Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PEND AHULUA N
A. L atar Belakang

Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi perilaku orang-orang lain agar mau


bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi itu mengandung dua pengertian pokok
yang sangat penting tentang kepemimpinan, yaitu Mempengaruhi perilaku orang lain. Kepe-
mimpinan dalam organisasi diarahkan untuk mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya,
agar mau berbuat seperti yang diharapkan ataupun diarahkan oleh orang yang memimpinnya.
Motivasi orang untuk berperilaku ada dua macam, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi
intrinsik. Dalam hal motivasi ekstrinsik perlu ada faktor di luar diri orang tersebut yang
mendorongnya untuk berperi-laku tertentu. Dalam hal semacam itu kepemimpinan adalah
faktor luar. Sedang motivasi intrinsik daya dorong untuk berperilaku tertentu itu berasal dari
dalam diri orang itu sendiri. Jadi semacam ada kesadaran kemauan sendiri untuk berbuat
sesuatu, misalnya memperbaiki mutu kerjanya. kepemimpinan harus diarahkan agar orang-
orang mau berkerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi perilaku yang ditimbulkan
oleh kepemimpinan itu berupa kesediaan orang-orang untuk saling bekerjasama mencapai
tujuan organisasi yang disepakati bersama. Dalam implementasinya kepemimpinan yang
berhasil adalah yang mampu menumbuhkan kesadaran orang-orang dalam organisasi untuk
melakukan peningkatan-peningkatan mutu kinerja dan terciptanya kerjasama dalam
kelompok-kelompok untuk meningkatkan mutu kinerja masing-masing kelompok maupun
kinerja organisasi secara terpadu. Adanya kerjasama-kerjasama kelompok merupakan salah
satu kunci keberhasilan.

Dalam proses tersebut pimpinan membimbing, memberi pengarahan, mempengaruhi


perasaan dan perilaku orang lain, memfasilitasi serta menggerakkan orang lain untuk bekerja
menuju sasaran yang diingini bersama. Semua yang dilakukan pimpinan harus bisa
dipersepsikan oleh orang lain dalam organisasinya sebagai bantuan kepada orang-orang itu
untuk dapat meningkatkan mutu kinerjanya.
 

1
Dalam hal ini usaha mempengaruhi perasaan mempunyai peran yang sangat penting.
Perasaan dan emosi orang perlu disentuh dengan tujuan untuk menumbuhkan nilai-nilai baru,
misalnya bekerja itu harus bermutu, atau memberi pelayanan yang sebaik mungkin kepada
pelanggan itu adalah suatu keharusan yang mulia, dan lain sebagainya. Dengan nilai-nilai
baru yang dimiliki itu orang akan tumbuh kesadarannya untuk berbuat yang lebih bermutu.
Dalam ilmu pendidikan ini masuk dalam kawasan affective.

Kepemimpinan yang merupakan faktor eksternal tadi, harus selalu dapat memotivasi anggota
organisasi untuk melakukan perbaikan-perbaikan mutu. Tetapi kalau setiap kali dan dalam
setiap hal harus memberi perintah atau pengarahan, itu akan menimbulkan kesulitan. Kalau
setiap melakukan pekerjaan dengan baik itu harus dengan perintah pimpinan, dan kalau tidak
ada perintah pimpinan tidak dilakukan pekerjaan dengan baik, maka perbaikan mutu kinerja
yang terus menerus akan sulit diwujudkan. Oleh karena itu agar kepemimpinan itu selain
untuk memberi pengarahan atau perintah tentang hal-hal yang perlu ditingkatkan mutunya,
juga perlu digunakan untuk menumbuhkan motivasi intrinsik, yaitu menumbuhkan kesadaran
akan perlunya setiap orang dalam organisasi itu selalu berupaya meningkatkan mutu
kinerjanya masing-masing secara individual maupun bersama-sama sebagai kelompok
ataupun sebagai organisasi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, rumusan
masalah dalam penyusunan makalah ini adalah:
1. Seperti apa kaitan kepemimpinan dan manajemen
2. Apasajakah kegiatan kegiatan manajerial
3. Bagaimana keterampilan–keterampilan kepemimipinan

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Dapat mengetahui kaitan kepemimpinan dan manajemen
2. Dapat menjelaskan kegiatan-kegiatan manajerial
3. Dapat mengetahui keterampilan–keterampilan kepemimipinan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kaitan Kepemimpinan dan Manajemen


Pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan tercapai
tujuannya jika ada pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang
pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin,
mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang
tanpa menanyakan alasan-alasannya. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif
membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan
untuk mencapai tujuan bersama-sama (Panji Anogara).
Seorang pemimpin pendidikan, kepala sekolah menghadapi tantangan yang berat,
untuk itu ia harus memiliki persiapan yang memadai. Tanggung jawab yang begitu besar
dimiliki maka kepala sekolah memerlukan pembantu. Ia hendaknya belajar bagaimana
mendelegasikan wewenag dan tanggung jawab sehingga ia dapat memusatkan perhatiannya
pada usaha pembinaan program pengajaran.
Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan, harus mampu mengelola sarana dan
prasarana pendidkan, pelayanan khusus sekolah dan fasilitas-fasilitas pendidikan lainnya
sedemikian rupa sehingga guru-guru dan murid-murid memperoleh kepuasan dalam
melaksanakan tugasnya. Kepala sekolah haruslah memiliki 3 indikator yang dapat dilihat dan
3 hal yang harus dipahami kepala sekolah. Indikator yang dimaksud ialah kepala sekolah
yaitu komitmennya terhadap visi sekolah dalam menjalankan tugasnya,menjadikan visi
menjadi pedoman dalam mengambil tindakan dalam menjalankan tugasnya,dan terakhir
menjalankan tugas sesuai dengan pembelajaran dan kinerja guru dengan fokus. Sedangkan 3
hal yang harus diketahui adalah kenapa pendidikan berkualitas diperlukan,bagaimana cara
meningkatkan mutu pembelajaran,serta cara mengelola sekolah secara efektif dan efisien.
(Nasution, 2015)

3
B. Kegiatan-Kegiatan Manajerial

Manajemen memiliki fungsi yang sangat vital dalam organisasi, termasuk dalam
organisasi pendidikan. Fungsi managemen memegang peran penting dalam mencapai
tujuan pendidikan sekaligus dalam peningkatan kualitas, efektifitas dan efesiensi layanan
pendidikan. Dengan memperhatikan berbagai pengertian managemen, maka kegiatan
manajemen selalu mengacu pada upaya pencapaian tujuan organisasi, sehingga kegiatan
managemen selalu terkait dengan fungsi organisasi dan selanjutnya sangat kita kenal
dengan istilah fungsi managemen.

Menurut (Wijaya & Rifa’i, 2016) kegiatan manajemen mencakup wilayah yang
sangat luas yaitu mulai dari menentukan arah organisasi dimasa yang akan datang,
merancang kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh organisasi dalam rangka
mewujudkan Kerjasama antara sesama anggota organisasi dan mengawal seluruh
kegiatan tersebut demi mewujudkan tujuan organisasi. Secara lebih rinci kegiatan
managemen tersebut sebagai berikut:
a. Planning ( perencanaan )
Perencanaan adalah kegiatan paling awal dari kegiatan manajemen. Sehingga
perencanaan menjadi syarat mutlak dalam kesuksesan sebuah manajemen. Dalam
perencanaaan ini seorang manajer harus memiliki pemikiran yang matang tentang apa
yang akan dia kerjakan jauh kedepan. Tujuannya adalah agar apapun yang akan dia
lakukan akan memiliki kemungkinan sangat kecil untuk melakukan kesalahan,
sehingga setiap pekerjaan manajerial kedepan jauh dari segala kemungkinan resiko.
Baik itu resiko kesalahan ataupun resiko kegagalan. Sebuah perencanaan yang baik
diharapkan dapat menemukan pilihan tindakan yang terbaik, paling efektif, efisien
dan ekonomis. Dari Tindakan yang ekonomis ini diharapkan tujuan organisasi dapat
dicapai dengan pengorbanan yang sekecil mungkin. Dalam hal ini terlihat jelas
pentingnya sebuah perencanaan dalam kegiatan manajerial, dan perencanaan menjadi
sesuatu yang bersifat mutlak dalam sebuah manajemen organisasi. Mondy &
Premeaux (1995) dalam (Wijaya & Rifa’i, 2016) menyatakan “planning is the
process of determining in advance what should be accomplished and how it should be
realized”, artinya perencanaaan itu adalah sebuah proses dalam menentukan apa yang
semestinya dicapai dan apa yang seharusnya dilakukan untuk mencapai atau
mewujudkan harapan tadi menjadi sebuah kenyataan dengan cara menetukan

