Anda di halaman 1dari 13

PERAN KEPEMIMPINAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PADA

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Eka Hartaty Lamusu


Balai Diklat Keagamaan Manado
ekahartaty1987@gmail.com / 085240028286

ABSTRAK
Berorganisasi membutuhkan pemimpin yang memiliki kemampuan dalam meningkatkan
kualitas suatu pelayanan. Oleh sebab itu pemimpin pada sebuah organisasi berperan sebagai
penentu arah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam rangka kualitas layanan
yang semakin baik. Kompetensi kepemimpinan dapat diketahui dari keberhasilan seseorang
dalam kepemimpinannya bagi pencapaian tujuan organisasi.
Kata Kunci : Kepemimpinan, Pelayanan, Organisasi

BAB I
Pendahuluan

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Secara umum kepemimpinan adalah suatu kewenangan yang disertai kemampuan
seseorang dalam mamberikan pelayanan untuk menggerakan orang-orang yang berada  dibawah
koordinasinya dalam usaha mencapai tujuan. Pemimpin adalah seseorang yang mempunyai
kemampuan dalam penyelenggaraan suatu kegiatan organisasi agar kegiatan tersebut dapat
terselenggara dengan efisien dan efektif serta bermanfaat. Untuk itu diperlukan diperlukan
pengaturan mengenai tugas, cara kerja dan hubungan antara pekerjaan yang satu dengan
pekerjaan yang lain agar terjadi ketertiban dalam kegiatan organisasi. Kompetensi
kepemimpinan dapat diketahui dari keberhasilan seseorang dalam kepemimpinannya bagi
pencapaian tujuan organisasi. Seorang pemimpin aparatur dituntut harus mampu membawa
organisasi publik yang dipimpinnya memberikan pelayanan yang berkualitas.
Tuntutan masyarakat akan pelayanan publik yang berkualitas, mengharuskan
pembenahan dalam manajemen publik. Masih tingginya tingkat keluhan peserta pelatmasyarakat
pengguna jasa menunjukkan bahwa pemerintah sebagai organisasi publik masih belum
sepenuhnya mampu menciptakan sistem pelayanan yang akseptabel dimata rakyat. Hal ini sedikit
banyak telah membawa dampak menurunnya kepercayaan publik terhadap organisasi publik.
Nunik (2001) mengatakan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat (public trust) kepada
organisasi publik mulai menurun. Lebih lanjut dikatakan bahwa pada kebanyakan organisasi
publik masih sering dijumpai fungsi pengaturan yang lebih dominan dibanding fungsi pelayanan.
Berbagai hasil survey (termasuk pooling) juga memperlihatkan adanya kecenderungan
penurunan kepercayaan dan keyakinan publik terhadap organisasi publik. Misalnya, survey
”Rethinking Government 2000” di Canada yang dilakukan oleh Ekos Research Associates Inc.
menemukan hanya 16% dari publik yang percaya bahwa pemerintah membuat keputusan yang
sejalan dengan kepentingan publik. Hal ini tentu harus disikapi dengan bijaksana yaitu dengan
interospeksi dan selanjutnya melakukan perubahan dan perbaikan yang signifikan.
Balai Pendidikan Pelatihan Keagamaan adalah unit pelaksana teknis Badan Penelitian
Pengembangan Agama dan Pendidikan Pelatihan Keagamaan yang tugasnya melaksanakan
pendidikan dan pelatihan tenaga Administrasi dan tenaga teknis keagamaan sesuai dengan
wilayah kerja masing-masing. Dengan beberapa fungsi dari Balai Diklat Keagamaan itu sendiri
salah satu fungsinya adalah pelayanan dibidang pendidikan dan pelatihan keagamaan. Untuk itu
sangat diperlukan pemimpin yang memiliki kemampuan dalam memberikan pelayanan untuk
dapat menggerakkan orang-orang yang berada dibawah wewenangnya dalam rangka mencapai
tujuan organisasi.

