Anda di halaman 1dari 35

1

JUDUL : PENGARUH PENGAWASAN ATASAN LANGSUNG


TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI DI KANTOR
KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI SUMATERA
UTARA

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Peranan Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor utama yang
sangat penting dalam suatu organisasi. Organisasi merupakan kegiatan orang-
orang dalam usaha mencapai tujuan. Dalam wadah kegiatan itu, setiap orang atau
pegawai harus jelas tentang tugas, wewenang dan tanggung jawabnya masing-
masing. Pemanfaatan Sumber Daya Manusia secara efektif merupakan jalan bagi
suatu organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan pertumbuhan
dimasa yang akan datang. Dengan kata lain keberhasilan atau kemunduran suatu
organisasi tergantung pada keahlian dan keterampilan pegawainya masing-masing
yang bekerja didalamnya. Untuk menciptakan keberhasilan kerja seorang
pegawai, pemimpin harus melakukan suatu langkah manajemen agar tujuan
organisasi dapat tercapai.
Dalam sebuah instansi pemerintah, manusia yang melaksanakan tugas dan
kewajibannya disebut dengan pegawai. Mengingat betapa pentingnya posisi
pegawai dalam suatu organisasi, maka dalam pelaksanaan kegiatannya diperlukan
pegawai yang cakap dalam kemampuannya, kuat kemauannya, menghargai waktu,
loyalitas yang tinggi pada organisasi, dapat melaksanakan kewajibannya untuk
kepentingan organisasi di atas kepentingan pribadi serta bersikap disiplin dalam
bekerja. Sebuah organisasi tentu tidak menginginkan pegawai yang bekerja
2
seenak hatinya tetapi menginginkan pegawai yang bekerja dengan giat diikuti
sikap disiplin kerja yang tinggi.
Salah satu langkah tersebut adalah melakukan pengawasan terhadap segala
sesuatu pekerjaan yang dilakukan seorang karyawan. Pengawasan menjadi suatu
unsur yang terpenting dalam pembinaan individu didalam organisasi, karena
pengawasan merupakan tenaga penggerak bagi para bawahan atau karyawan agar
dapat bertindak sesuai dengan apa yang telah direncanakan menurut aturan yang
berlaku.
Pengawasan juga merupakan kewajiban setiap atasan untuk mengawasi
bawahannya yang bersifat preventif dan pembinaan. Dengan adanya pengawasan
pimpinan dapat mengetahui kegiatan-kegiatan nyata dari setiap aspek dan setiap
permasalahan pelaksanaan tugas-tugas dalam lingkungan satuan organisasi yang
masing-masing selanjutnya bilamana terjadi penyimpangan, maka dapat dengan
segera langsung mengambil langkah perbaikan dan tindakan seperlunya sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya serta peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Tugas seorang pemimpin untuk mengawasi para
karyawan yang ada dalam lingkup organisasinya dalam proses pelaksanaan
pekerjaan maupun faktor-faktor yang ada dalam setiap diri individu karyawan
yang menyebabkan karyawan tersebut giat dan mempunyai disiplin yang tinggi
dalam bekerja.
Organisasi yang baik memiliki struktur organisasi dan tugas yang jelas,
sehingga fungsi pengawasan yang menjadi tugas para pimpinan dapat dengan
mudah dilaksanakan. Terjadinya penyimpangan mengakibatkan hasil kerja
3
menurun karena itu setiap kegiatan yang sedang berlangsung dalam organisasi
haruslah berdasarkan fungsi-fungsi manajemen, dimana salah satu diantaranya
adalah fungsi pengawasan agar tujuan organisasi dapat tercapai secara efesien dan
efektif.
Pelaksanaan kegiatan suatu organisasi tanpa adanya suatu pengawasan,
dapat mengakibatkan secara otomatis disiplin kerja menurun dan akan
berpengaruh langsung kepada kegiatan-kegiatan lainnya. Sehingga dapat
menghambat proses kegiatan proses kegiatan suatu organisasi. Oleh karena itu
dibutuhkan suatu sistem pengawasan yang efektif sehingga diharapkan dapat
menghasilkan dampak yang positif untuk perkembangan organisasi tersebut.
Pengawasan yang berjalan dengan baik akan mengurangi dan mencegah
kesalahan dari pegawai. Pengawasan akan lebih efektif apabila dilakukan oleh
pimpinan atau atasan langsung yang disebut pengawasan melekat. Seperti yang
diungkapkan oleh Hadari Nawawi (1995 : 8) berpendapat bahwa : Pengawasan
melekat merupakan proses pemantauan, memeriksa, dan mengevaluasi yang
dilaksanakan secara berdaya guna dan berhasil guna oleh pimpinan unit organisasi
kecil organisasi kerja terhadap sumber-sumber kerja untuk diperbaiki atau
disarankan oleh pimpinan yang berwenang pada jenjang yang lebih tinggi demi
tercapainya tujuan yang telah dirumuskan.
Untuk menegakkan disiplin tentu bukanlah hal yang mudah dalam suatu
organisasi. Penggunaan ancaman dan kekerasan bukanlah suatu cara yang baik,
tetapi suatu ketegasan dan keteguhan dalam penegakan peraturan. Dengan adanya
pengawasan pimpinan atau atasan langsung diharapkan pegawai dapat bersikap
4
disiplin dalam bekerja. Dengan sikap disiplin yang dimilikinya akan membuat
lebih mudah untuk melakukan pengarahan dan pelaksanaan kerja bukan bekerja
atas dasar ketakutan terhadap ancaman, hukuman, dan pimpinan. Namun
diharapkan pegawai dapat bekerja atas dasar kesadaran diri yang tinggi demi
tercapainya tujuan organisasi.
Disiplin pada hakekatnya adalah pencerminan nilai kemandirian yang
dihayati dan diamalkan oleh setiap individu dan masyarakat suatu bangsa dalam
kehidupan. Untuk membina pegawai yang memiliki kesetiaan dan ketaatan penuh,
telah dikeluarkan peraturan tentang disiplin bagi pegawai negeri sipil adalah
penting guna menjamin tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas-tugas yang
dipercayakan kepada mereka. Karena kedisiplinan merupakan kunci atau
prasyarat bagi suksesnya pelaksanaan tugastugas yang dipercayakan oleh
organisasi. Maka untuk menjamin terlaksananya seluruh tugas-tugas sesuai
dengan apa yang telah direncanakan oleh organisasi tersebut, kesiapan seluruh
pegawai baik itu kemampuan maupun kemauan yang tinggi sangat diharapkan
didalam melaksanakan seluruh kegiatan organisasi serta menuntut adanya
kedisiplinan yang tinggi dari para pegawai, karena tanpa kedisiplinan akan timbul
berbagai macam alternatif yang mengancam terealisasinya tujuan yang hendak
dicapai.
Seperti halnya pengawasan yang dilakukan pimpinan terhadap bawahan
adalah pengawasan seperti melihat kinerja para pegawai, melihat atau menelaah
semua berkas yang masuk serta mengkoreksi semua kegiatan yang telah masuk
kedalam berkas perusahaan.
5
Dengan mendasari uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk meneliti
masalah Pengawasan Atasan Langsung ini dengan fokus pada Disiplin Kerja
pegawai, dengan judul penelitian sebagai berikut :
Pengaruh Pengawasan Atasan Langsung Terhadap Disiplin Kerja Pegawai
Pada Kantor Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan dapat dirumuskan
masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : Seberapa Besar Pengaruh
Pengawasan Atasan Langsung Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Di Kantor
Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara?
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan suatu hal akan dicapai dalam suatu kegiatan,
dan setiap penelitian haruslah memiliki arah dan tujuan yang jelas. Tanpa adanya
arah dan tujuan yang jelas, maka penelitian tidak akan berjalan dan mendapat
hasil sebagaimana yang diharapkan.
Berdasarkan pada rumusan masalah diatas, adapun tujuan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui dan mengukur bagaimana tingkat pengawasan atasan
langsung di Kantor Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara.
b. Untuk mengetahui dan mengukur bagaimana tingkat disiplin kerja
pegawai di Kantor Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara
6
c. Untuk mengetahui dan mengukur seberapa besar pengaruh pengawasan
atasan langsung terhadap disiplin kerja pegawai di Kantor Komisi
Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Mengembangkan wawasan keilmuan dan kemampuan berpikir penulis
melalui karya ilmiah.
b. Sebagai suatu masukan bagi pegawai di Kantor Komisi Pemilihan
Umum Provinsi Sumatera Utara
c. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Ilmu
Administrasi Negara serta bahan bandingan bagi calon peneliti
selanjutnya.

