Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemimpin dapat mempengaruhi moral, kepuasan kerja, keamanan,

kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi.

Kemampuan dan keterampilan dalam pengarahan adalah faktor penting

efektivitas suatu organisasi. Bila organisasi dapat mengidentifikasikan

kualitas-kualitas yang berhubungan dengan kepemimpinan, kemampuan untuk

menyeleksi pemimpin-pemimpin yang efektif akan meningkat. Dan bila

organisasi dapat mengidentifikasikan prilaku dan teknik-teknik kepemimpinan

efektif` organisasi, berbagai perilaku dan teknik tersebut akan dapat dipelajari.

Pada sebuah organisasi pemerintahan, kesuksesan atau kegagalan

dalam pelaksanaan tugas dan penyelenggaraan pemerintahan, dipengaruhi

oleh kepemimpinan, melalui kepemimpinan dan didukung oleh kapasitas

organisasi pemerintahan yang memadai, maka penyelenggaraan tata

pemerintahan yang baik (Good Governance) akan terwujud, sebaliknya

kelemahan kepemimpinan merupakan salah satu sebab keruntuhan kinerja

birokrasi di Indonesia.(Istianto, 2009: 2)

Kepemimpinan (leadership) dapat dikatakan sebagai cara dari seorang

pemimpin (leader) dalam mengarahkan, mendorong dan mengatur seluruh

unsur-unsur di dalam kelompok atau organisasinya untuk mencapai suatu

tujuan organisasi yang diinginkan sehingga menghasilkan kinerja pegawai

1
2

yang maksimal. Dengan meningkatnya kinerja pegawai berarti tercapainya

hasil kerja seseorang atau pegawai dalam mewujudkan tujuan organisasi.

Suatu organisasi pada dasarnya adalah suatu bentuk kerja sama antar

dua orang atau lebih. Baik yang di sebut organisasi ataupun kelompok,

tujuannya adalah untuk mencapai sesuatu. Jika sesuatu yang ingin dicapai itu

benar dapat diraih, maka tujuannya efektif.

Efektivitas adalah ukuran sejauh mana tujuan dapat dicapai. Efektivitas

adalah suatu kontinum yang merentang dari efektif, kurang efektif, sedang-

sedang, sangat kurang, sampai tidak efektif. (Sigit, 2003:2).

Efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas organisasi dalam mencapai

tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Bila dilihat dari aspek

segi keberhasilan pencapaian tujuan, maka efektivitas adalah memfokuskan

pada tingkat pencapaian terhadap tujuan organisasi. selanjutnya ditinjau dari

aspek ketepatan waktu, maka efektivitas adalah tercapainya berbagai sasaran

yang telah ditentukan tepat pada waktunya dengan menggunakan sumber-

sumber tertentu yang telah dialokasikan untuk melakukan berbagai kegiatan.

Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo adalah suatu Instansi Pemerintah.

Camat adalah perangkat Pemerintah wilayah kecamatan yang

menyelenggarakan tugas pemerintahan umum di wilayah kecamatan.

Kecamatan merupakan barisan terdepan melaksanakan tugas pemerintahan,

pembangunan dan kemasyarakatan yang dibantu dari pemerintahan desa atau

kelurahan. Oleh karna itu, pentingnya tugas, fungsi dan wewenang kecamatan
3

untuk pembangunan daerah adalah yang paling dekat dengan masyarakat

tersebut.

Pemerintahan kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo, yang berkerja

untuk masyarakat sudah seharusnya memberi pelayanan yang terbaik kepada

masyarakat. Untuk mendapatkan pelayanan yang demikian, pegawai kantor

kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo harus seefektif mungkin dalam

menjalankan pekerjaannya. Namun sayang pada prakteknya, sering kali

ditemukan pegawai yang tidak berkerja efektif sebagaimana mestinya.

Misalnya saja para pegawai sering kali datang terlambat masuk kerja dari jam

kerja yang telah ditentukan, bahkan meninggalkan kantor sebelum jam kerja

berakhir. Selain itu fasilitas-fasilitas pendukung bagi para pegawai dalam

menyelesaikan pekerjaan masih minim, sehingga terkadang mereka

memberikan pelayanan yang kurang memuaskan terhadap masyarakat.

Disinilah dituntut kepemimpinan seorang camat dalam mengelola para

bawahannya agar lebih efektif dalam melaksanakan tugas dan

tanggungjawabnya demi menciptakan aparatur pemerintahan yang baik dan

sehat.

Untuk mencapai efektivitas kerja yang diinginkan camat Majauleng harus

menjalankan fungsi dan tugas dengan cara memotivasi para pegawainya dan

juga selalu berkomunikasi, agar para pegawainya menyadari bahwa mereka

memang dibutuhkan dan tidak dibeda-bedakan, sehingga mereka mengerjakan

pekerjaan mereka dengan sebaik-baiknya, demi kemajuan bersama. Camat

juga dibutuhkan untuk mengontrol kegiatan para pegawai apakah berjalan


4

dengan tujuan yang ingin di capai atau tidak. Camat dan pegawai haruslah

saling bekerja sama dalam usaha pencapaian tersebut. Masing-masing dari

mereka haruslah menyadari tugas dan tanggungjawabnya. Hal ini yang

mendorong penulis untuk mengkaji dan meneliti masalah Kepemimpinan

Camat yang dikaitkan dengan Efektivitas Kerja Pegawai, maka dalam

kesempatan ini penulis mengupayakan suatu kajian ilmiah dalam judul

penelitian sebagai berikut : “Pengaruh Kepemimpinan Terhadap

Efektivitas Kerja Pegawai Pada Kantor Kecamatan Majauleng

Kabupaten Wajo”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang dijadikan rumusan masalah

dalam penelitian ini oleh penulis adalah sebagai berikut :

1. Seberapa baik kepemimpinan pada Kantor Kecamatan Majauleng

Kabupaten Wajo?

2. Seberapa baik efektivitas kerja pegawai pada Kantor Kecamatan

Majauleng Kabupaten wajo?

3. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan terhadap efektivitas kerja

pegawai pada Kantor Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian antara lain sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kepemimpinan pada Kantor Kecamatan Majauleng

Kabupaten wajo
5

2. Untuk mengetahui efektivitas kerja pegawai Kantor Kecamatan

Majauleng Kabupaten wajo

3. Untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan terhadap efektivitas kerja

pegawai pada Kantor Kecamatan Majauleng Kabupaten wajo

D. Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian antara lain sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmiah dalam

rangka pengembangan ilmu administrasi, khususnya yang berkaitan

dengan kepemimpinan dan efektivitas kerja pegawai.

2. Manfaat praktis

a. Sebagai masukan untuk perbaikan kepemimpinan dan efektivitas kerja

pegawai pada Kantor Kecamatan Majauleng Kabupaten wajo.

b. Sebagai bahan referensi peneliti yang berminat melakukan penelitian

lebih lanjut terkait dengan kepemimpinan dan efektivitas kerja

pegawai.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Konsep Kepemimpinan

a. Pengertian kepemimpinan

Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin, yang berarti seseorang

yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan dan

kelebihan dalam satu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi

orang lain untuk bersama-sama melakukan aktifitas demi tercapainya

suatu maksud dan beberapa tujuan (kartono, 2005:76).

Menurut (Rivai, 2004:64), Kepemimpinan pada dasarnya

mempunyai pokok pengertian sebagai sifat, kemampuan, proses, dan

atau konsep yang dimiliki oleh seseorang sedemikian rupa sehingga

ia diikuti, dipatuhi, dihormati dan orang lain bersedia dengan penuh

keikhlasan melakukan perbuatan atau kegiatan yang telah

dikehendaki oleh pemimpin tersebut. Dengan demikian dapat

dikatakan sebagai proses untuk mempengaruhi orang lain.

Umar (2008:38) mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses

pengarahan dan usaha mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan

tugas dari para anggota kelompok.

Sedangkan Menurut Hasibuan (2003:170) “Kepemimpinan adalah

cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan agar mau

6
7

bekerja sama dan bekerja secara efektif dan efisien untuk mencapai

tujuan organisasi”.

Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain agar

mau berperan serta dalam rangka memenuhi tujuan yang telah

ditetapkan bersama.

Dimana defenisi kepemimpinan akhirnya dikategorikan menjadi tiga

elemen. (Susanto A.B; Koesnadi Kardi, 2003:115), yakni :

1) Kepemimpinan merupakan proses.

2) Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi (hubungan)

antara pimpinan dan bawahan

3) Kepemimpinan merupakan ajakan kepada orang lain

Dari berbagai pengertian diatas, dapat ditarik suatu

kesimpulan bahwa secara umum pengertian pemimpin adalah

suatu kewanangan yang disertai kemampuan seseorang dalam

memberikan pelayanan untuk menggerakan orang-orang yang

berada dibawah koordinasinya dalam usaha mencapai tujuan

yang ditetapkan suatu organisasi.

b. Karakteristik Kepemimpinan

Secara umum pemimpin yang baik harus memiliki

karakteristik di bawah ini :

1) Tanggung jawab seimbang, keseimbangan disini adalah antara

tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dilakukan dan tanggung


8

jawab terhadap orang yang melaksanakan tanggung jawab

tersebut.

2) Model peranan yang positif, perannya disini adalah tanggung

jawab, perilaku atau prestasi yang diharapkan dari seseorang yang

memiliki posisi khusus tertentu.

3) Memiliki keterampilan berkomunikasi yang baik, pemimpin yang

baik harus bisa menyampaikan ide – idenya secara ringkas, jelas,

serta dengan cara yang tepat.

4) Memiliki pengaruh positif, pemimpin yang baik memiliki

pengaruh terhadap karyawannya dan menggunakan pengaruh

tersebut untuk hal – hal yang positif.

5) Memiliki kemampuan untuk meyakinkan orang lain, pemimpin

yang sukses adalah pemimpin yang dapat menggunakan

keterampilan komunikasi dan pengaruhnya untuk meyakinkan

orang lain terhadap sudut pandangnya serta mengarahkan mereka

pada tanggung jawab total terhadap sudut pandang tersebut.

c. Tipe Kepemimpinan

Menurut Sondang P Siagian didalam bukunya Teori dan

Praktek Kepemimpinan membagi tipe kepemimpinan antara lain

sebagai berikut:

1) Tipe kepemimpinan otokratik

Seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang

sangat egois. Dengan ego yang sangat besar dapat menumbuhkan


9

dan mengembangkan persepsinya bahwa tujuan organisasi

dijadikan sebagai alat untuk mencapai tujuan pribadinya.

2) Tipe kepemimpinan paternalistik

Tipe kepemimpinan paternalistik banyak terdapat

dilingkungan masyarakat yang masih tradisional. Seorang

pemimpin yang paternalistik tentang perannya dalam kehidupan

organisasional diwarnai oleh harapan para pengikutnya

kepadanya, sehingga para bawhannya tidak dimanfaatkan sumber

informasi, ide, dan saran. Berarti bawahan tidak didorong untuk

berfikir secara kreatif dan inovatif.

3) Tipe kepemimpinan Kharismatik

Tipe pemimpin kharismatik yaitu serang pemimpin yang

memiliki daya tarik yang sangat memikat sehingga mampu

memperoleh pengikut yang jumlahnya banyak.

4) Tipe kepemimpinan laissez faire

Tipe pemimpin laissez faire yaitu seseorang pemimpin yang

mempunyai sifat permisif, dalam arti bahwa para anggota

organisasi boleh bertindak apa saja sesuai dengan keyakinan dan

hati nurani, asal kepentingan bersama tetap terjaga dan tujuan

organisasi tetap tercapai.


10

5) Tipe kepemimpinan demokratik

Tipe pemimpin yang demokratik adalah seorang pemimpin

yang selalu berusaha mengutamakan kerja sama tim dalam usaha

mencapai tujuan organisasi.

d. Fungsi Pemimpin

Dalam upaya mewujudkan kepemimpinan yang efektif, maka

kepemimpinan tersebut harus dijalankan sesuai dengan fungsinya.

Sehubungan dengan hal tersebut, menurut nawawi (1995:74), fungsi

kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam

kehidupan kelompok masing-masing yang mengisyaratkan bahwa

setiap pemimpin berada didalam, bukan berada diluar situasi itu.

Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian didalam situasi sosial

kelompok atau organisasinya.

Fungsi kepemimpinan menurut Hadari Nawawi memiliki dua

dimensi yaitu :

1) Dimensi yang berhubungan dengan tingkat kemampuan

mengarahkan dalam tindakan atau aktivitas pemimpin, yang

terlihat pada tanggapan orang-orang yang dipimpinnya.

2) Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan atau

keterlibatan orang orang yang dipimpin dalam melaksanakan

tugas-tugas pokok kelompok atau organisasi, yang dijabarkan

dan dimanifestasikan melalui keputusan keputusan dan kebijakan

pemimpin.
11

Sehubungan dengan dua dimensi tersebut, menurut

Nawawi, secara operasional dapat dibedakan dengan lima fungsi

pokok kepemimpinan, yaitu :

a) Fungsi Instruktif

Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang

menentukan apa (isi perintah), bagaimana (cara mengerjakan

perintah), bilamana (waktu memulai, melaksanakan dan

melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan

perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif.

Sehingga fungsi orang yang dipimpin hanyalah

melaksanakan perintah. Dalam hal ini fungsi orang yang

dipimpin adalah sebagai pelaksana perintah. Inisiatif tentang

segala sesuatu yang ada kaitannya dengan perintah tersebut,

sepenuhnya adalah merupakan fungsi pemimpin, fungsi ini

juga berarti bahwa keputusan yang ditetapkan pemimpin

tanpa kemauan para bawahannya tidak akan berarti. Jika

perintah tidak dilaksanakan juga tidak akan ada artinya.

Intinya, kemampuan bawahan menggerakan pegawainya

agar melaksanakan perintah, bersumber dari keputusan yang

ditetapkan. Perintah yang jelas dari pimpinan berati juga

sebagai perwujudan proses bimbingan dan pengarahan yang

dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencapaian

tujuan organisasi.
12

b) Fungsi Konsultatif

Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif

sebagai komunikasi dua arah. Hal tersebut digunakan

sebagai usaha untuk menetapkan keputusan yang

memerlukan bahan pertimbangan dan mungkin perlu

konsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya.

Konsultasi yang dimaksudkan untuk memperoleh masukan

berupa umpan balik (feed back), yang dapat dipergunakan

untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan yang

telah ditetapkan dan dilaksanakan.

c) Fungsi Partisipasi

Dalam menjalankan fungsi partisipasi pemimpin

berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik

dalam pengambilan keputusan maupun dalam

melaksanakannya. Setiap anggota kelompok memperoleh

kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam

melaksanakan kesepakatan yang dijabarkan dari tugas-tugas

pokok, sesuai dengan posisi masing-masing. Fungsi ini tidak

sekedar berlangsung dua arah, tetapi juga perwujudan

pelaksanaan hubungan manusia yang efektif antara

pemimpin dan orang yang dipimpin baik dalam

keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam

melaksanakannya. Sekalipun memiliki kesempatan yang


13

sama bukan berarti setiap orang bertindak semaunya, tetapi

harus dilakukan dan dikerjakan secara terkendali dan terarah

yang merupakan kerjasama dengan tidak mencampuri atau

mengambil tugas pokok orang lain.Dengan demikian

musyawarah menjadi hal yang sangat penting dalam

kesempatan berpartisipasi melaksanakan program organisasi.

Pemimpin tidak sekedar mampu membuat keputusan dan

memerintahkan pelaksanaannya, akan tetapi pemimpin harus

tetap dalam posisi sebagai pemimpin yang melaksanakan

fungssi kepemimpinan bukan sebagai pelaksana.

d) Fungsi Delegasi

Dalam melaksanakan fungsi delegasi, pemimpin

memberikan pelimpahan wewenang membuat atau

menetapkan keputusan. Fungsi delegasi sebenarnya adalah

kepercayaan seorang pemimpin kepada orang yang diberi

kepercayaan untuk pelimpahan wewenang dengan

melaksanakannya secara bertanggungjawab. Fungsi

pendelegasian ini, harus diwujudkan karena kemajuan dan

perkembangan kelompok tidak mungkin diwujudkan oleh

pemimpin seorang diri. Jika pemimpin berkerja seorang diri,

ia pasti tidak dapat berbuat banyak dan mungkin dapat

menjadi tidak berarti sama sekali. Oleh karena itu sebagian


14

wewenang perlu didelegasikan kepada para bawahannya

agar dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

e) Fungsi Pengendalian

Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan

yang efektif harus mampu mengatur aktifitas anggotanya

secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga

memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara

maksimal. Dalam melaksanakan fungsi pengendalian,

pemimpin dapat mewujudkannya melalui kegiatan

bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawaasan.

Dalam melakukan kegiatan tersebut berarti pemimpin

berusaha mencegah terjadinya kekeliruan atau kesalahan

setiap perseorangan dalam melaksanakan beban kerja atau

perintah dari pimpinannya.

Seluruh fungsi kepemimpinan tersebut diatas,

diselenggarakan dalam aktifitas kepemimpinan secara

intergral. Aktifitas atau kegiatan kepemimpinan yang

bersifat intergral tersebut dalam hal pelaksanaannya akan

berlangsung sebagai berikut:

 Pemimpin berkewajiban mejabarkan program kerja yang

menjadi keputusan yang kongkrit untuk dilaksanakan

sesuai dengan prioritasnya masing-masing keputusan-


15

keputusan itu harus jelas hubungannya dengan tujuan

kelompok/organisasi.

 Pemimpin harus mampu menterjemahkan keputusan-

keputusan menjadi intruksi yang jelas, sesuai dengan

kemampuan anggota yang melaksanakannya. Setiap

anggota yang melaksanakannya. Setiap anggota harus

mengetahui dari siapa intruksi diterima dan pada siapa di

pertanggungjawabkan.