B. TUJUAN PENULISAN
Kajian dalam tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran kepemimpinan dalam
rangka peningkatkan kualitas pelayanan pada lembaga kediklatan..
BAB II
PEMBAHASAN

Joseph C. Rost berpendapat bahwa kepemimpinan adalah hubungan yang saling


mempengaruhi diantara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata
dan mencerminkan tujuan yang sama.
Edwin A. Locke menegaskan ada beberapa indikator dasar-dasar kepemimpinan yakni :
1. Suatu kesenian untuk menciptakan kesesuaian paham;
2. Suatu bentuk persuasi dan inspirasi;
3. Suatu kepribadian yang memiliki pengaruh;
4. Suatu tindakan dan perilaku;
5. Suatu titik sentral proses kegiatan kelompok;
6. Suatu hubungan kekuatan dan kekuasaan. Dalam hal ini kepemimpinan adalah suatu bentuk
hubungan sekelompok orang , hubungan antara yang memimpin dan yang di pimpin;
7. Sarana pencapaian tujuan;
8. Suatu hasil interaksi. Kepemimpinan adalah proses sosial yang merupakan hubungan antar
pribadi, dimana pihak lain mengadakan penyesuaian, proses saling mendorong dalam
pencapaian  tujuan bersama;
9. Suatu peranan yang berbeda;
10. Suatu inisiaatif struktur.
Kepemimpinan merupakan sebuah kewenangan yang disertai kemampuan seseorang
dalam memberikan pelayanan demi menggerakan orang-orang yang berada  dibawah
koordinasinya dalam usaha mencapai tujuan. Pemimpin adalah seseorang yang mempunyai
kemampuan dalam penyelenggaraan suatu kegiatan organisasi agar kegiatan tersebut dapat
terselenggara dengan efektif dan efisien serta memiliki manfaat. Oleh karena itu diperlukan
pengaturan berkaitan dengan tugas, cara kerja dan hubungan antara pekerjaan yang satu dengan
pekerjaan yang lain sehingga terjadi ketertiban dalam kegiatan pada organisasi.
Menurut Martin M. Brodwell, dalam bukunya Supervisor dan Masalahnya,  pada
dasarnya setiap pemimpin (Manajer) apakah dia seorang pemimpin tingkat atas (top
management), pemimpin tingkat menengah (middle management) dan pemimpin tingkat bawah
(lower management), wajib melaksanakan empat fungsi yaitu, merencanakan, mengorganisasi,
memimpin dan mengawasi. Dari empat fungsi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Perencanaan merupakan suatu hal terpenting dari seluruh kegiatan. Proses yang
mendefinisikan tujuan dari organisasi, membuat strategi digunakan untuk mencapai tujuan
dari organisasi, serta mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi.suatu hal terpenting
dari seluruh kegiatan. Perencanaan adalah sarana bagi pemimpin untuk menentukan kearah
mana gerak organisasinya akan dibawa, sulit diharapkan hasil yang baik apabila
perencanaanya kurang baik, sekalipun pelaksanaanya dilakukan secara ketat.
2. Pengorganisasian merupakan istilah yang memiliki arti yang luas karena mempunyai dua hal
yaitu struktur organisasi sebagai wadah melaksanakan kegiatan dan penempatan tenaga kerja
dalam organisasi.
3. Memimpin adalah kemampuan seseorang untuk mengilhami bawahan agar dapat bekerja
untuk mencapai tujuan organisasi. Sehingga dengan demikian, pemimpin akan sukses jika:
a. Pemimpin mempunyai kemampuan untuk memaklumi pandangan orang lain.
b. Pemimpin harus peka tehadap masalah orang lain.
c. Pemimpin harus tanggap terhadap apa yang dikatakan bawahan.
d. Pemimpin harus mempunyai kemampuan  analisin yang tinggi.
e. Pemimpin harus mengetahui kelebihan atau kelemahan dan kesalahanya
f. Pemimpin harus berseedia menerima tanggun jawabnya .
4. Mengawasi merupakan fungsi yang cukup menentukan karena dengan mengawasi akan
menghasilkan sesuatu yang sesuai dangan yang direncanakan sebelumnya. Pemimpin
mengawasi tiga hal dasar yaitu uang, bahan, dan tenaga kerja. Ada beberapa tahap yang
dilakukan dalam mengawasi yaitu :
a. Menentukan standar
b. Mengambil tindakan kebijakan jika diperlukan.

Pemimpin berperan sangat penting dalam mencapai tujuan sebuah organisasi. Dapat
dikatakan bahwa keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi ditentukan sebagian besar oleh
bagaimana kualitas kepemimpinannya. Dalam suatu organisasi, umumnya ada tiga level atau tiga
tingkatan manajemen yaitu :

a. Manajemen tingkat atas (Top Level Management)

Manajemen Tingkat Atas atau sering disebut dengan Top Management


(Manajemen Puncak) atau Executives (Eksekutif) adalah Manajer-manajer yang
bertanggung jawab atas kinerja manajemen organisasi secara keseluruhan. Mereka
memegang jabatan-jabatan seperti CEO (Chief Executive Officer), CFO (Chief Financial
Officer), COO (Chief Operational Officer), Presiden Direktur, Wakil Presiden Direktur,
Direktur Utama dan lain sebagainya. Manajer-manajer yang berada di tingkatan
manajemen tingkat atas ini memiliki tanggung jawab, otoritas dan wewenang maksimum
dalam mengendalikan organisasi atau perusahaannya. Beberapa tugas atau fungsi utama
Manajer yang berada di manajemen tingkat atas ini diantaranya adalah sebagai berikut :

1.1 Menentukan Tujuan Perusahaan – Manajemen tingkat atas ini merumuskan tujuan
utama organisasinya, dapat berupa tujuan jangka panjang maupun tujuan jangka
pendeknya.
1.2 Membuat kerangka Rencana dan Kebijakan – Manajemen tingkat atas membuat
kerangka rencana dan kebijakan untuk mencapai tujuan utama yang telah ditetapkan.
1.3 Mengorganisir kegiatan dan pekerjaan yang akan dilakukan oleh manajer-manajer di
tingkat menengah.
1.4 Mengumpulkan dan mengatur sumber daya organisasi atau perusahaan seperti sumber
daya keuangan, aset tetap, tenaga kerja dan lain sebagainya untuk  melakukan kegiatan
sehari-hari dalam organisasi.
1.5 Bertanggung jawab atas kelangsungan dan pertumbuhan hidup organisasi/perusahaan.
1.6 Sebagai penghubung dengan dunia luar seperti bertemu dengan pejabat pemerintah,
pemasok, pesaing, pelanggan, media dan lain-lainnya.

b. Manajemen tingkat menengah (Middle Level Management)

Manajemen Tingkat Menengah atau Middle Level Management adalah manajer


yang berada di bawah Manajer tingkat atas. Mereka biasanya memegang jabatan dengan
nama jabatannya seperti General Manager, Plant Manager, Factory Manager, Regional
Manager ataupun Division Manager. Manajer-manajer tingkat menengah ini bertanggung
jawab untuk melaksanakan rencana dan kebijakan yang ditetapkan oleh Manajemen
tingkat atas serta bertindak sebagai penghubung antara manajemen tingkat atas dan
manajemen tingkat bawah. Manajer-manajer ini juga menjalankan fungsi tingkat atas di
departemen atau unit kerja mereka sendiri seperti membuat perencanaan, membuat
kebijakan,  mengumpulkan dan mengatur sumber daya untuk departemen atau divisi
mereka masing-masing.

Adapun fungsi-fungsi dan tugas Manajer di Manajemen Tingkat Menengah ini


diantaranya adalah :