4
Langkah-langkah konkrit dalam mewujudkan rencana tersebut disetiap level
manajemen.
Selanjutnya Terry (1975) dalam (Wijaya & Rifa’i, 2016) juga menyatakan bahwa
“Planning is the selecting and relating of facts and the making and using of
assumption regarding the future ini the visualization and formulation of proposed
activities, belive necessary to achieve desired results”. Maksud dari pernyataan ini
adalah terdapat unsur-unsur pokok dalam kegiatan perencanaan itu sendiri yang
diuraikan dalam 3 bentuk yaitu: 1) perlunya pengumpulan data; 2) perlunya analisis
fakta dan realita serta; 3) pentingnya Menyusun perencanaan secara konkrit.
Johnson, dkk (1973) dalam (Wijaya & Rifa’i, 2016) juga menyatakan bahwa
perencanaan adalah sebuah rangkaian kegiatan atau tindakan yang sudah ditetapkan
dari awal dimana perlunya manyusun visi, misi, tujuan, strategi dan sasaran dari
organisasi yang diawali dari proses pengambilan keputusan sehingga perencanaan
menjadi kegiatan penting manajemen paling awal.
Beberapa poin penting yang harus diperhatikan dalam perencanaan adalah:
1. Perencanaan merupakan usaha menentukan alternatif. Dalam hal ini perencanaan
tidak boleh dilakukan secara mendadak, namun harus melewati serangkaian
proses yang dilakukan secara terkait. Dalam perencanaan terdapat pilihan-pilihan
yang akan diambil yang disebut sebagai alternatif yang disusun secara prioritas
dengan segala pertimbangan yang matang. Sehingga untuk menyusun sebuah
perencanaan tidak bisa tergesa-gesa karena kita harus mempertimbagkan masalah
yang sangat komplek dengan pemikiran yang matang.
2. Perencanaan itu harus bersifat realistis dan ekonomis. Perencanaan yang matang
yang disusun dengan waktu yang cukup harus melahirkan alternatif-alternatif
yang mungkin untuk diterapkan dengan segala kemungkinan kondisi, sehingga
perencanaan tersebut dianggap realistis. Selain realistis, sebuah perencanaan juga
harus mempertimbangkan biaya. Bagaimana alternatif-alternatif yang dipilih dapat
menghemat segala pembiayaan sehingga bisa dilaksakan secara ekonomis dan
dapat untuk dipertanggung jawabkan.
3. Perencanaan yang dibuat harus dikoordinasikan. Pelaksanaan segala rencana
dalam organisasi akan melibatkan berbagai pihak secara komplit. Maka untuk
mewujudkan kegiatan yang realistis dan dapat dilaksanakan oleh segala lini dalam
organisasi, maka perencanaan itu harus dikoordinasikan terlebih dahulu.

5
Koordinasi ini juga bertujuan untuk melihat realistis atau tidaknya sebuah
program. Karena perencanaan yang baik itu harus seiring dan selaras dalam semua
lini yang akan melaksanakan rencana tersebut.
4. Perencanaan harus berdasarkan pengetahuan serta pengalaman serta intuisi.
Berbekal pengalaman semestinya seorang pimpiman atau manejer dapat
merencanakan program dengan lebih baik. Perencanaan yang baik harus
menganalisa kelemahan-kelemahan dan keunggulan dari program sebelumnya,
agar kita dapat menentukan alternatif terbaik untuk perencanaan kedepannya.
Selain pengalaman, juga dibutuhkan pengetahuan dalam menyusun perencanaan,
karena bisa jadi kegagalan selama ini diakibatkan karena kurang pengetahuan
terhadap suatu permasalahan. Berbekal pengalaman yang ada dan ilmu atau
pengetahuan yang selalu di upgrade oleh seorang manejer diharapkan dapat
Menyusun sebuah perencanaan yang lebih baik.
5. Sebuah perencanaan harus melibatkan partisipasi. Sebuah perencanaan akan
dilaksanakan oleh semua lini dalam organisasi, jika perencanaan dibuat sendiri
oleh manejer ataupun dengan bantuan hanya beberapa staf, berkemungkinan
semua rencana hanya sebatas teori. Maka perencanaan yang baik seharusnya
melibatkan partisipasi dari pihak-pihak yang akan melaksanakan nantinya. Karena
keterlibatan mereka dalam perencanaan akan berdampak terhadap rasa tanggung
jawab dalam melaksanakannya.
6. Perencanaan seharusnya memperhitungkan berbagai kemungkinan. Sebuah
perencanaan disebut sebagai alternatif karena harus mempertimbangkan segala
kemungkinan. Kita tidak bisa meramalkan dengan pasti tentang apa yang akan
terjadi kedepan. Kita harus siap dengan segala kemungkinan, sekalipun itu
kemungkinan-kemungkinan terburuk. Hal ini bukan bermaksud untuk
melemahkan semangat namun untuk menghitung dan mempersiapkan diri dengan
segala kemungkinan, agar kita dapat menghadirkan alternatif terbaik untuk segala
kondisi.
7. Perencanaan harus bersifat fleksibel. Dalam melakukan perencanaan kita
menghitung segala kemungkinan dan Menyusun langkah-langkah yang akan kita
lakukan. Namun dalam kenyataan tidak semua langkah dan strategi yang sudah
kita sususn dapat dilaksanakan secara mutlak seperti itu, maka untuk mencapai
tujuan organisasi terkadang kita perlu mengambil langkah diluar perencanaan

