharapan yang wajar (principle of meeting raised expectation)
10.
Asas meniadakan akibat-akibat suatu keputusan yang batal (principle of undoing the consequnces of an annulled decision)
11.
Asas perlindungan atas pandangan hidup/cara hidup pribadi (principle of protecting the personal way of life)
12.
Asas kebijaksanaan (sapientia)
13.
Asas penyelenggaraan kepentingan umum (principle of public service).
Hadjon dkk:
11 asas  Le Roy, sedangkan asas kebijaksanaan dan asas penyelenggaraan kepentingan umum --> Kuntjoro
14.
Purbopranoto
11 asas  yurisprudensi peradilan biasa, karena Wet AROB ketika itu baru mulai berperan
15.
AAUPB  levende beginselen  berkembang menurut praktik khusus hasil dari putusan peradilan.
16.
Muchsan  bersesuaian dengan dasar falsafah negara Republik Indonesia (Pancasila dan UUD 1945)
AAUPB UU Anti KKN 1999
1.Asas Kepastian Hukum: asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan
keadilan dalam setiap kebijakan Penyelenggara Negara.
2.Asas Tertib Penyelenggaraan Negara: asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian
Penyelenqgara Negara.
3.Asas Kepentingan Umurn: asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.
4.Asas Keterbukaan: asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak
diskrirninatif tentang penyeienggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia
negara.
5.Asas Proporsionalitas: asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban Penyelenggara Negara.
6.Asas Profesionalitas: asas yang mengutamakan keahlian yang beriandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
7.Asas Akuntabilitas: asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan Penyelenggara Negara harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Ridwan  pemerintah dalam arti luas (negara)
Philipus M. Hadjon  tidak sejalan dengan 6 (enam) UU lainnya, karena dianggap mencampuradukkan istilah ‘penyelenggara negara’ dan
‘penyelenggara pemerintahan’  tidak dijadikan sebagai dasar bagi Hakim TUN

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang PTUN, di mana Pasal 53 ayat
(2) huruf a menyebutkan: “Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan asas-asas umum pemerintahan yang
baik”, dan dalam penjelasannya disebutkan: “Yang dimaksud dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik adalah meliputi asas
kepastian hukum, tertib penyelenggaraan negara, keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas, dan akuntabilitas, sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme”.
AAUPB UU PEMDA
• Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang PEMDA: “Penyelenggaraan
pemerintahan berpedoman pada Asas Umum
Penyelenggaraan Negara yang terdiri atas: asas
kepastian hukum, asas tertib penyelenggaraan negara,
asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas
proporsionalitas, asas profesionalitas, asas
akuntabilitas, asas efisiensi, dan asas efektivitas”.
• Dalam ketentuan tersebut, UU PEMDA menambahkan
2 asas, yaitu asas efisiensi dan asas efektivitas
1. Asas Persamaan
 Alat administrasi negara dalam menghadapi kasus dengan fakta yang sama, harus
melakukan tindakan yang sama pula
 Asas hukum mendasar dan berakar dalam kesadaran hukum
 Memaksa pemerintah untuk menjalankan kebijakan  aturan-aturan  equal
 Catatan:
o Tidak berlaku layaknya yurisprudensi
o Muchsan (van Vollenhoven) masalah konkrit  tindakan pemerintah kasuistis
o Kuntjoro  jangan sampai bertentangan sifatnya.
 Pemerintah  cermat melihat titik-titik persamaan dari kasus
 Perkenan  KTUN yang pernah dikeluarkan pada kasus dengan fakta yang sama.
 Asas a quo  tidak memaksa badan pemerintah untuk mengulangi suatu keputusan
tata usaha negara yang salah, atau mengulangi kekeliruan, juga perubahan
 Prinsip-prinsip keadilan yang berdasarkan hak dan kewajiban setiap warga negara di
muka hukum (equality before the law).
2. Asas Keseimbangan
 Pegawai  keseimbangan antara hukuman jabatan
dengan kesalahan
 Kriteria tentang jenis-jenis pelanggaran pegawai 
mempermudah penerapan sanksi + persamaan
perlakuan dan sejalan dengan kepastian hukum yang
hendak dituju
 Pelanggaran dengan kesalahan yang sama oleh orang
yang berbeda = sanksi yang sama
 Contoh: Pasal 7 PP Nomor 53 Tahun 2010 tentang
Peraturan Disiplin Pegawai
3. Asas Kepastian Hukum (1)
 Van der Pot  ketetapan adminsitrasi  syarat materiil dan formil  Hadjon dkk.  Asas Kepastian Hukum Dalam Aspek Materiil dan
Formil

