Anda di halaman 1dari 24

1.

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Ada kesadaran umum di seluruh dunia untuk perlu lebih memperhatikan peningkatan
manajemen sektor publik dikarenakan pemerintah merupakan bisnis tunggal terbesar entitas
dan pola pengeluarannya melalui lembaga dan komisi yang dapat merangsang banyak
kegiatan ekonomi. Keterlibatan pemerintah sangat besar dalam kegiatan ekonomi yang di
ambil dari seluruh dunia terhadap peningkatan standar akuntansi dan audit departemen dalam
pemerintahan. Akuntan sektor publik memiliki tanggung jawab mengembangkan pengaturan
sistematis untuk membantu manajemen dalam melakukan kinerja.

Sistem pengawasan dalam sebuah organisasi memegang peran penting untuk


memastikan bahwa segala sesuatunya berjalan sesuai dengan visi, misi, tujuan serta target-
target organisasi. Pengawasan sendiri sebagai kegiatan diagnosis (berupa pengumpulan dan
analisis data) yang dilakukan untuk mengetahui kondisi awal penerapan SPIP (Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah) pada suatu instansi pemerintah, guna memperoleh gambaran
area-area yang memerlukan perbaikan.

Peranan sistem pengawasan internal dalam rangka tercapainya tujuan usaha secara
efektif dan efisien sangatlah penting. Dengan perkataan lain pengertian tersebut mengandung
arti bahwa tujuan pengawasan intern menjamin pemakaian kekayaan perusahaan yang telah
ditetapkan. Usaha untuk melaksanakan sistem internal control yang baik adalah dilakukan
pemeriksaan yang teratur terhadap pimpinan perusahaan dengan membantu suatu departemen
atau bagian yang disebut departeman Internal Auditing.

Dalam kondisi seperti ini diharuskan adanya pengawasan yang dapat membatu
perusahaan dalam melakukan pencapaian tujuan perusahaan tersebut. Pendekatan yang dapat
dilakukan dalam melaksanakan pengawasan adalah meningkatkan peran internal audit dalam
memonitor kinerja sistem pengawasan perusahaan dan internal audit melakukan mekanisme
umpan balik kepada fungsi manajemen. Peranan sistem pengawasan internal dalam rangka
tercapainya tujuan usaha secara efektif dan efisien sangatlah penting. Pada prinsipnya, upaya
pembuatan Standar Pemerintah Minimal pada setiap Instansi atau Lembaga Pemerintahan
dalam rangka menegakkan tiga pilar utama good governance, yaitu akuntabilitas,
transparansi, dan pertisipasi masyarakat luas, yang telah menjadi komitmen pemerintah sejak
dimulainya era reformasi hingga saat ini.

2
Beberapa lembaga pemantau juga mengkritisi lemahnya SPI yang diterapkan di
pemerintahan, sehingga membuka peluang yang sangat besar bagi terjadinya penyimpangan
dalam pelaksanaan anggaran APBN atau APBD. Setiap perusahaan bertanggung jawab
terhadap item-item SPIP dengan baik sebagaimana telah ditetapkan oleh pemerintah serta
prinsip-prinsip yang ada untuk mengembangkan praktek-praktek GoodCorporate
Governance yang lebih sesuai dengan kondisi lingkungan masyarakat. Tata kelola
perusahaan yang baik sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan yang telah
derencanakan oleh sebuah perusahaan.

Audit internal adalah suatu fungsi penilaian yang bebas dalam suatu organisasi, guna
menelaah atau mempelajari dan menilai kegiatan-kegiatan perusahaanguna memberikan
saran-saran kepada manajemen (Bambang,1999). Tujuannya adalah untuk mengetahui
apakah pengendalian internal pada organisasi tersebut telah berjalan dengan baik sesuai
dengan rencana dan aturan-aturan yang telah ditetapkan, sehingga dapat membantu organisasi
agar dapat melakukan tanggung jawabnya scara efektif, yaitu dengan cara melakukan analisa
dan melakukan penilaian serta memberikan rekomendasi dan saran, sehingga
penyelenggaraan kegiatan BUMD berjalan secara efisien, efektif, ekonomis, lancar, aman dan
tertib.

Internal auditor adalah orang atau badan yang melaksanakan aktivitas internal audit,
oleh sebab itu internal auditor senantiasa berusaha untuk menyempurnakan dan melengkapi
setiap kegiatan dengan penilaian langsung atas setiap bentuk pengawasan untuk dapat
mengikuti perkembangan dunia usaha yang semakin kompleks. Dalam instansi pemerintahan,
pengawasan dilakukan oleh auditor intern yang ditunjuk langsung oleh pemerintah berupa
Dewan Pengawas. Dewan Pengawas sendiri ditugaskan untuk dapat memastikan jalannya
pelaksanaan pengendalian manajemen tersebut agar secara terus menerus dapat ditingkatkan
keefektifitasannya sesuai dengan tujuan dari SPIP. Dengan demikian Dewan Pengawas dapat
menilai apakah BUMD tersebut telah bertanggung jawab atas implementasi terhadap SPIP
yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007 Pasal 20, jumlah
anggota Dewan Pengawas ditetapkan berdasarkan jumlah pelanggan dengan ketentuan :

a) Paling banyak 3 (tiga) orang untuk jumlah pelanggan sampai dengan 30.000; dan
b) Paling banyak 5 (lima) orang untuk jumlah pelanggan diatas 30.000,

3
Hal tersebut dilakukan bedasarkan atas asas efisiensi pengawasan dan efektivitas
pengambilan keputusan.

Menurut keputusan Mendagri No.35 Tahun 2006 tentang Kebijakan Penyelenggaraan


Pengawasan Pemerintah Daerah Tahun 2007, adalah sebagai berikut (1)Pengawasan
penyelenggaraan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten dan kota. (2)Pemeriksaan kasus
kasus pengaduan masyarakat yang disampaikan langsung oleh masyarakat dan yang diterima
dari instansi maupun pelimpahan penanganan kasus dari instansi lain. (3)Pemeriksaan dalam
rangka berakhirnya masa jabatan Kepala Daerah. (4)Pemeriksaan berkala atau sewaktu-waktu
maupun pemeriksaan terpadu. (5)Pemeriksaan pelaksanaan dekonsentrasi dan tugas
pembantuan. (6)Pemeriksaan khusus untuk hal-hal tertentu.

BUMD Kabupaten Semarang terdiri dari PD BPR BKK Ungaran, PD BKK Susukan,
BKPD Kabupaten Semarang, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Semarang,
Apotek Sidowaras 1, Apotek Sidowaras 3. Pada penelitian ini peneliti hanya menggunakan
BUMD yang memiliki pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Pengawas, yaitu PD BPR
BKK Ungaran, PD BKK Susukan, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten
Semarang.