D. URAIAN TEORITIS
1. PENGAWASAN ATASAN LANGSUNG
a. Pengertian Pengawasan Atasan Langsung
Pencapaian tujuan dalam melaksanakan pekerjaan yang telah direncanakan
maka diperlukan pengawasan. Kegiatan pengawasan adalah suatu hal yang sangat
esensial dalam suatu organisasi atau instansi dan tidak dapat diabaikan. Hal ini
disebabkan karena kegiatan pengawasan menyangkut pelaksanaan seluruh
kegiatan organisasi sehingga sangat menentukan bagi pencapaian tujuan
organsasi.
Pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan
melalui dan menilai kenyataan yang sebenarnya tentang pelaksanaan tugas dan
7
kegiatan. Menurut Siagian (2002 : 169) pengawasan adalah proses pengamatan
dari seluruh kegiatan organisasi guna lebih menjamin bahwa semua pekerjaan
yang sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Menurut
Nannan (2001:153) pengawasan adalah suatu bentuk hubungan dengan sebuah
legal entity yang mandiri, bukan hubungan internal dan entitas yang sama.
Menurut Harahap (2001:10) menyatakan bahwa secara sederhana
pengawasan adalah kegiatan yang dilaksanakan dengan mulus tanpa
penyimpangan-penyimpangan yang berarti. Menurut Handoko (2003:359)
menyatakan bahwa pengawasan adalah proses untuk menjamin bahwa tujuan
tujuan organisasi dan menjamin tercapai pengawasan merupakan elemen tugas
tugas manajerial dan ia mencakup tindakan pengukuran dan perbaikan (koreksi)
performa pihak yang diawasi guna memastikan bahwa sasaransasaran, instruksi
yang dikeluarkan dapat dilaksanakan secara efisien dan berjalan lancar.
Menurut Manullang (2002:173) pengawasan diartikan sebagai suatu
proses untuk mengharapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya
dan bila perlu mengkoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan sesuai dengan
rencana semula. Menurut Hasibuan (2001:25) pengawasan adalah pemeriksaan
apakah semua itu terjadi sesuai dengan rencana yang ditentukan, instruksi yang
dikeluarkan sesuai dengan prinsip yang telah ditetapkan.
Menurut Kadarman (2001:159) pengawasan suatu upaya yang sistematik
untuk menetapkan kinerja standar pada perencanaan untuk merancang sisitem
umpan balik informasi, untuk membandingkan kinerja actual dengan standar yang
telah ditentukan, untuk menetapkan apakah telah terjadi suatau penyimpangan
8
tersebut, serta untuk mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk
menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan telah digunakan seefektif dan
seefisien mungkin guna mencapai tujuan perusahaan.
Menurut Winardi (2000:585) pengawasan adalah semua aktivitas yang
dilaksanakan oleh pihak manajer dalam upaya memastikan bahwa hasilmaktual
sesuai dengan hasil yang direncanakan..
Pengawasan pada hakekatnya merupakan salah satu fungsi pokok
manajemen untuk menjaga dan mengendalikan agar tugas-tugas yang harus
dilaksanakan dapat berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan rencana dan
aturan yang berlaku
Dari pendapat di atas dapat diartikan bahwa pengawasan merupakan suatu
hal yang esensial dalam organisasi dan tidak dapat diabaikan serta tugas dan
tanggung jawab pemimpin untuk melakukan penelitian atau pengkajian ulang
terhadap usaha ataupun organisasi.
b. Prinsip-Prinsip Pengawasan
Menurut Simbolon (2004 : 69) prinsip-prinsip pengawasan yaitu :
1) Pengawasan harus berorientasi pada tujuan organisasi.
2) Pengawasan menjamin daya dan hasil guna pekerjaan.
3) Pengawasan harus terus menerus.
4) Hasil pengawasan harus dapat memberikan umpan balik (feed back)
terhadap perbaikan dan penyempurnaan dalam pelaksanaan,
perencanaan dan kebijaksanaan waktu yang akan datang
9
5) Pengawasan harus berdasarkan atas standar yang objektif.
6) Pengawasan harus jujur mendahulukan pada kepentingan umum dari
pada kepentingan pribadi
7) Pengawasan harus berorientasi terhadap kebenaran menurut peraturan-
peraturan yang berlaku.
Menurut Manullang (2002 : 175) ada 2 prinsip pengawasan yaitu :
1) Adanya Perencanaan Tertentu.
Adanya Rencana yaitu merupakan suatu keharusan bagi manajer untuk
menetapkan tujuan yang akan mencapai dan menetapkan metodemetode
atau cara yang digunakan serta menentukan standar kerja sebagai pedoman
untuk mencapai tujuan instansi. Pengawasan tanpa adanya perencanaan
tidak akan bisa dilaksanakan dan sebaliknya perencanaan dalam
pelaksanaan kerja tidak akan menghasilkan sesuatu yang diharapkan tanpa
adanya pengawasan.
2) Adanya Pemberian Instruksi Serta Wewenang Kepada Bawahan.
Wewenang dan instruksi harus diberikan kepada bawahan agar mereka
mengetahui apa yang menjadi pekerjaannya, bagaimana melaksanakannya,
kapan dan dimana dilaksanakan, serta bagaimana hubungannya dengan
pihak-pihak lain didalam instansi dan sejauh mana mereka dapat
melaksanakan wewenang yang dilimpahkan kepada mereka dengan baik.
Menurut Siagian (2002 : 176), Pengawasan akan berjalan efektif apabila
memiliki berbagai ciri sebagai berikut :
10
1) Pengawasan harus merefleksikan sifat dari berbagai kegiatan yang
diselenggarakan.
2) Pengawasan harus segera memberikan petunjuk tentang kemungkinan
adanya deviasi dari rencana.
3) Pengawasan harus menunjukkan pengecualian pada titik-titik strategi
tertentu.
4) Objektivitas dalam melakukan pengawasan.
5) Pengawasan harus memperhitungkan pola dasar organisasi.
6) Pemahaman sistem pengawasan oleh semua pihak yang terlibat.
7) Efisiensi pelaksanaan pengawasan.
8) Pengawasan harus bersifat membimbing.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka peneliti menyimpulkan
bahwa prinsip-prinsip pengawasan antara lain : Adanya rencana tertentu dalam
pengawasan dapat segera dilaporkan apabila adanya bentuk penyimpangan,
pengawasan harus bersifat fleksibel, dinamis dan ekonomis, pengawasan
berorientasi pada tujuan organisasi.
c. FungsiFungsi Pengawasan
Menurut Suprihanto (2003:102) berbagai fungsi pokok pengawasan di
antaranya adalah sebagai berikut :
1) Mencagah terjadinya berbagai penyimpangan atau kesalahan
kesalahan, artinya bahwa pengawasan yang baik adalah suatu
pengawasan yang dapat mencegah kemungkinan terjadinya berbagai
bentuk penyimpangan, kesalahan ataupun penyelewengan.
11
2) Untuk memperbaiki berbagai penyimpangan atau kesalahan yang
terjadi artinya dengan adanya pengawasan haruslah dapat diusahakan
caracara tindakan perbaikan terhadap penyimpangan atau kesalahan.
3) Untuk mendinamisir organisasi serta segenap kegiatan manajemen
lainnya, yakni dengan adanya pengawasan diharapkan sedini mungkin
dapat dicegah terjadinya penyimpangan.
4) Untuk mempertebal rasa tanggung jawab, memperhatikan nomor 1 s/d
3 di atas, adanya pengawasan yang rutin mengakibatkan setiap bagian
berikut pegawainya akan selalu bertanggung jawab terhadap semua
tugas yang dilakukan, sehingga tidak akan muncul tindakan saling
menyalahkan dalam pelaksanaan tugas.
Menurut Harahap (2001:35) adapun fungsi pengawasan pada dasarnya
mencakup empat unsur yaitu :
1) Penetapan standar pelaksana
2) Penentuan ukuran-ukuran pelaksana.
3) Pengukuran pelaksana nyata dan membandingkan dengan standar yang
telah ditetapkan.
4) Mengambil tindakan koreksi ulang diperlukan bila pelaksanaan
menyimpang dari standar.
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa fungsi
pengawasan adalah sebagai pengarahan supaya jangan sampai terjadi kekeliruan
dan sesuai dengan rencana.