 Muchsan  syarat materiil:


1.Pembuat ketetapan/keputusan  wenang
2.Tanpa kekurangan yuridis
3.Keadaan atau situasi tertentu;
4.Harus dilakukan  tanpa melanggar peraturan lain + sesuai pula dengan isi dari peraturan yang menjadi dasar
 + asas kepercayaan  badan pemerintah dilarang menarik kembali suatu ketetapan dan/atau mengubahnya + dan akan menimbulkan
kerugian

 Ridwan  menghormati hak yang telah diperoleh seseorang, meskipun keputusan tersebut salah

 Demi kepastian hukum, setiap keputusan pemerintah, tidak untuk dicabut kembali, sampai dibuktikan sebaliknya dalam proses peradilan

 Hadjon, dkk  Penarikan kembali dimungkinkan apabila: Pertama, ketetapan yang menguntungkan yang berkepentingan tersebut
didasarkan pada suatu kekeliruan dari diri yang berkepentingan, dan kekeliruan tersebut dapat diketahui oleh yang berkepentingan.
Kedua, pihak yang berkepentingan tersebut telah memberikan suatu keterangan yang tidak benar atau tidak lengkap

 Asas kepastian hukum dalam aspek hukum materiil  praktis  patokan dalam pemberian izin, persetujuan, pembayaran, dan subsidi
yang telah diberikan
3. Asas Kepastian Hukum (2)
 Muchsan  Syarat formil:
1.Syarat-syarat yang ditentukan berhubungan dengan persiapan dibuatnya ketetapan dan berhubungan
dengan cara dibuatnya ketetapan tersebut haruslah dipenuhi
2.Harus sesuai bentuk
3.Syarat-syarat yang telah ditentukan dan berhubungan dengan dilakukannya ketetapan harus pula
dipenuhi;
4.Jangka waktu ditentukan antara timbulnya hal-hal yang menyebabkan dibuatnya ketetapan dan
diumumkannya ketetapan itu tidaklah boleh dilewati

 Ketetapan dan ketentuan tersebut harus disusun dengan susunan kata-kata dan kalimat yang jelas

 Asas kepastian hukum  kepada yang berkepentingan untuk mengetahui dengan tepat apa yang
dikehendaki oleh yang berkepentingan tersebut

 Terkait erat asas het vermoeden van rechtmatigheid atau presumtio justea causa, bahwa setiap
keputusan badan atau pejabat tata usaha negara yang dikeluarkan dianggap benar menurut hukum,
selama belum dibuktikan sebaliknya atau dinyatakan sebagai keputusan yang bertentangan dengan
hukum oleh hakim administrasi
4. ASAS KECERMATAN (1)

Asas yang mengandung arti bahwa suatu Keputusan dan/atau


Tindakan harus didasarkan pada informasi dan dokumen yang
lengkap untuk mendukung legalitas penetapan dan/atau pelaksanaan
Keputusan dan/atau Tindakan sehingga Keputusan dan/atau Tindakan
yang bersangkutan dipersiapkan dengan cermat sebelum Keputusan
dan/atau Tindakan tersebut ditetapkan dan/atau dilakukan.

BAGIAN HAN FAKULTAS HUKUM


28
UGM
4. Asas Kecermatan (2)
Menuntut hati-hati  kerugian bagi warga negara
Pertimbangan:
1. Faktor dan keadaan terkait materi keputusan
2. Mendengar dan mempertimbangkan alasan-alasan yang
diajukan oleh para pihak yang berkepentingan
3. Fakta dan kepentingan relevan
4. Akibat-akibat hukum