6
karena desakan kondisi tertentu. Dalam hal ini, sangat penting perencanaan itu
bersifat fleksibel, artinya dapat disesuaikan dengan kondisi pada saat tertentu.
Fleksibel tidak diartikan bahwa perencanaan dapat berubah kapan saja sesuai
keinginan, namun penyesuauin itu dibutuhkan dalam kondisi tertentu yang butuh
penyempurnaan dan perbaikan dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
8. Perencanaan mesti menjadi landasan atau dasar dalam pelaksanaan fungsi
manajemen yang lain. Pembuatan perencanaan seharusnya dirancang seoptimal
mungkin sehingga berkaitan denga fungsi manajemen lain dengan fungsi saling
terkait. Maksudnya, perencanaan seharusnya dasar dari organizing, actuating dan
cotrolling. Serta perencanaan yang baik juga mengacu terhadap proses organizing,
actuating dan controlling yang dilakukan sehingga terbangun hubungan timbal-
balik antar seluruh fungsi manajemen.
9. Perencanaan seharusnya mampu memberayakan secara optimal seluruh
komponen-komponen organisasi. Perencanaan yang baik dapat memaksimalkan
pemanfaatan seluruh fasilitas yang ada dalam rangka mewujudkan tujuan
organisasi. Seluruh sumberdaya yang tersedia dapat berfungsi serta berdaya
optimal dan maksimal dalam pencapaian tujuan organisasi menunjukkan bagusnya
perencanaan dari manajemen organisasi tersebut dan efektif serta efisien nya
peran manajemen.
10. Perencanaan seharusnya bersifat dinamis. Dalam sebuah perencanaan harus dikaji
kemungkinan bahwa ketika situasi dan kondisi menuntut perubahan maka
perencanaan organisasi juga dapat menyesusaikan diri dengan perubahan tersebut.
Perubahan dalam hal ini tetap dalam rangka merealisasikan tujuan organisasi
dengan cara menumbuhkan kreatifitas dan inovasi dari seluruh anggota organisasi
yang ada, yang tujuannya adalah mengembangkan organisasi dan meningkatkan
efisiensi dari organisasi.
11. Perencanaan harus memiliki alokasi waktu yang cukup. Tidak ada perencanaan
yang tergesa-gesa, karena perencanaan itu memikirkan apa yang akan dilakukan
jauh kedepan. Dengan waktu yang cukup untuk Menyusun perencanaan,
diharapkan segala keputusan yang diambil betul-betul sudah dipertimbangkan
segala kemungkian yang akan terjadi berbekal pengalaman dan pengetahuan dari
manejer serta partisipasi dari seluruh anggota organisasi.

7
12. Perencanaan itu seharusnya berdasarkan dari hasil penelitian. Penelitian adalah
serangkaian pengkajian/analisis data dan dikaitkan dengan segala teori dan ilmu
yang mendukung. Jika perencanaan dibuat berdasarkan penelitian, maka kita
sudah berpijak dari data dan pengalaman nyata yang valid dan sudah dianalisis
dengan metoda yang sudah terbukti keilmiahan nya. Serta teori-tori yang
mendukung tentang permasalahan yang ada. Sebuah perencanaan yang
berdasarkan penelitian akan melalui tahapan-tahapan ilmiah mulai dari
menentukan tujuan organisasi, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah dan
jangka Panjang. Tahapan-tahapan ilmiah dalam menentukan Langkah-langkah
strategis yang harus diambil organisasi berdasarkan realita dan data yang ada.
Dalam hal ini perencanaan organisasi diharapkan sangat akurat, penuh kehati-
hatian, realistis dan ekonomis dalam pencapaian tujuan organisasi dan pencapaian
tujuan organisasi dapat sangat efektif dan efisien.

b. Organizing (pengorganisasian)
Mondy & Premeaux (1995) dalam (Wijaya & Rifa’i, 2016) manyatakan
“an organization is two or more people working together in a coordinated
manner to achieve group results” artinya organisasi adalah Kerjasama antara dua
orang atau lebih dalam suatu koordinasi yang terpadu guna mencapai tujan
Bersama (kelompok). Reeser (1973) dalam (Wijaya & Rifa’i, 2016) juga
menjelaskan “as managerial function, organizing is defined as grouping work
activities into departement, assigning authority and coordinating the activities of
the different departements so that objectives are met and conflics minimized”.
Maksudnya adalah pengorganisasian berfungsi untuk membagi kerja antara
berbagai bidang, membagi kewenangan dan pengkoordinisasian kegiatan oleh
bidang yang berbeda untuk menjamin tercapainya tujuan dan meminimalisir
terjadinya konflik dalam organisasi. Dalam hal ini organisasi terdiri dari beberapa
unsur yaitu; 1)kumpulan dari beberap orang; 2)adanya pembagian tanggung jawab
dan spesialisasi; 3) adanya kerjasama dimana aktivitas-aktivitas berbeda yang
diorganisir; 4) adanya tujuan bersama yang akan dicapai melalui Kerjasama
terorganisir.
Menurut Winadi (1990) dalam (Wijaya & Rifa’i, 2016) pengorganisasian
di definisikan sebagai proses dimana sebuah pekerjaan akan dibagi menjadi