 Pemimpin harus berusaha untuk mengembangkan dan

menyalurkan kebebasan berpikir dan mengeluarkan

pendapat baik secara perorangan maupun kelompok kecil.

Pemimpin harus mampu menghargai gagasan, pendapat,

saran, kritik anggotanya sebagai wujud dari

partisipasinya. Usaha mengembangkan partisipasi

anggota tidak sekedar ikut aktif dalam melaksanakan

perintah, tetapi juga dalam memberikan informasi dan

masukan untuk dijadikan bahan pertimbangan bagi

pemimpin dalam membuat dan memperbaiki keputusan-

keputusan.

 Mengembangkan kerjasama yang harmonis, sehingga

setiap anggota mengerjakan apa yang harus

dikerjakannya, dan bekerjasama dalam mengerjakan

sesuatu yang memerlukan kebersamaan. Pemimpin harus


16

mampu memberikan pengakuan dan penghargaan

terhadap kemampuan, prestasi atau kelebihan yang

dimiliki setiap anggota kelompok/organisasinya.

 Pemimpin harus membantu dalam mengembangkan

kemampuan memecahkan masalah dan mengambil

keputusan sesuai dengan batas tanggungjawab masing-

masing. Setiap anggota harus didorong agar tumbuh

menjadi orang yang mampu menyelesaikan masalah -

masalahnya, dengan menghindari ketergantungan yang

berlebihan dari pemimpian atau orang lain. Setiap

anggota harus dibina agar tidak menjadi orang yang

selalu menunggu perintah. Namun diharapkan setiap

anggota/bawahan adalah orang yang inisiatif artinya

mampu berkerja dengan sendirinya karena kesadaran

bahwa ia memiliki tanggung jawab

e. Syarat Pemimpin Yang Ideal

Secara garis besar, seorang pemimpin idealnya memiliki tiga

kategori umum, yakni (Arep, 2002:241)

a. Kemampuan menganalisa dan menarik kesimpulan yang tepat. Ia

harus mampu menganalisa sesuatu masalah, situasi atau

serangkaian keadaan tertentu dan menarik kesimpulan-kesimpulan

yang tepat.
17

b. Kemampuan untuk menyusun suatu organisasi serta dapat

menyeleksi dan menempatkan orang-orang yang tepat untuk

mengisi jabatan dalam organisasi yang bersangkutan.

c. Kemampuan untuk membuat sedemikian rupa, agar organisasi

yang bersangkutan berjalan lancar untuk menuju tujuan, cita-cita

dan putusan dari tingkat yang lebih tinggi kepeda bawahan-

bawahannya, agar tujuan dan putusan-putusan itu dapat diterima

dengan baik.

Ketiga kemampuan tersebut, idealnya dimiliki oleh seseorang

pemimpin agar organisasi maju dan berkembang. Yang harus diingat,

fungsi pemimpin juga harus dapat memotivasi staf/pegawainya.

Untuk itu, paling tidak ada 8 watak atau sifat dari seseorang

pemimpin yang efektif dalam memotivasi pegawai untuk

meningkatkan produktivitas kerjanya. Mampu untuk menimbulkan

kepercayaan pada diri orang lain. Untuk itu dibutuhkan sejumlah

persyaratan yang harus dipunyai oleh seorang pemimpin, yakni :

1. Harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang alat-alat

teknis dan prosedur-prosedur yang dipergunakan oleh para

pegawainya, sehingga ia dapat member petunjuk-petunjuk dalam

mengoprasikan alat-alat setra prosedur-prosedur yang

diperlukan.

2. Pengetahuan dan pengertian tentang garis-garis besar

kebijaksanaan organisasi
18

3. Seorang pemimpin harus senantiasa setia memegang teguh setiap

ucapannya. Ia harus senantiasa menepati janjinya, jika ingin

menanam kepercayaan bawahannya.

4. Seorang pepemimpin harus mampu memberikan penilaian yang

baik terhadap semua permasalahan, baik yang bersifat kedinasan

maupun yang bersifat pribadi.

5. Tabah dalam usahanya untuk mencapai tujuan organisasi.

Pemimpin harus mempunyai keyakinan yang teguh atas segala

sesuatu yang ingin dicapainya. Tegasnya ia harus tabah dan

tekun untuk mencari cara-cara melakukan sesuatu sampai

mendapatkan yang paling tepat untuk mencapai tujuan

organisasi.

6. Kemampuan untuk memberikan pengertian tanpa menimbulkan

kesalah pahaman dalam dalam menjelaskan/mengemukakan

tujuan organisasi kepada pihhak lain.

7. Kemampuan untuk mendengarkan secara simpatik, baik berupa

usul-usul maupun berupa kritikan dari pihak lain maupun dari

pihak bawahannya.

8. Senantiasa menaruh minat yang tulus dan ikhlas terhadap orang

lain, atulus terhadap kesejahteraan bagi pihak yang dipimpinnya.

9. Kemampuan untuk memahami manusia serta reaksinya. Seorang

pemimpin harus paham benar akan manusia baik manusia


19

sebagai individu maupun sebagai anggota kelompok dan

mengetahui mengapa ia bertindak sedemikian rupa.

10. Seseorang pemimpin harus senantiasa waspada untuk selalu

bersikap objektif dan jangan sampai membiarkan putusannya

dipengaruhi oleh sentiment orang lain.

11. Seseorang pemimpin harus senantiasa bersikapterus terang dan

transparan. Ia tidak boleh membiarkan orang lain berkata

terhadap dirinya ; “ia selalu ingin

12. Rahasia dan tertutup”.

f. Dimensi Kepemimpinan

Menurut David G Bowers dan Stanley E Sheashore dalam

purwanto (2004:29) menyebabkan ada empat dimensi pokok dari

struktur fundamental kepemimpinan adalah sebagai berikut :

1. Dukungan (support) adalah tingkah laku yang memperbesar

perasaan berharga seseorang dan merasa dianggap penting.

2. Kemudahan interaksi tingkah laku yang memberanikan anggota

anggota keompok untuk mengembangkan hubungan - hubungan

yang saling menyenangkan.

