Anda di halaman 1dari 37

1.1.

Latar belakang
Setiap organisasi sangat bergantung pada Sumber Daya Manusia (SDM) agar organisasi
tersebut dapat berjalan sesuai dengan visi dan misi yang telah ditentukan. SDM tersebut
meliputi pimpinan hingga karyawan. Seorang pemimpin yang dapat menginspirasi dan
memotivasi bawahannya sangat penting untuk keberhasilan suatu organisasi. Suatu organisasi
mengharuskan untuk memiliki pemimpin yang dapat mengarahkan organisasinya sesuai
dengan tujuannya. Untuk mencapai suatu tujuan, dibutuhkan rasa hormat dan kepercayaan
dari bawahan terhadap pimpinan, hal ini hanya dapat dicapai jika seorang pemimpin dapat
memberikan inspirasi pada karyawannya dengan penuh semangat.
Saat ini dunia sudah berkembang dengan pesat, kepemimpinan yang baik sangat penting
dalam setiap organisasi, terutama dalam menghadapi tantangan di masa depan.
Kepemimpinan yang efektif membutuhkan pemahaman tentang kelemahan dan kelebihan
bawahannya untuk dapat menangani suatu masalah dengan efektif dan memaksimalkan
keberhasilan organisasi  (Budiarso, 2016).
Arah tujuan organisasi ditetapkan oleh pemimpin organisasi.  Kepemimpinan yang efektif
dapat memberikan dampak yang positif bagi organisasi, sebaliknya jika kepemimpinan tidak
efektif dapat memberikan dampak negatif bagi organisasi di kedepannya. Dalam suatu
organisasi diperlukan kerjasama antara pemimpin dan karyawan, pemimpin akan memberi
arahan yang baik kepada karyawannya dan karyawan akan mengikuti arahan dari
pemimpinnya. Dengan gaya kepemimpinan yang berbeda – beda yang dimiliki setiap
pimpinan. 
Setiap pimpinan dapat menggunakan berbagai gaya yang dapat diterapkan untuk mencapai
tujuan organisasi, dan gaya kepemimpinan yang sukses dapat menjadi salah satu faktor
terpenting dalam keberhasilan organisasi. Salah satu pimpinan yang menerapkan gaya
kepemimpinan tersendiri yaitu Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan
HAM yang merupakan satu dari sekian banyak organisasi di lingkungan Kementerian Hukum
dan HAM yang bertugas meningkatkan kualitas sumber daya manusia.  Berdasarkan hasil
pra-riset dan pengamatan penulis yang dilaksanakan dalam waktu satu bulan tepatnya pada
bulan Oktober 2021, pimpinan BPSDM saat ini yaitu Dr. Asep Kurnia, berinteraksi dengan
bawahannya melalui konsolidasi rutin, nota dinas dan lisan, monitoring, hingga evaluasi
kinerja bawahannya. Pimpinan juga mengikutsertakan bawahannya untuk mengikuti
pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi yang menghasilkan pembaharuan
dan capaian sesuai dengan tujuan organisasi, hingga selalu mengikutsertakan bawahannya
dalam pengambilan keputusan dan menerima jika ada bawahannya yang memberikan kritik,
1
pendapat, dan saran. Dalam proses pengambilan keputusan, pimpinan mengajak bawahannya
mulai dari jajaran pimpinan hingga staf bahkan pegawai Pegawai Pemerintah Non Pegawai
Negeri (PPNPN) untuk mengikuti konsolidasi yang selalu dilaksanakan setiap hari Senin
dengan tujuan membahas laporan kinerja dari setiap bidang. Tujuan dari konsolidasi tersebut
adalah untuk meningkatkan interaksi antara pimpinan dan pimpinan organisasi, pimpinan
dengan bawahan, hingga seluruh lingkungan dengan maksud untuk menerapkan perubahan
yang memajukan tujuan organisasi.
Komunikasi yang baik harus dimiliki oleh seorang pemimpin yang berkaitan dengan
tugasnya untuk membimbing, mengarahkan, dan mendorong staf - stafnya untuk menjalankan
aktivitas guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kenyamanan lingkungan pekerjaan
dapat dihasilkan dari proses penyampaian informasi oleh pimpinan kepada bawahan. Urgensi
dari penelitian ini adalah, peneliti tertarik menjadikan BPSDM Hukum dan HAM sebagai
objek penelitian karena menjadi salah satu organisasi pemerintah yang sukses dalam
menerapkan komitmen berkelanjutan di lingkungan organisasinya yaitu melalui pimpinan
yang mampu menciptakan lingkungan yang nyaman baik dari cara berkomunikasi,
berperilaku, hingga menciptakan lingkungan yang nyaman. Hal tersebut menghasilkan
capaian - capaian yang diantaranya, adanya media online Rumah Belajar (RUMBEL) yang
bertujuan sebagai media pembelajaran yang didalamnya terdapat bukti – bukti dari kegiatan
dan capaian yang dihasilkan oleh BPSDM Hukum dan HAM, peringkat I kategori
pemanfaatan SAPK & CAT, peringkat II kategori Penilaian Kompetensi Kementerian &
Lembaga Negara pada BKN Award tahun 2020, Wilayah Bebas Korupsi dan Wilayah
Birokrasi Bersih Melayani (WBK/WBBM) yang diberikan oleh Kementerian PAN dan RB,
dan sebagainya. Dalam proses menciptakan perubahan yang sesuai dengan tujuannya, gaya
kepemimpinan yang digunakan oleh pimpinan BPSDM Hukum dan HAM terbilang optimal
sesuai dengan perencanaan yang menjadi tujuan utamanya dan mengharuskan bawahannya
untuk menyesuaikan dengan tujuan tersebut. 
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu staf BPSDM Hukum dan HAM ditemukan
bahwa, pimpinan selalu mengapresiasi bawahannya yang mampu menciptakan pembaharuan
dan capaian dengan memberikan reward berupa dinas luar kota atau piagam penghargaan
kepada bawahannya yang memiliki capaian kinerjanya, sehingga para bawahannya pun
semakin bersemangat dan termotivasi dalam menghasilkan capaian kinerja. Pimpinan juga
melakukan monitoring melalui bawahannya yang dilakukan dengan cara berjenjang atau
sesuai jabatan struktural yang bertujuan untuk meminimalisir kesalahan yang akan terjadi
dikemudian hari secara birokrasi dengan laporan yang diberikan oleh pemangku kepentingan
2
yang selanjutnya akan dievaluasi dan ditindaklanjuti bila mana terjadi kesalahan, terutama
dalam proses mengembangkan sumber daya manusia-nya. 
Oleh karena itu gaya kepemimpinan sangatlah penting bagi suatu perusahaan. Gaya
kepemimpinan yang diterapkan akan berdampak besar bagi kepentingan organisasi,
khususnya para pemimpin yang perlu menggunakan gaya kepemimpinan yang tepat untuk
dapat memotivasi, menginspirasi dan mempengaruhi bawahannya sehingga mereka dapat
melakukan seluruh pekerjaan yang diberikan secara efektif dan efisien dalam mencapai suatu
tujuan dari perusahaan (Hartanto, 2016).
Berbagai kajian terdahulu telah membahas mengenai Gaya Kepemimpinan di suatu
organisasi atau perusahaan. Seperti riset yang dilakukan oleh Ervin Kurniawan (2018) yang
membahas mengenai penerapan gaya kepemimpinan dan penerapan nilai - nilai
kepemimpinan untuk membantu mensukseskan pimpinan dan tercapainya tujuan organisasi.
Lalu penelitian yang dilakukan oleh Insan Harapan Harahap (2019) mengenai penerapan
gaya kepemimpinan dalam pemeliharaan proses politik dan ekonomi untuk mengembangkan
Singapura menjadi Negara maju dan metropolitan dengan waktu yang singkat.
Sehingga peneliti menemukan perbedaan penelitian yang sedang dilakukan dengan penelitian
- penelitian sebelumnya. Penelitian sebelumnya membahas mengenai penerapan gaya
kepemimpinan di suatu perusahaan, namun penerapan gaya kepemimpinan tersebut tidak
dilakukan di BPSDM Hukum dan HAM. Lalu dalam penelitian terkait penerapan gaya
kepemimpinan di Singapura peneliti mendapati perbedaan dalam tujuan  penerapan gaya
kepemimpinan tersebut.
Selain itu penelitian ini menjadi pembeda yang dimana penelitian - penelitian sebelumnya
belum pernah membahas mengenai Gaya Kepemimpinan di BPSDM Hukum dan HAM.
Selain itu penelitian lain belum pernah membahas mengenai bagaimana penerapan gaya
kepemimpinan di BPSDM Hukum dan HAM. Peneliti melihat suatu ketertarikan dalam
mengangkat tema penelitian ini, dimana peneliti ingin memberitahukan kepada masyarakat
umum bahwa BPSDM Hukum dan HAM selalu turut andil dalam lingkup kehidupan sosial.
Penelitian ini juga akan menjadi sebuah acuan bagi organisasi atau bidang akademik, dimana
peneliti mencoba mencari tahu bagaimana penerapan gaya kepemimpinan oleh pimpinan
BPSDM Hukum dan HAM di lingkungan organisasi. Penelitian ini juga dapat menjadi
sebuah informasi bahwa BPSDM Hukum dan HAM selalu memperbaiki kualitasnya dari
tahun ke tahun, apalagi organisasi ini berperan sebagai penggerak utama dalam
mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) terutama di lingkungan Kementerian Hukum
dan HAM.
3
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti tertarik ingin
mengetahui bagaimana gaya kepemimpinan Pimpinan BPSDM Hukum dan HAM dalam
menjalankan perannya sebagai pemimpin organisasi untuk melaksanakan tanggung
jawabnya. Oleh karena itu peneliti ingin membahas secara mendalam melalui penelitian
skripsi yang berjudul “Analisis Gaya Kepemimpinan di Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Hukum dan HAM”.

