Latar belakang
Setiap organisasi sangat bergantung pada Sumber Daya Manusia (SDM) agar organisasi
tersebut dapat berjalan sesuai dengan visi dan misi yang telah ditentukan. SDM tersebut
meliputi pimpinan hingga karyawan. Seorang pemimpin yang dapat menginspirasi dan
memotivasi bawahannya sangat penting untuk keberhasilan suatu organisasi. Suatu organisasi
mengharuskan untuk memiliki pemimpin yang dapat mengarahkan organisasinya sesuai
dengan tujuannya. Untuk mencapai suatu tujuan, dibutuhkan rasa hormat dan kepercayaan
dari bawahan terhadap pimpinan, hal ini hanya dapat dicapai jika seorang pemimpin dapat
memberikan inspirasi pada karyawannya dengan penuh semangat.
Saat ini dunia sudah berkembang dengan pesat, kepemimpinan yang baik sangat penting
dalam setiap organisasi, terutama dalam menghadapi tantangan di masa depan.
Kepemimpinan yang efektif membutuhkan pemahaman tentang kelemahan dan kelebihan
bawahannya untuk dapat menangani suatu masalah dengan efektif dan memaksimalkan
keberhasilan organisasi (Budiarso, 2016).
Arah tujuan organisasi ditetapkan oleh pemimpin organisasi. Kepemimpinan yang efektif
dapat memberikan dampak yang positif bagi organisasi, sebaliknya jika kepemimpinan tidak
efektif dapat memberikan dampak negatif bagi organisasi di kedepannya. Dalam suatu
organisasi diperlukan kerjasama antara pemimpin dan karyawan, pemimpin akan memberi
arahan yang baik kepada karyawannya dan karyawan akan mengikuti arahan dari
pemimpinnya. Dengan gaya kepemimpinan yang berbeda – beda yang dimiliki setiap
pimpinan.
Setiap pimpinan dapat menggunakan berbagai gaya yang dapat diterapkan untuk mencapai
tujuan organisasi, dan gaya kepemimpinan yang sukses dapat menjadi salah satu faktor
terpenting dalam keberhasilan organisasi. Salah satu pimpinan yang menerapkan gaya
kepemimpinan tersendiri yaitu Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan
HAM yang merupakan satu dari sekian banyak organisasi di lingkungan Kementerian Hukum
dan HAM yang bertugas meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Berdasarkan hasil
pra-riset dan pengamatan penulis yang dilaksanakan dalam waktu satu bulan tepatnya pada
bulan Oktober 2021, pimpinan BPSDM saat ini yaitu Dr. Asep Kurnia, berinteraksi dengan
bawahannya melalui konsolidasi rutin, nota dinas dan lisan, monitoring, hingga evaluasi
kinerja bawahannya. Pimpinan juga mengikutsertakan bawahannya untuk mengikuti
pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi yang menghasilkan pembaharuan
dan capaian sesuai dengan tujuan organisasi, hingga selalu mengikutsertakan bawahannya
dalam pengambilan keputusan dan menerima jika ada bawahannya yang memberikan kritik,
1
pendapat, dan saran. Dalam proses pengambilan keputusan, pimpinan mengajak bawahannya
mulai dari jajaran pimpinan hingga staf bahkan pegawai Pegawai Pemerintah Non Pegawai
Negeri (PPNPN) untuk mengikuti konsolidasi yang selalu dilaksanakan setiap hari Senin
dengan tujuan membahas laporan kinerja dari setiap bidang. Tujuan dari konsolidasi tersebut
adalah untuk meningkatkan interaksi antara pimpinan dan pimpinan organisasi, pimpinan
dengan bawahan, hingga seluruh lingkungan dengan maksud untuk menerapkan perubahan
yang memajukan tujuan organisasi.
Komunikasi yang baik harus dimiliki oleh seorang pemimpin yang berkaitan dengan
tugasnya untuk membimbing, mengarahkan, dan mendorong staf - stafnya untuk menjalankan
aktivitas guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kenyamanan lingkungan pekerjaan
dapat dihasilkan dari proses penyampaian informasi oleh pimpinan kepada bawahan. Urgensi
dari penelitian ini adalah, peneliti tertarik menjadikan BPSDM Hukum dan HAM sebagai
objek penelitian karena menjadi salah satu organisasi pemerintah yang sukses dalam
menerapkan komitmen berkelanjutan di lingkungan organisasinya yaitu melalui pimpinan
yang mampu menciptakan lingkungan yang nyaman baik dari cara berkomunikasi,
berperilaku, hingga menciptakan lingkungan yang nyaman. Hal tersebut menghasilkan
capaian - capaian yang diantaranya, adanya media online Rumah Belajar (RUMBEL) yang
bertujuan sebagai media pembelajaran yang didalamnya terdapat bukti – bukti dari kegiatan
dan capaian yang dihasilkan oleh BPSDM Hukum dan HAM, peringkat I kategori
pemanfaatan SAPK & CAT, peringkat II kategori Penilaian Kompetensi Kementerian &
Lembaga Negara pada BKN Award tahun 2020, Wilayah Bebas Korupsi dan Wilayah
Birokrasi Bersih Melayani (WBK/WBBM) yang diberikan oleh Kementerian PAN dan RB,
dan sebagainya. Dalam proses menciptakan perubahan yang sesuai dengan tujuannya, gaya
kepemimpinan yang digunakan oleh pimpinan BPSDM Hukum dan HAM terbilang optimal
sesuai dengan perencanaan yang menjadi tujuan utamanya dan mengharuskan bawahannya
untuk menyesuaikan dengan tujuan tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu staf BPSDM Hukum dan HAM ditemukan
bahwa, pimpinan selalu mengapresiasi bawahannya yang mampu menciptakan pembaharuan
dan capaian dengan memberikan reward berupa dinas luar kota atau piagam penghargaan
kepada bawahannya yang memiliki capaian kinerjanya, sehingga para bawahannya pun
semakin bersemangat dan termotivasi dalam menghasilkan capaian kinerja. Pimpinan juga
melakukan monitoring melalui bawahannya yang dilakukan dengan cara berjenjang atau
sesuai jabatan struktural yang bertujuan untuk meminimalisir kesalahan yang akan terjadi
dikemudian hari secara birokrasi dengan laporan yang diberikan oleh pemangku kepentingan
2
yang selanjutnya akan dievaluasi dan ditindaklanjuti bila mana terjadi kesalahan, terutama
dalam proses mengembangkan sumber daya manusia-nya.
Oleh karena itu gaya kepemimpinan sangatlah penting bagi suatu perusahaan. Gaya
kepemimpinan yang diterapkan akan berdampak besar bagi kepentingan organisasi,
khususnya para pemimpin yang perlu menggunakan gaya kepemimpinan yang tepat untuk
dapat memotivasi, menginspirasi dan mempengaruhi bawahannya sehingga mereka dapat
melakukan seluruh pekerjaan yang diberikan secara efektif dan efisien dalam mencapai suatu
tujuan dari perusahaan (Hartanto, 2016).