8
beberapa komponen-komponen yang akan dilksanakan dimana kegiatan-
kegiatannya akan dikoordidir sehingga tujuan dari pekerjaan itu dapat dicapai.
Terry (1973) dalam (Wijaya & Rifa’i, 2016) juga menyatakan : Organizing is the
establishing of effective behavioral relationship among persons, so that they may
work together efficiently and gain personal satisfaction in doing selected task
under given environmental conditions for the purpose of achieving some goal or
objective. Menurut Terry ini dapat dipahami bahwa seorang manejer dalam
pengorganisasian pekerjaan harus dapat secara efektif: 1) menjelaskan siapa yang
akan melakukan dan melakukan apa; 2) menjelaskan siapa yang akan meminpin
dan memimpin siapa; 3) menjelaskan alur koordinasi dan komunikasi; 4)
memusatkan sumber-sumber data dan menentukan sasaran-sasaran.
c. Directing (pengarahan)
Tahapan manajerial selanjutnya adalah pengarahan (directing). Koontz &
O’Donnell (1976) dalam (Wijaya & Rifa’i, 2016) menyampaikan bahwa
”directing is the interpersonal aspect of managing by which subordinates are led
to understand and contribute effectively and effeciently to attainment of enterprise
objectives, directing involves guiding and leading subordinates”. Maksudnya
bahwa melalui pengarahan, maka setiap orang didalam sebuah organisasi
diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam bentuk Kerjasama untuk
mencapai tujuan organisasi. Pengarahan ini akan mencakup pemberian petunjuk
terhadap aktivitas yang akan dilakukan dan para manejer harus mampu
memotivasi para anggota/staf agar secara sukarela mau melakukan aktivitas dalam
rangka melaksanakan rencana yang sudah ditetapkan. Pada dasarnya kegiatan
pengarahan bertujuan untuk memotivasi
d. Koordinasi
Salah satu fungsi lain dari manajemen adalah koordinasi yang bertujuan
untuk mengintegrasikan seluruh aktivitas/kegiatan organisasi guna mencapai
tujuan organisasi. Stoner (1991) dalam (Wijaya & Rifa’i, 2016) menyatakan
bahwa proses pengorganisasian terbagi menjadi 5 tahapan yaitu merinci
pekerjaan, membagi pekerjaan, memisahkan pekerjaan, mengkoordinir pekerjaan
dan memonitoring dan me-reorganisasi pekerjaan tersebut. Disini terlihat bahwa
koordinasi merupakan bagian dari kegiatan pengorganisasian. Reeser, dkk (1973)
dalam (Wijaya & Rifa’i, 2016) menyatakan, ”Coordination is the function of

9
assuring that the contributions from subsystem are made as required and that
they are linked together into a harmonious whole”. Yang dimaksud Reeser disini
adalah bahwa koordinasi merupakan fungsi manajemen yang bertujuan menjamin
keterlibatan dari seluruh aspek dan bagian dari organisasi yang dibuat agar saling
terikat Bersama kedalam situasi yang hrmonis secara utuh.
Menurut Winardi (1990), koordinasi mengimplikasikan bahwa elemen-
elemen sebuah organisasi saling berhubungan dan mereka menunjukkan
keterkaitan sedemikian rupa hingga semua orang melaksanakan tindakan tepat
pada waktu yang tepat dalam rangka mencapai tujuan. Selanjutnya koordinasi
menurut Anderson (1984) bahwa :”process involving the transfer of information
between jobs and people to avoid overlap of work and to ensure that effort and
resources and balanced across that total organization”. Ini berarti koordinasi
merupakan proses yang melibatkan pemindahan informasi antara pekerjaan dan
orang untuk menghindarkan pekerjaan yang tumpang tindih, menjamin usaha dan
sumber penghasilan serta keseimbangan keseluruhan organisasi.
Thompson seperti dikutip oleh Stoner (1996) bahwa ada tiga variasi
ketergantungan antar unit kerja dalam suatu organisasi yaitu : (a) ketergantungan
yang dikelompokkan yaitu apabila unit-unit organisasi tidak tergantung satu
dengan yang lain, namun sangat tergantung pada prestasi yang memadai (b)
ketergantungan skuensial yaitu apabila suatu unit organaisasi harus melaksanakan
aktivitasnya terlebih dahulu sebelum unit-unit selanjutnya dapat bertindak,
sedangkan (c) ketergantungan timbal balik melibatkan hubungan timbal balik
antara sejumlah unit. Pada setiap organisasi yang kompleks, setiap bagian harus
bekerja secara terkoordnir agar masing-masing dapat menghasilkan yang
diharapkan. Koordinasi di sini dipahami sebagai usaha penyesuaian bagian-bagian
yang berbeda-beda agar kegiatan daripada bagian-bagian itu selesai pada
waktunya dan dapat memberikan sumbangan usahanya secara maksimal untuk
mencapai tujuan secara keseluruhan. Segala aktivitas dari masingmasing unit
harus sinkron satu sama lain, sebab semua level manajemen memerlukan adanya
koordinasi dalam Tindakan untuk mencapai tujuan organisasi. Karena
bagaimanapun, untuk mencapai tujuan atau sasaran organisasi pada mulanya
struktur organisasi dibuat, pekerjaan dibagi, ditetapkan hubungan kewenangan dan
tanggung jawab. Namun koordinasi bukan sesuatu yang secara otomatis