• Pemerintah  nasihat  kecuali dengan alasan tepat dan


cermat, atau karena adanya pertimbangan dan/atau nasihat
lain dari ahli yang lain.
5. Asas Pemberian Alasan
Keputusan  motivasi atau alasan yang cukup
benar dan jelas  (Hadjon, dkk) alasan harus
tercantum
Hadjon, dkk  3 syarat keputusan:
1. Berdasarkan suatu alasan
2. Harus memiliki suatu dasar fakta yang teguh
3. Pemberian alasan tersebut haruslah dapat
mendukung keputusan tersebut.
6. Asas Larangan Deoturnement De
Pouvoir/Willekeur (1)
Paling sering digunakan
Hadjon  detournement de pouvoir  perbuatan
penggunaan wewenang tidak sebagaimana
mestinya/menyimpang
Parameter:
1. Penggunaan wewenang sesuai tujuan?
2. Kepentingan siapa?
3. Disadari?
Wewenang harus sesuai perkembangan  pelanggaran,
maka bertentangan dengan Perat. Per-UU-an
6. ASAS TIDAK
MENYALAHGUNAKAN
KEWENANGAN (2)
Asas yang mewajibkan setiap Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan tidak
menggunakan kewenangannya untuk
kepentingan pribadi atau kepentingan
yang lain dan tidak sesuai dengan
tujuan pemberian kewenangan
tersebut, tidak melampaui, tidak
menyalahgunakan, dan/atau tidak
mencampuradukkan kewenangan.

BAGIAN HAN FAKULTAS HUKUM


32
UGM
Willekeur
Selanjutnya Pasal 18 ayat (3) UU AP 2014
Keputusan/Tindakan  tanpa dasar Kewenangan
+ bertentangan dengan Putusan Pengadilan yang
berkekuatan hukum tetap.
Indroharto  Kebijaksanaan  hasil pertimbangan
semua kepentingan yang terkait dengan keputusan
tersebut, serta dengan menggunakan nalar yang baik
Kurang memperhatikan kepentingan umum +
merugikan
Abuse of Power
• Excess de pouvoir  pemaksaan untuk
mengambil alih/menyerobot wewenang
dalam membuat keputusan dari pejabat publik
yang sebenarnya memiliki wewenang
berdasarkan perundang-undangan yang
berlaku.
7. Asas Fair Play/Perlakuan Yang Jujur
Pemerintah  WN  kebenaran dan keadilan,
serta membela diri sebelum dijatuhkannya putusan
administrasi  kejujuran dan keterbukaan dalam
proses penyelesaian sengketa TUN.
Pentingnya jaminan upaya hukum terhadap yang
lebih tinggi atau lembaga peradilan 
ketidakseimbangan kedudukan
Pejabat AN  mematuhi Perat. Per-UU-an, jujur
dan terbuka  hak-hak WN
8. ASAS
Asas yang melayani masyarakat untuk mendapatkan akses dan memperoleh
informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif dalam penyelenggaraan
KETERBUKAA
pemerintahan dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi,
golongan, dan rahasia negara.

N (1)

