yang Baik
Fakultas Hukum
Universitas Gadjah Mada
BUKU/MAKALAH/HASIL PENELITIAN
Referensi
• Atmadja, Arifin P. Soeria, 1986, Mekanisme Pertanggungjawaban Keuangan Negara: Suatu Tinjauan Yuridis, PT. Gramedia, Jakarta
• Costanzo, Mark, 2006, Aplikasi Psikologi dalam Sistem Hukum, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
• H.R., Ridwan, 2016, Hukum Administrasi Negara, Cetakan Keduabelas, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta
• Hadjon, Philipus M., Lotulung, Paulus Effendie, Marzuki, H.M. Laica, Djatmiati, Tatiek Sri, Wairocana, I Gusti Ngurah, 2012, Hukum Administrasi dan Good Governance, Penerbit Universitas
Trisaksi, Jakarta
• Hadjon, Philipus M., Martosoewignjo, R. Sri Soemantri, Basah, Sjachran, Manan, Bagir, Marzuki, H.M. Laica, Berge, J.B.J.M. ten, Buuren, P.J.J. van, Stroink, F.A.M., 2011, Pengantar Hukum
Administrasi Indonesia, Cetakan Kesebelas, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
• Hadjon, Philipus M., Djatmiati, Tatiek Sri, Addink, G.H., dan Berge, J.B.J.M. ten, 2012, Hukum Administrasi Dan Tindak Pidana Korupsi, Cetakan Kedua, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta
• Kelsen, Hans, 2015, Pengantar Teori Hukum, Nusa Media, Bandung
• Langbroek, Philip M., 2014, General Principles Of Proper Administration And The General Administrative Law Act In The Netherlands, Makalah Pada World Bank Workshop on Regulating
Citizen-State Interactions: Administrative Law in the United Kingdom and the Netherlands, Washington, 23 Januari 2003
• Latif, Abdul, 2014, Hukum Administrasi Dalam Praktik Tindak Pidana Korupsi, Cetakan Kesatu, Prenada Media Group, Jakarta
• Lotulung, Paulus Effendi, (Editor), 1994, Himpunan Makalah Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik, Citra Aditya Bakti, Bandung
• Marbun, S.F., Kamelus, Deno, Panjaitan, Saut P., Astawa, Gede Pantja, Muttaqin, Zainal, 2002, Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara, Cetakan Kedua, UII Press, Yogyakarta
• Marbun, S.F., dan MD, Moh. Mahfud, 2009, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, Liberty, Yogyakarta
• Mertokusumo, Sudikno, 2003, Mengenal Hukum : Suatu Pengantar, Edisi Kelima, Liberty, Yogyakarta
• , 2007, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, Cetakan Kelima, Liberty, Yogyakarta
• Montesquieu, 1993, Membatasi Kekuasaan: Telaah Mengenai Jiwa Undang-Undang, PT Gramedia Pustaka Utama
• Muchsan, 1982, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Liberty, Yogyakarta
• Patiro, Yopie Morya Immanuel, 2012, Dikresi Pejabat Publik Dan Tindak Pidana Korupsi, CV. Keni Media, Bandung
• Pratiwi, Cekli Setya, Yulita, Christina, Fauzi, dan Purnamawati, Shinta Ayu dalam Nasima, Imam (Editor), 2017, Penjelasan Hukum Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AUPB),
Kerjasama CILC dan LeIP, Jakarta
• Suhendar, 2015, Konsep Kerugian Keuangan Negara, Pendekatan Hukum Pidana, Hukum Administrasi Negara, dan Pidana Khusus Korupsi, Setara Press, Malang
• Triwulan, Titik, dan Widodo, Ismu Gunadi, 2014, Hukum Tata Usaha Negara dan Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara di Indonesia, Cetakan Kedua, Kencana Prenadamedia Group,
Jakarta
• Utrecht, E., 1960, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Cetakan Keempat, Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat Universitas Negeri Pajajaran, Bandung.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
• Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
• Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
• Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
• Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
• Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan
• Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Peraturan Disiplin Pegawai
Definisi Asas Hukum
• Bellefroid Pengendapan hukum positif dalam suatu masyarakat
• van Eikema Hommes tidak boleh dianggap sebagai norma hukum
konkrit akan tetapi perlu dipandang sebagai dasar-dasar umum atau
petunjuk-petunjuk bagi hukum yang berlaku
• Paul Scholten kecenderungan yang disyaratkan oleh pandangan
kesusilaan pada hukum dan bersifat umum.