10
dihasilkan secara sempurna dari struktur organaisasi yang ada, kebijakan dan
hubungan kewenangan. Karena itu koordinasi merupakan bahagian penting dari
tugas manajer untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang efektif sehingga dapat
dihilangkan konflik dan kekacauan dalam tindakan –tindakan personil dari setiap
unit organisasi.
Selanjutnya Koontz dan O’Donnell (1972) menjelaskan: “ the best
coordination occurs when individuals see how their jobs contribute to the
dominate goals of their enterprise”.Setiap bidang pekerjaan memiliki kontribusi
penting dalam rangka pencapaian tujuan organaisasi melalui proses koordinasi
antar bidang atau unit-unit yang ada dalam organisasi. Kesatuan usaha dari semua
unit adalah bekerja untuk mencapai tujuan kelompok atau organisasi bukan
terpisah-pisah dalam unit tersendiri. Menurut Siagian (2004) koordinasi memiliki
beberapa fungsi, yaitu: (1) pencegahan konflik dan kontradiksi (2) pencegahan
persaingan yang tidak sehat (3) pencegahan pemborosan (4) pencegahan
kekosongan ruang dan waktu, dan pencegahanterjadinya perbedaan pendekatan
dari pelaksanaan. Untuk melakukan koordinasi yang efektif diperlukan adanya
komunikasi.
Lewis (1987) menjelaskan :”specifik organizational communication
activities included communication about work goal, program establishment,
coordination, evaluation and soon”. Proses komunikasi akan menentukan efektif
tidaknya koordinasi dalam organaisasi. Untuk itu melalui komunikasi yang efektif
akan tercipta koordinasi pelaksanaan tugas yang memuaskan. Di sisi lain
koordinasi harus mengisyaratkan tersedianya komunikasi yang tepat antara
komponen-komponen organisasi dan memungkinkan mereka untuk memahami
aktivitas-aktivitas mereka satu sama lain dan membantu mereka untuk
bekerjasama dengan baik dalam arus kerja secara umum. Pelaksanaan tugas dari
berbagai unit dalam organaisasi memerlukan suatu koordinasi yang baik sehingga
efektivitas dari masing-masing unit sangat tergantung pada bagaimana kegiatan
yang dilaksanakan sinkron dengan kegiatan unit lainnya. Dijelaskan oleh
Handayaningrat (1984) mengenai pentingnya koordinasi yaitu : (1) koordinasi
yang baik akan mempunyai efek adanya efesiensi terhadap organisasi itu
Koordinasi dapat menghindarkan terjadinya pemborosan uang, tenaga dan alat-
alat (2) koordinasi mempunyai efek terhadap moral organisasi terutama yang

11
berhubungan dengan peranan kepemimpinan (leadership). Koordinasi yang baik
akan muncul dari kepemimpinan yang baik (3) koordinasi mempunyai efek
terhadap perkembangan personal dalam organisasi. Para personil organisasi perlu
dikendalikan agar pekerjaannya tidak simpang siur dan bertabrakan satu sama lain
yang akan mengganggu pencapaian tujuan bersama. Di samping itu proses
koordinasi itu sendiri dibagi kepada tiga tingkatan, yaitu :Pertama, harus ada
rencana perilaku yang telah dibuat bagi semua anggota kelompok. Kedua,
seluruhrencana itu atau sedikitnya bagian-bagiannya yang relevan harus dipahami
oleh setiap orang yang terlibat. Ketiga, kesediaan setiap orang untuk berbuat
sesuai dengan rencana harus dikembangkan.
Lebih lanjut koordinasi dapat diperlancar apabila masing-masing anggota
organisiasi memahami tujuan-tujuan, rencana-rencana, penerimaan mereka dan
kesediaan mereka menyumbangkan tenaga untuk mengoptimalkan pencapaian
tujuan. Karena itu tujuan, kebijakan, prosedur kerja, peraturan dan disiplin harus
dimantapkan dan dikomunikasikan dengan baik untuk mencapai koordinasi yang
diharapkan dalam pelaksanaan maupun pencapaian tujuan.
e. Pengawasan (Controlling)
Sebagai salah satu fungsi manajemen, pengawasan merupakan tindakan
terakhir yang dilakukan para manajer pada suatu organisasi. Pengawasan
(controlling) merupakan proses pengamatan atau pemantauan terhadap
pelaksanaan kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan
yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya. Dengan pengawasan diharapkan penyimpangan dalam berbagai hal
dapat dihindari sehingga tujuan dapat tercapai. Apa yang direncakanakan
dijalankan dengan benar sesuai hasil musyawarah dan pendayagunaan sumber
daya material akan mendukung terwujudnya tujuan organisasi. Robins (1984)
menjelaskan “control is the process of monitoring activities to ensure they are
being accomplished as planned and of correcting any significant deviations”.
Dengan kata lain pemantauan segala aktivitas untuk menjamin pencapaian tujuan
sebagaimana direncakan dan pemeriksaan terhadap adanya penyimpangan
menjadi hakekat pengawasan. Pengawasan ini dapat dilakukansecara langsung
(direct control) maupun pengawasan tidak langsung (indirect control).