Berbagai kajian terdahulu telah membahas mengenai Gaya Kepemimpinan di suatu
organisasi atau perusahaan. Seperti riset yang dilakukan oleh Ervin Kurniawan (2018) yang
membahas mengenai penerapan gaya kepemimpinan dan penerapan nilai - nilai
kepemimpinan untuk membantu mensukseskan pimpinan dan tercapainya tujuan organisasi.
Lalu penelitian yang dilakukan oleh Insan Harapan Harahap (2019) mengenai penerapan
gaya kepemimpinan dalam pemeliharaan proses politik dan ekonomi untuk mengembangkan
Singapura menjadi Negara maju dan metropolitan dengan waktu yang singkat.
Sehingga peneliti menemukan perbedaan penelitian yang sedang dilakukan dengan penelitian
- penelitian sebelumnya. Penelitian sebelumnya membahas mengenai penerapan gaya
kepemimpinan di suatu perusahaan, namun penerapan gaya kepemimpinan tersebut tidak
dilakukan di BPSDM Hukum dan HAM. Lalu dalam penelitian terkait penerapan gaya
kepemimpinan di Singapura peneliti mendapati perbedaan dalam tujuan penerapan gaya
kepemimpinan tersebut.
Selain itu penelitian ini menjadi pembeda yang dimana penelitian - penelitian sebelumnya
belum pernah membahas mengenai Gaya Kepemimpinan di BPSDM Hukum dan HAM.
Selain itu penelitian lain belum pernah membahas mengenai bagaimana penerapan gaya
kepemimpinan di BPSDM Hukum dan HAM. Peneliti melihat suatu ketertarikan dalam
mengangkat tema penelitian ini, dimana peneliti ingin memberitahukan kepada masyarakat
umum bahwa BPSDM Hukum dan HAM selalu turut andil dalam lingkup kehidupan sosial.
Penelitian ini juga akan menjadi sebuah acuan bagi organisasi atau bidang akademik, dimana
peneliti mencoba mencari tahu bagaimana penerapan gaya kepemimpinan oleh pimpinan
BPSDM Hukum dan HAM di lingkungan organisasi. Penelitian ini juga dapat menjadi
sebuah informasi bahwa BPSDM Hukum dan HAM selalu memperbaiki kualitasnya dari
tahun ke tahun, apalagi organisasi ini berperan sebagai penggerak utama dalam
mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) terutama di lingkungan Kementerian Hukum
dan HAM.
3
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti tertarik ingin
mengetahui bagaimana gaya kepemimpinan Pimpinan BPSDM Hukum dan HAM dalam
menjalankan perannya sebagai pemimpin organisasi untuk melaksanakan tanggung
jawabnya. Oleh karena itu peneliti ingin membahas secara mendalam melalui penelitian
skripsi yang berjudul “Analisis Gaya Kepemimpinan di Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Hukum dan HAM”.
4
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi adalah sekelompok masyarakat yang memiliki tujuan
yang sama didalam suatu wadah, dengan kata lain organisasi dapat terbentuk dari
beberapa aspek yang disatukan oleh visi dan misi serta tujuan yang sama.
Proses komunikasi harus dikelola secara efektif karena tidak semua individu
dapat menerima dan memahami pesan dengan cara yang sama, sehingga dalam
suatu organisasi diperlukan keterampilan komunikasi yang baik dan jelas
sehingga dapat mengimplementasikan peran komunikasi yang sesuai dalam
proses penyampaian pesan yang jelas sehingga mudah dipahami oleh penerima
dan dapat menghasilkan feedback (Naibaho, 2016). Struktur organisasi dapat
berubah menjadi respons terhadap kekuatan lingkungan internal maupun
eksternal (Pramudhietha, 2017). Terdapat struktur komunikasi organisasi menurut
(Pace, 2013), yaitu :
5
kepemimpinan yang berlangsung dan apa yang dihasilkan dari Gaya
Kepemimpinan yang diterapkan.
2.1.2. Komunikasi Pemerintahan
Istilah komunikasi pemerintah mengacu pada komunikasi yang terjadi di
dalam dan di antara lembaga – lembaga pemerintah dan antar manusia (human
communication) (Ananda, 2016). Sehingga tidak dapat memisahkan antara
komunikasi pemerintah dan komunikasi organisasi karena berada pada
lingkungan yang sama. Tanpa komunikasi, organisasi tidak dapat menjalankan
fungsinya dan tidak dapat mengefisienkan penggunaan sumber – sumbernya
dengan efisien, sehingga tidak dapat mencapai tujuannya (Beach, 1975). Untuk
memenuhi harapan organisasi, diperlukan pemahaman yang jelas tentang
bagaimana pesan diterima dan diterapkan. Artinya, kemampuan untuk
berkomunikasi secara efektif dengan publik sangat penting bagi organisasi
pemerintah, karena komunikasi berfungsi untuk menyampaikan informasi,
kebijakan, hingga ide – ide sebagai visi dan misi dari pemerintah untuk
masyarakat (Anggreani et al., 2020).
Komunikasi secara umum menampilkan proses pengiriman dan penerimaan
pesan (message) dari satu pihak ke pihak lain untuk menghasilkan respon yang
sesuai dengan pesan yang diterima. Demikian juga halnya dengan komunikasi
pemerintah, komunikasi bukan hanya alat bagi pemerintah untuk menyebarkan
dan menerima pesan atau informasi, tetapi juga media untuk mengatur kegiatan
dengan cara yang tertib untuk menciptakan kolaborasi. Selain itu, ini adalah
teknik untuk mengarahkan masukan sosial ke dalam sistem, mempengaruhi
perubahan, menciptakan informasi, dan membantu menerapkan dan
mengintegrasikan fungsi manajemen ke dalam sistem (Pearce & Robinson, 1989).
Dalam penelitian ini, peneliti memperhatikan proses komunikasi yang terjadi
dalam lingkup pemerintahan dalam suatu organisasi, karena penelitian ini
berfokus pada gaya kepemimpinan pada lingkup pemerintahan yang berlangsung
dan apa yang dihasilkan dari gaya kepemimpinan yang diterapkan.
2.1.3. Tipe – tipe Kepemimpinan
Berbagai gaya atau tipe kepemimpinan banyak kita jumpai dalam kehidupan
sehari - hari, termasuk di dalam organisasi. Adapun konsep tipe - tipe
kepemimpinan (Siagian, 2003), yaitu :
1. Tipe Otokratis
6
Pimpinan dengan tipe otokratis berkuasa penuh dalam berbagai situasi dan
kondisi, tidak menjalankan pemerintahannya dengan konsultasi bersama
bawahannya. Tipe kepemimpinan otokratis mendasarkan diri pada
kekuasaan dan paksaan yang mutlak dan harus dipatuhi (Kartini & Kartono,
1994).