Pada umumnya manajer memiliki tanggung jawab yang sama, yaitu melakukan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, serta penyususnan staf namun dari sisi tingkat
atau level manajemen dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
1. Manajemen puncak / top management
Tanggung jawab dari manajemen puncak adalah keseluruhan kinerja dan keefektifan dari
suatu perusahaan Manajer tingkat puncak membuat kebijakan, keputusan, dan strategi
yang berlaku secara umum pada suatu perusahaan. Jabatan yang temasuk manajemen
puncak adalah Chief Financial Officer, Chief Executive Officer, Chief Information
Officer
2. Manajemen tingkat menengah / middle management
Manajemen tingkat menengah berada diantara manajemen puncak dan manajemen lini
pertama, kebijakan serta keputusan yang diambil oleh manajer tingkat atas atau
puncak.Jabatan yang termasuk manajemen menengah adalah kepala bagian, pemimpin
proyek, manajer divisi, manajer pabrik.

4
3. Manajemen operasional /first line management
Manajemen tingkat bawah ini kebanyakan melakukan pengawasan atau supervise pada
karyawan dan memastikan strategi , kebijakan dan keputusan yang telah diambil oleh
manajer puncak menengah telah dijalankan dengan baik. Manajemen lini pertama juga
memiliki andil dan turut serta dalam proses mengimplementasikan strategi yang telah
ditetapkan. Jabatan yang termasuk dalam manajemen operasional adalah supervisor,
manajer departemen, manajer area, manajer kantor, atau manajer shift.

Jumlah pejabat dalam tiap tingkatan manajemen dari atas ke bawah berbentuk kerucut
atau piramida, yaitu semakin tinggi level maka semakin sedikit jumlah pejabatnya. Dalam
penelitian ini, responden yang dipilih termasuk jajaran manajemen operasional dan
manajemen tingkat menengah BUMD Kabupaten Semarang.

Kasus-kasus yang biasa terjadi banyak mengalami kecurangan, seperti korupsi, tidak
maksimalnya pegawai dalam melaksanakan tugasnya, sehingga dapat menimbulkan kerugian
yang sangat besar yang dialami oleh pemerintah. Seperti yang banyak terjadi di Indonesia
saat ini, sebagai contoh korupsi yang terjadi di RSUD Kabupaten Semarang terhadap
penggelembungan dana alat-alat kesehatan yang dinaikan sebesar 25 %.

Peneliti ini mengacu dari jurnal internal audit pada sektor publik di Malaysia, peneliti
tersebut meneliti tentang permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh internal audit di
Malaysia (Ahmad, et al., 2009). Masalah-masalah yang dihadapi adalah kurangnya staf audit
sehingga masalah ini paling besar dihadapi pada internal auditor dalam keefektifan internal
auditor. Hal ini memperbesar peran penting audit internal untuk memastikan transparansi,
intregitas, kualitas dan perbaikan layanan yang bertujuan positif tetap menjadi titik akhir dari
setiap proses. Peneliti ini mengutamakan pentingnya audit internal di sektor publik Malaysia.
Data diperoleh melalui responden yaitu kepada kepala auditor internal, auditor internal dan
staf lain dari departemen audit internal dari kategori departemen dan badan-badan
sektorpublik di Malaysia. Kesimpulan dari studi ini adalah bahwa fungsi audit internal dalam
sektorpublik di Malaysia dibatasi oleh kekurangan pegawai, terhambat oleh dukungan
memadai dari manajemen puncak, jarang terjadinya kerjasama antar auditor, dan kurangnya
pengetahuan dan pelatihan yang tepat tentang pendekatan audit yang efektif.

Pada penelitian sebelumnya di sektor publik malaysia terdapat masalah-masalah yang


dihadapi auditor internal, sehingga dapat mempengaruhi terhadap hasil dari pengawasan yang
dilakukan oleh staf pengawas di Malaysia. Pada penelitian ini bertujuan untuk meneliti

5
persepsi manjemen BUMD Kabupaten Semarang terhadap masalah-masalah yang dihadapi
oleh Dewan Pengawas dalam melakukan pengawasan di BUMD Kabupaten Semarang dan
faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi efektivitas fungsi pengawasan sehingga
dapat mempengaruhi audit internal di BUMD Kabupaten Semarang.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana persepsimanajemen BUMD Kabupaten Semarang mengenai permasalahan


yang dihadapi Dewan Pengawas ?

2. Bagaimana persepsi manajemen BUMD Kabupaten Semarang tentang faktor-faktor yang


mempengaruhi efektivitas fungsi pengawasan ?

2. Telaah Teoritis

2.1. Audit Internal

Pandangan Adeniji (2004) dalam Effectiveness of Internal Audit as Instrument of


Improving Audit internal merupakan bagian dari sistem pengendalian internal yang
diterapkan oleh manajemen organisasi. Hal Ini merupakan bantuan untuk manajemen agar
dapat memastikan bahwa operasi keuangan dilakukan dengan benar sesuai dengan hukum.
Audit internal merupakan cabang dari manajemen yang memungkinkan keuangan ditetapkan
sesuai dengan petunjuk tentang pengeluaran. Dalam rangka mencapai tujuan yang telah
disetujui merupakan tanggung jawab internal audit untuk memastikan kepatuhan terhadap
instruksi dengan personel yang terlibat dalam administrasi sektor publik. Auditor internal
bertanggung jawab kepada manajemen atau dewan dengan memberikan informasi tentang
kecakupan dan efektivitas sistem sektor internal kontrol dan kualitas kerja. Auditor internal
harus memastikan kepatuhan terhadap semua keuangan, personalia, pinjaman, pengelolaan
data, kebijakan administratif lainnya, prosedur ekonomi yang efisien dan efektivitas dengan
sumber daya yang digunakan. Dari pandangan tersebut Tracey (1994) mengatakan bahwa
tanggung jawab auditor internal adalah untuk meninjau bagaimana sistem akuntansi bekerja
dengan baik serta evaluasi dan efisiensi operasi organisasi. Berdasarkan pengertian diatas
dapat disimpulkan bahwa audit internal adalah:
1. Pemeriksaan dilakukan oleh karyawan dalam suatu perusahaan
2. Pemeriksa berfungsi sebagai staf pembantu manajemen
3. Pemeriksa harus bersifat independen

6
4. Pemeriksaan terhadap operasi dan pengendalian intern dilaksanakan untuk mendorong
ketaatan pada kebijakan dan prosedur yang ditetapkan
5. Pemeriksaan terhadap berbagai aktivitas perusahaan secara terus menerus

Menurut Robert Tampubolon (2005 : 1) audit intern lebih berfungsi sebagai mata dan
telinga manajemen, karena manajemen butuh kepastian bahwa semua kebijakan yang telah
ditetapkan tidak akan dilaksanakan secara menyimpang. Audit internal melayani manajemen
utama sebagai alat kontrol yang digunakan untuk memberikan keyakinan kepada manajemen
bahwa informasi keuangan diserahkan kepada manajemen dengan handal, akurat dan
didasarkan pada catatan yang handal dan dinyatakan untuk menarik perhatian manajemen
atas kekurangan dalam organisasi atau sistem pengendalian internal, serta untuk menyoroti
bidang praktek manajemen yang membutuhkan tindakan korektif.