12
Proses pengawasan yang akan menjamin standar bagi pencapaian tujuan,
tentang hal ini Terry (1973) menjelaskan “controlling is determining what is
being accomplish, that evaluating performance and, if necessary applying
corrective measures so performance takes according to plans”.Pendapat di atas
mengandung pengertian bahwa pengawasan merupakan usaha yang sistematis
dalam menentukan apa yang telah dicapai yang mengarah kepada penilaian
kinerja dan pentingnya mengkoreksi atau mengukur kinerja yang didasarkan pada
rencana-rencana yang ditetapkan sebelumnya.
Pengawasan yang dibuat dalam fungsi manajemen sebenarnya merupakan
strategi untuk menghindari penyimpanganpenyimpangan dari segi pendekatan
rasional terhadap keberadaan input (jumlah dan kualitas bahan, uang, staf,
peralatan, faslititas, dan informasi), demikian pula pengawasan terhadap aktivitas
(penjadwalan dan ketepatan pelaksanaan kegiatan organisasi), sedangkan yang
lain adalah pengawasan terhadap output (standar produk yang diinginkan).
Sasaran pengawasan sesungguhnya diarahkan pada upaya mencapai hal-hal
berikut:
1. Kebijakan dan strategi yang telah ditetapkan terselanggara sesuai dengan
jiwa dan semangat kebijaksanaan dan strategi dimaksud.
2. Anggaran yang tersedia untuk menghidupi berbagai kegiatan organisasi
benar-benar dipergunakan untuk melakukan kegiatan tersebut secara efisien
dan efektif.
3. Para anggota organisasi benar-benar berorientasi kepada berlangsungnya
hidup dan kemajuan organisasi sebagaikeseluruhan dan bukan kepada
kepentingan individu yang sesungguhnya ditempatkan di bawah
kepentingan organisasi.
4. Penyediaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana kerja sedemikian rupa
sehingga organisasi memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari sarana
dan prasarana tersebut.
5. Standar mutu hasil pekerjaan terpenuhi semaksimal mungkin.
6. Prosedur kerja ditaati oleh semua pihak.
Berkaitan dengan tujuan di atas, sebenarnya pengawasan sebagai proses terdiri
atas tiga langkah universal, yaitu (1) mengukur perbuatan (2) membandingkan

13
perbuatan dengan standar yang ditetapkan dan menetapkan perbedaannya jika
ada, dan (3) memperbaiki penyimpangan dengan tindakan pembetulan.

C. Keterampilan-keterampian Kepemimpinan
keterampilan yang harus dimiliki oleh pemimpin pendidikan
1. Keterampilan dalam memimpin
Seorang pemimpin harus harus memiliki keterampilan dalam
memimpin,keterampilan disini diartikan sebagai cara pemimpin dalam
memimpin yaitu dengan tau bagaimana menyusun rencana awal dengan
kelompok,bagaimana menciptakan lingkungan yang nyaman,cara
mengorganisasikan kelompok dalam bekerja,membantu kelompok tentang
permasalahan pekerjaan,mengambil keputusan bersama hingga bertanggung
jawab atas kelompok. Dalam memperoleh keterampilan seorang pemimpin harus
memiliki pengalamn yang banyak,maka seorang pemimpin ialah memiliki sikap
yang baik,pandai bersosialisasi dan paham terhadap hal-hal yang akan dipimpin.
2. Keterampilan dalam hubungan insani
Hubungan merupakan interaksi seseorang denan orang lain atau kelompok.
Hubungan dibagi atas dua yaitu hungan formal dan pribadi. Hubungan formal
terjadi karena pekerjaan atau hal resmi lainya,namun pribadi sebaliknya tidak
didasrkan atas pekerjaan atau hal resmi lainya. Pada kepemimpinan hubungan
yang diperlukan ialah rasa menghargai,baik itu anggota kepada pemimpin
maupun sebaliknya.
3. Keterampilan dalam proses kelompok Dalam kepemimpinan,seorang
pemimpin harus menjadi penengah untuk anggota. Pemimpin yang baik mampu
mengembangkan dan mengatur anggota sehingga keterampilan dan potensi
anggota terlihat. Dalam mewujudkannya diperlukan hubungan yang baik serta
tanggung jawab seorang pemimpin.

14
4. Keterampilan dalam administrasi
Keterampilan lain yang sangat diepelukan yaitu administrasi. Dalam
menjalakan kepemimpinan kegiatan administrasi personil harus berjalan dengan
baik. Sehingga dalam administrasi ini dapat menemukan anggota yang sesuai
dalam berkerja sesuai pedoman yang ada.seperti “the right man in the right
place”.
5. Keterampilan dalam menilai
Proses kepemimpinan lain yang terpenting ialah evaluasi atau penilaian. Proses
ini dapat mengukur sejauh mana proses dapat dan sampai mana dilaksanakan.
Penilaian ini berfungsi sebagai pedoman dalam bertidak sehingga dapat
mencapai tujuan denga melihat hasil penilaian dan memperbaiki jika ada
suatu kesalahan. Kazt mengemukakan tiga keterampilan/skill yang harus
dikuasai oleh seorang pemimpin, ialah human telation skill, techinal skill, dan
conceptual skill. Seberapa jauh ketiga keterampilan itu harus dipunyai
pemimpin sesuai dengan kedudukannya.

