BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tujuan utama dibentuknya pemerintahan untuk menjaga suatu system
karena dalam disiplin kerja terdapat nilai-nilai yang baik bagi individu dan terutama
bagi organisasi/ instansi.
Adapun disiplin pada hakikatnya mencerminkan besarnya tanggung jawab
seseorang terhadap tugastugas yang diberikan kepadanya. Disiplin kerja diartikan
jika pegawai selalu datang dan pulang tepat pada waktunya, mengerjakan semua
pekerjaannya dengan baik dan tepat waktu, melaksanakan perintah atasan, dan
mematuhi semua peraturan organisasi dan norma norma yang berlaku.
Disiplin kerja yang tinggi akan meningkatkan produktivitas kerja seseorang,
khususnya pegawai. Jika sebuah instansi memiliki pegawai yang mempunyai
kemampuan yang tinggi tetapi tidak dibarengi dengan disiplin atau rasa tanggung
jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya, maka tugas-tugas tersebut
tidak akan terselesaikan sesuai dengan harapan, minimal akan terjadi pemborosan
waktu dalam proses pelaksanaan pekerjaan. Sudah barang tentu instansi
menginginkan pegawai yang berkualitas dan produktif sehingga roda pemerintahan
dapat berjalan sesuai dengan harapan masyarakat.
Berkaitan dengan produktivitas, produktivitas didefinisikan sebagai hasil dari
pencapaian kerja dalam kurun waktu tertentu. Produktivitas sangat menentukan
prestasi organisasi karena produktivitas merupakan hal yang sangat penting untuk
menjaga agar kegiatan administrasi dapat berlangsung dengan baik. Produktivitas
individu dapat dinilai dari apa yang dilakukan oleh individu tersebut dalam kerjanya.
Dengan kata lain produktifitas individu adalah bagaimana seseorang melaksanakan
pekerjaannya atas unjuk kerja (job performance (Sedarmayanti, 2001). Produktivitas
yang dihasilkan suatu organisasi tidak akan terlepas dari efektivitas yang
dilaksanakan organisasi tersebut.
Untuk mewujudkan cita-cita pembangunan nasional yang bertujuan untuk
mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata maka dibutuhkan disiplin
kerja yang tinggi dari pegawai untuk meningkatkan produktivitas secara optimal,
maksudnya setiap sumber daya manusia dalam hal ini pegawai dituntut untuk dapat
melaksanakan semua tugas dan tanggung jawabnya sebaik mungkin, bekerja dengan
cepat, tepat pada sasaran yang dituju.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik
untuk
mengangkat
judul.Disiplin
Kerja
Pegawai
Dalam
Meningkatkan
B.
Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalh yang ada maka penulis membatasi masalah
C.
Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah
meningkatkan
Disiplin
Kerja
Pegawai
Dalam
Meningkatkan
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Disiplin Kerja Pegawai Dalam
Meningkatkan Produktivitas Kerja Pegawai Pada Biro Umum Sekretariat
Daerah Provinsi Sumatera Barat.
2. Untuk mengetahui bagaimana
Kendala
yang
dihadapi
dalam
Kegunaan Penelitian
Sedangkan kegunaan dari penelitian ini yaitu:
Secara Praktis
a. Bagi Peneliti. Diharapkan dapat bermanfaat menambah wawasan dan
pengetahuan serta dapat menerapkan disiplin ilmu yang telah
diperoleh selama menjalani perkuliahan dalam masalah Sumber Daya
Manusia khususnya pelaksanaan disiplin kerja dan produktifitas.
b. Bagi Instansi. Diharapkan dapat menjadi masukan dan dapat
membantu dalam memecahkan apabila ada permasalahan dikemudian
hari, yang berhubungan dengan pelaksanaan disiplin kerja dan
produktifitas
pegawai
khususnya
pada
pegawai
Biro Umum
Secara Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti terhadap
khazanah ilmu pengetahuan khususnya ilmu Sumber Daya Manusia (SDM)
berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dari hasil penelitian.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
Disiplin kerja bisa diartikan sebagai kondisi untuk melakukan koreksi atau
menghukum pegawai yang melanggar ketentuan atau prosedur yang telah ditetapkan
organisasi. Disiplin merupakan bentuk pengendalian agar pelaksanaan pekerjaan
pegawai selalu berada dalam koridor peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Keith Davis dan Anwar Prabu Mangkunegara (2001) mengemukakan:
Disiplin kerja dapat diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk
memperteguh pedoman-pedoman organisasi.
Disiplin kerja adalah hasil tindakan atas ikrar/ucapan diri sendiri terhadap
orang lain yang dapat menunjukkan kualitas jati diri atas perbuatannya,
Siswanto dalam Irpan Sopian (2014, Hal 6) mengatakan sebagai berikut:
Disiplin kerja adalah suatu sikap menghormati, menghargai, mematuhi dan
mentaati peraturan-peraturan yang berlaku baik tertulis maupun tidak tertulis
serta sanggup menjalankan dan tidak mengelak untuk menerima sanksisanksinya apabila ia melanggar aturan-aturan, tugas, wewenang yang
diberikan kepadanya.
Adapun kriteria yang dipakai dalam disiplin kerja tersebut dapat
dikelompokkan menjadi tiga indicator disiplin kerja yaitu diantaranya :
1. Disiplin Waktu
Disiplin waktu disini diartikan sebagai sikap atau tingkah laku yang
menunjukkan ketaatan terhadap jam kerja yang meliputi : kehadiran dan kepatuhan
pegawai pada jam kerja, pegawai melaksanakan tugas dengan tepat waktu dan benar.
2. Disiplin Peraturan
Peraturan maupun tata tertib yang tertulis dan tidak tertulis dibuat agar tujuan
suatu organisasi dapat dicapai dengan baik. Untuk itu dibutuhkan sikap setia dari
pegawai terhadap komitmen yang telah ditetapkan tersebut. Kesetiaan disini berarti
taat dan patuh dalam melaksanakan perintah dari atasan dan peraturan, tata tertib
yang telah ditetapkan. Serta ketaatan pegawai dalam menggunakan kelengkapan
pakaian seragam yang telah ditentukan organisasi atau lembaga.
3. Disiplin Tanggung Jawab
10
11
Kedisiplinan harus
12
13
8.
14
e. Waskat
15
16
17
18
Disiplin progresif adalah pemberian sanksi yang lebih berat terhadap pelanggaran
yang berulang. Tujuannya adalah memberikan kesempatan pada karyawan untuk
mengambil tindakan korektif sebelum menerima sanksi-sanksi yang lebih serius.
Pelaksanaan disiplin progresif juga memungkinkan manajemen untuk membantu
karyawan dalam memperbaiki kesalahan.
Menurut Mangkunegara (2009: 130) menjelaskan terdapat tiga pendekatan
disiplin, yaitu:
a.
b.
c.
19
Tujuan utama pengadaan sanksi disiplin kerja bagi para pegawai yang
melanggar norma-norma organisasi adalah memperbaiki dan mendidik pegawai yang
melakukan pelanggaran disiplin. Pada umumnya sebagai pegangan pimpinan
meskipun tidak mutlak, tingkat dan jenis sanksi disiplin kerja yang dikemukakan
Sastrohadiwiryo (2003) menyatakan Sanksi disiplin terdiri atas sanksi disiplin berat,
sanksi disiplin sedang, sanksi disiplin ringan.
a. Sanksi Disiplin Berat
Sanksi disiplin berat misalnya :
1) Demosi jabatan yang setingkat lebih rendah dari jabatan atau
pekerjaan yang diberikan sebelumnya.
2) Pembebasan dari jabatan atau pekerjaan untuk dijadikan sebagai
pegawai biasa bagi yang memegang jabatan.
3) Pemutusan hubungan kerja dengan hormat atas permintaan sendiri
tenaga kerja yang bersangkutan.
4) Pemutusan hubungan kerja tidak dengan hormat sebagai tenaga kerja
di organisasi atau perusahaan.
b. Sanksi Disiplin Sedang
Sanksi disiplin sedang misalnya :
1) Penundaan pemberian kompensasi
yang
sebelumnya
telah
20
Dan
bertujuan
untuk
memperbaiki
pelanggaran,
untuk
3. Disiplin Progresif
Suatu kebijakan disiplin yang memberikan hukuman- hukuman yang lebih
berat terhadap pelanggaran-pelanggaran yang berulang. Disiplin progresif
ditunjukkan sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
21
Penetapan jenis sanksi disiplin yang akan dijatuhkan kepada pegawai yang
melanggar hendaknya dipertimbangkan dengan cermat, teliti, dan seksama bahwa
sanksi disiplin yang akan dijatuhkan tersebut setimpal dengan tindakan dan perilaku
yang diperbuat. Dengan demikian, sanksi disiplin tersebut dapat diterima dengan rasa
keadilan. Kepada pegawai yang pernah diberikan sanksi disiplin dan mengulangi lagi
pada kasus yang sama, perlu dijatuhi sanksi disiplin yang lebih berat dengan tetap
berpedoman pada kebijakan pemerintah yang berlaku.
B.
Produktivitas Kerja
Konsep produktivitas kerja dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi
22
23
efisien. Oleh karena itu produktivitas sering diartikan sebagai rasio antara
keluaran dan masukan dalam satuan waktu tertentu.
Pendapat Hasibuan (2000:93) yang mengemukakan: Produktivitas kerja
adalah perbandingan antara output dengan input, dimana outputnya harus mempunyai
nilai tambah dan teknik pengerjaannya yang lebih baik.
Setelah membahas tentang definisi dari produktivitas serta beberapa pendapat
dari para ahli, selanjutnya akan dijelaskan Faktor-faktor yang mempengaruhi
Produktivitas menurut para ahli.
1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktifitas kerja
Banyaknya faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja, baik yang
berhubungan tenaga kerja maupun yang berhubungan dengan lingkungan perusahaan
dan kebijaksanaan pemerintah secara keseluruhan.
Menurut balai pengembangan produktivitas daerah yang dikutip oleh
Soedarmayanti (2001) bahwa ada enam faktor utama yang menentukan produktivitas
tenaga kerja, adalah :
a. Sikap kerja, seperti : kesediaan untuk bekerja secara bergiliran (shift work)
dapat menerima tambahan tugas dan bekerja dalam suatu tim.
b. Tingkat keterampilan yang ditentukan oleh pendidikan latihan dalam
manajemen supervise serta keterampilan dalam tehnik industry.
c. Hubungan tenaga kerja dan pimpinan organisasi yang tercermin dalam
usaha bersama antara pimpinan organisasi dan tenaga kerja untuk
meningkatkan produktivitas melalui lingkaran pengawasan mutu (Quality
control circles)
24
25
c. Faktor biologis seperti penyakit yang disebabkan infeksi, jamur, virus, dan
parasit.
d. Fisiologis, letak kesesuaian ukuran tubuh tenaga kerja dengan peralatan,
beban
kerja,
posisi
dan
cara
kerja
yang
akan
mempengaruhi
produktivitaskerja.
e. Faktor psikologis, berupa kesesuaian antara hubungan kerja antar
karyawan sendiri, karyawan atasan, suasana kerja yang kurang baik serta
pekerjaan yang monoton.
Menurut Henri Simamora (2003) faktor-faktor yang digunakan dalam
pengukuran produktivitas kerja meliputi kuantitas kerja, kualitas kerja dan ketepatan
waktu:
a. Kuantitas kerja adalah merupakan suatu hasil yang dicapai oleh karyawan
dalam jumlah tertentu dengan perbandingan standar ada atau ditetapkan
oleh perusahan.
b. Kualitas kerja adalah merupakan suatu standar hasil yang berkaitan
dengan mutu dari suatu produk yang dihasilkan oleh karyawan dalam hal
ini merupakan suatu kemampuan karyawan dalam menyelesaikan
pekerjaan secara teknis dengan perbandingan standar yang ditetapkan oleh
perusahaan.
c. Ketepatan waktu merupakan tingkat suatu aktivitas diselesaikan pada awal
waktu yang ditentukan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output
serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain. Ketepatan
26
27
Ketepatan waktu diukur dari persepsi atasan atau organisasi atas suatu
pekerjaan yang dibebankan.
Menurut Henri Simamora (2003) faktor-faktor yang digunakan dalam
pengukuran produktivitas kerja meliputi kuantitas kerja, kualitas kerja dan ketepatan
waktu:
a. Kuantitas kerja adalah merupakan suatu hasil yang dicapai oleh karyawan
dalam jumlah tertentu dengan perbandingan standar ada atau ditetapkan
oleh perusahan.
b. Kualitas kerja adalah merupakan suatu standar hasil yang berkaitan
dengan mutu dari suatu produk yang dihasilkan oleh karyawan dalam hal
ini merupakan suatu kemampuan karyawan dalam menyelesaikan
pekerjaan secara teknis dengan perbandingan standar yang ditetapkan oleh
perusahaan.
c. Ketepatan waktu merupakan tingkat suatu aktivitas diselesaikan pada awal
waktu yang ditentukan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output
serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain. Ketepatan
waktu diukur dari persepsi karyawan terhadap suatu aktivitas yang
disediakan diawal waktu sampai menjadi output. sesuai dengan
Berpedoman pada pendapat para ahli tersebut dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa semakin banyak pekerjaan yang dapat dilaksanakan oleh pegawai dalam
satuan waktu tertentu, maka dapat dikatakan semakin tinggi pula tingkat produktifitas
kerja pegawai tersebut.
a. Kualitas Kerja
28
Mengetahui hasil kerja yang telah dicapai seseorang dapat dilihat dari
kualitas dan kuantitasnya. Jika ditinjau dari segi kualitas adalah
kesesuaian antara hasil kerja dengan yang diharapkan oleh seorang
pimpinan atau dengan spesifikasinya, semakin berkualitas hasil kerja
maka semakin tinggi pula nilai produktivitasnya pendapat
b. Ketepatan Waktu
Ketepatan waktu pada hakekatnya adalah melaksanakan tugas dalam
kurun atau batas waktu yang telah ditentukan oleh atasan atau organisasi
dengan hasil output yang memuaskan. Pemanfaatan waktu semaksimal
mungkin sehingga memberi peluang untuk melakukan pekerjaan lain.
Ketepatan waktu diukur dari persepsi atasan atau organisasi atas suatu
pekerjaan yang dibebankan.
pengawasan
harian,
pengukuran-pengukuran
tersebut
pada
29
dapat dilakukan dalam satu jam oleh pekerja yang terpercaya yang bekerja menurut
pelaksanaan standar.
Karena hasil maupun masukan dapat dinyatakan dalam waktu, produktivitas
tenaga kerja dapat dinyatakan sebagai suatu indeks yang sangat sederhana =
Hasildalam jam-jam yang standar : Masukan dalam jam-jam waktu. Untuk mengukur
suatu produktivitas perusahaan dapatlah digunakan dua jenis ukuran jam kerja
manusia,yakni jam-jam kerja yang harus dibayar dan jam-jam kerja yang
dipergunakan untuk bekerja. Jam kerja yang harus dibayar meliputi semua jam-jam
kerja yang harus dibayar, ditambah jam-jam yang tidak digunakan untuk bekerja
namun harus dibayar,liburan, cuti, libur karena sakit, tugas luar dan sisa lainnya. Jadi
bagi keperluan pengukuran umum produktivitas tenaga kerja kita memiliki unit-unit
yang diperlukan,yakni: kuantitas hasil dan kuantitas penggunaan masukan tenaga
kerja. Sinungan (2003 : 24-25).
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah deskriptif kualitatif, yang mana peneliti
dalam penelitian deskriptif kualitatif ini, hanya akan memberikan gamba ran secara
31
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta yang sesuai dengan ruang lingkup
judul penelitian. Menurut Pawito (2007: 35), pendekatan kualitatif adalah suatu
penelitian
yang
dimaksudkan
untuk
memberikan
penjelasan-penjelasan
teori
apapun,
serta
mengemukakan
gambaran
atau
pemahaman
(understanding) mengenai bagaimana dan mengapa suatu gejala atau realitas terjadi.
Dalam hal ini, gejala atau realitas yang dijelaskan adalah semua hal yang terkait
dengan kedisiplinan dan produktivitas pegawai di Biro Umum Sekretariat Daerah
Provinsi Sumatera barat.
2. Sampel
Sampel adalah sebagai sumber data yang telah dikemukakan populasi yang
diteliti dan dianggap dapat mengambarkan populasi menurut Sugiyono (2009:57)
menjelaskan bahwa Sampel adalah bagian dari jumlah dan karekteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut.
Mengingat jumlah populasi yang besar, maka teknik penarikan sampel yang
32
33
DAFTAR PUSTAKA
Amran. 2009. Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai kantor Departemen
Sosial Kabupaten Gorontalo. Dalam Jurnal Ichsan Gorontalo, Volume 4
No. 2. Hal 2397-2413. Gorontalo: Universitas Ichsan Gorontalo.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
.
Gorda. I . Gusti Ngurah. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Denpasar : Widya
Kriya Gematama.
Handoko, T. Hani, 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Edisi
Kedua, Cetakan Kelimabelas, Penerbit BPFE, Yogyakarta
Hasibuan, Melayu, SP., 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara,
Jakarta
____________________., 2005. Manajemen Sunber Daya Manusia. Edisi Revisi. Bumi
Aksara: Jakarta.
34