Owler dan Brown (1999) dalam Effectiveness of Internal Audit as Instrument of


Improving Audit internal menetapakan bahwa tujuan dari auditor internal sendiri adalah
untuk melindungi manajemen terhadap kesalahan prinsip dan mengabaikan tugas yang
berfungsi untuk meninjau operasi dan melakukan catatan, dalam perjalanan ini banyak
memeriksa karya rinci organisasi yang sehubungan dengan laporan keuangan secara efektif
atas laporan yang diaudit. Untuk hal tersebut, auditor intern akan memberikan berbagai
analisis, penilaian, rekomendasi, petunjuk, dan informasi sehubungan dengan kegiatan yang
diperiksa. Tujuan pemeriksaan mencakup pula usaha mengembangkan pengendalian yang
efektif dengan biaya yang wajar. Tujuan utama pengendalian intern menurut Hiro Tugiman
(2006 : 44) adalah meyakinkan keandalan (realiabilitas dan integritas) informasi; kesesuaian
dengan berbagai kebijaksanaan, rencana prosedur, dan ketentuan perundang-undangan;
perlindungan terhadap harta organisasi; penggunaan sumber daya yang ekonomis dan efisien,
serta tercapainya berbagai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Terdapat tiga jenis utama dari laporan audit yang pada dasarnya erat untuk tujuan
audit, yaitu:
a. Pelaporan internal ke manajer untuk tujuan perencanaan dan pengendalian arus dan
operasi saat ini dan untuk antisipasi di masa yang akan datang.
b. Pelaporan internal untuk eksekutif kepala dan Direksi atau Manajer kebijakan
institusional keputusan dan perumusan rencana janka panjang.
c. Pelaporan eksternal terutama untuk tujuan kredibilitas.

7
Peran dan tugas auditor internal yang tertulis dalam Angus, et. Al, (2009) yang
meneliti tentang efektivitas internal audit pada sektor publik di Nigeria adalah:
1. Auditor internal bertanggung jawab kepada manajemen dan dewan, dalam menyediakan
informasi tentang kecukupan dan efektivitas sistem pengendalian internal dan kualitas
kinerja.
2. Auditor internal memastikan kepatuhan terhadap semua keuangan, personalia, pemberian
pinjaman, pengolahan data, kebijakan dan prosedur administratif lainnya, serta ekonomi,
efisiensi dan efektivitas tentang sumber daya yang digunakan.
3. Audit internal merupakan alat control manajemen utama untuk memberikan keyakinan
kepada manajamen bahwa informasi keuangan diserahkan kepada manajemen untuk
membantu dalam pengambilan keputusan yang handal, akurat dan berdasarkan catatan
yang handal dan dinyatakan untuk memberikan informasi tentang kekurangan dalam
organisasi ataupun sistem pengendalian internal, serta menyoroti pratek manajemen yang
memerlukan tindakan korektif.

Tanggung jawab lainnya adalah:


1. Untuk meninjau, mengevaluasi dan melaporkan kecukupan atau kerangka pengawasan
keuangan yang ada di badan dan efisiensi dalam menjamin properti, kehati-hatian,
kelengkapan dan keakuratan kegiatan instansi bersangkutan dan transaksi.
2. Untuk melaksanakan audit yang lengkap dan berkelanjutan dari rekening dan catatan
pendapatan, pengeluaran, tanaman, toko-toko dan properti lainnya.
3. Untuk mengevaluasi apakah kinerja aktual dalam kerangka kontrol didirikan keuangan
(audit kepatuhan).

2.2. Audit internal pada BUMD

Pengawasan pada BUMD dapat diartikan sebagai kegiatan mengamati dan meneliti
proses kegiatan dari mulai perencanaan sampai dengan pelaksanaan serta melakukan tindakan
yang diperlukan untuk memeriksa, mencegah, memperbaiki penyimpangan yang terjadi agar
sesuai dengan rencana pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. Pengawasan terhadap
BUMD dapat dilakukan oleh Dewan Pengawas dan manajemen atau pengelola BUMD itu
sendiri melalui Satuan Pengawas Intern serta oleh pihak luar atau ekstern yaitu Bank
Indonesia dan Akuntan Publik.

Pengawas terus menerus berkembang, terutama dengan adanya pengelolaan BUMD


dan pengendalian resiko yang sehat. BUMD harus bisa menciptakan suatu pengendalian

8
untuk operasionalnya sendiri yaitu dengan menciptakan pengendalian internal. Untuk
diyakininya bahwa pengendalian internal itu sudah dilakukan dengan baik perlu dilakukan
suatu audit oleh pihak internal sendiri yaitu internal audit. Dengan semakin berkembangnya
BUMD tersebut, maka rentang kendali antara Direksi dan Dewan Pengawas dengan para
pelaksana operasional semakin lebar dan komplek, sehingga fungsi internal audit diharapkan
dapat menjadi penghubung antara keduanya, terutama membantu Direksi dalam
mengamankan kegiatan operasional yang melibatkan dana dari masyarakat luas untuk
meyakinkan bahwa penyelenggaraan kegiatan BUMD berjalan secara efisien, efektif,
ekonomis, lancar, aman dan tertib.

Dewan pengawas berasal unsur pejabat pemerintah daerah yang ditunjuk langsung
oleh pemerintah untuk menjamin agar pemerintahan kota atau kabupaten dapat berjalan
dengan baik dan benar sesuai dengan rencana dan aturan undang-undang yang telah
ditetapkan. Tugas Dewan Pengawas adalah melaksanakan pengawasan, pengendalian dan
pembinaan terhadap pengurusan dan pengelolaan BUMD, sehingga BUMD dapat berjalan
sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan. Dalam melakukan pengawasan terhadap
BUMD, Dewan Pengawas menggunakan SPIP sebagai acuan kerjanya.

Menurut Johnson (1996) dalam Effectiveness of Internal Audit as Instrument of


Improving Audit internal, tugas-tugas umum auditor internal meliputi :
1. Salinan audit tentang laporan dari akun yang disampaikan dalam tata cara penulisan yang
ditentukan bersama-sama dengan laporan kepada menteri atau sekretaris Negara.
2. Para auditor harus menyatakan apakah akun menurut mereka dapat memberikan
pandangan yang benar dan adil sesuai terhadap urusan operasi.
3. Auditor harus menyatakan apakah akun tersebut telah memberikan semua informasi yang
diperlukan sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
4. Para auditor biasanya akan melaporkan jika mereka tidak puas dengan aspek dalam
laporan keuangan.