Kazt mengemukakan tiga keterampilan/skill yang harus dikuasai oleh seorang


pemimpin, ialah human telation skill, techinal skill, dan conceptual skill. Seberapa jauh
ketiga keterampilan itu harus dipunyai pemimpin sesuai dengan kedudukannya.
a. Human relation skill
Keterampilan yang harus dimiliki ialah kemapuan untuk bersosialisan atau berhubungan
dengan para anggota. Dalam menjalankan tugas seorang pemimpin harus mampu membuat
anggota merasa aman dalam berhubungan dan bekerja. Dengan kemampuan bersosialisasi ini
dapat menciptakan lingkungan yang produktif untuk bekerja tanpa tekanan sehingga
tercapainya tujuan lebih mudah.

b. Technical skill
Kerterampilan dalam menjalan perkejaan berdasarkan kepandai atau ilmu seorang pemimpin
sangat diperlika. Kemampuan dimana sorang pemimpin menjalankan pekerjaan seuai
sumber-sumber yang jelas dan juga penyelesaikan yang telah terpola.

15
c. Conceptual skill
Keterampilan yang dapat merumuskan kosep dengan matang,tidak melaksanakan
kepemimpinan dengan ego sendiri atau lebih mau bekerjasama. Kterampilan inilah yang
sangat dibutuhkan. (Hidayati, 2015)

16
BAB III
PENUTUP

A. KESEIMPULAN
Kepemimpinan adalah yang menentukan arah, sedangkan manajemen berusaha untuk
mewujudkan agar arah tadi bisa tercapai. Manajemen lebih peduli kepada pemilihan
metoda, cara-cara agar tujuan itu bisa tercapai secara efektif. Itu tadi adalah konsep
manajemen dan kepemimpinan dari Covey. Warren Bennis, pakar kepemimpinan dan
manajemen terkenal, dengan cerdas mengatakan, “Pemimpin menaklukkan situasi.
Mungkin situasi itu kacau, membingungkan, mengherankan dan bahkan menantang
kita dan bisa membungkam kita jika kita biarkan situasi itu makin memburuk.
Manajer, atau manajemen? Manajer menyerah atas keadaan itu. Manajemen berarti
mengelola, sedangkan kepemimpinan, menginovasi. Manajer adalah tiruan,
sedangkan pemimpin adalah asli. Manajemen menjaga hal-hal, pemimpin
mengembangkan hal-hal. Manajemen berfokus pada sistem dan struktur sedangkan
kepemimpinan berfokus pada orang-orang
Kepemimpinan merupakan suatu proses dimana sang pemimpin mampu
mempengaruhi pengikutnya untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam
memimpin, tentu setiap pemimpin mempunyai gaya kepemimpinan tersendiri yang
merupakan cerminan ciri khas kepemimpinannya.
Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuna ménagement, yang memiliki arti seni
melaksanakan dan mengatur. Karenanya, manajemen dapat diartikan sebagai ilmu dan
seni tentang upaya untuk memanfaatkan semua sumber daya yang dimiliki untuk
mencapai tujuan secara efektif dan efesien. Manajer/Pemimpin adalah seorang yang
karena pengalaman, pengetahuan, dan keterampilannya diakui oleh organisasi untuk
memimpin, mengatur, mengelola, mengendalikan dan mengembangkan kegiatan
organisasi dalam rangka mencapai tujuan.
Kemampuan intelektualnya yang tinggi, telah membentuk gaya kepemimpinan
gagasan, organisasi adalah hanyalah alat atau instrumen dari sebuah pemikiran yang
diusung bersama sama, dipahami, dan disepakati bersama sama. Adalah hal yang
susah mensintesiskan pribadi seseorang baik atau buruk dalam soal kepemimpinan,
tergantung paradigma berpikir seseorang. Untuk menjadi pemimpin yang benar bukan
hal yang mudah.

17
B. SARAN
Kepemimpinan dikatakan sukses jika orang-orang itu kemudian bergerak, maju dan
menganggap tujuan tadi milik mereka yang harus mereka perjuangkan dan capai.
Pengaruh kepada lingkungannya, Manajemen kepemimpinen sangat berpengaruh
keberadaannya, mendorong perubahan dalam organisasi. Bisakah sekarang kita
membedakan fungsi manajemen dan kepemimpinan?” Pendapat saya sendiri? Kunci
dari kepemimpinan adalah pengaruh. Ia berbuat, bertindak, bekerja untuk
mempengaruhi orang agar mau bergerak menuju arah yang sudah dicanangkan. 

18
DAFTRA PUSTAKA

Hidayati. (2015). & peningkatan mutu lembaga pendidikan islam. Jurnal Pendidikan
Nasution, W. . (2015). Kepemimpinan pendidikan di sekolah. Jurnal Tarbiyah
Wijaya, C., & Rifa’i, M. (2016). Dasar Dasar Manajemen: Mengoptimalkan Pengelolaan
Organisasi Secara Efektif dan Efesien.

19

Anda mungkin juga menyukai