2. Tipe Paternalistik
Tipe kepemimpinan paternalistik bersifat lebih ke bapakan yang
menganggap bawahannya sebagai seseorang yang belum dewasa.
Pemimpin dengan tipe paternalistik bersikap terlalu melindungi, biasanya
jarang memberikan kesempatan bawahannya untuk membuat keputusan
sendiri (Kartini & Kartono, 1994).
3. Tipe Kharismatik
Pemimpin dengan tipe kharismatik memiliki sihir yang sangat baik dalam
menarik dan mempengaruhi bawahannya. Tipe kepemimpinan kharismatik
adalah suatu tipe kepemimpinan yang memiliki karakteristik yang khas
yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh
pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar (Siagian, 2003).
4. Tipe Laisser - Faizer
Pemimpin dengan tipe ini selalu mempercayai pekerjaan organisasi kepada
bawahannya, memberikan keleluasaan bawahannya dan menganggap
sebagai orang yang dewasa. Tipe kepemimpinan Laissez Faire yaitu
pemimpin memiliki kedudukan sebagai ikon yang dalam realita
kepemimpinannya dilakukan dengan memberikan kebebasan sepenuhnya
pada bawahannya untuk melakukan pengambilan keputusan secara individu
(Nawawi, 2003).
5. Tipe Demokratis
Tipe kepemimpinan ini sangat berbeda dengan tipe kepemimpinan otokratis
yang berdasarkan pada kekuasaan, pimpinan dengan tipe demokratis selalu
melibatkan bawahannya dalam melaksanakan keputusan dan
mengutamakan kepentingan bersama. Proses kepemimpinan demokratis
dapat ditandai dengan adanya suatu struktur yang proses pengembangannya
menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif (Rivai,
2009).
7
2.1.4. Gaya Kepemimpinan
Gaya seorang pimpinan adalah suatu cara untuk menyihir setiap individu atau
sekelompok orang dengan tujuan tertentu yang telah ditetapkan (Harahap, 2019).
Gaya dapat didefinisikan sebagai suatu cara mereka bergerak dan berperilaku
yang menjadi ciri khas seseorang. Gaya kepemimpinan dapat didefinisikan
sebagai sekumpulan sifat – sifat yang menciri khaskan seorang pimpinan dan
digunakan untuk menginspirasi bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi.
Gaya seorang pimpinan merupakan suatu cara untuk mendominasi setiap individu
atau sekelompok orang dengan tujuan tertentu yang telah ditetapkan (Harahap,
2019). Gaya dapat didefinisikan sebagai suatu cara mereka bergerak dan
berperilaku yang menjadi ciri khas seseorang, gaya juga sebagai sekumpulan sifat
– sifat yang menciri khaskan seorang pimpinan dan digunakan untuk
menginspirasi bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi (Masturi et al.,
2021).
Setiap pimpinan organisasi harus memiliki gaya kepemimpinan yang dapat
menginspirasi dan memotivasi bawahannya untuk menghasilkan kontribusi dan
prestasi yang berkualitas bagi organisasi. Selain itu, peran pemimpin sangat
penting untuk mewujudkan pencapaian yang telah ditetapkan oleh organisasi
(Angga & Junior, 2020).
Penerapan gaya kepemimpinan mampu menciptakan kepercayaan, partisipan,
kesetiaan, dan motivasi pada bawahannya secara persuasif, hal tersebut dihasilkan
dari kemampuan serta perilaku pimpinan (Veny, 2017). Menurut Sutarto dalam
(Tohardi, 2002), gaya kepemimpinan akan terlihat dari gaya bersikap dan
bertindak, yaitu :
1. Bagaimana cara memberi perintah,
2. Bagaimana cara memberikan tugas,
3. Cara berkomunikasi,
4. Cara membuat keputusan,
5. Usaha mendorong semangat bawahan,
6. Memberikan bimbingan,
7. Menegakkan disiplin,
8. Bisa mengawasi pekerjaan bawahan,
9. Mengecek laporan dari bawahan,
10. Memimpin rapat,
8
11. Menegur kesalahan bawahan, dan lain-lain.
Cara seorang pemimpin dalam memimpin dapat tercermin dalam gaya
kepemimpinannya, hal tersebut mencakup pada pemahaman pemimpin tentang
bagaimana penerapannya (Harahap, M. D. & Rudianto, 2021). Terdapat tujuh
gaya kepemimpinan (Northouse, 2019):
1. Gaya kepemimpinan situasional
Kepemimpinan situasional adalah metode yang berdasarkan perilaku
tertentu yang disesuaikan dengan kondisi pemimpin dan situasi organisasi.
Gaya kepemimpinan situasional dikelompokkan menjadi empat, setiap gaya
kepemimpinan tersebut menilai atas kesiapan dan kemauan bawahannya
yaitu, telling, selling, participating, dan delegating (Blanchard et al., 1996).
a. Telling
Gaya kepemimpinan ini merupakan perhatian terhadap tugas dengan
level yang tinggi, namun perhatian terhadap hubungannya rendah.
Sesuai dengan individu atau kelompok yang memiliki tingkat
kesiapan yang rendah. Gaya ini bertujuan untuk memfokuskan,
membimbing, dan memantau.
b. Selling
Gaya kepemimpinan ini memiliki perhatian yang tinggi baik
terhadap tugas maupun hubungan, baik diterapkan pada pengikut
dengan level kesiapan dalam pengerjaan tugas sedang. Gaya ini
bertujuan untuk memberikan motivasi serta memastikan.
c. Participating
Gaya kepemimpinan ini memiliki perhatian yang tinggi terhadap
hubungan dan perhatian rendah terhadap tugas, diterapkan pada
pengikut dengan tingkat kesiapan yang tinggi. Gaya ini bertujuan
untuk mendorong pengikut serta melakukan komunikasi dua arah,
dan memfasilitasi pengikutnya dalam proses pengambilan
keputusan.
d. Delegating
Gaya kepemimpinan ini memiliki perhatian yang rendah terhadap
hubungan dan tugas, baik diterapkan pada pengikut dengan tingkat
kesiapan yang sangat tinggi dan pengikutnya yang memiliki
kemampuan dan kemauan yang sangat tinggi. Gaya ini
9
melaksanakan observasi dan memonitoring pengikutnya secara
dekat, lalu melihat hasil dan perkembangannya, memberikan
kekuasaan, tanggung jawab, dan memastikan pengikutnya mencapai
hasil yang diharapkan.
2. Gaya kepemimpinan kontingensi
Teori kepemimpinan kontingensi membahas adanya kesesuaian gaya
kepemimpinan dan lingkungan atau situasi (Robbins, S.P. and Judge,
2007). Menurut fiedler (1967) (dalam (Romli, 2014) teori kepemimpinan
kontingensi memiliki tiga aspek utama yang menentukan kesesuaian situasi
dan pengaruhnya pada kinerja pemimpin, yaitu:
a. Hubungan antara pemimpin dan bawahan (leader - member
relationship)
b. Struktur tugas (the task structure)
c. Kekuatan posisi (position power)
3. Gaya kepemimpinan transformasional
Kepemimpinan transformasional merupakan pendekatan yang
melakukan perubahan dengan melibatkan bawahannya ke dalam
proses perubahan tersebut (Hartono, 2017). Dimana pimpinan mampu
mendorong bawahannya untuk menyelesaikan dan mencapai tujuan
organisasi, namun tetap mampu menyesuaikan dan memahami dengan
para bawahannya. Adapun karakteristik kepemimpinan
transformasional (Avolio, 1987), yaitu :
a. Idealized influence (Charismatic influence)
Pemimpin transformasional harus memiliki kharisma yang mampu
"menyihir" bawahannya untuk mengikuti pemimpinnya. pemimpin
transformasional menjadi bintang model yang dikagumi, diikuti, dan
dihargai oleh pengikutnya.
b. Inspirational motivation
Pemimpin mampu menerapkan standar sekaligus mendorong
bawahan untuk mencapai tujuan tersebut. Pemimpin dengan
karakter seperti ini mampu membangkitkan antusias dan optimis
yang tinggi bawahannya.
c. Intellectual stimulation
10
Pemimpin mampu menstimulasi bawahannya untuk menyelesaikan
permasalahan dengan cermat dan rasional. Dengan kata lain,
pemimpin mampu mendorong bawahan untuk selalu kreatif dan
inovatif.
d. Individualized consideration
Pemimpin memahami perbedaan bawahannya, dalam hal ini
pemimpin mau dan mampu mendengar aspirasi; mendidik, dan
melatih bawahannya. Dengan kata lain, pemimpin mampu
memahami dan menghargai bawahannya dan memperhatikan
keinginan berprestasi para bawahan.
4. Gaya Kepemimpinan Transaksional
Gaya kepemimpinan transaksional berfokus pada pimpinan yang memiliki
gaya yang menerapkan sistem penukaran yang terjadi antara pemimpin dan
pengikutnya. Pemimpin mengharuskan karyawannya untuk bekerja dengan
mengikuti aturan, dengan perencanaan, mencapai tujuan yang ditentukan,
dan mampu menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas (Hartono,
2017).
5. Gaya kepemimpinan yang melayani (servant leadership)
Kepemimpinan yang melayani tercipta dari hati dan bertujuan untuk
melayani dan menghadirkan keinginan untuk menjadi pemimpin, selalu
memastikan dapat memenuhi kebutuhan pihak lainnya.
6. Gaya kepemimpinan autentik
Pemimpin otentik selalu berperilaku secara konsisten dengan nilai – nilai
dan moral, menjunjung tinggi integritas dan kepercayaan diantara
pengikutnya (Henviana & Sutisna, 2018). Selalu bertindak berdasarkan
nilai dan kepercayaan dengan cara terbuka dan jujur sehingga dipandang
sebagai seseorang yang etis oleh para pengikutnya.
7. Gaya kepemimpinan tim
Menurut Fleishman et al. (1991) dalam (Siagian, 2018), Kepemimpinan
suatu tim merupakan tentang cara memastikan keberhasilan kelompok
secara keseluruhan dengan memahami faktor internal dan eksternal yang
kemudian disesuaikan dengan perilaku yang paling cocok untuk
memastikan keefektifan gaya tersebut.
11
Menurut Fiedler dalam (Romli, 2014) Tidak ada pemimpin yang sukses
dengan hanya menggunakan satu gaya kepemimpinan dalam segala situasi.
Pemimpin yang efektif harus mampu menyesuaikan gaya kepemimpinan
mereka agar sesuai dengan kebutuhannya, berarti gaya kepemimpinan yang
optimal adalah gaya yang dapat memperhitungkan dan mengkombinasikan
setiap karakteristik pemimpin, bawahan (pengikut), dan situasinya (Wibowo,
2018).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori Gaya Kepemimpinan
sebagai indikator gaya kepemimpinan apa yang diterapkan pada BPSDM
Hukum dan HAM.
12
3.1. Paradigma Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Metode
berdasarkan pada filsafat post – positivisme dapat digunakan sebagai metode untuk
meneliti pada suatu objek alamiah dan tunggal untuk mendeskripsikan dan
menghasilkan pemahaman secara mendalam yang dimana peneliti berfungsi sebagai
instrumen kunci dalam penelitian (Sugiyono, 2010). Dalam penelitian ini paradigma
yang digunakan adalah paradigma post-positivisme. Paradigma post - positivisme
yang dimana penelitian dilakukan dengan meneliti objek secara alamiah sesuai
dengan kenyataan dan fakta yang sebenarnya yang terjadi di lapangan. Paradigma
post - positivisme menganggap proses verifikasi terhadap suatu temuan hasil observasi
melalui berbagai macam metode lebih relevan. Peneliti mencoba mengetahui dan
memahami bagaimana Gaya Kepemimpinan yang diterapkan di Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan HAM. Dalam paradigma ini
peneliti harus bersifat netral karena hubungan narasumber dan objek harus bersifat
interaktif (Nugrahani, 2014). Namun, narasumber haruslah bersifat netral untuk
menghasilkan hasil yang objektif. Ciri utama paradigma post-positivisme berupa
menampilkan bukti, fakta, atau data yang memiliki makna tertentu yang berkaitan
dengan lingkungannya. Dengan cara ini, pengetahuan yang diperoleh dari hasil
penelitian dapat disebut relevan dan asli.
3.2. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Metode
berdasarkan pada paradigma post-positivisme dapat digunakan sebagai metode untuk
meneliti pada suatu objek alamiah dan tunggal untuk mendeskripsikan dan
menghasilkan pemahaman secara mendalam yang dimana peneliti berfungsi sebagai
instrumen kunci dalam penelitian (Sugiyono, 2010). Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang benar terjadi secara ilmiah, apa adanya, dalam situasi alamiah yang
tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya, menekankan pada gambaran secara alami
(Arikunto, 2010).
Wawancara, observasi, dan dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dan
bukan berupa angka – angka. Metode kualitatif digunakan untuk menjabarkan teori
dan menganalisis permasalahan yang ada di dalam penelitian. Menjadikan teori
sebagai acuan fokus penelitian sesuai dengan kenyataan atau fakta sebenarnya. Hasil
penelitian diperoleh dari wawancara yang akan dideskripsikan mengenai penerapan
gaya kepemimpinan di BPSDM Hukum dan HAM.
13
Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu deskriptif yang berfokus pada
Gaya Kepemimpinan pada BPSDM Hukum dan HAM. Untuk melakukan pengkajian
secara mendalam, peneliti diharuskan untuk mengumpulkan data sebanyak –
banyaknya untuk menghasilkan penelitian yang berkualitas. Peneliti menggunakan
studi deskriptif untuk memperoleh data yang lebih terperinci pada satu fenomena
yang diteliti lalu diuraikan. Melalui studi deskriptif, peneliti melakukan kajian
mendalam mengenai apa yang terjadi pada BPSDM dan gambaran umum tentang
penerapan gaya kepemimpinan di BPSDM Hukum dan HAM. Peneliti berfokus pada
inti dari fenomena penelitian.
Oleh karena itu peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini
dengan mencocokkan realita empirik dengan teori yang berlaku dengan menggunakan
metode deskriptif (Moleong, 2004).
Sumber : https://bpsdm.kemenkumham.go.id
Dalam penelitian ini yang berperan sebagai subjek penelitian adalah pemimpin
dan empat orang staff BPSDM Hukum dan HAM yang ditentukan secara random oleh
pihak organisasi. Subjek penelitian dianggap kredibel dalam memberikan informasi
yang berhubungan dengan kondisi dan situasi yang terdapat pada latar belakang
penelitian, subjek penelitian juga mampu dan memiliki wewenang dalam memberikan
jawaban pertanyaan yang diajukan oleh peneliti untuk menghasilkan informasi
mengenai gaya kepemimpinan seperti apa yang diterapkan di BPSDM Hukum dan
HAM.
Visi : masyarakat memperoleh kepastian hukum
Misi :
1. Mewujudkan peraturan perundang – undangan yang berkualitas;
2. Mewujudkan pelayanan hukum yang berkualitas;
3. Mewujudkan penegakkan hukum yang berkualitas;
14
4. Mewujudkan penghormatan, pemenuhan, dan perlindungan Hak Asasi
Manusia (HAM);
5. Mewujudkan layanan manajemen administrasi Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia (HAM); dan
6. Mewujudkan aparatur Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
(HAM) yang proffesional dan berintegritas.
3.2.2. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah gambaran tujuan ilmiah yang akan dijabarkan untuk
menghasilkan data dan informasi yang relevan. Adapun objek penelitian yang akan
diteliti yaitu penerapan gaya kepemimpinan di BPSDM Hukum dan HAM.
3.3. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM)
Hukum dan HAM Jakarta yang merupakan kantor Pusat Pengembangan Sumber Daya
Manusia dibawah naungan Kementerian Hukum dan HAM. Berlokasi di JL. Raya
Gandul No. 4, Kec. Gandul, Kota Depok, Jawa Barat. Penelitian ini berfokus pada
gaya kepemimpinan yang diterapkan di BPSDM Hukum dan HAM yang diterapkan
oleh pimpinan BPSD Hukum dan HAM dan jajarannya.
3.4. Informasi Penelitian
Dalam studi ini, peneliti mencari informasi secara mendalam dengan wawancara
informan kunci (key informan) yang bertujuan untuk meningkatkan data penelitian.
Informan kunci yang ditetapkan peneliti pada penelitian ini merupakan pegawai di
BPSDM Hukum dan HAM Jakarta. Untuk mendapatkan informan, peneliti
menghubungi Kepala Bagian Kepegawaian BPSDM Hukum dan HAM dan
menanyakan beberapa informasi yang diperlukan, sehingga dapat disarankan
beberapa informan yang tepat untuk dapat menjawab pertanyaan penelitian.
Dalam proses pengumpulan data, para peneliti menggunakan metode wawancara
untuk mendapatkan informasi verbal melalui pembicaraan tatap muka dengan
narasumbernya. Informasi yang dikumpulkan berkaitan dengan gaya kepemimpinan
yang diterapkan pada BPSDM Hukum dan HAM. Dalam penelitian ini akan diawali
dengan pertanyaan terstruktur dan kemudian pertanyaan – pertanyaan tersebut akan
dikembangkan untuk menciptakan data yang lebih mendalam. Berikut adalah daftar
informan pada penelitian ini:
15
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah salah satu unsur terpenting dalam penelitian,
penggunaan teknik yang benar dapat menghasilkan data dengan integritas yang tinggi.
3.4.1.Data Primer
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua metode pengumpulan data, yaitu
observasi dan wawancara untuk mengumpulkan data pada penelitian ini.
a. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri yang
spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain (Sugiyono, 2018). Objek
diamati secara langsung dengan memahami dan melihat lingkungan sekitarnya.
Dalam penelitian ini, para peneliti mengamati Gaya Kepemimpinan pada
BPSDM Hukum dan HAM dengan menggunakan teknik observasional.
b. Wawancara (interview)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-
hal dari responden yang lebih mendalam (Sugiyono, 2016). Teknik wawancara
digunakan untuk mengumpulkan informasi dan pelengkap dari metode
observasi. Dalam penelitian ini, wawancara berfungsi sebagai metode
pengumpulan data, dengan cara tanya – jawab secara verbal atau tatap muka,
baik secara langsung maupun tidak langsung (online) antara peneliti dan
narasumber terpilih.
Wawancara mendalam (in depth interview) adalah metode yang digunakan
oleh peneliti untuk mendapatkan data (Ananda, 2016). Dalam studi ini, peneliti
menggunakan wawancara tatap muka untuk menghasilkan data dan informasi
yang dapat dipercaya dan mendalam.
3.4.2.Data Sekunder
Teknik dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi
dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2016). Dokumentasi adalah
metode untuk mengumpulkan data yang memerlukan pengambilan data yang
dikumpulkan dari sumber yang tersedia. Dalam penelitian ini, peneliti menghasilkan
data sekunder melalui studi pustaka, literature jurnal, skripsi terdahulu, dokumen
organisasi, dan website organisasi.
16
3.5. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, para peneliti menggunakan metode analisis data
kualitatif yang tidak didalamnya tidak ada perhitungan statistik, melainkan
menggunakan penalaran untuk menjelaskan, menguraikan, dan menggambarkan
fenomena secara mendalam dan sistematis tentang fakta dan kenyataan pada
lapangan, dan kemudian diolah menjadi kesimpulan untuk menghasilkan solusi untuk
suatu permasalahan.
Analisis data terdiri dari tiga tahapan kegiatan yang terjadi secara bersamaan
(Mathew & Huberman, 1992), yaitu :
1. Reduksi data, dapat diartikan sebagai proses pengelompokan yang
dipusatkan pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data
kasar yang didapatkan dari catatan – catatan kasar selama penelitian.
Proses ini terjadi secara terus – menerus selama penelitian
berlangsung. Selama proses pengumpulan data berlangsung, tahapan
reduksi juga telah dilakukan, dari membuat ringkasan, menelusuri
tema, dan membuat kelompok pembahasan yang datanya diperoleh
dari BPSDM Hukum dan HAM. Pelaksanaan reduksi data oleh peneliti
dengan membuat data yang terkumpul dari narasumber dan perusahaan
untuk menajamkan, mengkategorikan, mengarahkan, membuang data
yang relevan/tidak, dan kemudian diorganisasikan dengan sedemikian
rupa untuk menghasilkan kesimpulan – kesimpulan yang dapat ditarik
dan diverifikasi.
2. Penyajian data kualitatif, data dan informasi yang telah tersusun
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan sehingga penyajian data yang baik menjadi salah satu cara
bagi peneliti agar valid. Data dan informasi tersebut dapat berupa
grafik, bagan, infografis, dan sejenisnya. Semua dirancang untuk
menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang
lebih mudah dibaca dan dipahami. Akibatnya, peneliti dapat melihat
apa yang sedang terjadi dan dapat menentukan apakah kesimpulan
yang diambil sudah benar atau perlu dilakukan kembali analisis
menurut saran yang terdapat dan terlihat dari penyajian data.
3. Penarikan kesimpulan/verifikasi, kesimpulan – kesimpulan yang
telah terkumpul diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi
17
ini digunakan untuk memastikan kembali bahwa apa yang telah
peneliti kumpulkan dari data, saran, pendapat, informasi, dan tinjauan
sejak penelitian dilakukan sudah sesuai. Pengujian makna – makna
yang muncul dari data harus diuji kebenaran, kekokohan, dan
kecocokannya yang menjadi validitasnya. Kesimpulan akhir tidak
hanya diraih dari proses pengumpulan data, tetapi perlu diverifikasi
agar dapat dipertanggungjawabkan.
3.6. Keabsahan Data
Pemeriksaan pada keabsahan data pada dasarnya, selain digunakan sebagai
penyanggah baik yang ditunjukkan kepada penelitian kualitatif yang mengatakan
tidak ilmiah, juga sebagai unsur yang tidak terpisahkan dari tubuh pengetahuan
penelitian kualitatif (Moleong, 2007). Untuk melaksanakan pemeriksaan terhadap
data tersebut peneliti memerlukan keabsahan data. Salah satunya adalah triangulasi
yang merupakan teknik keabsahan data dengan menggunakan hal lain yang berada di
luar data yang diperlukan sebagai pembanding dengan data yang diperlukan.
Triangulasi data dikategorikan menjadi empat yaitu triangulasi teknik, triangulasi
sumber, triangulasi teori, dan triangulasi penyidik.
a. Triangulasi teori
Triangulasi teori digunakan untuk uji keabsahan data dengan menggunakan
teori yang sudah ada dengan menggunakan cara pandang dan perkiraan bahwa
data tertentu tidak dapat diperiksa dan dijelaskan dengan satu teori saja.
b. Triangulasi teknik
Triangulasi teknik digunakan untuk menguji kredibilitas data dengan cara
mengecek data kepada sumber yang berbeda dengan teknik yang sama.
Misalnya untuk mengecek data dapat melalui wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Data yang diperoleh dapat berbeda sesuai dengan pandangan
peneliti.
c. Triangulasi sumber
Triangulasi sumber dilakukan untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan
dengan mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber. Pada teknik
ini data yang diperoleh dibandingkan dan diperiksa dengan informasi yang
sudah diperoleh dari sumber penelitian dan dianalisis oleh peneliti.
d. Triangulasi penyidik
18
Triangulasi penyidik digunakan dengan bantuan pengamat lain diluar peneliti
dengan tujuan melakukan penilaian kembali data yang sudah diperoleh oleh
peneliti.
19
4.2. Hasil Penelitian
Untuk mendapatkan hasil penelitian, peneliti memperoleh data dengan wawancara
kepada informan kunci dan informan pendukung. Wawancara dilakukan secara tatap
muka pada bulan Juni. Pada bagian ini, penulis memberikan penjelasan dan
pembahasaan terkait data yang ditemukan sebelumnya. Dalam pembahasan, peneliti
menggunakan konsep yang sudah ditetapkan sebelumnya.
4.2.1. Gaya Kepemimpinan di BPSDM Hukum dan HAM
Gaya kepemimpinan bukan merupakan bakat yang dimiliki oleh manusia
sejak lahir maka dari itu gaya kepemimpinan dipelajari dan diterapkan dalam
prosesnya harus sesuai dengan situasi yang dihadapi (Herujito, 2006). Dalam
memimpin staf - stafnya, pimpinan BPSDM Hukum dan HAM menggunakan
gaya yang berbeda - beda disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang terjadi
saat itu.
Gaya kepemimpinan merupakan cara seorang pemimpin berinteraksi dan
berkomunikasi dengan orang – orang terkait dibawahnya yang dapat
mempengaruhi bawahannya untuk melakukan sesuatu. Dengan kata lain, gaya
kepemimpinan adalah pola tingkah laku seorang pimpinan yang diterapkan
kepada orang lain, gaya kepemimpinan yang diterapkan bisa berbeda – beda
tergantung apa dasar dan motivasinya ataupun orientasi terhadap tugas atau
orang, sehingga tingkah laku dan gayanya menjadi pembeda dirinya dengan
orang lain.
Gaya kepemimpinan pimpinan BPSDM Hukum dan HAM dianggap ideal
karena beliau mampu membimbing dan merangkul bawahannya dengan
bijaksana yang bertujuan untuk mendorong kreativitas pegawainya, seperti yang
dinyatakan oleh Ibu Dyah
Hal tersebut diyakini oleh pernyataan dari Ibu Serly selaku staf muda yang
juga menyampaikan bahwa dengan gaya kepemimpinan beliau yang mengayomi
membuat seluruh pegawai merasa nyaman sehingga menghasilkan semangat
dalam bekerja.
20
“beliau sangat mengayomi memberikan energi positif kepada
bawahannya baik dari pekerjaan maupun lingkungan, kalau yang dulu
kita ga merasakan seasri ini, jadi lebih semangat kerjanya juga.”
Tidak hanya itu, pimpinan juga sering memberikan ruang dan waktu kepada
pegawai yang memberikan pendapat atau masukan. Pimpinan merangkul
bawahannya untuk menghindari terjadinya permasalahan yang sama. Hal
tersebut membuat para pegawai memandang pimpinan sebagai orang yang
bijaksana. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Theresia
21
Hal tersebut diyakini oleh pernyataan dari Ibu Serly selaku staf muda yang
juga menyampaikan bahwa dengan gaya kepemimpinan beliau yang
mendelegasikan wewenang secara berjenjang dan selalu mendorong motivasi
membuat seluruh pegawai merasa nyaman sehingga menghasilkan semangat
dalam bekerja.
“Pimpinan mendelegasikan wewenangnya secara struktural
berjenjang melalui pejabat yang berada dibawahnya, jadi tidak
dengan sembarangan atau semaunya tapi tetap ada tata caranya dan
secara resmi, pimpinan juga mendelegasikan wewenangnya saat
konsolidasi rutin sembari memberikan motivasi kepada
bawahannya, misal semangatnya udah mulai kendor nih biasanya
bapak ngasih quotes kutipan gitu untuk memotivasi”.
22
direalisasikan dengan sebaik mungkin. Proses tersebut dirundingkan dengan
pihak terkait saat konsolidasi. Seperti yang dinyatakan oleh Ibu Dyah
“Pimpinan selalu melibatkan bawahannya dalam proses
pengambilan keputusannya pun secara terstruktur, jadi pasti
dirundingkan dahulu dengan pejabat dibawahnya seperti Kepala
Sekretariat dan pimpinan Kepala Pusat yang ada di BPSDM Hukum
dan HAM nah biasanya dirundingkan pas konsolidasi setiap hari
senin itu.”
Hal tersebut diyakini oleh pernyataan dari Ibu Serly selaku staf muda yang
juga menyampaikan bahwa pimpinan menciptakan hubungan yang baik dengan
bawahannya terutama saat proses pengambilan keputusan yang dirundingkan di
rapat rutin dengan bersama - sama.
23
“Jadi permasalahan apapun pimpinan selalu memberitahu stafnya
karena BPSDM kan lingkungannya kecil jadi di rapat konsolidasi itu
penting ya wajib nah di rapat konsul itu, baik informasi terkait
kesalahan maupun bukan pasti diberitahu seluruh stafnya, sampai
PPNPN pun pasti tau.”
Hal tersebut diyakini oleh pernyataan dari Ibu Serly selaku staf muda yang
juga menyampaikan bahwa pimpinan menyebarkan informasi secara terstruktur
melalui staf dibawahnya hingga staf terbawah.
Tidak hanya itu, beliau menyebutkan bahwa informasi disebarkan melalui staf
dibawahnya hingga staf terbawah. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Theresia
“jadi berjenjang nanti di share ada informasi apa ada permasalahan
apa nanti diinformasikan ke staf - stafnya jadi semuanya tau.”
Hal tersebut diyakini oleh pernyataan dari Ibu Serly selaku staf muda yang
juga menyampaikan bahwa kenyamanan pada lingkungan kerja yang diciptakan
oleh pimpinan mendorong semangat kerja pegawai dalam bekerja.
24
“Pimpinan baik sangat mengayomi, jadi selalu memberikan energi
positif kepada bawahannya baik melalui pekerjaan maupun
lingkungan jadi ada perubahan dibanding dengan pimpinan
sebelumnya, jadi selalu berusaha membuat staf – stafnya untuk
selalu dekat dengan pimpinan, benar – benar dinaungi seperti
keluarga.”
Tidak hanya itu, beliau menyebutkan bahwa pimpinan selalu mendekatkan diri
kepada para pegawai dan memberikan energi positif yang membuat para
pegawai merasa nyaman dan ingin selalu dekat dengan pimpinan. Seperti yang
dikatakan oleh Ibu Theresia
Hal tersebut diyakini oleh pernyataan dari Ibu Serly selaku staf muda yang
juga menyampaikan bahwa proses penyelesaian masalah dilakukan pimpinan
dengan berunding bersama - sama pegawainya dan mencari solusi terbaik dari
masalah tersebut.
“setiap konsolidasi senin itu wajib, nanti ditanya ada permasalahan
apa atau ada yang harus dirundingkan kah, nanti kalau ada dicari
solusinya gimana, terutama mengenai pegawai.”
25
Tidak hanya itu, beliau menyebutkan bahwa proses penyelesaian masalah
dilakukan di konsolidasi atau rapat rutin setiap hari senin baik permasalahan
internal dan eksternal. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Theresia
“Pimpinan selalu meminta pendapat dari orang – orang yang
berkaitan jadi bila ada laporan permasalahan yang tidak sesuai
beliau tidak langsung memutuskan jadi selalu mengklarifikasi dan
selalu memperhatikan masukan dari bawahannya, kalau masalah
diluar kedisiplinan biasanya pejabat dibawahnya seperti kepala
pusat yang membimbing jadi dilihat dulu tingkat kesalahannya
terutama yang berkaitan dengan pegawai karenakan ada
peraturannya.”
Hal tersebut diyakini oleh pernyataan dari Ibu Serly selaku staf muda yang
juga menyampaikan bahwa pimpinan memberikan reward kepada stafnya
apabila tujuan diselesaikan secara baik dan benar, reward berupa pengakuan
dari pimpinan dan dinas luar kota sambil berlibur.
“sebagai pengakuan biasanya bapak memberikan reward berupa
piagam atau dinas luar kota, jadi masih di lingkup dinas karna kita
pemerintahan ga mungkin hadiah uang justru bahaya, jadi sambil
belajar bekerja dan jalan - jalan.”
26
Tidak hanya itu, beliau menyebutkan bahwa pemberian reward kepada staf
teladan berupa piagam penghargaan dan dinas luar kota. Seperti yang dikatakan
oleh Ibu Theresia
“kalau reward ga secara langsung diberikannya karena disini ada
mekanisme penilaian pegawai teladan jadi sesuai prosedur kantor
aja kalau secara pribadi nggak ada, jadi bentuknya bukan materi
berupa pengakuan kayak dilibatkan dalam tim khusus tim
istimewa.”
Hal tersebut diyakini oleh pernyataan dari Ibu Serly selaku staf muda yang
juga menyampaikan bahwa pimpinan mengizinkan siapapun untuk mengkritik
namun para stafnya tidak berani melakukan kritik karena tingkat jabatan atau
eselon yang lebih tinggi.
“kalau langsung engga tapi beliau siap menerima kritik tapi ya itu
bawahannya yang ga berani kritik secara langsung, kalau saran ya
jelas bapak seneng banget sangat diterima.”
27
Tidak hanya itu, eliau menyebutkan bahwa pimpinan siap menerima kritik
namun stafnya tidak berani mengkritik dan hanya memberikan masukan saja.
Seperti yang dikatakan oleh Ibu Theresia
“Jadi kritik dan saran itu pasti biasanya beliau ngasih ruang dan
waktu pas konsolidasi hari Senin jadi nanti ditanya, malah beliau
sangat senang kalau ada stafnya yang memberikan inovasi, jadi
ada tim inovasi tujuannya menampung ide anak – anak muda ada
forumnya, jadi beliau ingin melibatkan anak – anak muda.”
Dengan demikian, pimpinan selalu memberikan ruang dan waktu untuk kritik
dan saran pada konsolidasi rutin dan menggabungkan staf - staf muda yang
memiliki inovasi atau ide baru kedalam tim yang sama. Dalam hal penerimaan
kritik dan saran, pimpinan BPSDM Hukum dan HAM memberikan waktu
penyampaiannya di setiap rapat konsolidasi yang dilaksanakan pada setiap hari
Senin, jika pimpinan menilai bahwa kritik atau saran baik untuk kepentingan
organisasi maka akan segera diterapkan. Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa setiap staf memiliki ruang untuk menyampaikan kritik dan saran kepada
pimpinan BPSDM Hukum dan HAM.
2. Inspirational motivation
Pemimpin mendorong bawahannya untuk mencapai tujuan dengan
memberikan semangat menggunakan quotes motivasi dan reward
sebagai pengakuan dari pimpinan kepada staf yang memiliki capaian
kinerja, pimpinan juga mengikutsertakan staf teladan kedalam tim
khusus yang bertanggung jawab atas inovasi baru yang akan
diterapkan.
3. Intellectual stimulation
Pimpinan selalu melibatkan bawahannya dalam proses penyelesaian
masalah dengan berunding bersama - sama dan mencari solusi yang
mengharuskan stafnya berpikir dengan cermat dan rasional. Pimpinan
selalu memberikan ruang untuk stafnya yang ingin menyampaikan
pendapat atau solusi untuk penyelesaian permasalahan.
4. Individualized consideration
Pemimpin memahami perbedaan bawahannya, dalam hal ini pemimpin
mau dan menerima kritik, saran, dan inovasi dari bawahannya dengan
memberikan ruang saat konsolidasi rutin dan menciptakan tim inovasi
untuk menampung aspirasi dan ide - ide baru dari bawahannya
khususnya stad - staf muda. Pemimpin mampu memahami dan
menghargai bawahannya.
34
Ikatan emosional yang dibangun bersama staf – stafnya dengan baik menjadi salah
satu cara alami yang dilakukan oleh pimpinan BPSDM Hukum dan HAM yang sangat
peka terhadap lingkungan disekitarnya. Tipe kepemimpinan transformasional
mendominasi pada perilaku pimpinan BPSDM Hukum dan HAM sehingga menjadi
contoh atau panutan untuk para staf – stafnya. Menurut salah satu pegawai dari hasil
wawancara dikatakan bahwa dalam hal kedisiplinan maupun kualitas pelayanan,
pimpinan sangat berperan secara signifikan. Berdasarkan teori Robbins dan Yukl
dalam (Edison, 2016), pimpinan telah menerapkan Gaya Kepemimpinan
Transformasional sesuai dengan teori tersebut. Pemimpin mengembangkan dan
menginspirasi bawahannya. Para pegawai merasakan kepercayaan, kekaguman,
kesetiaan, dan penghormatan terhadap pemimpin, hingga termotivasi untuk
melaksanakan lebih daripada yang diharapkan.
Kepemimpinan transformasional salah satu gaya kepemimpinan modern yang
mampu mengubah dari visi misi menjadi aksi yang dilakukan dengan membuat visi
yang jelas, memotivasi pegawainya untuk menjadi kreatif, inovatif, serta membangun
komunikasi yang efektif. Berdasarkan hasil penelitian Andreas Avellino (2017), hal
ini sesuai bahwa gaya kepemimpinan dengan penerapan gaya kepemimpinan
transformasional memberikan inspirasi yang dijadikan panutan dalam bekerja, dengan
adanya pemimpin kreatif maka memicu karyawan untuk mengemukakan inovasi baru
bagi perusahaan, serta memberikan semangat dan motivasi bagi karyawan untuk
bekerja lebih baik lagi.
Berdasarkan hasil analisa peneliti melihat bahwa gaya kepemimpinan yang
diterapkan oleh pimpinan BPSDM Hukum dan HAM untuk mengembangkan kualitas
pegawainya sebagai panutan organisasi lain. Hal yang ditemukan dalam penelitian ini
adalah pemberian motivasi yang bertujuan untuk menciptakan generasi yang
berkualitas, saat ini yang dilakukan oleh pimpinan tidak hanya untuk pihak internal
saja namun untuk pihak eksternal organisasi seperti masyarakat umum. Penerapan
gaya kepemimpinan juga diterapkan dengan baik oleh pimpinan karena mampu
menghasilkan lingkungan kerja yang nyaman dan menyenangkan. Walaupun belum
dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat umum.
35
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disampaikan peneliti, didapatkan
kesimpulan bahwa Gaya Kepemimpinan yang diterapkan oleh pimpinan BPSDM
Hukum dan HAM, sebagai berikut :
1. Dalam menjalani tugasnya sebagai pemimpin BPSDM Hukum dan HAM
selaku organisasi pemerintahan, gaya pimpinan saat berinteraksi dan
berkomunikasi dengan staf - stafnya sangat mengayomi. Pimpinan menjadi
inspirasi staf - stafnya untuk meningkatkan kualitas dirinya. Lingkungan
nyaman yang diciptakan oleh pimpinan pun menjadi pemicu staf - stafnya
dalam mengembangkan kreativitas diri. Dari hasil penelitian, pimpinan
BPSDM Hukum dan HAM memiliki karakteristik Idealized influence,
inspirational motivation, intellectual stimulation, dan individualized
consideration. Tipe kepemimpinan transformasional mendominasi pada
perilaku pimpinan BPSDM Hukum dan HAM sehingga menjadi contoh atau
panutan untuk para staf – stafnya.
2. Penerapan gaya kepemimpinan oleh pimpinan BPSDM Hukum dan HAM
digunakan dalam cara memberi perintah, cara memberikan tugas, cara
berkomunikasi, cara membuat keputusan, usaha mendorong semangat
bawahan, memberikan bimbingan, menegakkan disiplin, bisa mengawasi
pekerjaan bawahan, mengecek laporan dari bawahan, memimpin rapat, dan
menegur kesalahan bawahan. Sehingga penerapan gaya kepemimpinan
tersebut menghasilkan pengembangan kualitas para pegawainya dalam
memberikan capaian dan kinerja. Maka dari itu, penerapan gaya
kepemimpinan yang dilakukan menghasilkan transformasi dengan ditandainya
adanya perubahan pada setiap tahapan kegiatan.
5.2. Saran
Pada penelitian terkait analisis gaya kepemimpinan di Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Hukum dan HAM Jakarta, peneliti memberikan saran secara
akademis dan praktis untuk dijadikan pembelajaran kedepannya
5.2.1 Saran Akademis
1. Peneliti berharap pada penelitian selanjutnya dapat menggunakan konsep yang
berbeda untuk mendapatkan unsur keterbaruan dalam penelitian selanjutnya.
2. Dalam penelitian ini, peneliti menjelaskan terkait penerapan gaya
kepemimpinan yang dilakukan oleh Kepala BPSDM Hukum dan HAM Jakarta
36
dengan menggunakan teori Gaya Kepemimpinan oleh Peter G. Northouse
(2019). Peneliti berharap akan lebih banyak penelitian terkait gaya
kepemimpinan dengan menggunakan teori lainnya agar mendapatkan unsur
keterbaruan dalam penelitian.
5.2.2 Saran Praktis
1. Pimpinan BPSDM Hukum dan HAM Jakarta harus mempertahankan dan terus
meningkatkan gaya kepemimpinan yang selama ini diterapkan agar tujuan
organisasi dapat tercapai karena terbukti dari penelitian yang dilakukan
memperoleh hasil bahwa staf mampu mengikuti gaya kepemimpinan yang
diterapkan.
2. Pimpinan BPSDM Hukum dan HAM diharapkan dapat memberikan
keyakinan kepada stafnya yang ingin memberikan kritik yang bertujuan untuk
mewujudkan organisasi, karena kritik dari yang dipimpin sangat bermanfaat
dalam proses penerapan gaya kepemimpinan
37