1.2. Fokus Penelitian


Peneliti membatasi penelitian ini pada gaya kepemimpinan yang diterapkan pada Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan HAM
1.3. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gaya kepemimpinan dan penerapan gaya
kepemimpinan pada Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan HAM.
1.4. Identifikasi Masalah
1. Gaya kepemimpinan seperti apa yang diterapkan di BPSDM Hukum dan HAM?
2. Bagaimana penerapan gaya kepemimpinan di BPSDM Hukum dan HAM?
1.5. Manfaat penelitian
1. Manfaat teoritis
Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan informasi serta membantu
menambah pemahaman dan wawasan bagi pihak - pihak yang berkepentingan dalam
dunia kerja mengenai komunikasi organisasi khususnya yang berkaitan dengan gaya
kepemimpinan. Serta menjadi sumber informasi dan acuan organisasi lainnya yang
berkaitan dengan gaya kepemimpinan.
2. Manfaat praktis
Peneliti berharap hasil penelitian ini menjadi sumber informasi, motivasi, dan
pengetahuan bagi Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Hukum
dan HAM terkait gaya kepemimpinan sehingga dapat menjadi bahan evaluasi dari
gaya kepemimpinan yang diterapkan

4
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi adalah sekelompok masyarakat yang memiliki tujuan
yang sama didalam suatu wadah, dengan kata lain organisasi dapat terbentuk dari
beberapa aspek yang disatukan oleh visi dan misi serta tujuan yang sama.
Proses komunikasi harus dikelola secara efektif karena tidak semua individu
dapat menerima dan memahami pesan dengan cara yang sama, sehingga dalam
suatu organisasi diperlukan keterampilan komunikasi yang baik dan jelas
sehingga dapat mengimplementasikan peran komunikasi yang sesuai dalam
proses penyampaian pesan yang jelas sehingga mudah dipahami oleh penerima
dan dapat menghasilkan feedback (Naibaho, 2016). Struktur organisasi dapat
berubah menjadi respons terhadap kekuatan lingkungan internal maupun
eksternal (Pramudhietha, 2017). Terdapat struktur komunikasi organisasi menurut
(Pace, 2013), yaitu :

a. Komunikasi ke Komunikasi yang dilakukan oleh pimpinan kepada


bawah bawahannya.
(downward)

b. Komunikasi ke Komunikasi yang dilakukan bawahan terhadap pimpinan


atas (upward) (berupa pemberian laporan dan sebagainya).

c. Komunikasi Pertukaran pesan di antara orang – orang yang memiliki


Horizontal (linier) tingkatan otoritas yang sama di dalam organisasi.