• Sudikno Mertokusumo bukanlah peraturan hukum konkrit tetapi
pikiran dasar yang umum sifatnya atau latar belakang dari peraturan
konkrit yang terdapat dalam dan di belakang setiap sistem hukum yang
terjelma dalam peraturan perundang-undangan dan putusan hakim
sebagai hukum positif dan dapat ditemukan dengan mencari sifat-sifat
umum dalam peraturan konkrit tersebut
Beberapa Catatan Tentang Asas Hukum
1. Fungsi ilmu hukum adalah mencari asas hukum dalam hukum positif.
2. Berlandaskan pada kenyataan masyarakat dan nilai-nilai yang dipilih sebagai
pedoman oleh kehidupan bersama.
3. Berfungsi mengesahkan dan mempunyai pengaruh yang normatif yang mengikat
para pihak & melengkapi sistem hukum agar luwes.
4. Ada yang dituangkan & ada yang tidak dituangkan dalam bentuk peraturan
hukum konkrit.
5. Ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat khusus
6. t’ Hart “.....dat rechtsbeginselen geen permanent geficeerde inhoud hebben;
zij kunnen ook niet worden beoordeeld los van de historische dimensie en van de
maatschappelijke context waarin zij zijn ingebed....”
(asas-asas hukum tidak mempunyai isi yang pasti dan permanen; asas-asas itu
juga tidak dapat dinilai lepas dari dimensi sejarah dan konteks kemasyarakatan
dimana hal tersebut termasuk)
Ciri-Ciri Asas Hukum
1. Abstrak atau tidak tersurat
2. Bersifat umum
3. Cita-cita & suatu anggapan
4. Bersifat dinamis
5. Tidak mengenal hierarchie
PENGANTAR
• Plato negara yang baik filosof pemerintah oleh hukum
• Aristoteles takluk dan tunduk pada hukum
• Good governance HAN penyelenggaraan kepentingan
umum oleh pemerintah
• 3 tugas dasar pemerintah sebagai berikut:
1. Menjamin keamanan setiap orang dan masyarakat;
2. Mengelola suatu struktur yang efektif untuk sektor publik,
swasta, dan masyarakat;
3. Memajukan sasaran ekonomi, sosial dan bidang lainnya
dengan kehendak rakyat.
• Pemerintah freies ermessen/diskresi mutlak?
Asas-asas umum pemerintahan adalah asas yang menjunjung tinggi norma
kesusilaan, kepatutan dan aturan hukum. Asas-asas ini tertuang pada UU No.
28/1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN.
Siapa yang peduli asas? Mungkin hanya kalangan akademisi. Padahal asas
hukum adalah jantungnya aturan hukum, menjadi titik tolak berpikir,
pembentukan dan intepretasi hukum. Sedangkan peraturan hukum merupakan
patokan tentang perilaku yang seharusnya, berisi perintah, larangan, dan
kebolehan.
AAUPB
• Hadjon, dkk Aturan hukum yang tidak tertulis, terutama untuk pengambilan
keputusan tata usaha negara di mana pemerintah memiliki ruang untuk mengambil
kebijaksanaan. Namun, pada dasarnya tidak ada pertentangan asasi antara AAUPB tidak
tertulis dengan yang tertulis, karena sifatnya sebagai asas (yang merupakan hal dasar)
tidaklah dapat dilepaskan.
• Ridwan Kebutuhan akan AAUPB karena pergeseran konsep nachwachtersstaat
(negara peronda/negara hanya pasif) kepada konsep welfare state
(bestuurszoorg/kesejahteraan umum) pergeseran pula pada peranan dan aktivitas
pemerintah
• Implikasi:
1. kewenangan untuk campur tangan (staatsbemoeienis) dalam segala sisi kehidupan
masyarakat freies ermessen
2. Tindakan pemerintah tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan terjaminnya
hak dan kewajiban pemerintah dengan warga negara peradilan administrasi untuk
menyelesaikan sengketa antara pemerintah dengan warga negara Parameter:
AAUPB
Asas-asas Umum Pemerintahan
yang Baik Di Indonesia
Prinsip yang digunakan sebagai acuan
penggunaan Wewenang bagi Pejabat
Pemerintahan dalam mengeluarkan
Keputusan dan/atau Tindakan dalam
penyelenggaraan pemerintahan. (Pasal
1 Angka 17 UU No. 30 Tahun 2014
tentang Administrasi Pemerintahan)
pelayanan
kemanfaatan
yang baik.
kepentingan ketidakberpih
umum; AAUPB akan;
keterbukaan; kecermatan;
tidak
menyalahguna
kan
kewenangan;
AAUPB Indonesia
• Tidak diakui secara formil
• Usul pertama fraksi ABRI dalam pembahasan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
agar asas-asas tersebut dimasukkan sebagai salah satu alasan dalam gugatan
ditolak pemerintah
• AAUPB setidaknya dalam 7 (tujuh) undang-undang (UU), yaitu:
1. UU No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara (UU PTUN 1986) seperti
diubah oleh UU No. 9 Tahun 2004
2. UU No. 28 Tahun 1999 (UU Anti KKN 1999)
3. UU No. 37 Tahun 2008 (UU Ombudsman 2008)
4. UU No. 5 Tahun 2014 (UU ASN 2014)
5. UU No. 25 Tahun 2009 (UU PB 2009)
6. UU No. 23 Tahun 2014 (UU Pemda 2014)
7. UU No. 30 Tahun 2014 (UU AP 2014)
• UU Anti KKN 1999 AAUPB di Indonesia dalam Pasal 3 dirumuskan sebagai Asas umum
Penyelenggaraan negara
Perbandingan ABBB dan AUPB
• Asas persamaan • Asas kesamaan
• asas kepercayaan • Asas menanggapi pengharapan yg
• asas kepastian hukum wajar
• asas kecermatan • Asas kepastian hukum
• asas pemberian alasan • Asas bertindak cermat
• larangan ‘detournement de • Asas motivasi
pouvoir’ • Asas jgn mencpuradukkan wwng
• dan larangan bertindak • Asas keadilan dan kewajaran
sewenang2 • Asas keseimbangan
• Asas fair play
• Asas meniadakan akibat ptsn btl
• Asas pldgn pdgn hdp
• Asas kebijaksanaan
• Asas kepentingn umum
Macam AAUPB
Kuntjoro Purbopranoto general principles of good administration R. Crince Le Roy (1976):
1.Asas kepastian hukum (principle of legal security)
2.Asas keseimbangan (principle of proportionality)
3.Asas kesamaan (dalam pengambilan keputusan - principle of equality)
4.Asas bertindak cermat (principle of carefuleness)
5.Asas motivasi untuk setiap keputusan (principle of motivation)
6.Asas jangan mencampuradukkan kewenangan (principle of non misuse of competence)
7.Asas permainan yang layak (principle of fair play)
8.Asas keadilan atau kewajaran (principle of reasonableness or prohibiton of arbitrariness)
9.Asas menanggapi pengharapan yang wajar (principle of meeting raised expectation)
10.
Asas meniadakan akibat-akibat suatu keputusan yang batal (principle of undoing the consequnces of an annulled decision)
11.
Asas perlindungan atas pandangan hidup/cara hidup pribadi (principle of protecting the personal way of life)
12.
Asas kebijaksanaan (sapientia)
13.
Asas penyelenggaraan kepentingan umum (principle of public service).
Hadjon dkk:
11 asas Le Roy, sedangkan asas kebijaksanaan dan asas penyelenggaraan kepentingan umum --> Kuntjoro
14.
Purbopranoto
11 asas yurisprudensi peradilan biasa, karena Wet AROB ketika itu baru mulai berperan
15.
AAUPB levende beginselen berkembang menurut praktik khusus hasil dari putusan peradilan.
16.
Muchsan bersesuaian dengan dasar falsafah negara Republik Indonesia (Pancasila dan UUD 1945)
AAUPB UU Anti KKN 1999
1.Asas Kepastian Hukum: asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan
keadilan dalam setiap kebijakan Penyelenggara Negara.