Agar memperkuat dan menilai apakah BUMD telah menerapkan SPIP (Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah) dengan baik menurut peraturan pemerintah, maka dilakukan
pengawasan intern dan pembinaan penyelenggaraan SPIP. Pengawasan intern merupakan
salah satu bagian dari kegiatan pengendalian intern yang berfungsi melakukan penilaian
independen atas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintahan. Lingkup pengaturan
pengawasan intern mencakup kelembagaan, tugas, kompetensi SDM, kode etik, standart
audit, pelaporan. Pembinaan penyelenggaraan SPIP meliputi penyusunan pedoman teknis,
9
penyelenggaraan, sosialisasi, pendidikan, dan pelatihan, serta bimbingan dan konsultasi SPIP,
dan peningkatan kompetensi auditor selaku aparat pengawas internpemerintah.

Penasehat IIA (2004) menyatakan bahwa auditor internal harus memiliki


pengetahuan, keterampilan dan kompetensi lainnya. Kurangnya kopetensi dan pengetahuan
tentang audit adalah masalah utama yang dihadapi oleh fungsi audit internal. National Audit
Departemen (NAD 2007) dalam The Effectiveness of Internal Audit in Malaysian Public
Sectormengungkapkan bahwa banyak petugas melakukan audit internal di pemerintah daerah
tidak memiliki pengetahuan dan eksposur pada teknik yang tepat. Masalah utama yang biasa
di hadapi oleh fungsi audit internal adalah kurangnya staf audit, staf audit yang kurang
memadai adalah peringkat pertama dan dianggap sebagai kemunduran besar yang dapat
menahan efektivitas fungsi audit internal di sektorpublik. Tanggapan lebih lanjut fungsi audit
internal dalam sektor publik juga kurangnya kerjasama antara pengawas. Kurangnya
kerjasama antara pengawas dapat menghambat upaya untuk mencapai pekerjaan audit
internal yang efektif, dengan alasan bahwa tanpa penuh kerjasama dari pengawas maka akan
sulit bagi auditor internal untuk memiliki akses penuh ke semua kegiatan dan catatan.

Menurut Mihret dan Yismau (2007) dalam penelitian Ahmad, et al (2009), kurangnya
perhatian dari manajemen dapat mengirim salah sinyal tentang pentingnya jasa internal
auditor. Selain kurangnya perhatian dari manajemen, masalah lain bahwa kurangnya
pemahaman tentang peran dan tanggung jawab fungsi audit internal adalah faktor lain yang
berkontribusi terhadap kurangnya kerjasama antara fungsi audit internal. Hal ini didukung
oleh temuan dari penelitian sebelumnya dimana hampir 75% dari negara-negara dan badan-
badan pemerintah daerah cukup setuju bahwa kurangnya pemahaman peran fungsi audit
internal sebagai fungsi penilai independen dalam suatu organisasi. Responden pada penelitian
sebelumnya mengungkapkan bahwa diantara masalah yang dihadapi oleh fungsi audit
internal dalam sektor publik yang menghambat efektivitas mereka adalah bahwa staf
pengawas kurang dalam hal pelatihan yang mengakibatkan berpengaruh terhadap kompetensi
dan pengetahuan tentang praktek pengawasan dan teknik audit.

Pencapaian optimalisasi terhadap keberhasilan hasil pengawasan sangat ditentukan


oleh prestasi kerja para pengawasnya, Oleh karena itu faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja para auditor internal sangat mempengaruhi pula pada hasil
pengawasannya. Dari penelitian sebelumnya The Effectiveness of Internal Audit in Malaysian
Public Sector Hung dan HAN (1998) menyatakan terdapat faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi audit internal di instansi pemerintahan,diantaranya sikap positif dari kontroler
10
untuk pekerjaan audit internal, pendidikan yang dirancang dengan baik dan pelatihan auditor
internal yang berguna untuk meningkatkan kinerja manajemen, maka dari itu Dewan
Pengawas harus dapat memberikan informasi tentang faktor-faktor penting terhadap
berkontribusi fungsi audit internal, antara lain keterampilan interpersonal, komitmen auditor
internal, dukungan dari komite auditor internal, dukungan dari komite audit, audit kinerja dan
integritas, departemen audit efisiensi, audit kompetensi, pengetahuan auditor internal
terhadap operasi bisnis perusahaan dan industri. Auditor yang kemandiriannya ditemukan
dapat menjadi atribut penting yang dapat memberikan kontribusi terhadap fungsi audit
internal.

Dukungan dari manajemen puncak adalah pertimbangan yang signifikan untuk


memastikan tindakan yang diambil atas temuan audit internal. Dalam penelitian Ahmad, et
al., 2009 responden menyatakan bahwa tanpa dukungan dari manajemen puncak auditor sulit
untuk memperkuat fungsi audit internal dalam suatu organisasi. Responden berharap agar
manajemen puncak akan memfasilitasi departemen audit internal dengan staf audit yang
memadai, sumber daya lebih baik dan merekomendasi staf yang terampil dan berpengalaman.
Responden pada penelitian tersebut juga mengatakan bahwa kecukupan sumber daya sangat
penting, seperti jumlah staf yang memadai, fasilitas dan anggaran yang penting bagi
pengawas untuk melakukan tanggung jawabnya sebagai auditor internal. Temuan ini juga
mengungkapkan bahwa kerjasama antara auditor dalam menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya sebagai auditor internal sangat penting. Persepsi umum dari responden adalah
auditor internal hanya tertarik untuk menemukan kesalahan orang lain dan dapat
memperbaiki jika auditor memahami peran, fungsi, dan tanggung jawab audit internal.
Dengan demikian, auditor internal sendiri perlu mempromosikan peran audit internal dan
manfaatnya sehingga pihak luar fungsi dari audit internal dapat menghargai kontribusi
mereka terhadap pencapaian keseluruhan tujuan organisasi.

Secara ekonomi, audit internal dimaksudkan untuk konsumsi internal dengan berbagai
manfaat sosial ekonomi.Dalamsektor publik menurut Azubike (2002) dalam Effectiveness of
Internal Audit as Instrument of Improving Audit internal, pengendalian internal sangat
efektif dalam meningkatkan keandalan akuntansi data dan dalam melindungi terhadap
penipuan, hal tersebut mengimplikasikan ekonomi dari suatu audit tidak efektif. Hal-hal
yang biasa menjadi alasanketidakefektifan audit internal dalam manajemen sektor publik
adalah sebagai berikut :

11
a. Lack of audit manual: tidak adanya panduan standar audit internal dan rencana audit kerja
secara terperinci akan mempengaruhi kualitas pekerjaan audit terutama untuk audit
internal baik non-akuntan ataupun akuntan yang non-qualified.

b. Non-Career Auditors and lack of growth prospect: karir auditor yang memenuhi syarat
professional akuntan memiliki level atau status dibawah dengan yang dimiliki oleh rekan-
rekan professional mereka di departemen keuangan sebagai auditee. Hal ini memberikan
auditee keuntungan dan perasaan superioritas kepada auditor internal maka mereka dapat
menahan akses auditor untuk mendapatkan informasi dengan ketidakseimbangan proses
arus informasi sehingga informasi yang didapatkan auditor adalah informasi yang mereka
ingin sediakan untuk auditor lihat.