12
d. Cara Melakukan Pengawasan
Cara melakukan pengawasan menurut Simbolon (2004:74) yaitu:
1) Melakukan infeksi
2) Menelaah laporan-laporan yang masuk
3) Melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan tingkat lanjut hasil
pemeriksaan.
4) Melakukan penelitian, pengkajian dan evaluasi terhadap pelaksanaan
pekerjaan.
5) Menelaah saran, usul, kritik atau koreksi yang masuk.
6) Melakukan rapat koordinasi
7) Mengamati dengan memantau pelaksanaan tugas bawahan
Disisi lain terlihat bahwa pengawasan dilaksanakan sebagai sarana untuk
menciptakan kedisiplinan, ketertiban kebenaran bertindak dan menghilangkan
keborosan. Pengawasan tidak bermaksud mencari-cari kesalahan semata-mata,
tetapi untuk mengecek pelaksanaan pekerjaan apakah sesuai dengan rencana atau
tidak. Dengan demikian fungsi pengawasan akan berperan dalam menyelamatkan
kerja dari suatu organisasi yang memungkinkan persiapan pencapaian tujuan
ditempuh secara efektif dan efisien.
e. Pengertian Pengawasan Atasan Langsung
Tugas pokok pemimpin atau atasan langsung yaitu memimpin dan
melakukan kegiatan-kegiatan untuk pencapaian tujuan organisasi. Pemimpin
harus menyiapkan rencana, strategi, kebijaksanaan, mengadakan koordinasi,
13
memberikan pengarahan, mengambil keputusan, mengadakan pengawasan dan
lain sebagainya.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, ia harus mengusahakan, agar seluruh
anggota organisasi itu dapat digerakkan untuk mencapai tujuan tersebut. Tugas
pokok pimpinan atau atau atasan yaitu menyatupadukan orang-orang yang
berbeda motivasinya dengan motivasi yang sama dan mengusahakan suatu
kelompok yang dinamis. Menciptakan suatu lingkungan dimana terdapat integrasi
antara individu dan kelompok dengan organisasinya dan memberikan inspirasinya
untuk mendorong kelompok atau anggota-anggotanya seefektif mungkin serta
menumbuhkan kesadaran dilingkungan yang senatiasa mengalami perubahan.
Pengawasan atasan langsung dalam suatu organisasi sangat penting, hal itu
memotivasi para pegawai agar mereka dapat bekerja lebih semangat yang akan
berdapak pada peningkatan prestasi kerja dan keprofesionalan para pegawai dalam
melaksankan tugas. Pengawasan atasan langsung dalam suatu organisasi juga
akan memacu kedisiplinan dan ketepatan waktu mereka dalam melaksanakan
tugas yang diberikan, sehingga apa yang direncanakan oleh organisasi dapat
dicapai dengan baik.
Pengawasan atasan langsung merupakan suatu cara yang dilakukan agar
para pegawai bekerja sesuai dengan rencana yang ditetapkan, sehingga tujuan
utama perusahaan dapat dicapai dengan maksimal. Pengawasan atasan langsung
dimaksudkan untuk mengetahui langsung bahwa hasil pelaksanaan sedapat
mungkin sesuai dengan rencana. Hal ini menyangkut penentuan standar artinya
memperbandingkan anrtara kenyataan dengan standaran bila perlu mengadakan
14
koreksi/pembetulan apabila pelaksanaan menyimpang dari apa yang
direncanakan, serta dapat juga dikatakan bahwa pengawasan itu untuk mengetahui
apakah pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, bila perlu
dengan mengadakan perubahan-perubahan atau pembetulan seperlunya.
Dengan demikian pengawasan itu sendiri merupakan tindakan penilaian
terhadap bawahan untuk menjamin agar pelaksanaanya sesuai dengan rencana.
Jadi, penilaian apakah hasil pelaksanaannya tidak bertentangan dengan sasaran
dan pelaksanaannya. Bila dilihat ada penyimpangan-penyimpangan perlu segera
diambil tindakan perbaikan.
f. Ruang Lingkup Pelaksanaan Pengawasan Atasan Langsung
Adapun yang menjadi ruang lingkup pelaksanaan pengawasan atasan
langsung menurut Nawawi (1991:52) sebagai berikut :
1) Pengawasan atasan langsung yang dilaksanakan berdasarkan kebijakan
yamg telah digariskan, meliputi semua kegiatan pemerintah dan
pembangunan fisik dipusat maupun daerah yang mencakup.
2) Kegiatan umum pemerintah antara lain pemberian bimbingan dan
pembinaan, pemberian perizinan, pelayanan dan kemudahan kepada
masyarakat
3) Pelaksanan rencana dan program serta proyek-proyek pembangunan
4) Penyelenggaraan pengurusan dan pengelolaan keuangan dan kekayaan
negara
5) Kegiatan badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah,
lembaga keuangan serta bank-bank milik negara
15
6) Kegiatan aparat pemerintah yang mencakup kelembagaan
kepegawaian
Pengawasan atasan langsung yang meliputi ruang lingkup tersebut diatas