1.1 Meng-interpresi-kan kebijakan yang disusun oleh Manajemen Puncak (manajemen


tingkat atas) dan menjelaskannya ke tingkat manajemen yang lebih rendah.
Manajemen tingkat menengah ini berfungsi sebagai penghubung antara manajemen
tingkat atas dengan manajemen tingkat bawah.
1.2 Mengorganisir kegiatan departemennya untuk melaksanakan rencana dan kebijakan
yang telah ditetapkan.
1.3 Mengrekrut  dan menyeleksi serta menempatkan karyawan yang dibutuhkan oleh
department atau unit kerjanya.
1.4 Memotivasi karyawannya untuk melakukan yang terbaik untuk departemennya.
Misalnya menawarkan berbagai insentif dan tunjangan kepada karyawannya sehingga
termotivasi dan melakukan yang terbaik agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
1.5 Mengawasi dan mengarahkan karyawan-karyawan di departemennya. Contohnya
seperti menyiapkan laporan penilaian kinerja karyawannya.
1.6 Bekerjasama dengan departemen lain untuk kelancaran dalam menjalankan fungsinya.
1.7 Melaksanakan rencana yang disusun oleh Manajemen tingkat atas.

c. Manajemen tingkat pertama (First Level Management)


Manajemen Tingkat Pertama atau disebut juga dengan First Level Management 
atau First Line Management adalah Manajemen yang bertanggung jawab atas operasional
atau pekerjaan harian para karyawan dalam menghasilkan suatu produk atau layanan.
Manajemen tingkat pertama ini biasanya memegang jabatan seperti Department Manager,
Section Manager, Superintendent, Mandor atau Supervisor. Para Manajer di manajemen
tingkat pertama ini memiliki otoritas atau wewenang yang terbatas.
Beberapa fungsi dan tugas Manajemen tingkat pertama ini adalah sebagai
berikut :
1.1 Memahami dan mempelajari masalah dan keluhan-keluhan para pekerja operasional
sebelum melaporkannya ke manajemen tingkat menengah.
1.2 Menjaga kondisi kerja yang baik dan menjaga hubungan yang sehat antara atasan dan
bawahan.
1.3 Menyediakan lingkungan kerja yang sehat and aman untuk para karyawan
operasional.
1.4 Membantu manajemen tingkat menengah untuk merekrut dan menyeleksi pekerja
yang sesuai untuk jabatan yang dibutuhkan.
1.5 Berkomunikasi dengan karyawan dan mendengarkan saran-saran karyawan serta
mendorong para pekerja untuk mengambil inisiatif.
1.6 Menjaga dan mempertahankan standar kualitas dan memastikan jumlah output
produk/layanan sesuai dengan perencanaan.
1.7 Bertanggung jawab untuk meningkatkan moral karyawan dan membangkitkan
semangat kerja dalam tim.
1.8 Meminimalkan pemborosan sumber daya organisasi/perusahaan

Salah satu peranan penting pemimpin dalam meningkatkan pelayanan publik menuju
pelayanan prima adalah memberi motivasi bawahan. Efisiensi dan produktivitasnya yang tinggi
dapat dicapai bila pemimpin berperan secara efektif dalam mengkoordinasikan semua bawahan
dilingkungannya. Produktifitas adalah kemampuan seseorang untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan dalam jangka waktu relatif singkat dan mencapai tingkat hasil yang memuaskan.
Selain itu pemimpin berperan untuk mengubah informasi menjadi pernyataan kebijakan
(petunjuk). William N. Dunn (2003) membagi delapan bentuk atau cara untuk mengubah
informasi menjadi pernyataan kebijakan antara lain :
a. Cara otoritatif merupakan pernyataan kebijakan didasarkan pada argument dari pihak
yang berwenang. Informasi diubah menjadi informasi atas dasar asumsi tentang status
yang dicapai ataupun diperoleh sebagai pembuat informasi.
b. Cara statistic merupakan pernyataan kebijakan didasarkan pada argument yang diperoleh
dari sampel. Informasi diubah menjadi pernyataan atas dasar asumsi bahwa apa yang
benar bagi para anggota sampel juga benar bagi seluruh anggota populasi yang tidak
tercakup oleh sampel itu.
c. Cara klasifikasional merupakan pernyataan kebijakan didasarkan pada argument yang
berasal dari argument keanggotaan. Informasi dirubah menjadi pernyataan kebijakan atas
dasar asumsi bahwa apa yang benar bagi suatu kelas individu ataupun kelompok yang
merupakan anggota kelas yang bersangkutan.
d. Cara intuitif merupakan pernyataan yang didasarkan pada argument yang berasal dari
batin (insight). Informasi diubah menjadi pernyataan kebijakan atas dasar asumsi tentang
situasi mental dalam (inner-mental states) dari pembuat informasi tersebut.
e. Cara analisentrik merupakan pernyataan didasarkan pada argument yang berasal dari
metode. Informasi diubah menjadi pernyataan atas dasar asumsi tentang validitas metode
atau aturan yang diterapkan oleh analis.
f. Cara pragmatis merupakan pernyataan didasarkan dari argument yang berasal dari
motovasi, kasus parallel atau analogi. Informasi diubah menjadi pernyataan atas dasar
asumsi tentang daya pengarih tujuan, nilai dan dorongan. Asumsi tentang kesamaan
antara dua kasus pembuatan kebijakan.
g. Cara kritik nilai merupakan pernyataan didasarkan pada argument yang berasal dari etika.
Informasi diubah menjadi pernyataan atas dasar asumsi tentang kebenaran atau
kekeliruan dari kebijakan dan konsekuensi.