3. Pengutamaan tujuan adalah tingkah laku yang merangsang

antusiasme bagi penemuan tujuan kelompok mengenai

pencapaian prestasi yang baik.

4. Kemudahan bekerja adalah tingkah laku yang membantu

pencapaian tujuan dengan kegiatan.


20

2. Konsep Efektivitas Kerja Pegawai

a. Pengertian Efektivitas Kerja

Efektivitas kerja terdiri dari dua kata yaitu efektivitas, dan kerja.

Adapun pengertian dari efektivitas kerja yaitu :

Menurut Richard M. Steers (1980 : 1), efektivitas yang berasal

dari kata efektif, yaitu suatu pekerjaan dikatakan efektif jika suatu

pekerjaan dapat menghasilkan satu unit keluaran (output).Suatu

pekerjaan dikatakan efektif jika suatu pekerjaan dapat diselesaikan

tepat pada waktunya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Efektivitas menurut Bedjo Siswanto (1990:62) berarti

menjalankan pekerjaan yang benar.

Menurut Sutarto (1978:95) Efektivitas kerja adalah suatu keadaan

dimana aktifitas jasmaniah dan rohaniah yang dilakukan oleh

manusia dapat mencapai hasil akibat sesuai yang dikehendaki

Efektivitas kerja merupakan suatu ukuran tentang pencapaian

suatu tugas atau tujuan (Schermerhorn, 1998:5)

Menurut Handoko (1997:7), Efektivitas merupakan kemampuan

untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk

pencapaian tujuan yang ditetapkan.

Menurut Siagian (1986:152) efektivitas kerja berarti

penyelesaian pekerjaan tepat pada waktunya seperti yang telah

ditetapkan sebelumnya.
21

Menurut Devung efektivitas adalah tingkat kemampuan untuk

mencapai tujuan dengan tepat dan baik (Devung, 1988:25).

Menurut kamus Administrasi perkantoran efektivitas berasal dari

kata efektif yang berarti terjadinya suatu efek yang dikehendaki

dalam suatu perbuatan (1981:24).

Berdasarkan dari berbagai pengertian dapat disimpulkan bahwa

efektivitas kerja adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh

target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah dicapai.

b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Kerja

Ada empat faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja, seperti

yang dikemukakan oleh Richard M. Steers (1980:9), yaitu:

1. Karakteristik Organisasi

Karakteristik organisasi terdiri dari struktur dan tehnologi

organisasi yang dapat mempengaruhi segi-segi tertentu dari

efektivitas dengan berbagai cara. Yang dimaksud struktur adalah

hubungan yang relatif tepat sifatnya, seperti dijumpai dalam

organisasi, sehubungan dengan susunan sumber daya manusia

struktur meliputi bagaimana cara organisasi menyusun orang-

orangnya dalam menyelesaikan pekerjaan, sedangkan yang

dimaksud tehnologi adalah mekanisme suatu organisasi umtuk

mengubah masukan mentah menjadi keluaran.


22

2. Karakteristik Lingkungan

Lingkungan luar dan lingkungan dalam juga telah dinyatakan

berpengaruh atas efektivitas, keberhasilan hubungan organisasi

lingkungan tampaknya amat tergantung pada tingkat variabel

kunci yaitu tingkat keterdugaan keadaan lingkungan, ketepatan

persepsi atas keadaan lingkungan,tingkat rasionalisme organisasi.

Ketiga faktor ini mempengaruhi ketepatan tanggapan organisasi

terhadap perubahan lingkungan.

3. Karakteristik Pekerja

Pada kenyataannya para anggota organisasi merupakan

faktor pengaruh yang paling penting karena perilaku merekalah

yang dalam jangka panjang akan memperlancar atau merintangi

tercapainya tujuan organisasi. Pekerja merupakan sumber daya

yang langsung berhubungan dengan pengelolaan semua sumber

daya yang ada di dalam organisasi, oleh sebab itu perilaku pekerja

sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan organisasi.

Pekerja merupakan modal utama di dalam organisasi yang

akan berpengaruh besar terhadap efektivitas, karena walaupun

tehnologi yang digunakan merupakan tehnologi yang canggih dan

didukung oleh adanya struktur yang baik, namun tanpa adanya

pekerja maka semua itu tidak ada gunanya.


23

4. Karakteristik Kebijaksanaan dan Praktek Manajemen

Dengan makin rumitnya proses teknologi dan

perkembangannya lingkungan maka peranan manajemen dalam

mengkoordinasi orang dan proses demi keberhasilan organisasi

semakin sulit.

c. Dimensi Efektivitas Kerja

Menurut Richard dan M. Steers (1980:192) meliputi unsur

kemampuan menyesuaikan diri / prestasi kerja dan kepuasan kerja :

1. Kemampuan menyesuaikan diri

Kemampuan manusia terbatas dalam sagala hal, sehingga

dengan keterbatasannya itu menyebabkan manusia tidak dapat

mencapai pemenuhan kebutuhannya tanpa melalui kerjasama

dengan orang lain. Hal ini sesuai pendapat Ricard M. Steers yang

menyatakan bahwa kunci keberhasilan organisasi adalah

kerjasama dalam pencapaian tujuan. Setiap organisasi yang

masuk dalam organisasi dituntut untuk dapat menyesuaikan diri

dengan orang yang bekerja didalamnya maupun dengan pekerjaan

dalam organisasi tersebut. Jika kemampuan menyesuaikan diri

tersebut dapat berjalan maka tujuan organisasi dapat tercapai.

2. Prestasi kerja

Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang

dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya


24

yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan dan

waktu (Hasibuan, 2001:94).

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan

kecakapan ,pengalaman, kesungguhan waktu yang dimiliki boleh

pegawai maka tugas yang diberikan dapat dilaksanakan sesuai

dengan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.

3. Kepuasan kerja.

Tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang atas peranan

atau pekerjaannya dalam organisasi. Tingkat rasa puas individu

bahwa mereka mendapat imbalan yang setimpal, dari bermacam-

macam aspek situasi pekerjaan dan organisasi tempat mereka

berada.