BAGIAN HAN FAKULTAS HUKUM


36
UGM
8. Asas Keterbukaan (2)
Hadjon  Belanda  asas fair play UU Keterbukaan Pemerintah (1
Mei 1980)
Asas demokrasi dalam pelaksanaan pemerintahan  tidak hanya
lembaga legisllatif, juga WN  keputusan pemerintah
Fungsi:
1. Partisipasi  WN ikut serta dalam proses pemerintahan secara
mandiri
2. Pertanggungjawaban umum dan pengawasan keterbukaan  alat
pemerintah bertanggung jawab, juga sebagai alat bagi WN untuk
mengawasi pemerintah
3. Fungsi kepastian hukum keputusan-keputusan pemerintah harus
dapat diketahui  terbuka.
4. Fungsi hak dasar  hak-hak dasar dijamin
9. Asas Keadilan/Kewajaran
Tindakan badan/pejabat AN  aspek/nilai
keadilan dan/atau kewajaran  proporsional,
sesuai, seimbang, dan selaras dengan hak
setiap orang  agama, moral, adat istiadat,
nilai-nilai lainnya.
Pemerintah  dilarang sewenang-wenang
dan tidak layak  dapat dibatalkan
10. Asas Kepercayaan dan Menanggapi
Pengharapan Yang Wajar
Tindakan pemerintah  menimbulkan harapan bagi warga negaranya  asas mendasar (hukum
publik)  beda asas persamaan (hukum privat)
Esensi  harapan-harapan yang ditimbulkan haruslah terpenuhi  terikat pada janjinya 
Pemerintah, memperhatikan aturan-aturan kebijaksanaan
Tidak menghalangi pemerintah untuk mengubah kebijaksanaan, namun lebih pada menghalangi
perubahan kebijaksanaan untuk diberlakukan surut.
Indroharto  2 sebab:
1. Harapan dapat terjadi karena beberapa keadaan berikut ini: Perundang-undangan, Perundang-
undangan semu, Garis tetap keputusan-keputusan yang sampai detik ini secara konsisten
dilakukan oleh pemerintah, Penjelasan yang telah diberikan oleh pemerintah dan/atau penguasa
yang bersangkutan, Kesanggupan-kesanggupan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah,
Beschikking yang sebelumnya dikeluarkan, Perjanjian yang telah dibuat, dan Pembiaran terhadap
keadaan ilegal, yang mana keadaan tersebut telah berjalan beberapa waktu.
2. Syarat disposisi, yang mana atas dasar kepercayaan yang ditimbulkan tersebut, seseorang telah
berbuat sesuatu yang kalau kepercayaan tersebut tidak ditimbulkan pada dirinya, maka
seseorang tersebut tidak akan berbuat demikian.
11. Asas Meniadakan Akibat Suatu
Keputusan Yang Batal
• Pegawai yang dipecat dari pekerjaannya dengan suatu surat
keputusan (beschikking)  diduga melakukan suatu kejahatan 
apabila tidak terbukti  pemberhentian/pemecatan batal demi
hukum, berhak untuk menuntut ganti rugi dan/atau kompensasi,
serta rehabilitasi nama baiknya
• Menurut Muchsan, asas ini pada dasarnya bersandar pada
pemulihan hak-hak dan kedudukan semula
• Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman, yang berbunyi: “Setiap orang yang ditangkap,
ditahan, dituntut, atau diadili tanpa alasan berdasarkan undang-
undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang
diterapkannya, berhak menuntut ganti kerugian dan rehabilitasi“
12. Asas Perlindungan atas Pandangan
Hidup/Cara Hidup
• PN  hak atas kehidupan pribadinya, dan harus dihormati, juga termasuk kehidupan pribadi
warga negaranya sebagai konsekuensi dari bentuk negara hukum demokratis yang menjunjung
tinggi dan melindungi hak asasi dari setiap warga negaranya  perlindungan hak asasi.
• Belanda  PN yang telah berkeluarga mengadakan hubungan intim dengan seorang sekretaris
wanita. Atas kejadian ini, kemudian pemerintah Belanda mengambil tindakan disiplin. Namun,
dalam kelanjutannya, tindakan disiplin tersebut dibatalkan oleh Central for Appeal dengan
dasar argumentasi bahwa pegawai juga mempunyai hak untuk hidup sesuai dengan pandangan
hidup yang dianutnya.
• Indonesia  pembatasan
• Dengan mengingat bahwa sebagaimana bunyi Penjelasan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974
tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
43 Tahun 1999, menetapkan setiap tindakan pegawai negeri atau alat administrasi negara
haruslah dapat mengejawantahkan dirinya sebagai bagian dari abdi negara sekaligus sebagai
abdi masyarakat yang penuh dengan kesetiaan dan ketaatan terhadap Pancasila dan UUD 1945
• Penerapan asas ini harus sesuai dengan sistem keyakinan, kesusilaan, dan norma-norma yang
dijunjung tinggi oleh masyarakat  pandangan hidup seseorang itu tidak dapat digunakan
apabila bertentangan dengan norma-norma suatu bangsa di mana ia tinggal dan hidup tersebut
13. Asas Kebijaksanaan
Muchsan  Tindakan pemerintah  luas, bijak, dan dapat
menghubungkan pelaksanaan tugasnya tersebut dengan gejala-gejala
yang timbul dalam masyarakat yang dihadapi dan dilayani oleh
pemerintah tersebut, serta dapat dengan cermat memperhitungkan
lingkungan akibat-akibat tindakan pemerintahannya itu dengan
penglihatan yang visioner (jauh ke depan)
Bebas dan leluasa untuk menerapkan kebijaksanaan tanpa harus terpaku
dengan peraturan perundang-undangan formil.
Peraturan perundang-undangan formil vs perkembangan masyarakat 
pemerintah harus cepat, berpandangan luas dan jauh, serta mampu
memperhitungkan akibat-akibat yang muncul dari tindakannya tersebut.
Penting  alat administrasi dapat berbuat secara cepat, namun dapat
tetap dengan tepat
• asas yang mendahulukan
kesejahteraan dan
14. ASAS kemanfaatan umum
KEPENTINGA dengan cara yang
N UMUM (1) aspiratif, akomodatif,
selektif, dan tidak
diskriminatif.