c. Reporting structure and professional independence: pada masa lalu auditor internal
merupakan sebuah unit dari accounts department, tetapi untuk menjamin independensi
auditor, auditor internal harus melaporkan langsung kepada kepala eksekutif. Perubahan
ini berdampak negatif karena kebanyakan kepala eksekutif merupakan pemegang jabatan
politik, yang tidak memiliki kepentingan permanen dan mengarah ke non-komitmen
untuk laporan audit internal.

d. Scope of work: tidak adanya definisi yang tepat dari tugas, hak, keistimewaan dan
keterbatasan auditor internal sehingga dapat menghambat auditor untuk melakukan
tugasnya dengan hasil yang memuaskan.

e. Privileges of office: kurangnya upah yang memadai dan pra-syarat kantor telah membuat
beberapa auditor internal ikut andil dalam melakukan kecurangan.

f. Hazards of office: faktor lain yang menghambat efisiensi audit internal adalah resiko yang
dihadapi oleh auditor internal yang jujur dan berprinsip. Auditor mungkin akan
dihadapkan pada masalah-masalah yang dapat mengganggu kehidupan dan sifat dari
auditor internal.

Kinerja Dewan Pengawas sebagai auditor internal di BUMD dapat dikatakan baik
apabila Dewan Pengawas dapat menjamin bahwa tidak terdapat penyimpangan atau
penyalahgunaan atas aset pemerintah yang dilakukan oleh BUMD terkait, dan dapat
melakukan perbaikan di area-area yang harus memerlukan perbaikan agar untuk periode
berikutnya BUMD dapat berjalan dengan lebih baik lagi. Apabila Dewan Pengawas telah
menjamin bahwa BUMD telah menerapkan SPIP dengan baik dan sesuai dengan visi, misi,

12
dan tujuan yang telah direncanakan serta sesuai dengan peraturan pemerintah maka kinerja
Dewan Pengawas sebagai auditor internal terhadap BUMD telah dilakukan dengan baik.

3. Metode Penelitian

3.1 Jenis Data dan Sumber Data

Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah data primer. Data primer yang
digunakan dalam penelitian ini berupa data kualitatif yang bersumber dari survey melalui
kuesioner yang ditujukan kepada manajemen BUMD Kabupaten Semarang. Kuesioner yang
digunakan berupa dua bagian. Bagian pertama berisi masalah utama yang dialami fungsi staf
pengawas dan bagian kedua berisi tentang faktor yang mempengaruhi efektivitas fungsi staf
pengawas.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi data yang diteliti atas manajemen BUMD Kabupaten Semarang meliputi
manajemen operasional dan manajemen tingkat menengah. Jumlah populasinya sebanyak 35
orang yang berada di PDAM KABUPATEN SEMARANG, 25 orang pada PD. BPR BKK
UNGARAN, dan 24 orang pada PD. BKK SUSUKAN. Pada penelitian ini teknik sampel
yang digunakan adalah non probability sampling. Pada teknik non probabilty sampling
peneliti memilih menggunakan purposive sampling dalam pemilihan sampel. Peneliti
menetukan jumlah sampel yang diteliti sebanyak 45 orang, dimana terdiri dari 15 orang di
setiap BUMD.

3.3. Metode Pengumpulan Data

1. Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menyusun kuesioner yang
didasarkan pada penelitian Ahmad, et al., 2009.
2. Penentuan respoden dilakukan dengan cara bertanya kepada pegawai BUMD terkait
mengenai staf yang mengetahui praktek pengawasan pada BUMD Kabupaten Semarang.
3. Memberikan langsung kuesioner kepada responden yang dituju untuk mencegah
terjadinya salah sasaran dan menunggu langsung hasil dari pengisian kuesioner yang di
lakukan oleh responden
4. Menjelaskankepada responden secara garis besar maksud dari isi kuesioner di setiap
bagian dan meminta responden mengisi kuesioner sesuai dengan keadaan Dewan
Pengawas
13
5. Pada bagian pertama kuesioner peneliti meminta persepsi responden untuk menilai setuju
atau tidak dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh pengawas. Informasi yang
digunakan di dalam penelitian ini adalah informasi dari internal audit Ahmad, et al.,
2009. (skala 1 : sangat tidak setuju; skala 5 : sangat setuju)
6. Pada bagian kedua peneliti meminta persepsi responden untuk menilai setuju atau tidak
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi staf pengawas. Informasi yang
digunakan di dalam penelitian ini adalah informasi dari internal audit Ahmad, et al.,
2009. (skala 1 : sangat tidak setuju; skala 5 : sangat setuju)
7. Dari hasil yang diperoleh pada point 5 sampai 6, tiap item informasi dihitung rata-
ratanya.
8. Untuk melihat tingkat persepsi responden, maka digunakan rumus interval sebagai
berikut:

Dimana I = Interval
K = Kategori jawaban
Max = Nilai tertinggi
Min = Nilai terendah

Range Kriteria

1,00 - 1,80 Sangat Tidak Setuju/Sangat buruk


1,81– 2,60 Tidak Setuju/buruk
2,61– 3,40 Netral/Cukup
3,41- 4,20 Setuju/Baik
4,21-5,00 Sangat Setuju/Sangat baik

9. Dalam kuesioner ini juga diberikan ruang kosong untuk menampung informasi yang
dianggap penting oleh responden faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi efektivitas.
10. Setelah didapat data-data mengenai seberapa baiknya penerapan item-item SPIP tadi
dilakukan analisis data dengan menggunakan metode statistik deskriptif, untuk dapat
memaknai data yang telah didapat dari hasil penelitian.
14
3.4. Analisis Data

Setelah didapat data dari hasil penyebaran kuesioner di BUMD Kabupaten Semarang,
langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah melakukan analisis data dengan
menggunakan metode statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan
untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum
atau generalisasi (Sugiyono, 2008).

Langkah pertama yang dilakukan dalam menganalisis data adalah memasukan data
dari hasil kuesioner kemudian menjumlahkan skor dari setiap item-item kuesioner. Langkah
kedua mencari rata-rata pada setiap item-item tersebut. Dari hasil rata-rata tersebut dapat
dikelompokan kriteria sesuai dengan interval yang telah ditetapkan pada metode
pengumpulan data sehingga setiap item kuesioner dapat disimpulkan hasilnya.

4. Temuan dan Pembahasan

4.1. Tugas Pokok dan Wewenang Dewan Pengawas

Tugas Dewan Pengawas adalah melakukan pengawasan terhadap pengurusan


Perusahaan yang dilakukan oleh Direksi serta memberikan nasihat kepada Direksi termasuk
pelaksanaan rencana jangka panjang perusahaan, rencana kerja dan anggaran perusahaan
serta ketentuan-ketentuan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan peraturan Menteri Dalam Negeri No. 02 tahun 2007 pasal 22 tentang tugas
pokok dan wewenang Dewan Pengawas dijabarkan sebagai berikut :

a. Melaksanakan pengawasan, pengendalian, dan pembinaan terhadap pengurusan dan


pengelolaan BUMD.

b. Memberikan pertimbangan dan saran kepada Kepala Daerah diminta atau tidak diminta
guna perbaikan dan pengembangan BUMD.

c. Memeriksa dan menyampaikan Rencana Strategi Bisnis , dan rencana bisnis dan anggaran
tahunan BUMD terkait yang dibuat Direksi kepada Kepala Daerah untuk mendapatkan
pengesahan.