Dalam menjalankan kehidupan berorganisasi kepemimpinan dari seorang pemimpin


memegang peranan yang strategis, menentukan kinerja suatu lembaga pendidikan dan pelatihan
dan bahkan bisa dikatakan menentukan pasang surutnya kehidupan suatu bangsa dan negara. Hal
tersebut merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan berorganisasi
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kondisi suatu organisasi sangat
dipengaruhi oleh kualitas pemimpin dan kepemimpinannya.
Hakikat dari kepemimpinan merupakan suatu seni (art) dan ilmu (science) untuk
mempengaruhi orang lain atau orang orang yang dipimpin sehingga dari orang-orang yang
dipimpinnya timbul suatu kemauan, respek, kepatuhan dan kepercayaan terhadap pemimpin
untuk melaksanakan apa yang dikehendaki oleh pemimpin, atau tugas-tugas dan tujuan
organisasi secara efektif dan efisien. Seni kepemimpinan mengandung arti suatu kecakapan,
kemahiran dan keterampilan tertentu untuk mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya.
Sedangkan ilmu kepemimpinan mengandung sejumlah ajaran atau teori kepemimpinan yang
telah dibuktikan dengan pengalaman yang dapat dipelajari atau diajarkan.
Dalam memimpin atau mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya, seorang pemimpin
dapat menggunakan tipe dan gaya kepemimpinan tertentu. Ada beberapa tipe kepemimpinan
yang secara luas dikenal dan diakui keberadaannya. Berikut ini adalah tipe-tipe kepemimpinan
beserta kelebihan dan kelemahannya :
1. Kepemimpinan Otokratik
Seorang pemimpin yang tergolong otokratik memiliki serangkaian karakteristik yang
biasanya dipandang sebagai karakteristik yang negative. Dengan istilah lain pemimpin tipe
otokratik adalah seorang yang egois. Dengan egoismenya pemimpin otokratik melihat perananya
sebagai sumber segala sesuatu dalam kehidupan organisasional. Seorang pemimpin yang
otokratik ialah seorang pemimpin yang
a. menganggap organisasi sebagai milik peribadi;
b. mengindentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi;
c. menganggap bawahan sebagai alat semata-mata;
d. tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat;
e. tergantung pada kekuasaan formilnya;
f. dalam tindakan pengerakannya sering mempergunakan approachmengandung unsur
paksaan dan bersifat menghukum;

Pemimpin bertindak sebagai diktator, pemimpin adalah pengerak dan penguasa


kelompok. Kewajiban bawahan atau anggota - anggotanya hanyalah mengikuti dan menjalankan,
tidak boleh membatah ataupun mengajukan saran.