BAGIAN HAN FAKULTAS HUKUM


43
UGM
14. Asas Penyelenggaraan Kepentingan
Umum (2)
• welfare state  bestuurszorg WN
• Muchsan  tindakan pemerintah = tindakan aktif dan positif dari
tindakan pemerintah
• Solusi  asas legalitas  pemerintah dapat bertindak atas dasar
kebijaksaan
• Muchsan  asas kebijaksaan
• Kepentingan umum  kepentingan nasional (bangsa, masyarakat,
dan negara) > kepentingan individu, golongan, daerah
• Kepentingan individu  diakui sebagai hakikat yang memang
melekat pada diri pribadi manusia  dibatasi, tidak berdasarkan
pada jus suum cuique tribuere (masing-masing orang diberikan
mutlak apa yang menjadi haknya)
15. ASAS KEMANFAATAN adalah manfaat yang harus diperhatikan
secara seimbang antara :

kepentinga
n kepentinga
kepentinga kelompok kepentinga n generasi
kepentinga
n individu kepentinga masyaraka n yang
n Warga kepentingan
yang satu n individu t yang satu pemerinta sekarang kepentinga
Masyaraka manusia dan
dengan dengan dan h dengan dan n pria dan
t dan ekosistemny
kepentinga masyaraka kepentinga Warga kepentinga wanita.
masyaraka a
n individu t; n Masyaraka n generasi
t asing;
yang lain; kelompok t; mendatan
masyaraka g;
t yang lain;

BAGIAN HAN FAKULTAS HUKUM


45
UGM
asas yang mewajibkan Badan dan/atau Pejabat
16. ASAS Pemerintahan dalam menetapkan dan/atau
KETIDAKBERPIHAKAN melakukan Keputusan dan/atau Tindakan
dengan mempertimbangkan kepentingan para
pihak secara keseluruhan dan tidak diskriminatif

BAGIAN HAN FAKULTAS HUKUM


46
UGM
asas yang memberikan
17. ASAS pelayanan yang tepat
waktu, prosedur dan biaya
PELAYANAN
yang jelas, sesuai dengan
YANG BAIK standar pelayanan, dan
ketentuan peraturan
perundang-undangan

BAGIAN HAN FAKULTAS HUKUM


47
UGM
asas umum pemerintahan
ASAS-ASAS yang baik yang bersumber
dari putusan pengadilan
UMUM negeri yang tidak
dibanding, atau putusan
LAINNYA DI pengadilan tinggi yang
LUAR AUPB tidak dikasasi atau putusan
Mahkamah Agung

BAGIAN HAN FAKULTAS HUKUM


48
UGM
Pembagian AAUPB (1)
Dalam pengambilan keputusan (beschikking)  formil dan materiil
Formil  Prosedur keputusan  persiapan dan cara-cara dalam
pengambilan
Indroharto  mempersiapkan susunan dan motivasi dari suatu
beschikking  persiapan, proses pembentukan, pertimbangan
(motivering) dan susunan keputusan
Formil  Asas kecermatan, asas pemberian alasan  P. de Haan  asas
permainan yang layak
Materiil  menentukan isi dari suatu keputusan  asas persamaan,
asas kepercayaan, larangan willekeur, serta larangan detournement de
pouvoir, asas kepastian hukum (terkadang juga formil)
Beda konsekuensinya  Formal: msh bisa diterima kembali, material:
harus sebaliknya.
Contoh Kasus (1)
1. Putusan PTUN Medan No. 70/G/1992/PTUN-Medan yang menggugat surat
pembebasan tugas oleh Kepala Kantor Urusan Agama (KUA). Fundamentum
petendi putusan tersebut menyebutkan bahwa pada intinya tergugat (Kepala KUA)
tidak meneliti dengan seksama tentang rekayasa pengaduan jamaah masjid B,
termasuk tidak meneliti pula hasil pengaduan tersebut. Hakim memutuskan
bahwa surat pembebasan yang menjadi objek gugatan tersebut adalah
menyimpang dari asas …?

2. Seorang pengusaha toko onderdil/spareparts menggugat Walikota/Kepala Daerah,


karena telah mengosongkan toko penggugat sebagai bentuk pelaksanaan dari
Surat Perintah tergugat No. 503.08-936/SK/92. PTUN Medan dengan putusannya
No. 86/F/1992/PTUN-Mdn tertanggal 7 Agustus 1992 mempertimbangkan bahwa
keputusan tergugat tersebut harus dibatalkan karena pada jalan protokol (yang
ada toko penggugat tersebut) tersebut terdapat 9 rumah rumah/toko sehingga
PTUN Medan berpendapat keputusan tersebut bertentangan dengan asas …?
Contoh Kasus (2)
3. Keputusan Mahkota tertanggal 15 Nopember 1958  Dewan Kota telah menolak permohonan yang
diajukan oleh suatu perhimpunan yang bertujuan untuk melindungi anak-anak guna diperbolehkan
mengadakan usaha mengumpulkan dana. Penolakan yang dilakukan oleh Dewan Kota tersebut dengan tanpa
dasar yang jelas yang menjadi dasar penolakannya. Dalam pemeriksaan tingkat banding atas keputusan
penolakan tersebut, Mahkota membatalkan keputusan tersebut, dengan pertimbangan bahwa tindakan
Dewan Kota tersebut bertentangan dengan asas …? yang harus ada dalam setiap keputusan pemerintah

4. Kepala Biro Ketertiban DKI Jakarta pada tahun 1987 mengeluarkan instruksi mengenai pembongkaran
bangunan milik AW, tetapi instruksi tersebut ditangguhkan pelaksanaannya oleh Wakil Gubernur DKI tahun
1988 dan 1989. Kemudian, pada tahun 1990 Wakil Gubernur DKI menerbitkan instruksi kepada Walikota,
sehingga pada 23 April 1990 terbit surat perintah bongkar (I) dari Walikota dan 30 April 1990 terbit surat
perintah bongkar (II). Setahun kemudian, tepatnya 9 April 1991terbit pula surat perintah bongkar (III). Pada
faktanya, surat perintah bongkar dari Walikota tersebut merupakan rekayasa dari Kepala Biro Ketertiban DKI
Jakarta, yang mungkin tidak diketahui oleh Walikota tersebut, sebab ditangguhkannya pelaksanaan
pembongkaran sejak tahun 1990 karena status kepemilikannya masih dalam proses sengketa antara AW dan
AS di ranah pengadilan umum. Anehnya, selama menerima surat perintah pembongkaran tersebut, AW tidak
pernah dipanggil, diberitahukan, apalagi dimintai keterangannya. Terbitnya surat perintah pembongkaran
tersebut semata-mata untuk memenuhi kepentingan AS yang memfitnah bahwa bangunan AW yang ada di
Jakarta Barat tersebut tanpa IMB. Padahal dalam faktanya, bangunan tersebut memiliki IMB yang sah, dan
tentunya tidak menyimpang dari Peraturan Tata Ruang PEMDA DKI. Penggunaan dan peruntukan bangunan
tersebut juga telah memperoleh izin. Dari kronologis kasus tersebut, pembongkaran yang dilakukan
ditujukan bukan untuk kepentingan umum, melainkan untuk mengakhiri sengketa antara AW dan AS
5.
Contoh Kasus (3)
Putusan PTUN Medan terhadap Kepala Perusahaan Umum Listrik Negara (tergugat) karena telah
memutus listrik di pabrik milik penggugat, namun setelah diperiksa oleh Polisi, ternyata meteran
di pabrik penggugat tersebut dalam keadaan baik. PLN bersedia memasangnya kembali, dengan
syarat penggugat membayar sewa listrik yang tertinggal sebesar Rp. 73 Juta. Ketika penggugat
menanyakan hal tersebut kepada tergugat (PLN), tergugat justru menganjurkan agar penggugat
menemui Tim Opal, namun setelah ditemui, Tim Opal justru meminta agar penggugat
menghubungi sendiri tergugat (PLN). PTUN Medan kemudian membatalkan surat perintah bayar
Rp. 73 Juta tersebut, dan memerintahkan tergugat (PLN) untuk mengeluarkan surat perintah
baru untuk menyambung kembali listrik kepada pabrik penggugat.
6. Kepala Kantor Lelang Bandung telah mengeluarkan Surat Keputusan No.
5.1653/A/WPN.04/KL.01/1993 dan Risalah Lelang No. 1052/1993-1994 tanggal 13 Desember
1993 perihak pemberitahuan lelang atas rumah/bangunan SHGB No. 427 jalan Rena Wijaya No. 3
Villa Duta Kodya Bogor. Atas keputusan tersebut, penggugat melakukan upaya hukum karena
dengan dikeluarkannya risalah lelang tersebut, juga mengatur mengenai pengalihan hak
kepemilikan atas tanah dan bangunannya. PTUN dalam putusannya memberikan pertimbangan
bahwa memang secara hukum tergugat memiliki kewenangan untuk melakukan lelang terhadap
tanah dan bangunan dalam SHGB No. 427/Tegalega dan SHM No. 635/Tegalega. Namun,
pelaksanaan kewenangan tersebut menjadi wajib hukumnya untuk dikaitkan dengan suatu
tindakan yang berhubungan dengan proses pelelangan itu sendiri, dan harus sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam konteks hukum positif, ternyata
tindakan yang dilakukan tersebut bertentangan dengan Pasal 20 Alinea 5 Ordonansi 28 Pebruari
1908 LN. 08-189 tentang Peraturan Lelang dan bertentangan dengan Pasal 21 PP No. 10 Tahun
1961 tentang Pendaftaran Tanah
Contoh Kasus (4)
7. Ada seorang pekerja yang menuntut uang sakit karena menderita reumatik punggung.
Akan tetapi, pada suatu hari pekerja yang sakit tersebut bermain sepak bola, yang
mana artinya pekerja tersebut telah melanggar petunjuk-petunjuk dokter. Atas dasar
ini, instansi yang mengurus asuransi kesehatan pekerja tersebut menarik kembali
seluruh uang sakit yang telah diberikan. Atas upaya hukum yang dilakukannya (oleh
pekerja yang sakit tersebut), Dewan Pusat Banding menyatakan keputusan instansi ini
batal dan melanggar asas …?

8. Seorang pegawai mengira gajinya semestinya naik dalam sekian bulan ke depan
berdasarkan pemberitahuan yang dilakukan oleh atasannya. Dikarenakan hal tersebut,
pegawai itu lalu melakukan beberapa pengeluaran-pengeluaran yang tidak akan ia
lakukan apabila tidak ada kabar yang diberikan oleh atasannya tersebut (kenaikan gaji).
Pada faktanya, pada waktu yang telah ditentukan, pegawai tersebut tidak
mendapatkan kenaikan gaji yang telah diberitahukan tersebut. Hal demikian jelas
merugikan bagi pegawai tersebut, dan apa yang dilakukannya oleh atasannya tersebut
dapat dikualifikasikan sebagai pelanggaran terhadap asas …?
Contoh Kasus (5)
9. Seorang Ibu rumah tangga yang telah memiliki anak-anak menggugat Direksi
PT. Pupuk Sriwijaya karena tidak mau membayar tunjangan bagi penggugat
sebagai seorang janda dari mantan suaminya yang bekerja pada tergugat.
Namun, tergugat mengeluarkan surat penolakan atas permohonan tersebut.
Ibu tersebut mengajukan gugatan di PTUN Palembang dan berdasarkan
putusannya No. 44/PTUN/G/PLG/1993/LL tanggal 1 Desember 1993
menyimpulkan bahwa tergugat telah melanggar dan mengabaikan asas …?

10.Pegawai yang telah berkeluarga mengadakan hubungan intim dengan


seorang sekretaris wanita. Atas kejadian ini, kemudian pemerintah Belanda
mengambil tindakan disiplin. Namun, dalam kelanjutannya, tindakan disiplin
tersebut dibatalkan oleh Central for Appeal dengan dasar argumentasi
bahwa apa yang dilakukan oleh pemerintah tersebut bertentangan dengan
asas ..?
JAWABAN
1. Kecermatan
2. Persamaan
3. Pemberian alasan
4. Larangan penyalahgunaan wewenang
5. Larangan sewenang-wenang
6. Fair play dan kecermatan
7. Keadilan/kewajaran
8. Kepercayaan dan Pengharapan yang wajar
9. Kepercayaan dan kepastian hukum
10.Perlindungan atas Pandangan Hidup/Cara Hidup

Anda mungkin juga menyukai