Struktur organisasi sering mendominasi komunikasi yang terjadi, sehingga


komunikasi yang terjadi dari bawahan kepada atasan dengan komunikasi antar
sesamanya sangat berbeda. Pada proses komunikasi tersebut akan terjadi
pertukaran informasi yang menghasilkan adanya komunikasi dua arah dan
terbentuknya kesepahaman.
Dalam penelitian ini, peneliti memperhatikan komunikasi organisasi yang
terjadi dari bawahan kepada atasan dan dari atasan kepada bawahan yang ada dan
terjadi dalam suatu organisasi, karena komunikasi organisasi merupakan salah
satu aspek dari perilaku organisasi yang mendukung penerapan gaya

5
kepemimpinan yang berlangsung dan apa yang dihasilkan dari Gaya
Kepemimpinan yang diterapkan.
2.1.2. Komunikasi Pemerintahan
Istilah komunikasi pemerintah mengacu pada komunikasi yang terjadi di
dalam dan di antara lembaga – lembaga pemerintah dan antar manusia (human
communication) (Ananda, 2016). Sehingga tidak dapat memisahkan antara
komunikasi pemerintah dan komunikasi organisasi karena berada pada
lingkungan yang sama. Tanpa komunikasi, organisasi tidak dapat menjalankan
fungsinya dan tidak dapat mengefisienkan penggunaan sumber – sumbernya
dengan efisien, sehingga tidak dapat mencapai tujuannya (Beach, 1975). Untuk
memenuhi harapan organisasi, diperlukan pemahaman yang jelas tentang
bagaimana pesan diterima dan diterapkan. Artinya, kemampuan untuk
berkomunikasi secara efektif dengan publik sangat penting bagi organisasi
pemerintah, karena komunikasi berfungsi untuk menyampaikan informasi,
kebijakan, hingga ide – ide sebagai visi dan misi dari pemerintah untuk
masyarakat (Anggreani et al., 2020).
Komunikasi secara umum menampilkan proses pengiriman dan penerimaan
pesan (message) dari satu pihak ke pihak lain untuk menghasilkan respon yang
sesuai dengan pesan yang diterima. Demikian juga halnya dengan komunikasi
pemerintah, komunikasi bukan hanya alat bagi pemerintah untuk menyebarkan
dan menerima pesan atau informasi, tetapi juga media untuk mengatur kegiatan
dengan cara yang tertib untuk menciptakan kolaborasi. Selain itu, ini adalah
teknik untuk mengarahkan masukan sosial ke dalam sistem, mempengaruhi
perubahan, menciptakan informasi, dan membantu menerapkan dan
mengintegrasikan fungsi manajemen ke dalam sistem (Pearce & Robinson, 1989).
Dalam penelitian ini, peneliti memperhatikan proses komunikasi yang terjadi
dalam lingkup pemerintahan dalam suatu organisasi, karena penelitian ini
berfokus pada gaya kepemimpinan pada lingkup pemerintahan yang berlangsung
dan apa yang dihasilkan dari gaya kepemimpinan yang diterapkan.
2.1.3. Tipe – tipe Kepemimpinan
Berbagai gaya atau tipe kepemimpinan banyak kita jumpai dalam kehidupan
sehari - hari, termasuk di dalam organisasi. Adapun konsep tipe - tipe
kepemimpinan (Siagian, 2003), yaitu :
1. Tipe Otokratis
6
Pimpinan dengan tipe otokratis berkuasa penuh dalam berbagai situasi dan
kondisi, tidak menjalankan pemerintahannya dengan konsultasi bersama
bawahannya. Tipe kepemimpinan otokratis mendasarkan diri pada
kekuasaan dan paksaan yang mutlak dan harus dipatuhi (Kartini & Kartono,
1994).
2. Tipe Paternalistik
Tipe kepemimpinan paternalistik bersifat lebih ke bapakan yang
menganggap bawahannya sebagai seseorang yang belum dewasa.
Pemimpin dengan tipe paternalistik bersikap terlalu melindungi, biasanya
jarang memberikan kesempatan bawahannya untuk membuat keputusan
sendiri (Kartini & Kartono, 1994). 
3. Tipe Kharismatik
Pemimpin dengan tipe kharismatik memiliki sihir yang sangat baik dalam
menarik dan mempengaruhi bawahannya. Tipe kepemimpinan kharismatik
adalah suatu tipe kepemimpinan yang memiliki karakteristik yang khas
yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh
pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar (Siagian, 2003).
4. Tipe Laisser - Faizer 
Pemimpin dengan tipe ini selalu mempercayai pekerjaan organisasi kepada
bawahannya, memberikan keleluasaan bawahannya dan menganggap
sebagai orang yang dewasa. Tipe kepemimpinan Laissez Faire yaitu
pemimpin memiliki kedudukan sebagai ikon yang dalam realita
kepemimpinannya dilakukan dengan memberikan kebebasan sepenuhnya
pada bawahannya untuk melakukan pengambilan keputusan secara individu
(Nawawi, 2003).
5. Tipe Demokratis
Tipe kepemimpinan ini sangat berbeda dengan tipe kepemimpinan otokratis
yang berdasarkan pada kekuasaan, pimpinan dengan tipe demokratis selalu
melibatkan bawahannya dalam melaksanakan keputusan dan
mengutamakan kepentingan bersama. Proses kepemimpinan demokratis
dapat ditandai dengan adanya suatu struktur yang proses pengembangannya
menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif (Rivai,
2009).