. Kelebihan   :

1.1 Keputusan akan dapat diambil dengan cepat karena mutlak hak pemimpin, tak ada
bantahan dari bawahan
1.2 Pemimpin yang bersifat otoriter pasti bersifat tegas, sehingga apabila terjadi kesalahan
dari bawahan maka pemimpin tak segan untuk menegur
1.3 Mudah melakukan pengawasan

. Kelemahan  :

1.1 Suasana kaku, mencekam dan menakutkan karena sifat keras dari pemimpin
1.2 Menimbulkan permusuhan, keluhan dan rawan terjadi perpindahan karena bawahan
tidak merasa nyaman
1.3 Bawahan akan merasa tertekan karena apabila terjadi perbedaan pendapat, pemimpin
akan menganggapnya sebagai pembangkangan dan kelicikan
1.4 Kreativitas dari bawahan sangatlah minim karena tidak diberikan kesempatan
mengajukan pendapat.
1.5 Mudahnya melahirkan kubu oposisi karena dominasi pemimpin yang berlebihan
1.6 Disiplin yang terjadi seakan-akan karena ketakutan dan hukuman bahkan pemecatan dari
atasan
1.7 Pengawasan dari pemimpin hanya bersifat mengontrol, apakah perintah yang diberikan
sudah dijalankan dengan baik oleh anggotanya

2. Kepemimpinan yang Laissez Faire


Laissez faire (kendali bebas) merupakan kebalikan dari pemimpin otokrtatik. Jika
pemimpin otokkratik selalu mendominasi organisasi maka pemimpin laissez faire ini memberi
kekuasaan sepenuhnya kepada anggota atau bawahan. Bawahan dapat mengembangkan
sarannya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri dan pengarahan tidak ada atau hanya sedikit.
Adapun sifat kepemimpinan laissez faire seolah-olah tidak tampak, sebab pada tipe ini seorang
pemimpin memberikan kebebasan penuh kepada para anggotanya dalam melaksanakan
tugasnya. Disini seorang pemimpin mempunyai kenyakinan bahwa dengan memberikan
kebebasan yang seluas-luasnya bterhadap bawahan maka semua usahanya akan cepat berhasil.
 Pemimpin yang seperti ini menafsirkan demokrasi dalam arti keliru, karena demokrasi
seolah–olah diartikan sebagai kebebasan bagi setiap anggota untuk mengemukakan dan
mempertahankan pendapat dan kebijakannya masing-masing. Tingkat keberhasilan organisasi
atau lembaga yang dipimpin dengan Gaya Laissez Faire semata-mata disebabkan karena
kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok dan bukan karena pengaruh dari
pemimpinnya.

a. Kelebihan  :

1.1 Keputusan ada di tangan bawahan sehingga bawahan bisa bersikap mandiri dan memiliki
inisiatif
1.2 Pemimpin tidak memiliki dominasi besar
1.3 Bawahan tidak akan merasa tertekan dalam menjalankan tugas  

. Kelemahan :

1.1 Pemimpin membiarkan bawahan untuk bertindak sesuka hati karena tidak ada control
1.2 Mudah terjadi kekacauan dan bentrokan
1.3 Tujuan organisasi akan sulit tercapai apabila bawahan tidak memiliki inisiatif yang tepat
dan dedikasi tinggi

3. Kepemimpinan Demokratis

Tipe demokratis berlandaskan pada pemikiran bahwa aktifitas dalam organisasi akan
dapat berjalan lancear dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan apabila berbagai
masalah yang timbul diputuskan bersama antara pejabat yang memimpin maupun para pejabat
yang dipimpin.
Seorang pemimpin yang demokratis menyadari bahwa organisasi harus disusun
sedemikian rupa sehingga mengambarkan secara jelas beragam tugas dan kegiatan yang harus
dilaksanakan demi tercapainya tujuan organisasi.
Kepemimpinan demokrasi selalu menyadari bahwa dirinya merupakan bagian dari
kelompoknya. Berhasil tidaknya suatu pekerjaan bersama terletak pada kelompok dan pimpinan.

a. Kelebihan :
1.1 Hubungan antara pemimpin dan bawahan harmonis dan tidak kaku
1.2 Keputusan dan kebijaksanaan diambil melalui diskusi sehingga bawahan akan merasa
dihargai dan dibutuhkan peranannya
1.3 Mengembangkan daya kreatif dari bawahan karena dapat mengajukan pendapat dan
saran
1.4 Bawahan akan merasa percaya diri dan nyaman sehingga bisa mengeluarkan
kemampuan terbaiknya untuk menyelesaikan tugasnya
1.5 Bawahan akan merasa bersemangat karena merasa diperhatikan
1.6 Tidak mudah lahir kubu oposisi karena pemimpin dan bawahan sejalan

b. Kelemahan     :
1.1 Proses pengambilan keputusan akan berlangsung lama karena diambil secara
musyawarah
1.2 Sulitnya dalam pencapaian kata mufakat karna pendapat setiap orang jelas berbeda
1.3 Akan memicu konflik apabila keputusan yang diambil tidak sesuai dan apabila ego
masing-masing anggota tinggi

4. Kepemimpinan tipe karismatik


Seorang pemimpin yang karismatik memiliki krakteristik khususnya yaitu daya tariknya
yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang sangat besar. Mereka
terpesona dengan cara berbicaranya dan para pengikutnya tidak selalu dapat menjelaskan secara
kongkrit mengapa orang tertentu itu dikagumi. Hingga sekarang para sarjana belum berhasil
menemukan sebab-sebab mengapa seseorang pemimpin memiliki charisma.

a. Kelebihan   :

1.1 Pemimpin pasti memiliki sifat yang tegas dalam mengambil keputusan
1.2 Bawahan akan merasa aman karena mendapat perlindungan

b. Kelemahan :

1.1 Bawahan tidak memiliki inisiatif dalam bertindak karena tidak diberi kesempatan
1.2 Keputusan yang diambil tidak berdasarkan musyawarah bersama karena menganggap
dirinya sudah melakukan yang benar
1.3 Daya imajinasi dan kreativitas para pengikut cukup rendah karena tidak ada kesempatan
untuk mengembangkannya

5. Kepemimpinan tipe militeristik

Tipe kepemimpinan yang biasa memakai cara yang lazim digunakan dalam kemiliteran.
Pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat sebagai
berikut : 

a. dalam mengerakan bawahan lebih sering mempergunakan system perintah 


b. dalam mengerakan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya     
c. senang kepada formalitas yang berlebih-lebihan 
d. menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan 
e. sukar menerima kritikan dari bawahannya
f. menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.

Kelebihan  :

1.1 Tegas dan tidak memiliki keraguan dalam bertindak dan mengambil keputusan
1.2 Bawahan akan memiliki disiplin yang tinggi
1.3 Bawahan akan merasa aman dan terlindungi

Kelemahan :

1.1 Suasana cenderung kaku karena lingkungan yang formal


1.2 Pemimpin sukar dalam menerima kritikan dan saran dari bawahan
1.3 Bawahan akan merasa tertekan dan tidak nyaman karena banyak aturan dan sifat keras dari
pemimpin

Adapun dengan karakter yang dimiliki, setiap pemimpin memiliki gaya atau kekhasan
tersendiri dalam memimpin suatu organisasi. Menurut Tohardi dikutip oleh Edy Sutrisno (2010:242)
menyatakan ada beberapa gaya kepemimpinan antara lain :