B. Kerangka Pikir

Berdasarkan landasan teori di atas, maka didalam penelitian ini dapat

dibuat kerangka pikir yang menunjukkan hubungan antar variabel yang akan

diteliti. Penelitian ini akan menguji hubungan variabel kepemimpinan dan

efektivitas kerja pegawai pada Kantor Kecamatan Majauleng Kabupaten

Wajo, yang dimaksud dengan kepemimpinan adalah adalah suatu

kewanangan yang disertai kemampuan seseorang dalam memberikan

pelayanan untuk menggerakan orang-orang yang berada dibawah

koordinasinya dalam usaha mencapai tujuan yang ditetapkan suatu organisasi.

Dimensi dan indikator dari kepemimpinan adalah sebagai berikut :


25

1. Dukungan (support) adalah tingkah laku yang memperbesar perasaan

berharga seseorang dan merasa dianggap penting, dengan indikator :

(a) Dukungan emosional (emotional support) (b) Dukungan penghargaan

(esteem support) (c) Dukungan instrumental (instrumental support) (d)

Dukungan informasi (informational support) (e) Dukungan jaringan sosial

(companionship support) (f) Pemberian kompensasi materi (g) Pemberian

kompensasi Non material

2. Kemudahan interaksi tingkah laku yang memberanikan anggota anggota

kelompok untuk mengembangkan hubugan - hubungan yang saling

menyenangkan, dengan indikator (a) Kerjasama dengan Pimpinan (b) Kerja

sama dengan sesama staff (c) Komunikasi dengan Pimpinan (d) Komunikasi

dengan sesama staff (e) Keterbukaan informasi dengan pimpinan

(f) Keterbukaan informasi sesama staff (g) Fasilitas yang mendukung

3. Pengutamaan tujuan adalah tingkah laku yang merangsang antusiasme bagi

penemuan tujuan kelompok mengenai pencapaian prestasi yang baik, dengan

indikator (a) Ketepatan (b) Kecepatan (c) Kerapihan (d) Keterampilan (e)

Ketelitian (f) Planning yang tepat

4. Kemudahan bekerja adalah tingkah laku yang membantu pencapaian tujuan

dengan kegiatan, dengan indikator (a) Alat – alat (b) Bahan – bahan (c)

Pengetahuan Teknis (d) Kondisi kerja

Apabila seorang pemimpin mampu melaksanakan hal tersebut, maka

kerja pegawai dapat dikatakan berjalan dengan efektivitas. Efektivitas kerja

adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,


26

kualitas dan waktu) telah dicapai. Dimensi dan indikator dari efektivitas

organisasi adalah sebagai berikut :

1. Menyesuaikan diri adalah kemampuan seseorang berinteraksi dengan orang

sekitarnya dengan indikator, (a) hubungan interpersonal (b) simpati (c)

Mampu menghargai orang lain (d) Partisipasi (e) Sosialisasi

2. Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam

melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya dengan indikator: (a)

Kualitas kerja (b) Kuantitas kerja (c) Disiplin kerja (d) Inisiatif

(e) Kerjasama.

3. Kepuasan kerja adalah tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang atas

peranan atau pekerjaannya dengan indikator : (a) Isi Pekerjaan (b) Supervisi (c)

Organisasi dan Manajeman (d) Kesempatan untuk maju

Kerangka pikir tersebut bila digambarkan dalam bentuk diagram, maka

dapat dilihat pada gambar 1.1 di bawah ini :

Kepemimpinan Efektivitas Kerja

1. Dukungan (support) 1. Menyesuaikan diri

2. Kemudahan interaksi 2. Prestasi kerja

3. Pengutamaan tujuan 3. Kepuasan kerja

4. Kemudahan bekerja

Menurut (David G Bowers & Stanley Menurut (Richard M. Steers

E Seashore 2004:29) 1980:192)


27

Gambar 1.1 Kerangka Pikir

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara suatu penelitian yang mana

kebenarannya perlu untuk diuji serta dibuktikan melalui penelitian. Dikatakan

sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada fakta – fakta

empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini itu:

1. Kepemimpinan pada kantor Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo

diharapkan minimal berada pada kategori cukup baik dari nilai ideal yang

diharapkan.

2. Efektifitas kerja pegawai pada kantor Kecamatan Majauleng Kabupaten

Wajo diharapkan minimal berada pada kategori cukup baik dari nilai ideal

yang diharapkan.

3. Kepemimpinan pada kantor Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo

berpengaruh positif terhadap efektivitas kerja pegawai.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada kantor Kecamatan Majauleng Kabupaten

Wajo dengan pertimbangan bahwa kantor tersebut merupakan salah satu

kantor yang banyak berinteraksi langsung dengan masyarakat umum dengan

segala permasalahannya. Adapun waktu yang direncanakan penulis dalam

meneliti selama 90 hari (tiga bulan), dan objek penelitiannya adalah pegawai

kantor Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo.

B. Jenis Penelitian

Berdasarkan pada tujuan penelitian yang ingin menguji hipotesis

tentang kepemimpinan dan efektivitas kerja pegawai pada kantor Kecamatan

Majauleng Kabupten Wajo, maka yang dianggap tepat menggunakan

penelitian sensus dengan pendekatan kuantitatif.

C. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

1. Variabel penelatian

Variabel dalam penelitian ini adalah kepemimpinan yang merupakan

variabel bebas (independent variabel) dan efektivitas kerja adalah yang

merupakan variabel terikat (dependent variabel) pada kantor Kecamatan

Majauleng Kabupaten Wajo.