dilakukan oleh setiap atasan secara struktural, fungsional dan pimpinan proyek,
baik yang menyangkut aspek teknis maupun administratif sesuai dengan sasaran
kerja dan waktu kewenangan dan perturan perundang-undangan yang berlaku.
g. Metode Pengawasan Atasan Langsung
Tujuan dan sasaran pengawasan atasan langsung dengan ruang lingkup
seperti dimakdsud diatas dapat dicapai dengan baik, maka pengawasan atasan
langsung perlu dilaksanaan dengan memperhatikan dan mengembangkan prinsip-
prinsip pokok yang menurut Siagian (2002:176) adalah sebagai berikut :
1) Berjenjang. Pada prinsipnya pengawasan atasan langsung dilakukan
secara berjenjang. Namun demikian, setiap pimpinan pada saat tertentu
dapat melakukan pengawasan melekat pada setiap jenjang yang ada di
bawahnya.
2) Kesadaran dan kewajaran. Pengawasan atasan langsung harus
dilakukan oleh setiap pimpinan secara sadar dan wajar sebagai salah
satu fungsi manajemen yang penting dari tak terpisahkan dari
perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan.
3) Pencegahan. Pengawasan atasan langsung diarahkan pada usaha
pencegahan terhadap penyimpangan, karena itu perlu ada sitem yang
jelas dan dapat mencegah penyimpanagn dan penyimpangan itu harus
dideteksi secara dini.
16
4) Pembinaan. Pengawasan atasan langsung lebih bersifat membina,
karena itu penentuan adanya suatu penyimpangan harus didasarkan
pada criteria yang jelas dan tidak bersifat menghakimi. Dari segi
hukum administrasi negara, pengawasan atasan langsung dimaknai
sebagai proses kegiatan yang membandingkan apa yang dijalankan,
dilaksanakan, atau di selenggarakan itu dengan apa yang dikhendaki,
direncanakan atau di perintahkan
h. Perancangan Proses Pengawasan Atasan Langsung
William H. Newman (1975:15) telah mengemukakan prosedur untuk
penetapan sistem pengawasan atasan langsung. Pendekatannya terdiri atas lima
langkah dasar yang dapat diterapkan untuk semua tipe kegiatan pengawasan :
1) Merumuskan hasilyang diinginkan. Manajer hatus merumuskan hasil
yang akan dicapai sejelas mungkin. tujuan yang dinyatakan secara
umum atau kurang jelas seperti pengurangan biaya overhead atau
meningktakan pelayanan pelanggan.
2) Menetapkan petunjuk hasil. Tujuan pengawasan sebelum dan selaa
kegiatan dilaksanakan adalah agar manajer dapat mengatasi dan
memperbaiki adanya penyimpangan sebelum kegiatan diselesaikan,
tugas penting manajer adalah merancang program pengawasan untuk
menemukan sejumlah indikator-indikator yang terpercaya sebagai
petunjuk apabila tindakan koreksi perlu diambil atau tidak.
3) Menetapkan standar petunjuk dan hasil. Penetapan standar untuk
petunjuk dan hasil akhir dalaha bagian penting perancangan proses
17
pengawasan. Tanpa penetapan standar, manajer mungkin memberikan
perhatian yang lebih terhadap penyimpangan kecil atau tidak bereaksi
terhadap penyimpangan besar.
4) Menetpakan jaringan informasi dan umpan balik. Langkah keempat
dalam perancangan suatu siklus pengawasan adalah menetpakan sarana
untuk pengumpulan informasi petunjuk dan pembandingan petunujk
terhadap standar. Jaringan kerja komunikasi dianggap baik bila aliran
tidak hanya keatas tetapi juga kebawah. Kepada siapa yang harus
mengambil tindakan koreksi. Disamping itu, jaringan ini harus cukup
efisien untuk menyediakan informasi balik yang relevan kepada
personalia kunci yang memerlukannya.
5) Menilai informasi dan mengambil tindakan koreksi. Langkah terakhir
adalah pembandingan penunjuk dengqan standar, penentuan apakah
tindakan koreksi perlu diambil, dan kemudian pengambilan tindakan.
Informasi tentang penyimpangan dari standar harus dievaluasi terlebih
dahulu sebelum tindakan-tindakan koreksi alternatif dikembangkan,
evaluasi/ dinilai dan diimplementasikan
2. DISIPLIN KERJA
a. Pengertian Disiplin Kerja.
Kedisiplinan merupakan fungsi operatif manajemen Sumber Daya
Manusia yang terpenting karena semakin baik disiplin pegawai, semakin tinggi
prestasi kerja yang dapat dicapainya, Tanpa disiplin pegawai yang baik, sulit
bagi organisasi pemerintah untuk mencapai hasilnya yang optimal.
18
Menurut Sastrohadiwiryo (2002:291) Disiplin kerja merupakan suatu
sikap menghormati, patuh dan taat terhadap peraturanperaturan yang berlaku
baik tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk
menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenng yang
diberikan kepadanya.
Menurut Hasibuan (2001:30) kedisiplinan adalah kesadaran dan
kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan normanorma
sosial yang berlaku.
Kedisiplinan diartikan jika pegawai selalu datang dan pulang tepat pada
waktunya, mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik, mematuhi semua
peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.
Peraturan sangat diperlukan untuk memberikan bimbingan dan
penyuluhan bagi pegawai dalam menciptakan tata tertib yang baik
diperusahaan atau diorganisasi. Dengan tata tertib yang baik, semangat kerja,
moral kerja, efisiensi, efektivitas kerja pegawai akan meningkat. Hal ini
mendukung tercapainya tujuan perusahaan, pegawai dan masyarakat. Jelaslah
perusahaan sulit mencapai tujuannya, jika pegawai tidak mematuhi peraturan-
peraturan perusahaan tersebut. Kedisiplinan suatu organisasi dikatakan baik,
jika sebagian besa pegawai menaati peraturan-peraturan yang ada.
Hukuman diperlukan dalam meningkatkan kedisiplinan dan mendidik
pegawai supaya menaati semua peraturan perusahaan. Pemberian hukuman
harus adil dan tegas terhadap semua pegawai. Dengan keadilan dan ketegasan,
sasaran pemberian hukuman akan tercapai. Peraturan tanpa dibarengi
19
pemberian hukuman yang tegas bagi pelanggarnya bukan menjadi alat
pendidik bagi pegawai.
Pada dasarnya banyak indikator yang mempengaruhi tingkat
Kedisiplinan pegawai suatu organisasi, diantaranya :
a. Tujuan Dan Kemampuan.
b. Teladan Pimpinan.
c. Balas Jasa
d. Keadilan
e. Sanksi Hukuman
f. Ketegasan
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan Kedisiplinan adalah suatu sikap,
tingkah laku dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan peraturan perusahaan,
baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Jadi, seseorang akan bersedia mematuhi
semua peraturan serta melaksanakan tugastugasnya, baik secara sukarela maupun
karena terpaksa.
b. Bentuk Bentuk Disiplin Kerja
Bentuk-bentuk Disiplin Kerja dalam suatu organisasi dibagi 2 (dua)
bentuk, yaitu:
1) Disiplin Preventif
Disiplin Preventif adalah tindakan yang mendorong para pegawai
untuk taat dan patuh terhadap berbagai ketentuan yang berlaku dan
mematuhi standar-standar yang telah ditetapkan. Agar sikap
20
kedisiplinan itu kokoh dan bertahan dalam tiap individu, perusahaan
perlu memperhatikan tiga hal, yaitu:
a) Perusahaan harus menanamkan perasaan memiliki terhadap
organisasi dalam diri setiap pegawai, sebab secara logika seseorang
tidak mungkin akan merusak miliknya sendiri.
b) Para pegawai harus diberi penjelasan tentang ketentuan-ketentuan
yang wajib ditaati dan standar yang harus dipenuhi.
c) Para pegawai harus bisa mendisiplinkan pribadinya dalam rangka
mematuhi peraturan/ketentuan yang berlaku dalam organisasi.
2) Disiplin Korektif
Disiplin Korektif adalah Kedisiplinan yang dilakukan apabila ada
pegawai yang nyata melakukan pelanggaran atas ketentuan yang
berlaku atau gagal memenuhi standar yang telah ditetapkan maka
kepadanya diberikan sanksi disipliner. Agar tujuan Kedisiplinan
berjalan lancar maka pemberian sanksi harus dilakukan secara
bertahap dari yang paling ringan sampai yang terberat, misalnya:
a) Peringatan tertulis dari atasan
b) Penundaan kenaikan gaji berkala
c) Penundaan kenaikan pangkat
d) Pembebasan dari jabatan
e) Pemberhentian atas permintaan sendiri
f) Pemberhentian tidak dengan hormat
21
Pengenaan sanksi korektif yang diterapkan perlu memperhatikan Tiga
hal, yaitu sebagai berikut:
a) Memberitahukan kesalahan apa yang telah dilakukan
b) Memberi kesempatan untuk membela diri
c) Dalam pemberhentian, perlu adanya penjelasan mengapa pihak
manajemen terpaksa mengambil tindakan tersebut.
c. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Kerja.
Disiplin dan prakarsa yang tinggi pada aparatur pemerintah sebagai
penyelenggara akan memungkinkan tujuan pemerintah dalam melaksanakan
kewenangan berdasarkan PP No. 25 Tahun 2000 dan Perda No. 3 tahun 2001
yang menyebutkan tentang tugas pokok dan fungsi yang harus dilaksanakan
oleh kantor.
Menurut Hasibuan (2001:191), selain peraturan dan hukuman, faktor-
faktor yang mempengaruhi kedisiplinan dalam meningkatkan prestasi kerja
pegawai adalah :
1) Tata Tertib
2) Semangat Kerja
3) Moral Kerja
4) Efisiensi
5) Efektivitas