7
2.1.4. Gaya Kepemimpinan
Gaya seorang pimpinan adalah suatu cara untuk menyihir setiap individu atau
sekelompok orang dengan tujuan tertentu yang telah ditetapkan (Harahap, 2019).
Gaya dapat didefinisikan sebagai suatu cara mereka bergerak dan berperilaku
yang menjadi ciri khas seseorang. Gaya kepemimpinan dapat didefinisikan
sebagai sekumpulan sifat – sifat yang menciri khaskan seorang pimpinan dan
digunakan untuk menginspirasi bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi.
Gaya seorang pimpinan merupakan suatu cara untuk mendominasi setiap individu
atau sekelompok orang dengan tujuan tertentu yang telah ditetapkan (Harahap,
2019). Gaya dapat didefinisikan sebagai suatu cara mereka bergerak dan
berperilaku yang menjadi ciri khas seseorang, gaya juga sebagai sekumpulan sifat
– sifat yang menciri khaskan seorang pimpinan dan digunakan untuk
menginspirasi bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi (Masturi et al.,
2021). 
Setiap pimpinan organisasi harus memiliki gaya kepemimpinan yang dapat
menginspirasi dan memotivasi bawahannya untuk menghasilkan kontribusi dan
prestasi yang berkualitas bagi organisasi. Selain itu, peran pemimpin sangat
penting untuk mewujudkan pencapaian yang telah ditetapkan oleh organisasi
(Angga & Junior, 2020).
Penerapan gaya kepemimpinan mampu menciptakan kepercayaan, partisipan,
kesetiaan, dan motivasi pada bawahannya secara persuasif, hal tersebut dihasilkan
dari kemampuan serta perilaku pimpinan (Veny, 2017). Menurut Sutarto dalam
(Tohardi, 2002), gaya kepemimpinan akan terlihat dari gaya bersikap dan
bertindak, yaitu  :
1. Bagaimana cara memberi perintah,
2. Bagaimana cara memberikan tugas,
3. Cara berkomunikasi,
4. Cara membuat keputusan,
5. Usaha mendorong semangat bawahan,
6. Memberikan bimbingan,
7. Menegakkan disiplin,
8. Bisa mengawasi pekerjaan bawahan,
9. Mengecek laporan dari bawahan,
10. Memimpin rapat,
8
11. Menegur kesalahan bawahan, dan lain-lain.
Cara seorang pemimpin dalam memimpin dapat tercermin dalam gaya
kepemimpinannya, hal tersebut mencakup pada pemahaman pemimpin tentang
bagaimana penerapannya (Harahap, M. D. & Rudianto, 2021). Terdapat tujuh
gaya kepemimpinan (Northouse, 2019):
1. Gaya kepemimpinan situasional
Kepemimpinan situasional adalah metode yang berdasarkan perilaku
tertentu yang disesuaikan dengan kondisi pemimpin dan situasi organisasi.
Gaya kepemimpinan situasional dikelompokkan menjadi empat, setiap gaya
kepemimpinan tersebut menilai atas kesiapan dan kemauan bawahannya
yaitu, telling, selling, participating, dan delegating (Blanchard et al., 1996).
a. Telling
Gaya kepemimpinan ini merupakan perhatian terhadap tugas dengan
level yang tinggi, namun perhatian terhadap hubungannya rendah.
Sesuai dengan individu atau kelompok yang memiliki tingkat
kesiapan yang rendah. Gaya ini bertujuan untuk memfokuskan,
membimbing, dan memantau.
b. Selling
Gaya kepemimpinan ini memiliki perhatian yang tinggi baik
terhadap tugas maupun hubungan, baik diterapkan pada pengikut
dengan level kesiapan dalam pengerjaan tugas sedang. Gaya ini
bertujuan untuk memberikan motivasi serta memastikan.
c. Participating
Gaya kepemimpinan ini memiliki perhatian yang tinggi terhadap
hubungan dan perhatian rendah terhadap tugas, diterapkan pada
pengikut dengan tingkat kesiapan yang tinggi. Gaya ini bertujuan
untuk mendorong pengikut serta melakukan komunikasi dua arah,
dan memfasilitasi pengikutnya dalam proses pengambilan
keputusan.
d. Delegating
Gaya kepemimpinan ini memiliki perhatian yang rendah terhadap
hubungan dan tugas, baik diterapkan pada pengikut dengan tingkat
kesiapan yang sangat tinggi dan pengikutnya yang memiliki
kemampuan dan kemauan yang sangat tinggi. Gaya ini
9
melaksanakan observasi dan memonitoring pengikutnya secara
dekat, lalu melihat hasil dan perkembangannya, memberikan
kekuasaan, tanggung jawab, dan memastikan pengikutnya mencapai
hasil yang diharapkan.
2. Gaya kepemimpinan kontingensi
Teori kepemimpinan kontingensi membahas adanya kesesuaian gaya
kepemimpinan dan lingkungan atau situasi  (Robbins, S.P. and Judge,
2007). Menurut fiedler (1967) (dalam (Romli, 2014) teori kepemimpinan
kontingensi memiliki tiga aspek utama yang menentukan kesesuaian situasi
dan pengaruhnya pada kinerja pemimpin, yaitu:
a. Hubungan antara pemimpin dan bawahan (leader - member
relationship)
b. Struktur tugas (the task structure)
c. Kekuatan posisi (position power)
3. Gaya kepemimpinan transformasional
Kepemimpinan transformasional merupakan pendekatan yang
melakukan perubahan  dengan melibatkan bawahannya ke dalam
proses perubahan tersebut (Hartono, 2017). Dimana pimpinan mampu
mendorong bawahannya untuk menyelesaikan dan mencapai tujuan
organisasi, namun tetap mampu menyesuaikan dan memahami dengan
para bawahannya. Adapun karakteristik kepemimpinan
transformasional (Avolio, 1987), yaitu :
a. Idealized influence  (Charismatic influence)
Pemimpin transformasional harus memiliki kharisma yang mampu
"menyihir" bawahannya untuk mengikuti pemimpinnya. pemimpin
transformasional menjadi bintang model yang dikagumi, diikuti, dan
dihargai oleh pengikutnya.
b. Inspirational motivation
Pemimpin mampu menerapkan standar sekaligus mendorong
bawahan untuk mencapai tujuan tersebut. Pemimpin dengan
karakter seperti ini mampu membangkitkan antusias dan optimis
yang tinggi bawahannya.
c. Intellectual stimulation

10
Pemimpin mampu menstimulasi bawahannya untuk menyelesaikan
permasalahan dengan cermat dan rasional. Dengan kata lain,
pemimpin mampu mendorong bawahan untuk selalu kreatif dan
inovatif.
d. Individualized consideration
Pemimpin memahami perbedaan bawahannya, dalam hal ini
pemimpin mau dan mampu mendengar aspirasi; mendidik, dan
melatih bawahannya. Dengan kata lain, pemimpin mampu
memahami dan menghargai bawahannya dan memperhatikan
keinginan berprestasi para bawahan.
4. Gaya Kepemimpinan Transaksional
Gaya kepemimpinan transaksional berfokus pada pimpinan yang memiliki
gaya yang menerapkan sistem penukaran yang terjadi antara pemimpin dan
pengikutnya. Pemimpin mengharuskan karyawannya untuk bekerja dengan
mengikuti aturan, dengan perencanaan, mencapai tujuan yang ditentukan,
dan mampu menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas (Hartono,
2017).
5. Gaya kepemimpinan yang melayani (servant leadership)
Kepemimpinan yang melayani tercipta dari hati dan bertujuan untuk
melayani dan menghadirkan keinginan untuk menjadi pemimpin, selalu
memastikan dapat memenuhi kebutuhan pihak lainnya.
6. Gaya kepemimpinan autentik
Pemimpin otentik selalu berperilaku secara konsisten dengan nilai – nilai
dan moral, menjunjung tinggi integritas dan kepercayaan diantara
pengikutnya (Henviana & Sutisna, 2018). Selalu bertindak berdasarkan
nilai dan kepercayaan dengan cara terbuka dan jujur sehingga dipandang
sebagai seseorang yang etis oleh para pengikutnya. 
7. Gaya kepemimpinan tim
Menurut Fleishman et al. (1991)  dalam (Siagian, 2018), Kepemimpinan
suatu tim merupakan tentang cara memastikan keberhasilan kelompok
secara keseluruhan dengan memahami faktor internal dan eksternal yang
kemudian disesuaikan dengan perilaku yang paling cocok untuk
memastikan keefektifan gaya tersebut.