15
Wewenang Dewan Pengawas dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal
22 yaitu :
a. Menilai kinerja Direksi dalam mengelola BUMD.
b. Menilai laporan triwulan dan laporan tahunan yang disampaikan Direksi untuk mendapat
pengesehan Kepala Daerah.
c. Meminta keterangan Direksi mengenai pengelolaan dan pengembangan BUMD.
d. Mengusulkan pengangkatan, pemberhentian sementara, rehabilitasi dan pemberhentian
Direksi kepada Kepada Daerah.

4.2. Gambaran secara umum responden penelitian

Secara umum responden penelitian ini dibagi menurut jenis kelamin, usia, pendidikan
terakhir, dan lama bekerja. Dari total 45 orang, yang bersedia dan tidak berhalangan untuk
mengikuti penelitian ini adalah sebanyak 40 orang (88,89%). Menurut jender penelitian ini
didominasi oleh responden laki-laki daripada perempuan yaitu laki-laki berjumlah 27 orang
dan perempuan berjumlah 13 orang. Menurut usia penelitian lebih banyak responden yang
berusia kurang dari sama dengan 50 tahun. Pendidikan terakhir responden dalam penelitian
ini hanya berkisar antara SMA, S1, dan S2, dan didominasi oleh responden yang
berpendidikan terakhir S1. Dalam penelitian ini masa jabatan responden dibagi menjadi tiga,
yaitu antara 1 sampai 10 tahun, 11 sampai 20 tahun, dan 20 tahun ke atas, temuan
menunjukan bahwa penelitian ini didominasi oleh responden yang memiliki masa jabatan 11
sampai 20 tahun (lihat lampiran 2, hal. 31).

Responden pada penelitian ini manajemen BUMD Kabupaten Semarang yang


meliputi manajemen tingkat menengah dan manajemen operasional yang memiliki jabatan
seperti pada tabel 4.2. Responden dipilih berdasarkan kriteria yang memiliki pengetahuan dan
berhubungan langsung serta mengerti dengan masalah-masalah dan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi efektivitas fungsi staf pengawas

16
Tabel 4.2.
Gambaran umum responden berdasarkan jabatan menurut manajemen operasional
dan manajemen tingkat menengah BUMD Kabupaten Semarang

Perusahaan Daerah
BUMD PD BPR BKK Ungaran Air Minum (PDAM) PD BKK Susukan
Kabupaten Semarang
Jabatan 1. Kepala bidang kredit 1. Kepala bagian teknik 1. Kepala bidang kredit

2. Kepala bidang dana 2. Kepala bagian 2. Kepala bidang dana


keuangan dan umum

3. Kepala bidang umum 3. Kepala bagian 3. Kepala bidang umum


pelayanan pelanggan

4. Pemimpin KPO 4. Kasubag teknik 4.Pemimpin KPO

5. Sub bidang 5. Kasubag umum 5.Pemimpin cabang


pengawas kredit

6. Sub bidang kas 6. Kasubag akuntansi 6. Sub bidang pengawas


kredit

7. Sub bidang SDM dan 7. Kasubag kepegawaian 7. Sub bidang kas


Sekretariat

8. Sub bidang account 8. Kasubag 8. Sub bidang SDM dan


officer perlengkapan Sekretariat

9. Sub penghimpunan 9. Kasubag perencanaan 9. Sub bidang account


dan officer

10. Sub bidang 10. Kasubag transmisi 10. Subpenghimpunan


perencanaan, dan distribusi dana
pelaporan, dan IT

11. Sub bidang akuntansi 11. Kasubag perawatan 11. Sub bidang
perencanaan,
pelaporan, dan IT

12. Kepala Seksi 12. Kepala seksi 12. Sub bidang


pemasaran keuangan akuntansi

13. Humas 13.Kepala seksi 13. Humas


penagihan
14. Kepala Seksi
pelayanan

17
4.3. Persepsi responden mengenai item-item di dalam kuesioner

4.3.1. persepsi responden mengenai masalah-masalah yang dihadapi oleh pengawas

Pada bagian ini diuraikan persepsi manajemen BUMD Kabupaten Semarang


mengenai masalah-masalah yang dihadapi oleh staf pengawas seperti yang ditunjukan pada
tabel 4.3.1.

Tabel 4.3.1.

Persepsi responden mengenai masalah-masalah yang dihadapi oleh pengawas

Total Rata-
No Item informasi Persepsi
Skor rata
tidak
1 setuju
Jumlah pengawas kurang memadai 91 2,28

Kerjasama diantara pengawas/audit


2 Setuju
internal baik 147 3,68

3 Fungsi pengawas bersifat independen 144 3,60 Setuju

Pengetahuan teknik staf pengawas


Setuju
4 memadai 147 3,68

Pengalaman staf pengawas memadai 149 3,73 Setuju


5
Hasil pengawasan diperhatikan oleh
6 Setuju
pihak yang diawasi 148 3,70

Posisi staf pengawas terhormat dalam


7 Setuju
organisasi 142 3,55

tidak
8 Fungsi staf pengawas banyak dimusuhi 115 2,88 setuju

Sumber: Data Primer, 2012

Secara rata-rata responden menilai bahwa jumlah pengawas memadai, responden


memberikan pernyataan tersebut dikarenakan tidak terjadi kemunduran terhadap efektivitas
fungsi staf pengawas dalam melakukan pengawasan. Sedangkan yang terjadi pada jurnal
Ahmad, et al. (2009) yang menyatakan bahwa kurangnya staf pengawas merupakan masalah
utama yang dihadapi oleh audit internal sektor publik di Malaysia. Dilihat dari sisi jumlah
Dewan Pengawas sebagai auditor internal di BUMD Kabupaten Semarang tidak

18
mempengaruhi hasil dari pengawasan, maka dengan demikian Dewan Pengawas telah
memberikan fungsi pengawasan dengan baik dan memberikan peran yang efektif dalam
melakukan pengawasan, sehingga Dewan Pengawas dapat memastikanbahwa transparansi,
intergritas, kualitas, dan perbaikan layanan yang bertujuan positif tetap menjadi titik akhir
dari setiap proses.

Kerjasama fungsi staf pengawas baik, responden beranggapan kerjasama staf


pengawas telah dilakukan dengan baik karena pengawas telah mencapai pekerjaan audit
internal yang efektif dan memiliki akses penuh ke semua kegiatan dan catatan. Responden
setuju bahwa fungsi pengawasan bersifat independen, dikarenakan pengawas melaporkan
langsung hasil pengawasan kepada Direksi.