2.Asas Tertib Penyelenggaraan Negara: asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian
Penyelenqgara Negara.
3.Asas Kepentingan Umurn: asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.
4.Asas Keterbukaan: asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak
diskrirninatif tentang penyeienggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia
negara.
5.Asas Proporsionalitas: asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban Penyelenggara Negara.
6.Asas Profesionalitas: asas yang mengutamakan keahlian yang beriandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
7.Asas Akuntabilitas: asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan Penyelenggara Negara harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Ridwan pemerintah dalam arti luas (negara)
Philipus M. Hadjon tidak sejalan dengan 6 (enam) UU lainnya, karena dianggap mencampuradukkan istilah ‘penyelenggara negara’ dan
‘penyelenggara pemerintahan’ tidak dijadikan sebagai dasar bagi Hakim TUN
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang PTUN, di mana Pasal 53 ayat
(2) huruf a menyebutkan: “Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan asas-asas umum pemerintahan yang
baik”, dan dalam penjelasannya disebutkan: “Yang dimaksud dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik adalah meliputi asas
kepastian hukum, tertib penyelenggaraan negara, keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas, dan akuntabilitas, sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme”.
AAUPB UU PEMDA
• Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang PEMDA: “Penyelenggaraan
pemerintahan berpedoman pada Asas Umum
Penyelenggaraan Negara yang terdiri atas: asas
kepastian hukum, asas tertib penyelenggaraan negara,
asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas
proporsionalitas, asas profesionalitas, asas
akuntabilitas, asas efisiensi, dan asas efektivitas”.
• Dalam ketentuan tersebut, UU PEMDA menambahkan
2 asas, yaitu asas efisiensi dan asas efektivitas
1. Asas Persamaan
Alat administrasi negara dalam menghadapi kasus dengan fakta yang sama, harus
melakukan tindakan yang sama pula
Asas hukum mendasar dan berakar dalam kesadaran hukum
Memaksa pemerintah untuk menjalankan kebijakan aturan-aturan equal
Catatan:
o Tidak berlaku layaknya yurisprudensi
o Muchsan (van Vollenhoven) masalah konkrit tindakan pemerintah kasuistis
o Kuntjoro jangan sampai bertentangan sifatnya.
Pemerintah cermat melihat titik-titik persamaan dari kasus
Perkenan KTUN yang pernah dikeluarkan pada kasus dengan fakta yang sama.
Asas a quo tidak memaksa badan pemerintah untuk mengulangi suatu keputusan
tata usaha negara yang salah, atau mengulangi kekeliruan, juga perubahan
Prinsip-prinsip keadilan yang berdasarkan hak dan kewajiban setiap warga negara di
muka hukum (equality before the law).
2. Asas Keseimbangan
Pegawai keseimbangan antara hukuman jabatan
dengan kesalahan
Kriteria tentang jenis-jenis pelanggaran pegawai
mempermudah penerapan sanksi + persamaan
perlakuan dan sejalan dengan kepastian hukum yang
hendak dituju
Pelanggaran dengan kesalahan yang sama oleh orang
yang berbeda = sanksi yang sama
Contoh: Pasal 7 PP Nomor 53 Tahun 2010 tentang
Peraturan Disiplin Pegawai
3. Asas Kepastian Hukum (1)
Van der Pot ketetapan adminsitrasi syarat materiil dan formil Hadjon dkk. Asas Kepastian Hukum Dalam Aspek Materiil dan
Formil
Ridwan menghormati hak yang telah diperoleh seseorang, meskipun keputusan tersebut salah
Demi kepastian hukum, setiap keputusan pemerintah, tidak untuk dicabut kembali, sampai dibuktikan sebaliknya dalam proses peradilan
Hadjon, dkk Penarikan kembali dimungkinkan apabila: Pertama, ketetapan yang menguntungkan yang berkepentingan tersebut
didasarkan pada suatu kekeliruan dari diri yang berkepentingan, dan kekeliruan tersebut dapat diketahui oleh yang berkepentingan.
Kedua, pihak yang berkepentingan tersebut telah memberikan suatu keterangan yang tidak benar atau tidak lengkap
Asas kepastian hukum dalam aspek hukum materiil praktis patokan dalam pemberian izin, persetujuan, pembayaran, dan subsidi
yang telah diberikan
3. Asas Kepastian Hukum (2)
Muchsan Syarat formil:
1.Syarat-syarat yang ditentukan berhubungan dengan persiapan dibuatnya ketetapan dan berhubungan
dengan cara dibuatnya ketetapan tersebut haruslah dipenuhi
2.Harus sesuai bentuk
3.Syarat-syarat yang telah ditentukan dan berhubungan dengan dilakukannya ketetapan harus pula
dipenuhi;
4.Jangka waktu ditentukan antara timbulnya hal-hal yang menyebabkan dibuatnya ketetapan dan
diumumkannya ketetapan itu tidaklah boleh dilewati
Ketetapan dan ketentuan tersebut harus disusun dengan susunan kata-kata dan kalimat yang jelas
Asas kepastian hukum kepada yang berkepentingan untuk mengetahui dengan tepat apa yang
dikehendaki oleh yang berkepentingan tersebut
Terkait erat asas het vermoeden van rechtmatigheid atau presumtio justea causa, bahwa setiap
keputusan badan atau pejabat tata usaha negara yang dikeluarkan dianggap benar menurut hukum,
selama belum dibuktikan sebaliknya atau dinyatakan sebagai keputusan yang bertentangan dengan
hukum oleh hakim administrasi
4. ASAS KECERMATAN (1)
N (1)
kepentinga
n kepentinga
kepentinga kelompok kepentinga n generasi
kepentinga
n individu kepentinga masyaraka n yang
n Warga kepentingan
yang satu n individu t yang satu pemerinta sekarang kepentinga
Masyaraka manusia dan
dengan dengan dan h dengan dan n pria dan
t dan ekosistemny
kepentinga masyaraka kepentinga Warga kepentinga wanita.
masyaraka a
n individu t; n Masyaraka n generasi
t asing;
yang lain; kelompok t; mendatan
masyaraka g;
t yang lain;
4. Kepala Biro Ketertiban DKI Jakarta pada tahun 1987 mengeluarkan instruksi mengenai pembongkaran
bangunan milik AW, tetapi instruksi tersebut ditangguhkan pelaksanaannya oleh Wakil Gubernur DKI tahun
1988 dan 1989. Kemudian, pada tahun 1990 Wakil Gubernur DKI menerbitkan instruksi kepada Walikota,
sehingga pada 23 April 1990 terbit surat perintah bongkar (I) dari Walikota dan 30 April 1990 terbit surat
perintah bongkar (II). Setahun kemudian, tepatnya 9 April 1991terbit pula surat perintah bongkar (III). Pada
faktanya, surat perintah bongkar dari Walikota tersebut merupakan rekayasa dari Kepala Biro Ketertiban DKI
Jakarta, yang mungkin tidak diketahui oleh Walikota tersebut, sebab ditangguhkannya pelaksanaan
pembongkaran sejak tahun 1990 karena status kepemilikannya masih dalam proses sengketa antara AW dan
AS di ranah pengadilan umum. Anehnya, selama menerima surat perintah pembongkaran tersebut, AW tidak
pernah dipanggil, diberitahukan, apalagi dimintai keterangannya. Terbitnya surat perintah pembongkaran
tersebut semata-mata untuk memenuhi kepentingan AS yang memfitnah bahwa bangunan AW yang ada di
Jakarta Barat tersebut tanpa IMB. Padahal dalam faktanya, bangunan tersebut memiliki IMB yang sah, dan
tentunya tidak menyimpang dari Peraturan Tata Ruang PEMDA DKI. Penggunaan dan peruntukan bangunan
tersebut juga telah memperoleh izin. Dari kronologis kasus tersebut, pembongkaran yang dilakukan
ditujukan bukan untuk kepentingan umum, melainkan untuk mengakhiri sengketa antara AW dan AS
5.
Contoh Kasus (3)
Putusan PTUN Medan terhadap Kepala Perusahaan Umum Listrik Negara (tergugat) karena telah
memutus listrik di pabrik milik penggugat, namun setelah diperiksa oleh Polisi, ternyata meteran
di pabrik penggugat tersebut dalam keadaan baik. PLN bersedia memasangnya kembali, dengan
syarat penggugat membayar sewa listrik yang tertinggal sebesar Rp. 73 Juta. Ketika penggugat
menanyakan hal tersebut kepada tergugat (PLN), tergugat justru menganjurkan agar penggugat
menemui Tim Opal, namun setelah ditemui, Tim Opal justru meminta agar penggugat
menghubungi sendiri tergugat (PLN). PTUN Medan kemudian membatalkan surat perintah bayar
Rp. 73 Juta tersebut, dan memerintahkan tergugat (PLN) untuk mengeluarkan surat perintah
baru untuk menyambung kembali listrik kepada pabrik penggugat.
6. Kepala Kantor Lelang Bandung telah mengeluarkan Surat Keputusan No.
5.1653/A/WPN.04/KL.01/1993 dan Risalah Lelang No. 1052/1993-1994 tanggal 13 Desember
1993 perihak pemberitahuan lelang atas rumah/bangunan SHGB No. 427 jalan Rena Wijaya No. 3
Villa Duta Kodya Bogor. Atas keputusan tersebut, penggugat melakukan upaya hukum karena
dengan dikeluarkannya risalah lelang tersebut, juga mengatur mengenai pengalihan hak
kepemilikan atas tanah dan bangunannya. PTUN dalam putusannya memberikan pertimbangan
bahwa memang secara hukum tergugat memiliki kewenangan untuk melakukan lelang terhadap
tanah dan bangunan dalam SHGB No. 427/Tegalega dan SHM No. 635/Tegalega. Namun,
pelaksanaan kewenangan tersebut menjadi wajib hukumnya untuk dikaitkan dengan suatu
tindakan yang berhubungan dengan proses pelelangan itu sendiri, dan harus sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam konteks hukum positif, ternyata
tindakan yang dilakukan tersebut bertentangan dengan Pasal 20 Alinea 5 Ordonansi 28 Pebruari
1908 LN. 08-189 tentang Peraturan Lelang dan bertentangan dengan Pasal 21 PP No. 10 Tahun
1961 tentang Pendaftaran Tanah
Contoh Kasus (4)
7. Ada seorang pekerja yang menuntut uang sakit karena menderita reumatik punggung.
Akan tetapi, pada suatu hari pekerja yang sakit tersebut bermain sepak bola, yang
mana artinya pekerja tersebut telah melanggar petunjuk-petunjuk dokter. Atas dasar
ini, instansi yang mengurus asuransi kesehatan pekerja tersebut menarik kembali
seluruh uang sakit yang telah diberikan. Atas upaya hukum yang dilakukannya (oleh
pekerja yang sakit tersebut), Dewan Pusat Banding menyatakan keputusan instansi ini
batal dan melanggar asas …?
8. Seorang pegawai mengira gajinya semestinya naik dalam sekian bulan ke depan
berdasarkan pemberitahuan yang dilakukan oleh atasannya. Dikarenakan hal tersebut,
pegawai itu lalu melakukan beberapa pengeluaran-pengeluaran yang tidak akan ia
lakukan apabila tidak ada kabar yang diberikan oleh atasannya tersebut (kenaikan gaji).
Pada faktanya, pada waktu yang telah ditentukan, pegawai tersebut tidak
mendapatkan kenaikan gaji yang telah diberitahukan tersebut. Hal demikian jelas
merugikan bagi pegawai tersebut, dan apa yang dilakukannya oleh atasannya tersebut
dapat dikualifikasikan sebagai pelanggaran terhadap asas …?
Contoh Kasus (5)
9. Seorang Ibu rumah tangga yang telah memiliki anak-anak menggugat Direksi
PT. Pupuk Sriwijaya karena tidak mau membayar tunjangan bagi penggugat
sebagai seorang janda dari mantan suaminya yang bekerja pada tergugat.
Namun, tergugat mengeluarkan surat penolakan atas permohonan tersebut.
Ibu tersebut mengajukan gugatan di PTUN Palembang dan berdasarkan
putusannya No. 44/PTUN/G/PLG/1993/LL tanggal 1 Desember 1993
menyimpulkan bahwa tergugat telah melanggar dan mengabaikan asas …?