22
3. PEGAWAI
a. Pengertian Pegawai
Menurut Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian dijelaskan bahwa Pegawai Negeri Sipil adalah pegawai yang telah
memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan
diserahi tugas suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pegawai negeri sipil
adalah salah satu jenis kepegawaian negeri disamping Anggota TNI dan Anggota
POLRI.
Menurut Wijaya (2002:15) istilah pegawai mengandung pengertian
sebagai berikut :
1) Menjadi anggota suatu kerja sama (organisasi) dengan maksud
memperoleh balas jasa atau imbalan atas jasa yang telah diberikan.
2) Berada dalam sistem kerja yang sifatnya lugas atau pamrih.
3) Berkedudukan sebagai penerima kerja dan berhadapan dengan pihak
pemberi kerja.
4) Kedudukan sebagai penerima kerja itu diperoleh setelah melalui proses
penerimaan.
5) Dan akan menghadapi masa pemberhentian (pemutusan hubungan
kerja antara pemberi kerja dengan penerima kerja)
Menurut Winardi (2000:123) pengertian pegawai adalah orang yang
bekerja pada pemerintahan perusahaan dan sebagainya. Misalnya pemerintah
(Negara) kantor, urusan kepegawaian adalah sifat-sifat pegawai, segala sesuatu
23
yang mengenai pegawai. Pegawai merupakan tenaga kerja manusia jasmaniah
maupun rohaniah atau mental pikiran yang senantiasa dibutuhkan, karena itu
menjadi salah satu modal pokok dalam usaha badan usaha kerjasama untuk
mencapai tujuan tertentu.
b. Jenis-Jenis Pegawai Negeri Sipil
1) Pegawai Negeri Sipil Pusat
a) Pegawai Negeri Sipil yang gajinya dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan bekerja pada
departemen, lembaga non departemen, Kesekretariatan, dan
Lembaga Tertinggi atau tinggi Negara;
b) Pegawai Negeri Sipil Pusat yang diperbantukan atau dipekerjakan
pada daerah otonom;
c) Pegawai Negeri Pusat yang menyelenggarakan tugas negara lain,
seperti Hakim pada Pengadilan Negeri, pengadilan Tinggi dan lain-
lain;
2) Pegawai Negeri Sipil Daerah
Pegawai Negeri Sipil yang bekerja di daerah otonom, seperti daerah
provinsi/kabupaten/kota dan gajinya dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan dipekerjakan pada
pemerintah daerah maupun dipekerjakan diluar instansi induknya.
c. Jabatan Kepemerintahan Berstatus Pegawai Negeri
1) Jabatan Struktural
24
Jabatan struktural adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung
jawab, wewenang, dan hak seorang pegawai negeri dalam rangka memimpin
suatu organisasi negara.
2) Jabatan Fungsional
Jabatan fungsional menurut Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999
tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil adalah kedudukan yang
menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri
Sipil dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan
pada keahlian/dan atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri. Pangkat
Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan fungsional berorientasi pada prestasi kerja,
sehingga tujuan untuk mewujudkan Pegawai Negeri Sipil sebagai aparatur negara
yang berdaya guna dan berhasil guna dalam melaksanakan tugas umum
pemerintahan dan pembangunan dapat dicapai.
Jabatan yang tidak secara tegas disebutkan dalam struktur organisasi
pemerintah, tetapi dari sudut pandang fungsinya diperlukan oleh organisasi
pemerintah. Pangkat Pegawai Negeri Sipil sebagai aparatur negara yang berdaya
guna dan berhasil guna dalam melaksanakan tugas umum pemerintahan dan
pembangunan dapat dicapai.
Dinas daerah merupakan unsur pelaksanaan otonomi daerah. Dinas daerah
dipimpin oleh kepala dinas yang diangkat dan diberhentikan oleh kepala daerah
dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memenuhi syarat atas usul sekretaris
daerah. Dinas daerah mempunyai tugas dan fungsi utama yaitu :
a) Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya
25
b) Penyelenggaraan urusan pemerintah dalam pelayanan umum sesuai
dengan lingkup tugasnya
c) Pembinaan dan pelaksana tugas sesuai dengan lingkup tugasnya
d) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati/walikota melalui
sekretaris daerah.
E. ANGGAPAN DASAR DAN HIPOTESIS
1. Anggapan Dasar
Anggapan dasar menurut Surakhmad (1990: 97) adalah titik tolak
pemikiran yang kebenarannya diterima oleh peneliti. Sedangkan anggapan dasar
menurut Arikunto (2006:22) memberikan pengertian bahwa setelah peneliti
menjelaskan permasalahan dengan jelas, yang dipikir selanjutnya adalah suatu
gagasan tentang letak permasalahan dalam hubungan yang lebih luas. Dalam hal
ini peneliti harus bisa memberikan beberapa asumsi yang kuat kedudukan
permasalahannya. Asumsi yang diberikan tersebut ialah yang dinamakan asumsi
dasar atau anggapan dasar.
Adapun yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
Pengawasan Atasan Langsung dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan
Disiplin Kerja pegawai.
2. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu bagian penting dari penelitian. Rumusan
hipotesis mengarahkan peneliti untuk memperkecil jangkauan penelitian, panduan
untuk menguji dua atau lebih variabel, mencerminkan imajinasi dan ketajaman
pengamatan peneliti dalam menganalisa masalah penelitian.
26
Menurut Sugiyono (2010:70) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian, oleh sebab itu rumusan masalah penelitian biasanya
disusun dengan kalimat pertanyaan.
Berdasarkan pendapat diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut: Ada Pengaruh Pengawasan Atasan Langsung
Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Pada Kantor Komisi Pemilihan Umum Provinsi
Sumatera Utara.
F. METODE PENELITIAN DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1. Metode Penelitian
Dalam menentukan metode penelitian, terlebih dahulu perlu diketahui
jenis penelitian yang digunakan untuk mengetahui gambaran yang jelas dalam
penelitian, serta memhami makna sebenarnya dari jenis penelitian tersebut
sehingga memudahkan untuk melakukan langka selanjutnya dalam proses analisa
data.
Menurut Harbani (2012: 165) penelitian Kuantitatif menggunakan
pendekatan pengukuran atau numerik terhadap masalah yang hendak diteliti dan
juga pada pengumpulan data dan analisa data.
Dari pendapat diatas maka metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pengolahan data bersifat
kuantitatif yang di dalamnya dgn menggunakan teknik analisa dengan metode
data korelasi product momen.


27
2. Teknik Pengumpulan Data
Alat/Instrument penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini
adalah:
a) Data primer
Pengumpulan data dimana peneliti turun langsung ke lokasi penelitian
untuk memperoleh data dan fakta yang berkenaan dengan masalah yang
diteliti. Kegiatan ini dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner.
(1) Observasi (Pengamatan)
Merupakan suatu cara pengambilan data yang dilakukan secara
langsung pada objek yang diteliti dengan melihat secara langsung
hal hal yang terjadi.
(2) Quesioner (Angket)
Yaitu menyebarkan angket kepada responden yang dijadikan
sebagai sampel penelitian. Responden memilih salah satu jawaban
yang telah disediakan dalam daftar pertanyaan.
b) Data sekunder
Pengumpulan data dimana peneliti mempelajari buku-buku, dokumen-
dokumen maupun catatan-catatan tertulis yang berkenaan dengan masalah
yang diteliti.
3. Teknik Penentuan Skor
Teknik penentuan skor yang digunakan berisikan skala ordinal, yaitu
ukuran yang diberikan pada objek pengamatan maupun pengertian dari yang
rendah sampai yang tinggi.
28
Melalui penyebaran kuesioner yang berisikan beberapa pertanyaan kepada
responden, maka ditentukan skor dari setiap jawaban pertanyaan sebagai berikut :
- Untuk alternatif jawaban a diberi skor 3
- Untuk alternatif jawaban b diberi skor 2
- Untuk alternatif jawaban c diberi skor 1
4. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari objek penelitian. Adapun yang
menjadi populasi ini adalah seluruh pegawai negeri sipil di kantor Komisi
Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara yang berjumlah 39 orang
b. Sampel
Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti dan
dianggap menggambarkan keadaan atau ciriciri yang akan diteliti. Untuk
menentukan besar ukuran sampel peneliti diambil dari Arikunto (2006:120) yaitu
apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga








29

30
penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah
subjeknya besar dapat diambil antara 10 15% atau 20 25% atau lebih.
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini
yaitu penelitian populasi sebanyak 39 orang sekaligus menjadi responden dalam
penelitian ini.

5. Defenisi Operasional
a. Variabel X (variabel bebas) yaitu pengawasan atasan langsung adalah
memimpin dan melakukan kegiatan-kegiatan untuk pencapaian tujuan
organisasi
Maka indikator-indikator untuk variabel terikat X yaitu :
1) Tata Kerja
Dimana pemimpin Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera
Utara dapat menata dan memastikan cara pekerjaan para pegawai
dapat dilaksanakan dengan benar dan berhasil guna atau bisa
mencapai tingkat efisien yang maksimal.
2) Prosedur Kerja
Merupakan tahapan yang harus diberlakukan Pemimpin terhadap
pegawainya dalam tata kerja yang dilalui suatu pekerjaan baik
mengenai dan mana asal dan mau menuju kemana, kapan
pekerjaan tersebut harus diselesaikan maupun alat apa yang harus
digunakan agar pekerjaan tersebut diselesaikan.
3) Sistem Kerja

31
Adalah sifat menggerakkan dari pimpinan kepada bawahan
4) Pengambilan Keputusan
Dalam pengambilan keputusan dibutuhkan kerjasama yang baik
antara pemimpin dengan bawahan
b. Variabel Y (variabel terikat)
Variabel Terikat (Y) yaitu Disiplin Kerja adalah fungsi operatif
manajemen Sumber Daya Manusia yang terpenting karena semakin baik disiplin
pegawai, semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya, Tanpa disiplin
pegawai yang baik, sulit bagi organisasi pemerintah untuk mencapai hasilnya
yang optimal.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat (Y) adalah Disiplin
Kerja. Dengan indikator-indikator berikut :
2) Tanggung Jawab
Adalah menjalankan tugas dan fungsinya secara cepat dan tepat sesuai
dengan waktu yang berlaku.
3) Tepat waktu
Adalah pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan dalam kurun waktu yang
telah ditentukan.
4) Ketaatan Terhadap Peraturan
Adalah suatu kebijakan yang telah ditetapkan pimpinan agar pegawai
tetap disiplin dalam melaksanakan tugasnya.
G. TEKNIK ANALISIS DATA
32
Teknik analisis data yang dilakukan secara analisis data kuantitatif, yang
digunakan untuk menguji hubungan antar variabel bebas dan variabel terikat
dengan perhitungan statistik. Dalam hal ini peneliti menggunakan rumus :
1. Koefisien Korelasi Product Moment
Untuk mengetahui korelasi antara variabel bebas (X) Pengawasan Atasan
Langsung dengan variabel terikat (Y) Disiplin Kerja. Dalam rangka membuktikan
benar tidaknya hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan
rumus Koefisien Korelasi Product Moment dari Karl Pearson yang dikutip oleh
Sugiyono (2010:148), yaitu :
r
xy


Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi antara x dan y adalah bilangan yang
menunjukkan besar kecilnya hubungan varibel x dan y
x = variabel bebas
y = variabel terikat
n = jumlah responden


33
TABEL 1
INTERPRESTASI KOEFISIEN PRODUCT MOMENT
Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 0,199
0,20 0,399
0,40 0,599
0,60 0,799
0,80 1,000
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat

Dengan nilai r yang kita peroleh, maka dapat kita lihat secara langung
melalui tabel korelasi. Untuk menguji apakah nilai r yang kita peroleh tersebut
berarti atau tidak, tabel korelasi ini mencantumkan batas-batas r yang signifikan
tertentu, dan dalam hal ini signifikan 5%, bila r tersebut adalah signifikan, artinya
hipotesis diterima.
2. Uji Signifikan
Menurut Sugiyono (2010: 214) untuk menghitung signifikasi antara
variabel bebas dan variabel terikat digunakan uji t dengan rumus :



Keterangan :
t = Signifikan
r = Koefisien Korelasi
n = Jumlah sampel
34

3. Uji Determinasi
Untuk mengukur seberapa besar hubungan antara variabel x dan variabel y
dengan menggunakan rumus determinasi menurut Sugiyono (2010:216) yaitu :
D = (r
xy
) x 100%
Keterangan :
D : determinan
rxy : koefesien korelasi

4. Uji Regresi Linier
Untuk memprediksikan seberapa jauh koefisien variabel bebas (x) dengan
variabel terikat (y) maka digunakan uji regresi linier menurut Sugiyono, (2010:
218) dengan rumus:
Y = a+bx, dimana :


Y = nilai yang diprediksikan
a = konstanta atau bila harga x=0
b = koefisien regresi
x = nilai variabel bebas
35

Anda mungkin juga menyukai