Menurut responden, pengetahuan staf pengawas memadai. Bisa dilihat dari hasil
pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Pengawas pada BUMD Kabupaten Semarang.
Pengalaman staf pengawas menurut responden telah memadai, dikarenakan responden
sebagian besar telah bekerja cukup lama di BUMD Kabupaten Semarang sehingga mereka
dapat mengetahui pengalaman yang dimiliki oleh Dewan Pengawas dalam melakukan
pengawasan di BUMD Kabupaten Semarang.

Mengenai hasil pengawasan diperhatikan oleh pihak yang diawasi responden


menyatakan setuju. Responden beranggapan bahwa auditor internal merupakan sebuah unit
dari account departement yang melaporkan hasil pengawasan langsung kepada Direksi
sehingga hasil dari pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Pengawas sangat diperhatikan
untuk lebih meningkatakan kualitas kerja dan pencapaian tujuan dari oraganisasi tersebut.
Posisi staf pengawas terhormat dalam organisasi BUMD, sehingga Dewan Pengawas dapat
melaksanakan pengawasan, pemeriksaan, dan pembinaan terhadap BUMD Kabupaten
Semarang. Menurut responden mengenai staf pengawas banyak dimusuhi responden tidak
setuju. Dalam melakukan pengawasannya Dewan Pengawas telah jujur dan memiliki prinsip
sehingga tidak menghambat terhadap efisiensi audit internal, dan pengawas tidak dihadapkan
pada masalah-masalah yang dapat mengganggu kehidupan dan sifat dari auditor internal.
Dilihat dari hasil pendapat responden secara rata-rata dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
masalah yang dihadapi oleh pengawas dalam melakukan pengawasan di BUMD Kabupaten
Semarang.

19
4.3.2. Persepsi responden terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas fungsi
staf pengawas

Pada bagian ini diuraikan persepsi manajemen BUMD Kabupaten Semarang tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas fungsi staf pengawas seperti yang ditunjukan
dalam tabel berikut.

Tabel 4.3.2.
Persepsi responden terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas fungsi
staf pengawas
Total
No Item informasi Rata-rata Persepsi
Skor
1 Kualitas Pengawas yang mengawasi
149 3,73 Setuju
BUMD

2 Dukungan dari Pimpinan BUMD 156 3,90 Setuju

3 Kecukupan sumber daya manusia dan


159 3,98 Setuju
dana operasional yang memadai

4 Kerjasama diantara staf pengawas 163 4,08 Setuju

Sumber: Data Primer, 2012

Dari data yang diperoleh, dapat dilihat bahwa secara rata-rata responden menilai item-
item yang diajukan dalam kuesioner (bagian 2) merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
efektivitas dalam fungsi pengawasan. Para responden berpendapat bahwa kualitas pengawas
yang mengawasi BUMD berpengaruh terhadap efektivitas fungsi staf pengawas, dikarenakan
pengawas harus memiliki keterampilan dan pengalaman yang memadai agar dapat
menjalankan tugasnya dengan baik. Pelatihan teknis pengawas juga berpengaruh terhadap
kualitas pengawas untuk menjalankan peran, fungsi, dan tanggung jawab sebagai auditor
internal.

Dukungan dari pimpinan BUMD menurut responden mereka menjawab setuju,


Dewan Pengawas dalam melakukan pengawasan di BUMD harus mendapat dukungan dari
pimpinan BUMD untuk melakukan pertimbangan atas temuan audit.Dengan tidak adanya
dukungan dari pimpinan BUMD maka sulit bagi auditor internal untuk menerapkan fungsi
dari audit internal. Hal ini juga dijelaskan oleh Ahmad, et al. (2009) kurangnya kerjasama

20
dari auditee dapat menghambat upaya auditor untuk mencapai pekerjaan yang efektif, dimana
auditor akan kesulitan mendapatkan akses penuh untuk melakukan kegiatan pengawasan.

Responden berpendapat setuju mengenai kecukupan sumber daya manusia dan dana
operasional yang memadai merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi fungsi staf
pengawas. Kecukupan jumlah staf pengawas yang memadai dan fasilitas yang baik serta
anggaran yang memadai harus diberikan kepada pengawas untuk dapat melakukan
pengawasan dengan baik dan bertanggung jawab. Seperti yang dijelaskan dalam bahasan
sebelumnya bahwa jumlah staf merupakan faktor yang penting dalam pengawasan dan juga
harus diimbangi dengan anggaran yang memadai. Selanjutnya kualitas pengawas adalah
faktor yang penting dalam melakukan pengawasan yang efektif. Jika sumber daya manusia
yang berkualitas tentu akan menghasilkan pekerjaan yang berkualitas juga.

Kerjasama diantara staf pengawas menurut responden termasuk faktor-faktor yang


dapat mempengaruhi fungsi staf pengawas. Dalam melakukan pengawasan, pengawas harus
melakukan kerjasama agar dapat mendapatkan akses penuh di setiap kegiatan dan pencatatan,
sehingga pengawas dapat mengetahui di area-area mana yang memerlukan perbaikan agar
BUMD berjalan sesuai dengan visi, misi,tujuan dan target-target yang telah
ditetapkan.Sehingga dapat disimpulkan bahwa kerjasama diantara staf merupakan faktor yang
penting dalam mencapai efektivitas pengawasan. Menurut Ahmad, et al (2009) jika auditor
memahami peran dan tanggung jawabnya masing-masing dan dapat bekerja sama dengan
baik maka pihak luar dari fungsi audi internal dapat menghargai kontribusi mereka terhadap
pencapaian tujuan organisasi.

4.4. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi efektivitas fungsi pengawasan

Secara umum responden dalam penelitian ini telah menganggap faktor-faktor yang
tertera di dalam kuesioner pada bagian kedua telah mewakili pemikiran mereka. Namun
terdapat empat responden yangmemberikan pendapat tentang faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi efektivitas fungsi pengawas. Data berikut merupakan item-item lain yang
diberikan responden menurut pemikiran pribadinya tentang faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi efektivitas pengawasan:

21
Tabel 4.4
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi efektivitas pengawasan
No
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas
Responden
Intensitas pengawasan yang dilakukan secara
1
berkala dan kontinuitas
Fungsi pengawasan kurang menyeluruh disetiap
6
bagian
Fungsi pengawasan, pengendalian, keputusan atau
31
kebijakan agar terkontrol
32 Laporan hasil pengawasan serta tindak lanjutnya
Pemahaman ketentuan perbankan dibutuhkan dalam
32 fungsi pengawasan dan pengarahan kepada
karyawan dan direksi dalam menjalankan tugasnya
32 Adanya perencanaan yang strategis
32 Diri pribadi pengawas yang bermoral
Sumber: Data Primer, 2012

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa pendapat yang diberikan oleh keempat
responden sebagian besar menyangkut dengan masalah internal Dewan Pengawas (seperti :
intensitas pengawasan, pengawasan kurang mnyeluruh di setiap bagian, keputusan Dewan
Pengawas agar tekontrol, pemahaman fungsi pengawasan, adanya perencanaan strategis,
pribadi pengawas yang bermoral).

Responden pertama berpendapat bahwa perencanaan dalam melakukan pengawasan


itu sangat penting, hal ini bisa dilihat dari kurangnya intensitas dalam melakukan
pengawasan, menurut responden apabila intensitas pengawasan lebih ditingkatkan maka hasil
dari pengawasanakan lebih baik dan dapat memberikan kontribusi yang baik untuk BUMD
tersebut.Responden kedua menyatakan pengawasan dilakukan pada bagian-bagian tertentu
saja dan tidak dilakukan secara menyeluruh, sehingga menurut responden Dewan Pengawas
kurang dapat mengetahui di area-area mana sajakah yang perlu di perbaiki sehingga dapat
memaksimalakan kinerja manajemen.Responden ketiga menambahakan fungsi pengawasan,
pengendalian, keputusan atau kebijakan agar terkontrolsehingga pengawas dalam melakukan
pengawasan di BUMD dapat berjalan dengan baik sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Responden keempat menambahkan tentangtindak lanjut dari laporan hasil


pengawasan dan persiapan sebelum melakukan pengawasan juga harus diperhatikan, seperti

22
pemahaman tentang ketentuan aturan yang akan diawasi,serta memiliki moral sebagai
pengawas dengan baik. Hal ini seperti yang di jelaskan dalam penelitian Ahmad, et al (2009)
mengenai kurangnya pemahaman tentang peran dan tanggung jawab fungsi audit internal
adalah faktor lain yang berkontribusi terhadap kurangnya kerjasama antara fungsi audit
internal. Hal yang menghambat efektivitas mereka adalah bahwa staf pengawas kurang dalam
hal pelatihan yang mengakibatkan berpengaruh terhadap kompetensi dan pengetahuan
tentang praktek pengawasan dan teknik audit.

5. Kesimpulan dan Keterbatasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi manajemen BUMD Kabupaten


Semarang mengenai permasalahan yang dihadapi oleh pengawas dan dapat memberikan
wawasan tentang faktor-faktor yang memepengaruhi efektivitas fungsi pengawasan yang
dilakukan oleh Dewan Pengawas terhadap BUMD Kabupaten Semarang.Berdasarkan data
dari hasil kuesioner yang telah dikumpulkan, dapat ditarik kesimpulan bahwa Dewan
Pengawas dalam melakukan pengawasan di BUMD Kabupaten Semarang tidak memiliki
masalah. Hal ini dapat dilihat dari hasil kerja staf pengawas yang menurut responden sebagai
pihak yang diawasi sudah cukup baik, sehingga responden dapat mengatakan bahwa tidak
terdapat masalah yang dihadapi oleh Dewan Pengawas sebagai auditor internal di BUMD
Kabupaten Semarang.

Mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fungsi staf pengawas, responden


berpendapat bahwa kerjasama diantara pengawas merupakan faktor yang paling
mempengaruhi efektivitas fungsi staf pengawasan. Dengan melakukan kerjasama dalam
melakukan pengawasan, maka mempermudah Dewan Pengawas untuk melakukan akses
keseluruh bagian dan mempermudah dalam melakukan pencatatan, sehingga pengawasan
dapat berjalan dengan efektif. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil dari kuesioner pada item
kerjasama diantara pengawas secara rata-rata memiliki nilai paling besar diantara item-item
lainnya.Dukungan dari pimpinan BUMD, kecukupan sumber daya manusia dan dana
operasional yang memadai, serta kualitas pengawas yang mengawasi BUMD menurut
responden merupakan faktor-faktor penting yang dapat mempengaruhi efektivitas fungsi staf
pengawas.

Beberapa responden menambahkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi


efektivitas fungsi staf pengawas, yaitu intensitas pengawasan yang dilakukan secara berkala

23
dan kontinuitas; fungsi pengawasan kurang menyeluruh disetiap bagian; fungsi pengawasan,
pengendalian, keputusan atau kebijakan agar terkontrol; laporan hasil pengawasan serta
tindak lanjutnya; pemahaman ketentuan perbankan dibutuhkan dalam fungsi pengawasan dan
pengarahan kepada karyawan dan direksi dalam menjalankan tugasnya; adanya perencanaan
yang strategis;diri pribadi pengawas yang bermoral. Hal ini berguna untuk meningkatkan
kualitas praktik pengawasan oleh Dewan Pengawas sebagai auditor internal di BUMD agar
mendapatkan hasil yang lebih baik lagi secara terus menerus.

Di dalam melakukan penelitian ini peneliti memiliki beberapa keterbatasan. Pertama,


adanya beberapa responden yang tidak bersedia dan berhalangan di dalam pengisian
kuesioner. Keseluruhan responden dari BUMD Kabupaten Semarang berjumlah 45 orang,
sedangkan responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini berjumlah 40 orang (88,89%).
Kedua, kemungkinan adanya conflict of interest antara Dewan Pengawas dan BUMD yang di
awasi sehingga data yang di dapat bias. Ketiga, penelitian ini masih berada dalam taraf
deskriptif kualitatif, belum terdapat kajian statistik yang mendalam.

24
Daftar Pustaka
Adeniji (2004), Tracey (1994), Johnson (1996), Owler dan Brown (1990), Azubike (2002).
Effectiveness of Internal Audit as Instrument of Improving Audit internal.
Angus Okechukwu Unegbu, Mohammed Isa Kida, 2011. Effectiveness of Internal Audit as
Instrument of Improving Public Sector Management.
Anthony Harrison, Auditing the Public Sector
Bastian, Indra, 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Erlangga. Jakarta.
Halimah, Nasibah Ahmad, Radiah Othman, Rohana Othma, Kamaruzaman Jusoff, 2009.
NAD (2007), Hung dan HAN (1998).The Effectiveness Internal Audit of Malaysian
Sector Public.
Hasibuan, H. Malayu S. P. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT. Bumi Aksara.
Jakarta.
Ihalauw, John J.O.I, (2003). Bangun Teori Edisi Milenium. Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga
Mangkunegara, Anwar Prabu, 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. PT.
Remaja Rosdakarya. Bandung.
Santoso, Singgih. 2003. Statistik Diskriptif Konsep dan Aplikasi dengan Microsoft Excel dan
SPSS. Andi. Yogyakarta.
Sastrohadiwiryo,B. Siswanto.2003.Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, edisi 2. PT. Bumu
Aksara. Jakarta.
Supramono dan Intiyas Utami. 2003. Desain Proposal Penelitian, Cetakan 1. Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga.

Perundang-undangan

Republik Indonesia: Peraturan Menteri Dalam Negeri No.02 Tahun 2007 tentang “Organ Dan
Kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum”

_______________: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 60 Tahun 2008 tentang “


Sistem Pengendalian Intern Pemerintahan”

_______________: Keputusan Mendagri No.35 Tahun 2006 tentang “Kebijakan


Penyelenggaraan Pengawasan Pemerintah Daerah Tahun 2007”

25

Anda mungkin juga menyukai