A. Gaya Persuasif merupakan gaya memimpin dengan menggunakan pendekatan yang mengubah
perasaan, pikiran atau dengan kata lain melakukan ajakan atau bujukan.
B. Gaya Refresif merupakan gaya kepemimpinan dengan cara memberikan tekanan-tekanan,
ancaman-ancaman, sehingga bawahan merasa ketakutan.
C. Gaya Partisipatif merupakan gaya kepemimpinan dengan cara memberikan kesempatan kepada
bawahan untuk itu secara aktif baik menata, spiritual, fisik maupun material dalam kiprahnya
dalam perusahaan.
D. Gaya inovatif merupakan pemimpin yang selalu berusaha dengan keras untuk mewujudkan
usaha-usaha pembaruan didalam segala bidang, baik bidang politik, ekonomi, sosial, budaya
atau setiap produk terkait dengan kebutuhan manusia.
E. Gaya Investigasi merupakan gaya pemimpin yang selalu melakukan penelitian yang disertai
dengan rasa penuh kecurigan tehadap bawahannya menimbulkan yang menyebabkan kreatifitas,
inovasi, serta insisiatif dari bawahan kurang berkembang karena bawahan takut kesalahan-
kesalahan.
F. Gaya Inspektif merupakan pemimpin yang suka melakukan acara-acara yang sifatnya
protokoler, kepemimpinan dengan gaya inspektif menuntut penghormatan bawahan, atau
pemimpin yang senang apabila dihormati.
G. Gaya Motivatif merupakan pemimpin yang dapat menyampaikan informasi mengenai ide-
idenya, program-program dan kebijakan-kebijakan kepada bawahan dengan baik. Komunikasi
tersebut membuat segala ide bawahan-bawahan dan kebijakan dipahami oleh bawahan sehingga
bawahan mau.
H. Gaya Naratif merupakan Pemimpin yang bergaya naratif merupakan pemimpin yang banyak
bicara namun tidak disesuiakan dengan apa yang ia kerjakan, atau dengan kata lain pemimpin
yang banyak bicara sedikit bekerja.
I. Gaya Edukatif merupakan pemimpin yang suka melakukan pengembangan bawahan dengan
cara memberikan pendidikan dan keterlampiran kepada bawahan, sehingga bawahan menjadi
memiliki wawasan dan pengalamanyang lebih baik dari hari ke hari, sehingga seorang pemimpin
yang bergaya edukatif tidak akan pernah menghalangi bawahan ingin megembangkan
pendidikan dan keterlampiran.
J. Gaya Restrogresif merupakan pemimpin yang tidak suka melihat maju, apalagi melebihi dirinya,
untuk itu pemimpin yang bergaya restrogresif selalu menghalangi bawahan untuk
mengembangkan pengetahuan dan keterlamiplan. Sehingga dengan kata lain pemimpin yang
bergaya restrogresif sangat senang melihat bawahan selalu terbelakang bodoh dan sebagainya.

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kepemimpinan merupakan sebuah kewenangan yang disertai kemampuan seseorang
dalam mamberikan pelayanan demi menggerakan orang-orang yang berada  dibawah
koordinasinya dalam usaha mencapai tujuan. Pemimpin adalah seseorang yang mempunyai
kemampuan dalam penyelenggaraan suatu kegiatan organisasi agar kegiatan tersebut dapat
terselenggara dengan efektif dan efisien serta memiliki manfaat. Oleh karena itu diperlukan
pengaturan berkaitan dengan tugas, cara kerja dan hubungan antara pekerjaan yang satu dengan
pekerjaan yang lain sehingga terjadi ketertiban dalam kegiatan pada organisasi.
Peran penting dari seorang pemimpin dalam meningkatkan pelayanan publik menuju
pelayanan prima adalah memberi motivasi bawahan. Efisiensi dan produktivitasnya yang tinggi
dapat dicapai bila pemimpin berperan secara efektif dalam mengkoordinasikan semua bawahan
dilingkungannya. Dengan karakter yang dimiliki, setiap pemimpin memiliki gaya atau kekhasan
tersendiri dalam memimpin suatu organisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Ardana, Komang, dkk. 2008. Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta: Graha Ilmu


Dunn, William, 2003, Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua, Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Edy Sutrisno, 2010, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Pertama, Cetakan
Pertama, Jakarta : Penerbit Kencana
Locke, Edwin A. Latham, Garry P. Evez, Miriam. 1998. The Determinant Of Goal
Commitment. Academy Of Management Review.
Luthans, 2006. Perilaku Organisasi. Terjemahan Edisi 10 Vivin Andika Yuwono.
Yogyakarta.
Martin M Broadwell, The Instructional Design Library, (USA: Englewood Clifts, 2008)
Pudjo Sumedi, (2010). Organisasi dan Kepemimpinan, Jakarta, Uhamka Press.
Rost, Joseph C. 2004. Kepemimpinan, Terjemahan Triantoro Safaria, Jakarta : Graha
Ilmu
Rivai, Veithzal, 2007. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
Thoha, 2002a. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai