Anda di halaman 1dari 2

Mohammad Nuzulul Januarcakti

16/397670/HK/20992

Tugas HPTAN
Pengawasan Melekat (Waskat)

1. Apakah Kondisi aparatur negara yang memprihatinkan itu dapat dibereskan dengan
Pengawasan Melekat?

2. Bagaimana Kelebihan dan Kekurangan WasKat?

3. Apakah persoalan struktur, kultur dan kebijakan mempengaruhi efektivitas Waskat?

4. Efektifkah pengawasan oleh atasan langsung yang dilakukan dengan metode lembar
periksa (checklist), jajak pendapat, bagan arus (flowchart) dan wawancara?

5. Apa rekomendasi Anda terhadap WasKat?

Jawaban:

1. Pengertian dari WasKat sendiri menurut Inpres 1/89 adalah serangkaian kegiatan
yang bersifat sebagai pengendalian yang terus menerus, dilakukan oleh atasan
langsung terhadap bawahannya, secara preventif atau represif, agar pelaksanaan
tugas bawahan tersebut berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana
kegiatan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan melihat
pengertian tersebut dapat diartikan bahwa WasKat dapat membereskan
problematika kondisi aparatur negara dengan metode Waskat seperti penggarisan
struktur organisasi dan distribusi fungsi yang jelas, perincian kebijakan pelaksanaan,
pencatatan hasil kerja serta pelaporan, evaluasi kerja, serta pembinaan personil yang
terus menerus. Dengan melakukan metode-metode WasKat tersebut maka kondisi
aparatur negara yang memprihatinkan dapat teratasi.

2. KELEMAHAN PENGAWASAN MELEKAT


>Pucuk pimpinan tertinggi tidak bisa diawasi
>Tanpa ada asas partisipasi  Pengawasan terbawah menjadi tumpuan pengawasan
tanpa kesempatan memberi tanggapannya. Apapun perintah atasan, itulah yang
harus dilaksanakan.
>Hasil pengawasan melekat dari seorang pimpinan tidak segera mendapatkan tindak
lanjut karena hal tersebut merupakan wewenang pimpinan unit kerja yang lebih
tinggi.

KEUNGGULAN PENGAWASAN MELEKAT


>Tepat : yang melakukan pengawasan adalah atasan, secara normatif mengetahui
kegiatan sehari-hari, jika ada kekeliruan dapat segera diperbaiki.
>Cepat : tidak harus memenuhi prosedur tertentu.
>Murah : tugas untuk mengawasi sudah dilekatkan kepada pejabat yang memimpin.
Pengawasan dilakukan tanpa ada bayaran, karena sudah merupakan bagian tugas
dan kewajiban.

3. Penggarisan struktur organisasi yang tidak memiliki distribusi fungsi, tugas, dan
wewenang yang jelas akan menimbulkan pembagian kerja yang tidak tepat akan
berpotensi menimbulkan timpang tindih kewenangan antarjabatan. Kultur organisasi
yang tidak sehat, seperti adanya budaya nepotisme yang menimbulkan adanya posisi
jabatan yang diisi oleh orang yang kurang tepat (sanak saudara dari pimpinan
organisasi yang kurang kompeten) menyebabkan atasan tidak dapat objektif dalam
melakukan penilaian kerja. Rincian kebijakan yang tidak tepat juga dapat
menurunkan mutu atau kualitas sistem pengendalian manajemen dan dapat
mendorong suatu manajemen ke arah yang tidak sesuai dengan target organisasi.

4. Penggunaan keempat metode tersebut dapat berjalan efektif karena atasan dapat
mengerti keluh kesah pegawai dalam bekerja, pendapat pegawai pada pelaksanaan
WasKat, serta saran dan harapan bagi pelaksaaan WasKat agar berjalan efektif.
Namun, perlu diperhatikan juga kondisi pribadi (kesehatan, mental, jiwa) tiap
pegawai dalam pengisian checklist, jajak pendapat, atau wawancara karena dapat
memengaruhi objektifitas dalam pengisian evaluasi tersebut.

5. Dalam WasKat, peran atasan sangat signifikan dalam pengawasan agar dapat
menciptakan kondisi yang mendorong tercapainya tujuan organisasi secara efektif
dan efisien. Maka dari itu, kualitas atasan dalam kepimpinan, keteladanan, disiplin,
dedikasi, dan kecerdasan dalam memimpin suatu bawahan dalam organisasi. Jika
atasan dapat mencontohkan perilaku yang baik, maka pengawasan akan berjalan
lebih mudah karena bawahan akan mengikuti pola perilaku atasan yang baik. Selain
itu, organisasi harus dapat memberikan penghargaan atau reward jika dapat
melaksanakan tugas dengan baik sehingga pegawai akan merasa kerja kerasnya
dihargai oleh atasan dan dapat melakukan tugas organisasi dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai