PENGAMBILAN KEPUTUSAN
OLEH
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang sangat strategis dan penting bagi pencapaian misi, visi dan tujuan
suatu organisasi, merupakan salah satu motif yang mendorong manusia untuk
agar terwujud volume dan beban kerja yang terarah pada tujuan. Pimpinan
satunya adalah sumber daya manusia yang notabene adalah pegawai yang
kebersamaan.
dengan baik sehingga produktivitas dan tujuan organisasi dapat dicapai secara
efektif dan efisien. Pimpinan yang lebih sering mendorong bawahannya untuk
ikut ambil bagian dalam memberikan saran-saran dan ide-ide, tapi masalahnya
pimpinan lebih sering aktif di luar kantor dari pada di dalam kantor dalam hal ini
negara maju, meskipun telah disadari bahwa salah satukelemahan dasar dalam
pelayanan publik adalah masalah moralitas. Etika sering dilihat sebagai elemen
yang kurang berkaitan dengan dunia pelayanan publik. Padahal, dalam literatur
tentang pelayanan publik dan administrasi publik, etika merupakan salah satu
Elemen ini harus diperhatikan dalam setiap fase pelayanan publik mulai
tersebut. Dalam konteksini, pusat perhatian ditujukan kepada aktor yang terlibat
dalam setiap fase, termasuk kepentingan aktor-aktor tersebut – apakah para aktor
dapat menilai apakah para aktor tersebut jujur atau tidak dalam
penyusunankebijakan, adil atau tidak adil dalam menempatkan orang dalam unit
dan jabatan yangtersedia, dan bohong atau tidak dalam melaporkan hasil
manajemen pelayanan.
karena penuh dengan dilema. Karena itu, dapat dipastikan bahwa pelanggaran
B. Permasalahan
C. Tujuan Makalah
LANDASAN TEORI
salah satudiantaranya dan biasa digunakan orang adalah kebiasaan, adat atau
akhlak dan watak. Filsufbesar Aristoteles, kata Bertens, telah menggunakan kata
etika ini dalam menggambarkanfilsafat moral, yaitu ilmu tentang apa yang biasa
sumber diatas, Bertens berkesimpulan bahwa ada tiga arti penting etika, yaitu
etika (1) sebagai nilai-nilai moral dan norma-norma moral yangmenjadi pegangan
bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya, ataudisebut
dengan “sistim nilai”; (2) sebagai kumpulan asas atau nilai moral yang sering
dikenaldengan “kode etik”; dan (3) sebagai ilmu tentang yang baik atau buruk,
yang acapkali disebut“filsafat moral”. Pendapat seperti ini mirip dengan pendapat
sebagai (1) way of life; (2) moral codeatau rules of conduct; dan (3) penelitian
Etika Pelayanan Publik. Dalam arti yang sempit, pelayanan publik adalah
suatu tindakan pemberian barang dan jasa kepada masyarakat oleh pemerintah
dalam rangka tanggung jawabnya kepada publik, baik diberikan secara langsung
maupun melalui kemitraan dengan swasta dan masyarakat, berdasarkan jenis dan
delivery system yang sehat. Pelayanan publik inidapat dilihat sehari-hari di bidang
menyediakan barang dan jasa yang terbaik bagi masyarakat. Barang dan jasa yang
terbaik adalah yang memenuhi apa yang dijanjikan atau apa yang dibutuhkan oleh
sebagaifilsafat dan profesional standards (kode etik), atau moral atau right rules
atas serangkaian tuntunan perilaku (rulesof conduct) atau kode etik yang mengatur
hal-hal yang “baik” yang harus dilakukan atausebaliknya yang “tidak baik” agar
dihindarkan.
definisi mengenai kebijakan lebih tepat bila mencakup pula arah atau tindakan,
Menurut buku Kamus Administrasi Publik, Chandler dan Plano, 1988: 107
(dalam Keban, 2004: 56), “Kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis
penentu tentang apa yang hendak dikerjakan berdasarkan atas masalah, kebutuhan
Kebijakan publik merupakan konsep yang sangat kompleks, hal ini bisa
mempunyai persamaan.
adalah :
….is Whats Goverments say and do, or not do. It is the goals or puposes of
gevrement programs…” (“adalah apa yang dinyatakan dan dilakukan atau
tidak dilakukan oleh pemerintah. Kebijakan negara itu berupa sasaran atau
tujuan programa-programa pemerintah…”). Edwards dan Sharkansky
kemudian mengatakan itu ditetapkan secara jelas dalam peraturan-
peraturan perundang-undangan atau dalam bentuk pidato-pidato pejabat
teras pemerintah atau programa-programa dan tindakan-tindakan yang
dilakukan pemerintah”.
Hal yang sama juga dikemukakan Anderson (dalam Islamy, 1997: 19)
tersebut adalah :
pejabat pemerintah.
oleh pemerintah, jadi bukan pemerintah apa yang mereka bermaksud akan
tujuan, disamping itu terdapat cara pencapaian dari tujuan tersebut. Hal ini dilihat
dari definisi kebijakan publik menurut Nakamura dan Smallwood (dalam Wahab,
Menurut Wilson (dalam Keban, 2004: 57) yang dikutip Peterson (2003)
negatif. Selanjutnya menurut Isworo (1996 : 229), bahwa proses kebijakan publik
yang ditetapkan dan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah yang
mepunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu demi kepentingan seluruh
B. Konsep Kepemimpinan
terlepas dalam bentuk apa kelompok manusia tersebut dibentuk. Hal ini
kelebihan-kelebihan tertentu.
berbagai pendapat yang dirumuskan para ahli dapat diketahui bahwa konsepsi
kepemimpinan itu sendiri hampir sebanyak dengan jumlah orang yang ingin
pengalaman.
kesamaan kata kunci yakni “suatu proses mempengaruhi”. Akan tetapi kita
Perbedaan dalam hal “siapa yang mempergunakan pengaruh, tujuan dari upaya
Secara etimologi pemimpin berasal dari kata dasar “pimpin” (lead) berarti
bimbing atau tuntun, dengan begitu di dalamnya terdapat dua pihak yaitu yang
pengikutnya.
sendiri secara tegas dan tepat (decision making), harus berani menerima resiko
sendiri; dan harus berani menerima tanggung jawab sendiri (the principle of
absoluteness of responsibility).
Dari beberapa definisi tersebut diatas, maka penulis dapat mengambil
C. Karakteristik Kepemimpinan
nilai yang ingin disebar dan ditanam serta kesamaan tujuan yang ingin dicapai.
Salusu (2006:203), ada empat elemen utama dalam kepemimpinan yang saling
sikap serta masalah-masalahnya, dan situasi yang meliputi keadaan fisik dan
eksekutif dalam organisasi atau karena adanya ide yang baik tetapi
orang.
dan jika sesuatu yang telah diperbuat itu baik adanya maka tindakan
sebagai pihak yang lebih benar, lebih mengerti. Oleh karena itu,
keputusan dan penilaiannya atas sesuatu isu lebih patut diikuti oleh
manuver.
represif ini secara total selalu merupakan beban yang berat bagi
PEMBAHASAN
tuntunan atau pegangankode etik atau moral secara memadai. Asumsi bahwa
semua aparat pemerintah adalah pihakyang telah teruji pasti selalu membela
struktur yang lebih tinggi justru mendikte perilaku seorangbirokrat atau aparat
bertindak etis, atau dengan kata lain, tidak ada “otonomi dalam beretika”.
etis, karena prinsip itu akan menghasilkan ketidakadilan, dimana calon yang
dipekerjakan hanya berasal dari daerah tertentu yang relatif lebihmaju. Kebijakan
affirmative action dalam hal ini merupakan terobosan yang bernada etikakarena
akan memberi ruang yang lebih luas bagi kaum minoritas, miskin, tidak berdaya,
dsb.,untuk menjadi pegawai atau menduduki posisi tertentu. Ini merupakan suatu
berdasarkan prinsip justice –as – fairness sesuai pendapat John Rawls yaitu
bahwa distribusi kekayaan, otoritas, dankesempatan sosial akan terasa adil bila
saatini.
bertindak tidaksesuai dengan kode etik atau tuntunan perilaku yang ada.
moral danetika dapat diamati mulai dari proses kebijakan publik (pengusulan
sifat-sifat tidak transparan, tidak responsif, tidak akuntabel, tidak adil, dsb.
Dantidak dapat disangkal, semua pelanggaran moral dan etika ini telah
dsb. Bagi Palembang, pembenahan moralitas yang terjadiselama ini masih sebatas
sendiri, namun mendapatkan tanggung jawab penuh. Bawahan harus patuh dan
egoistisnya.
melototkan mata kepada bawahannya dia selalu lembut dan sopan dalam
terhadap para pegawai sangatlah cukup disiplin terutama dalam hal tata
otoriter. Partisipan digunakan dan kondisi yang tepat, akan menjadikan hal
tidak adanya sama sekali pimpinan. Gaya ini berasumsi bahwa suatu tugas
saja atau hampir tidak sama sekali memberikan pengarahan. Pemimpin ini
lebih aktif di luar dari pada di dalam organisasi, Pemimpin pada gaya ini
bawahannya.
BAB IV
PENUTUP
makalah yang dituliskan serta memberikan saran sebagai langkah terakhir dalam
A. Kesimpulan
B. Saran
Bertens, K. 2000. Etika. Seri Filsafat Atma Jaya: 15. Jakarta: Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama.
Denhardt, Kathryn G. 1988. The ethics of Public Service. Westport,
Connecticut:Greenwood Press.
Dale, Robert D. 1992. Pelayanan sebagai Pemimpin. Gandum Mas: Malang.
Henry, Nicholas. 1995. Public Administration and Public Affairs. Sixth Edition.
Englewood Cliffs, N.J.: Prentice-Hall International, Inc.
Handoko, Hani T, dan Reksohadiprodjo Sukanto. 1996. Organisasi
Perusahaan. Edisi kedua Yogyakarta : BPFE.
Harbani, Pasolong. 2008. Kepemimpinan Birokrasi, Bandung : CV.Alfabeta.
Heidjrachman, H. Suad. 2002. Manajemen Personalia. Yogyakarta : BPFE.
Hersey, Paul. 1994. Kunci Sukses Pemimpin Situasional. Jakarta : Delaprasata.
Kartono, Kartini. 2006. Pemimpin dan Kepemimpinan, Apakah Kepemimpinan
Abnormal Itu?. PT. RajaGrafindo Persada : Jakarta.
Kristiadi. 1996. Kepemimpinan. Jakarta: LAN RI
Nawawi, Hadari & Hadari, M. Martini. 2004. Kepemimpinan yang Efektif. Gadjah
Mada University Press : Yogyakarta
Mangkunegara, A. A. P. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya.
Mathis, Robert dan John Jackson. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia
Buku 2. Jakarta: PT. Salemba 4.
Pangewa, Maharuddin. 1989. Kepemimpinan Dalam Proses Administrasi.
Ujung Pandang: FPIPS IKIP.
Rasyid M Ryaas. 2000. Makna Pemerintahan. Mutiara Sumber Widya : Jakarta
Rivai, Veithzal. 2006. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Edisi Kedua. PT.
Raja Grafindo Persada : Jakarta
Robbins, Stephen. P. 2002. Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi. Terjemahan
Oleh Halida , Dewi Sartika. Erlangga
Salusu. 2006. Pengambilan Keputusan Stratejik. PT. Grasindo : Jakarta.
Sedarmayanti. 2007. Manajemen SDM cetakan 1. PT. Refika Aditama. Bandung.
Perry, James L. 1989. Handbook of Public Administration. San Fransisca, CA:
Jossey- Bass Limited.
Siagian P. Sondang. 2002. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta:
Rineka Cipta.
Shafritz, Jay.M. dan E.W.Russell. 1997. Introducing Public Administration. New
York, N.Y.: Longman.