28
29

2. Definisi Operasional

Defenisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan cara

mengukur suatu variabel. Defenisi operasional dalam penelitian ini, antara

lain sebagai berikut:

a. Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah suatu kewanangan yang disertai kemampuan

seseorang dalam memberikan pelayanan untuk menggerakan orang-

orang yang berada dibawah koordinasinya dalam usaha mencapai

tujuan yang ditetapkan suatu organisasi. Dimensi dan indikator dari

kepemimpinan adalah sebagai berikut :

1) Dukungan (support) adalah tingkah laku yang memperbesar

perasaan berharga seseorang dan merasa dianggap penting, dengan

indikator : (a)Dukungan emosional (emotional support) (b)

Dukungan penghargaan (esteem support) (c) Dukungan

instrumental (instrumental support) (d) Dukungan informasi

(informational support) (e) Dukungan jaringan sosial

(companionship support) (f) Pemberian kompensasi materi (g)

Pemberian kompensasi Non material

2) Kemudahan interaksi tingkah laku yang memberanikan anggota

anggota kelompok untuk mengembangkan hubugan - hubungan

yang saling menyenangkan, dengan indikator (a) Kerjasama dengan

Pimpinan (b) Kerja sama dengan sesama staff (c) Komunikasi

dengan Pimpinan (d) Komunikasi dengan sesama staff (e)


30

Keterbukaan informasi dengan pimpinan (f) Keterbukaan informasi

sesama staff (g) Fasilitas yang mendukung

3) Pengutamaan tujuan adalah tingkah laku yang merangsang

antusiasme bagi penemuan tujuan kelompok mengenai pencapaian

prestasi yang baik, dengan indikator (a) Ketepatan (b) Kecepatan

(c) Kerapihan (d) Keterampilan (e) Ketelitian (f) Planning yang

tepat

4) Kemudahan bekerja adalah tingkah laku yang membantu

pencapaian tujuan dengan kegiatan, dengan indikator (a) Alat –

alat (b) Bahan – bahan (c) Pengetahuan Teknis (d) Kondisi kerja

b. Efektivitas kerja

Efektivitas kerja adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa

jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah dicapai. Dimensi dan

indikator dari efektivitas organisasi adalah sebagai berikut :

1) Menyesuaikan diri adalah kemampuan seseorang berinteraksi

dengan orang sekitarnya dengan indikator, (a) hubungan

interpersonal (b) simpati (c) Mampu menghargai orang lain (d)

Partisipasi (e) Sosialisasi

2) Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang

dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya dengan

indikator: (a) Kualitas kerja (b) Kuantitas kerja (c) Disiplin kerja

(d) Inisiatif (e) Kerjasama.


31

3) Kepuasan kerja adalah tingkat kesenangan yang dirasakan

seseorang atas peranan atau pekerjaannya dengan indikator : (a) Isi

Pekerjaan (b) Supervisi (c) Organisasi dan Manajeman (d) Kesempatan

untuk maju

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Arikunto (2002;108) Populasi adalah keseluruhan objek

penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam

wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Menurut Sugiyono (2006;57) Populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas, obyek/subjek yang mempunyai kuantitas & karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya.

Dari sekian pendapat para ahli dapat kita simpulkan bahwa populasi

merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang

memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Yang dimaksud

dengan populasi di sini ialah tidak hanya terpaku pada makhluk hidup,

akan tetapi juga semua obyek penelitian yang dapat diteliti. Populasi tak

hanya meliputi jumlah obyek yang ditelitii, akan tetapi meliputi semua

karakteristik serta sifat- sifat yang dimiliki obyek tersebut.Maka yang

akan dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah pegawai pada Kantor

Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo sebanyak dua puluh satu (21) PNS
32

yang terdiri dari lima (5) Kepala Seksi, tiga (3) Kasubag, satu (1) Pranata

Komp, satu (1) Bendahara Pengeluaran, dan sebelas (11) staff.

2. Sampel

Menurut Arikunto (2006: 131), sampel adalah sebagian atau wakil

populasi yang diteliti. Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi,

maka penelitian tersebut disebut penelitian sampel.

Menurut Nana Sudjana dan Ibrahim (2004: 85) menyatakan

bahwa sampel adalah sebagian dari populasi terjangkau yang memiliki

sifat yang sama dengan populasi

Dari kedua pendapat diatas dapat kita simpulkan bahwa sampel

merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. Atau sampel juga bisa disebut sebagai bagian kecil dari anggota

populasi yang diambil menurut prosedur tertentu yang dapat mewakili

populasinya. Sampel digunakan jika populasi yang di teliti besar, dan

peneliti tidak mungkin mempelajari seluruh populasi. Kendala tersebut

dapat terjadi karena adanya keterbatasan biaya, tenaga dan waktu yang di

miliki peneliti. Sampel yang akan digunakan dari populasi haruslah benar-

benar dapat mewakili populasi yang diteliti. Maka teknik penarikan sampel

dalam penelitian ini menggunakan sampel jenuh. Artinya, semua anggota

populasi dijadikan sebagai sumber data (responden)

E. Instrumen Penelitian

Didalam melakukan pengukuran terhadap variabel penelitian, variabel

penelitian tersebut dijelaskan secara konsep dan diukur skala likert yang
33

dilanjutkan dengan uraian secara operasional seperti pada tabel 3.1 berikut

ini:

Tabel 3.1 Kisi – kisi Instrumen Penelitian

Variabel Dimensi Indikator

Kepemimpinan (X) 1. Dukungan emosional

(David G Bowers & (emotional support)

Stanley E Seashore 2. Dukungan penghargaan

2004:29) (esteem support)

3. Dukungan instrumental

(instrumental support)

4. Dukungan informasi
Dukungan
(informational support)
(Support)
5. Dukungan jaringan

sosial (companionship

support)

6. Pemberian kompensasi

materi

7. Pemberian kompensasi

Non material

Kemudahan 1. Kerjasama dengan

Interaksi Pimpinan

2. Kerja sama dengan

sesama staff
34

3. Komunikasi dengan

Pimpinan

4. Komunikasi dengan

sesama staff

5. Keterbukaan informasi

dengan pimpinan

6. Keterbukaan informasi

sesama staff

7. Fasilitas yang

mendukung

1. Ketepatan

2. Kecepatan

3. Kerapihan
Pengutamaan
4. Keterampilan
Tujuan
5. Ketelitian

6. Planning yang tepat

1. Alat – alat

Kemudahan 2. Bahan – bahan

Bekerja 3. Pengetahuan Teknis

4. Kondisi kerja

Efektivitas Kerja (Y) Menyesuaikan Diri 1. hubungan interpersona

2. simpati
35

3. Mampu menghargai

orang lain

4. Partisipasi

5. Sosialisasi

1. Kualitas kerja.

2. Kuantitas kerja

(Richard M. Steers 3. Disiplin kerja


Prestasi Kerja
1980:192) 4. Inisiatif

5. Kerjasama.

1. Isi Pekerjaan

2. Supervisi

Kepuasan Kerja 3. Organisasi dan

Manajeman

4. Kesempatan untuk maju

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan alat ukur yang diperlukan dalam

melaksanakan suatu penelitian data yang dikumpulkan dapat berupa angka –

angka keterangan tertulis, informasi lisan dan beragam fakta yang

berhubungan dengan fokus penelitian yang diteliti.


36

Maka terkait pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik observasi, teknik dokumentasi dan teknik kuesioner

1. Teknik observasi

Yaitu melakukan pengamatan langsung dilapangan terutama berkaitan

dengan data peneltian yang diperlukan, sedangkan yang diobservasi dalam

penelitian ini adalah bagaimana pengaruh Pengaruh Kepemimpinan

Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai Pada Kantor Kecamatan Majauleng

Kabupaten Wajo.

2. Teknik dokumentasi

Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa

diperoleh lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian,

arsip foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data

berupa dokumen seperti ini bisa dipakai untuk menggali infromasi yang

terjadi di masa silam. Peneliti perlu memiliki kepekaan teoretik untuk

memaknai semua dokumen tersebut sehingga tidak sekadar barang yang

tidak bermakna (Faisal, 1990: 77)

3. Teknik kuesioner

Kuesioner merupakan alat teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu pasti variabel yang akan
37

diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Iskandar, 2008:

77). Kuesioner yang digunakan oleh penulis dalam memperoleh data

adalah kuesioner dalam bentuk cheklist, dimana responden tinggal

membubuhkan tanda check (√) pada tempat yang disediakan.

Dalam hal ini, penulis menyebar dua puluh satu (21) kuesioner. Setiap

soal disediakan 5 (lima) jawaban dengan skor masing – masing

Tabel 3.2 Alternatif Skor Jawaban Responden

NO Alternatif Jawaban Skor

1 Sangat Baik 5

2 Baik 4

3 Cukup 3

4 Kurang Baik 2

5 Tidak Baik 1

Sumber Arikunto 2002:140

Semakin sesuai antara jawaban yang diberikan responden dengan

jawaban yang diharapkan maka semakin tinggi skor/bobot yang diperoleh.

Metode pengumpulan data ini, penulis gunakan untuk mendapatkan data

berupa indikator dan variabel (X) Kepemimpinan (Y) Efektivitas kerja

pegawai pada kantor Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo.

G. Teknik Analisis Data

Di dalam proses penelitian untuk mengetahui tentang makna dan data

yang berhasil dikumpulkan dapat dilakukan dengan menggunakan teknik

analisis data, sehingga hasil penelitian ini, digunakan dua teknik analisis data,
38

yaitu (1) analisis data deskriptif, dan (2) analisi asosiatif, yaitu sebagai

berikut:

1. Teknik analisi data deskriptif kuantitatif

Metode analisis deskriptif bertujuan dimaksudkan untuk memberikan

gambaran secara umum terhadap objek yang diteliti melalui data sampel

sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan

yang berlaku secar umum. Adapun data yang diperoleh melalui hasil

analisis deskriptif dilakukan dengan menyajikannya dalam bentuk tabel

biasa ataupun melalui tabel distribusi frekuensi dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

n
%= x 100%
N

Keterangan: n = skor yang diperoleh

N = skor ideal

% = presentase

Menurut Arikunto (2002: 246) data yang sudah sampai ke

presentase lalu ditafsirkan dengan kalimat – kalimat yang bersifat

kualitatif, dimana hasil presentasenya itu dapat digolongakan sebagai

berikut:

Kriteria Jawaban Responden

Tabel 3.3 Kriteria Jawaban Responden

Presentase Jawaban Kriteria

76% - 100% Baik

56% - 75% Cukup Baik


39

40% - 55% Kurang Baik

0% - 39% Tidak Baik

Sumber: Arikunto 2002:246

Penggunaan metode ini dimaksudkan agar diperoleh gambaran

dan data secara sistematis yang berkaitan dengan Kepemimpinan dan

Efektvitas Kerja Pegawai serta dapat mengelola dan menyajikan data

secara sistematis, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya

2. Teknik Analisis Data Asosiatif

Analisis Korelasi adalah metode statistik yang digunakan untuk

mengetahui hubungan (korelasi = r ) antara variabel bebas dengan

variabel terikat, dapat digunakan teknik korelasi produk moment, dengan

rumus :

n ( ∑ XY ) −( ∑ X ) (∑ Y )
rxy =
√[n. ∑ X −(∑ X)¿ ²].[n .∑ Y
2 2 2
−( ∑ Y ) ]¿

Keterangan : N = Banyaknya Pasangan data X dan Y

Σx = Total Jumlah dari Variabel X

Σy = Total Jumlah dari Variabel Y

Σ x 2= Kuadrat dari Total Jumlah Variabel X

Σ y 2= Kuadrat dari Total Jumlah Variabel Y

Σxy= Hasil Perkalian dari Total Jumlah

Variabel X dan Variabel Y


40

Untuk memberi arti harga r (tingkat hubungan) maka harga r

dibandingakan dengan tabel Interprestasi Nilai sebagai berikut :

Tabel 3.4 : Interprestasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0.80 – 1,000 Sangat Kuat

0,60 – 0,799 Kuat

0,40 – 0, 599 Cukup Kuat

0,20 – 0,399 Lemah

0,00 – 0,199 Sangat Lemah

3. Teknik Analisis Regresi Sederhana

Kegunaan regresi dalam penelitian salah satunya adalah untuk

meramalkan atau memprediksi variabel terikat (Y) apabila variabel bebas

(X) diketahui.

Adapun model regresi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu

sebagai berikut : Y = a + b X

Keterangan: Y = Subjek variabel terikat yang diproyeksikan

X = Variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu

untuk diprediksikan

a = Nilai konstanta

b = Nilai arah

Anda mungkin juga menyukai