11
Menurut Fiedler dalam (Romli, 2014) Tidak ada pemimpin yang sukses
dengan hanya menggunakan satu gaya kepemimpinan dalam segala situasi.
Pemimpin yang efektif harus mampu menyesuaikan gaya kepemimpinan
mereka agar sesuai dengan kebutuhannya, berarti gaya kepemimpinan yang
optimal adalah gaya yang dapat memperhitungkan dan mengkombinasikan
setiap karakteristik pemimpin, bawahan (pengikut), dan situasinya (Wibowo,
2018).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori Gaya Kepemimpinan
sebagai indikator gaya kepemimpinan apa yang diterapkan pada BPSDM
Hukum dan HAM.

12
3.1. Paradigma Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Metode
berdasarkan pada filsafat post – positivisme dapat digunakan sebagai metode untuk
meneliti pada suatu objek alamiah dan tunggal untuk mendeskripsikan dan
menghasilkan pemahaman secara mendalam yang dimana peneliti berfungsi sebagai
instrumen kunci dalam penelitian (Sugiyono, 2010). Dalam penelitian ini paradigma
yang digunakan adalah paradigma post-positivisme. Paradigma post - positivisme
yang dimana penelitian dilakukan dengan meneliti objek secara alamiah sesuai
dengan kenyataan dan fakta yang sebenarnya yang terjadi di lapangan. Paradigma
post - positivisme menganggap proses verifikasi terhadap suatu temuan hasil observasi
melalui berbagai macam metode lebih relevan. Peneliti mencoba mengetahui dan
memahami bagaimana Gaya Kepemimpinan yang diterapkan di Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan HAM. Dalam paradigma ini
peneliti harus bersifat netral karena hubungan narasumber dan objek harus bersifat
interaktif (Nugrahani, 2014). Namun, narasumber haruslah bersifat netral untuk
menghasilkan hasil yang objektif. Ciri utama paradigma post-positivisme berupa
menampilkan bukti, fakta, atau data yang memiliki makna tertentu yang berkaitan
dengan lingkungannya. Dengan cara ini, pengetahuan yang diperoleh dari hasil
penelitian dapat disebut relevan dan asli.
3.2. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Metode
berdasarkan pada paradigma post-positivisme dapat digunakan sebagai metode untuk
meneliti pada suatu objek alamiah dan tunggal untuk mendeskripsikan dan
menghasilkan pemahaman secara mendalam yang dimana peneliti berfungsi sebagai
instrumen kunci dalam penelitian (Sugiyono, 2010). Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang benar terjadi secara ilmiah, apa adanya, dalam situasi alamiah yang
tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya, menekankan pada gambaran secara alami
(Arikunto, 2010).
Wawancara, observasi, dan dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dan
bukan berupa angka – angka. Metode kualitatif digunakan untuk menjabarkan teori
dan menganalisis permasalahan yang ada di dalam penelitian.  Menjadikan teori
sebagai acuan fokus penelitian sesuai dengan kenyataan atau fakta sebenarnya. Hasil
penelitian diperoleh dari wawancara yang akan dideskripsikan mengenai penerapan
gaya kepemimpinan di BPSDM Hukum dan HAM.
13
Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu deskriptif yang berfokus pada
Gaya Kepemimpinan pada BPSDM Hukum dan HAM. Untuk melakukan pengkajian
secara mendalam, peneliti diharuskan untuk mengumpulkan data sebanyak –
banyaknya untuk menghasilkan penelitian yang berkualitas. Peneliti menggunakan
studi deskriptif untuk memperoleh data yang lebih terperinci pada satu fenomena
yang diteliti lalu diuraikan. Melalui studi deskriptif, peneliti melakukan kajian
mendalam mengenai apa yang terjadi pada BPSDM dan gambaran umum tentang
penerapan gaya kepemimpinan di BPSDM Hukum dan HAM. Peneliti berfokus pada
inti dari fenomena penelitian.
Oleh karena itu peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini
dengan mencocokkan realita empirik dengan teori yang berlaku dengan menggunakan
metode deskriptif (Moleong, 2004).

3.2.1. Subjek Penelitian

Sumber : https://bpsdm.kemenkumham.go.id
Dalam penelitian ini yang berperan sebagai subjek penelitian adalah pemimpin
dan empat orang staff BPSDM Hukum dan HAM yang ditentukan secara random oleh
pihak organisasi. Subjek penelitian dianggap kredibel dalam memberikan informasi
yang berhubungan dengan kondisi dan situasi yang terdapat pada latar belakang
penelitian, subjek penelitian juga mampu dan memiliki wewenang dalam memberikan
jawaban pertanyaan yang diajukan oleh peneliti untuk menghasilkan informasi
mengenai gaya kepemimpinan seperti apa yang diterapkan di BPSDM Hukum dan
HAM.
Visi : masyarakat memperoleh kepastian hukum
Misi :
1. Mewujudkan peraturan perundang – undangan yang berkualitas;
2. Mewujudkan pelayanan hukum yang berkualitas;
3. Mewujudkan penegakkan hukum yang berkualitas;

14
4. Mewujudkan penghormatan, pemenuhan, dan perlindungan Hak Asasi
Manusia (HAM);
5. Mewujudkan layanan manajemen administrasi Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia (HAM); dan
6. Mewujudkan aparatur Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
(HAM) yang proffesional dan berintegritas.
3.2.2. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah gambaran tujuan ilmiah yang akan dijabarkan untuk
menghasilkan data dan informasi yang relevan. Adapun objek penelitian yang akan
diteliti yaitu penerapan gaya kepemimpinan di BPSDM Hukum dan HAM.
3.3. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM)
Hukum dan HAM Jakarta yang merupakan kantor Pusat Pengembangan Sumber Daya
Manusia dibawah naungan Kementerian Hukum dan HAM. Berlokasi di JL. Raya
Gandul No. 4, Kec. Gandul, Kota Depok, Jawa Barat. Penelitian ini berfokus pada
gaya kepemimpinan yang diterapkan di BPSDM Hukum dan HAM yang diterapkan
oleh pimpinan BPSD Hukum dan HAM dan jajarannya.
3.4. Informasi Penelitian
Dalam studi ini, peneliti mencari informasi secara mendalam dengan wawancara
informan kunci (key informan) yang bertujuan untuk meningkatkan data penelitian.
Informan kunci yang ditetapkan peneliti pada penelitian ini merupakan pegawai di
BPSDM Hukum dan HAM Jakarta. Untuk mendapatkan informan, peneliti
menghubungi Kepala Bagian Kepegawaian BPSDM Hukum dan HAM dan
menanyakan beberapa informasi yang diperlukan, sehingga dapat disarankan
beberapa informan yang tepat untuk dapat menjawab pertanyaan penelitian.
Dalam proses pengumpulan data, para peneliti menggunakan metode wawancara
untuk mendapatkan informasi verbal melalui pembicaraan tatap muka dengan
narasumbernya. Informasi yang dikumpulkan berkaitan dengan gaya kepemimpinan
yang diterapkan pada BPSDM Hukum dan HAM. Dalam penelitian ini akan diawali
dengan pertanyaan terstruktur dan kemudian pertanyaan – pertanyaan tersebut akan
dikembangkan untuk menciptakan data yang lebih mendalam. Berikut adalah daftar
informan pada penelitian ini:

15
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah salah satu unsur terpenting dalam penelitian,
penggunaan teknik yang benar dapat menghasilkan data dengan integritas yang tinggi.
3.4.1.Data Primer
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua metode pengumpulan data, yaitu
observasi dan wawancara untuk mengumpulkan data pada penelitian ini.
a. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri yang
spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain (Sugiyono, 2018). Objek
diamati secara langsung dengan memahami dan melihat lingkungan sekitarnya.
Dalam penelitian ini, para peneliti mengamati Gaya Kepemimpinan pada
BPSDM Hukum dan HAM dengan menggunakan teknik observasional.
b. Wawancara (interview)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-
hal dari responden yang lebih mendalam (Sugiyono, 2016). Teknik wawancara
digunakan untuk mengumpulkan informasi dan pelengkap dari metode
observasi. Dalam penelitian ini, wawancara berfungsi sebagai metode
pengumpulan data, dengan cara tanya – jawab secara verbal atau tatap muka,
baik secara langsung maupun tidak langsung (online) antara peneliti dan
narasumber terpilih.
Wawancara mendalam (in depth interview) adalah metode yang digunakan
oleh peneliti untuk mendapatkan data (Ananda, 2016). Dalam studi ini, peneliti
menggunakan wawancara tatap muka untuk menghasilkan data dan informasi
yang dapat dipercaya dan mendalam.
3.4.2.Data Sekunder
Teknik dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi
dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2016). Dokumentasi adalah
metode untuk mengumpulkan data yang memerlukan pengambilan data yang
dikumpulkan dari sumber yang tersedia. Dalam penelitian ini, peneliti menghasilkan
data sekunder melalui studi pustaka, literature jurnal, skripsi terdahulu, dokumen
organisasi, dan website organisasi.

16
3.5. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, para peneliti menggunakan metode analisis data
kualitatif yang tidak didalamnya tidak ada perhitungan statistik, melainkan
menggunakan penalaran untuk menjelaskan, menguraikan, dan menggambarkan
fenomena secara mendalam dan sistematis tentang fakta dan kenyataan pada
lapangan, dan kemudian diolah menjadi kesimpulan untuk menghasilkan solusi untuk
suatu permasalahan.
Analisis data terdiri dari tiga tahapan kegiatan yang terjadi secara bersamaan
(Mathew & Huberman, 1992), yaitu :
1. Reduksi data, dapat diartikan sebagai proses pengelompokan yang
dipusatkan pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data
kasar yang didapatkan dari catatan – catatan kasar selama penelitian.
Proses ini terjadi secara terus – menerus selama penelitian
berlangsung. Selama proses pengumpulan data berlangsung, tahapan
reduksi juga telah dilakukan, dari membuat ringkasan, menelusuri
tema, dan membuat kelompok pembahasan yang datanya diperoleh
dari BPSDM Hukum dan HAM. Pelaksanaan reduksi data oleh peneliti
dengan membuat data yang terkumpul dari narasumber dan perusahaan
untuk menajamkan, mengkategorikan, mengarahkan, membuang data
yang relevan/tidak, dan kemudian diorganisasikan dengan sedemikian
rupa untuk menghasilkan kesimpulan – kesimpulan yang dapat ditarik
dan diverifikasi.
2. Penyajian data kualitatif, data dan informasi yang telah tersusun
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan sehingga penyajian data yang baik menjadi salah satu cara
bagi peneliti agar valid. Data dan informasi tersebut dapat berupa
grafik, bagan, infografis, dan sejenisnya. Semua dirancang untuk
menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang
lebih mudah dibaca dan dipahami. Akibatnya, peneliti dapat melihat
apa yang sedang terjadi dan dapat menentukan apakah kesimpulan
yang diambil sudah benar atau perlu dilakukan kembali analisis
menurut saran yang terdapat dan terlihat dari penyajian data.
3. Penarikan kesimpulan/verifikasi, kesimpulan – kesimpulan yang
telah terkumpul diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi
17
ini digunakan untuk memastikan kembali bahwa apa yang telah
peneliti kumpulkan dari data, saran, pendapat, informasi, dan tinjauan
sejak penelitian dilakukan sudah sesuai. Pengujian makna – makna
yang muncul dari data harus diuji kebenaran, kekokohan, dan
kecocokannya yang menjadi validitasnya. Kesimpulan akhir tidak
hanya diraih dari proses pengumpulan data, tetapi perlu diverifikasi
agar dapat dipertanggungjawabkan.
3.6. Keabsahan Data
Pemeriksaan pada keabsahan data pada dasarnya, selain digunakan sebagai
penyanggah baik yang ditunjukkan kepada penelitian kualitatif yang mengatakan
tidak ilmiah, juga sebagai unsur yang tidak terpisahkan dari tubuh pengetahuan
penelitian kualitatif (Moleong, 2007). Untuk melaksanakan pemeriksaan terhadap
data tersebut peneliti memerlukan keabsahan data. Salah satunya adalah triangulasi
yang merupakan teknik keabsahan data dengan menggunakan hal lain yang berada di
luar data yang diperlukan sebagai pembanding dengan data yang diperlukan.
Triangulasi data dikategorikan menjadi empat yaitu triangulasi teknik, triangulasi
sumber, triangulasi teori, dan triangulasi penyidik.
a. Triangulasi teori
Triangulasi teori digunakan untuk uji keabsahan data dengan menggunakan
teori yang sudah ada dengan menggunakan cara pandang dan perkiraan bahwa
data tertentu tidak dapat diperiksa dan dijelaskan dengan satu teori saja.
b. Triangulasi teknik
Triangulasi teknik digunakan untuk menguji kredibilitas data dengan cara
mengecek data kepada sumber yang berbeda dengan teknik yang sama.
Misalnya untuk mengecek data dapat melalui wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Data yang diperoleh dapat berbeda sesuai dengan pandangan
peneliti.
c. Triangulasi sumber
Triangulasi sumber dilakukan untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan
dengan mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber. Pada teknik
ini data yang diperoleh dibandingkan dan diperiksa dengan informasi yang
sudah diperoleh dari sumber penelitian dan dianalisis oleh peneliti.
d. Triangulasi penyidik

18
Triangulasi penyidik digunakan dengan bantuan pengamat lain diluar peneliti
dengan tujuan melakukan penilaian kembali data yang sudah diperoleh oleh
peneliti.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber untuk mengetahui


kredibilitas data yang diperoleh dengan melakukan pemeriksaan data melalui berbagai
sumber. Pemeriksaan data yang dilakukan oleh peneliti dengan melakukan observasi,
pengambilan data hasil wawancara, dan dokumentasi penelitian

19
4.2. Hasil Penelitian
Untuk mendapatkan hasil penelitian, peneliti memperoleh data dengan wawancara
kepada informan kunci dan informan pendukung. Wawancara dilakukan secara tatap
muka pada bulan Juni. Pada bagian ini, penulis memberikan penjelasan dan
pembahasaan terkait data yang ditemukan sebelumnya. Dalam pembahasan, peneliti
menggunakan konsep yang sudah ditetapkan sebelumnya.
4.2.1. Gaya Kepemimpinan di BPSDM Hukum dan HAM
Gaya kepemimpinan bukan merupakan bakat yang dimiliki oleh manusia
sejak lahir maka dari itu gaya kepemimpinan dipelajari dan diterapkan dalam
prosesnya harus sesuai dengan situasi yang dihadapi (Herujito, 2006). Dalam
memimpin staf - stafnya, pimpinan BPSDM Hukum dan HAM menggunakan
gaya yang berbeda - beda disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang terjadi
saat itu.
Gaya kepemimpinan merupakan cara seorang pemimpin berinteraksi dan
berkomunikasi dengan orang – orang terkait dibawahnya yang dapat
mempengaruhi bawahannya untuk melakukan sesuatu. Dengan kata lain, gaya
kepemimpinan adalah pola tingkah laku seorang pimpinan yang diterapkan
kepada orang lain, gaya kepemimpinan yang diterapkan bisa berbeda – beda
tergantung apa dasar dan motivasinya ataupun orientasi terhadap tugas atau
orang, sehingga tingkah laku dan gayanya menjadi pembeda dirinya dengan
orang lain.
Gaya kepemimpinan pimpinan BPSDM Hukum dan HAM dianggap ideal
karena beliau mampu membimbing dan merangkul bawahannya dengan
bijaksana yang bertujuan untuk mendorong kreativitas pegawainya, seperti yang
dinyatakan oleh Ibu Dyah

“jadi beliau itu sangat bijaksana jadi apapun selalu memonitor


bawahannya selalu di mentor, kalau rapat beliau yang memimpin kalau
ada permasalahan juga beliau harus tau, selalu mendorong bawahannya
untuk lebih kreatif.”

Hal tersebut diyakini oleh pernyataan dari Ibu Serly selaku staf muda yang
juga menyampaikan bahwa dengan gaya kepemimpinan beliau yang mengayomi
membuat seluruh pegawai merasa nyaman sehingga menghasilkan semangat
dalam bekerja.

20
“beliau sangat mengayomi memberikan energi positif kepada
bawahannya baik dari pekerjaan maupun lingkungan, kalau yang dulu
kita ga merasakan seasri ini, jadi lebih semangat kerjanya juga.”

Tidak hanya itu, pimpinan juga sering memberikan ruang dan waktu kepada
pegawai yang memberikan pendapat atau masukan. Pimpinan merangkul
bawahannya untuk menghindari terjadinya permasalahan yang sama. Hal
tersebut membuat para pegawai memandang pimpinan sebagai orang yang
bijaksana. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Theresia

“selama menjabat beliau selalu merangkul dan memperhatikan masukan


dari bawahannya kalau ada apa - apa beliau selalu meminta pendapat
dari yang lainnya jadi diklarifikasi dulu, pengambilan keputusan secara
hati - hati ga sembarangan melalui perhitungan dan perencanaan, sejauh
ini bapak termasuk bijaksana ya.”

Berdasarkan hasil pernyataan diatas, pemimpin BPSDM Hukum dan HAM


menstimulasi bawahannya untuk berpikir secara cermat dan rasional,
membangkitkan semangat bawahannya, dan mendorong bawahannya untuk
selalu kreatif dan inovatif. Hal tersebut bertujuan untuk memajukan tujuan
organisasi yang sudah direncanakan.
4.2.2. Penerapan Gaya Kepemimpinan di BPSDM Hukum dan HAM
Gaya Kepemimpinan yang dilakukan oleh pimpinan di BPSDM Hukum dan
HAM juga dilakukan bersamaan dengan pengembangan sistem manajemen dan
birokrasi dalam perbaikan kualitas staf - stafnya dan lingkungan sebagai media
percontohan atau pembelajaran untuk instansi lainnya. Sehingga pimpinan
menggunakan gaya kepemimpinan yang berbeda untuk mengembangkan
kualitas yang bermanfaat dan dibutuhkan organisasi. Pimpinan mendelegasikan
wewenangnya dengan berjenjang melalui staf dibawahnya lalu turun sampai
dengan staf terkait, pimpinan juga memberikan motivasi para staf untuk
memahami mengapa mereka harus menjalankan wewenang tersebut.
Hal tersebut membuat staf - stafnya lebih semangat dalam mendelegasikan
wewenangnya. Seperti yang dinyatakan oleh Ibu Dyah
“Jadi mendelegasikan tugasnya melalui atasannya jadi yang ada
dibawahnya dipanggil berjenjang ga langsung ke yang dituju,
biasanya lewat konsolidasi ada waktunya tersendiri nanti, rapatnya
pun ga di ruangan tertutup jadi di ruangan terbuka semisal di taman
atau ruang riung, jadi pikirannya ga kaku itu jadi motivasi juga
untuk kita supaya semangat”.

21
Hal tersebut diyakini oleh pernyataan dari Ibu Serly selaku staf muda yang
juga menyampaikan bahwa dengan gaya kepemimpinan beliau yang
mendelegasikan wewenang secara berjenjang dan selalu mendorong motivasi
membuat seluruh pegawai merasa nyaman sehingga menghasilkan semangat
dalam bekerja.
“Pimpinan mendelegasikan wewenangnya secara struktural
berjenjang melalui pejabat yang berada dibawahnya, jadi tidak
dengan sembarangan atau semaunya tapi tetap ada tata caranya dan
secara resmi, pimpinan juga mendelegasikan wewenangnya saat
konsolidasi rutin sembari memberikan motivasi kepada
bawahannya, misal semangatnya udah mulai kendor nih biasanya
bapak ngasih quotes kutipan gitu untuk memotivasi”.

Tidak hanya itu, pimpinan juga sering mendelegasikan wewenangnya secara


langsung memberikan motivasi kepada pegawai dengan memanggil pegawai
terkait untuk menghadap. Pimpinan mendorong motivasi saat konsolidasi rutin.
Hal tersebut membuat para pegawai lebih termotivasi. Seperti yang dikatakan
oleh Ibu Theresia

“Bapak sangat jarang ya mendelegasikan tugasnya secara langsung


kadang secara berjenjang kalaupun secara langsung biasanya
dipanggil untuk menghadap bapak tapi itu jarang ya, kalau motivasi
biasanya bapak lakukan pas konsolidasi rutin, jadi kita semua lebih
termotivasi karena kalau kita semangat kerja kan pasti dilihat
pimpinan.”

Berdasarkan pernyataan dari informan ketiga, beliau menyebutkan bahwa


pimpinan memberikan tugas kepada bawahannya melalui staf - staf yang berada
dibawahnya tetap berjenjang, pada saat rapat rutin pimpinan menyediakan ruang
waktu yang diisi dengan hal - hal yang dapat mendorong semangat pegawainya.
Pimpinan mendelegasikan wewenang dengan memberikan quotes semangat dan
penyegaran pikiran saat rapat. Hal tersebut bertujuan agar pegawainya mau
melakukan lebih dari sekedar wewenang yang didelegasikan.
Dalam proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Kepala BPSDM
Hukum dan HAM sebagian besar melibatkan staf dengan menerima dan
bertanya inovasi dan ide – ide terbaru yang dimiliki untuk perencanaan
perkembangan perusahaan kedepannya yang bertujuan untuk menciptakan rasa
memiliki karyawan terhadap organisasi, sehingga ide tersebut dapat

22
direalisasikan dengan sebaik mungkin. Proses tersebut dirundingkan dengan
pihak terkait saat konsolidasi. Seperti yang dinyatakan oleh Ibu Dyah
“Pimpinan selalu melibatkan bawahannya dalam proses
pengambilan keputusannya pun secara terstruktur, jadi pasti
dirundingkan dahulu dengan pejabat dibawahnya seperti Kepala
Sekretariat dan pimpinan Kepala Pusat yang ada di BPSDM Hukum
dan HAM nah biasanya dirundingkan pas konsolidasi setiap hari
senin itu.”

Hal tersebut diyakini oleh pernyataan dari Ibu Serly selaku staf muda yang
juga menyampaikan bahwa pimpinan menciptakan hubungan yang baik dengan
bawahannya terutama saat proses pengambilan keputusan yang dirundingkan di
rapat rutin dengan bersama - sama.

“pasti ya, karna sebelum beliau disini ya ga terlalu dekat dengan


pimpinan jadi beliau yang membuat kita dekat, kan ada konsolidasi
nah disitu beliau rundingkan kinerjanya apa aja nih, jadi nanti
diputuskan bersama.”

Tidak hanya itu, beliau menyebutkan bahwa pimpinan menciptakan hubungan


yang baik dengan bawahannya terutama saat proses pengambilan keputusan
yang dirundingkan di rapat rutin dengan bersama - sama. Seperti yang dikatakan
oleh Ibu Theresia

“beliau selalu melibatkan bawahannya jadi selalu memperhatikan


masukan dari bawahannya, kalau ada apa - apa selalu meminta
pendapat orang - orang yang berkaitan jadi ga langsung
memutuskan tapi di klarifikasi dulu.”

Berdasarkan hasil pernyataan diatas, pimpinan selalu menerima pendapat dari


staf - stafnya tidak memutuskan dengan sebelah pihak. Cara pengambilan
keputusan oleh pimpinan BPSDM Hukum dan HAM melibatkan karyawan
dalam proses pengambilan keputusan dengan tujuan agar tidak permasalahan
tersebut tidak terulang kembali serta untuk menumbuhkan rasa sebagai seorang
pribadi yang lebih baik dalam proses pengambilan keputusan.
Pimpinan BPSDM Hukum dan HAM selalu bersikap terbuka terhadap
informasi yang dimiliki terkait organisasi kepada seluruh staff seperti
perkembangan organisasi, kondisi organisasi, hasil konsolidasi, dan lain – lain.
Informasi tersebut bersifat terbuka hingga seluruh struktur dalam perusahaan
mengetahui. Seperti yang dinyatakan oleh Ibu Dyah

23
“Jadi permasalahan apapun pimpinan selalu memberitahu stafnya
karena BPSDM kan lingkungannya kecil jadi di rapat konsolidasi itu
penting ya wajib nah di rapat konsul itu, baik informasi terkait
kesalahan maupun bukan pasti diberitahu seluruh stafnya, sampai
PPNPN pun pasti tau.”

Hal tersebut diyakini oleh pernyataan dari Ibu Serly selaku staf muda yang
juga menyampaikan bahwa pimpinan menyebarkan informasi secara terstruktur
melalui staf dibawahnya hingga staf terbawah. 

“beliau terbuka namun ga langsung di share jadi tetap melalui


koordinator kalau disini kepala pusat jadi tetap tau semuanya.”

Tidak hanya itu, beliau menyebutkan bahwa informasi disebarkan melalui staf
dibawahnya hingga staf terbawah. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Theresia
“jadi berjenjang nanti di share ada informasi apa ada permasalahan
apa nanti diinformasikan ke staf - stafnya jadi semuanya tau.”

Berdasarkan hasil pernyataan diatas, pimpinan bersikap terbuka tentang


informasi yang dimilikinya kepada seluruh struktur di organisasi tersebut,
sehingga para staf lebih percaya kepada pimpinan dan memandang pimpinan
sebagai seseorang yang etis dan mau membantu mensukseskan organisasi.
Pimpinan mengasumsikan hubungannya dengan setiap karyawan dengan
menganggap mereka sebagai keluarga di dalam pekerjaan, sebagai anak atau
staff, dan sebagai sahabat maupun teman. Pimpinan biasanya tidak hanya
menganggap mereka di dalam dunia pekerjaan saja tapi bahkan dalam dunia
nyata atau kehidupan sehari – hari juga, seperti misalnya jika anggota keluarga
dari staff yang sakit atau berduka maka pimpinan akan menjenguk keluarga
staff tersebut dengan mengajak staf lainnya. Seperti yang dinyatakan oleh Ibu
Dyah

“beliau nyaman menciptakan lingkungan belajar senyaman


mungkin, energi stafnya pun terus meningkat semangatnya karna
lingkunganya berpengaruh, sangat mengayomi ya dirangkul seperti
keluarga, kalau ada yang sakit kita perhatikan.”

Hal tersebut diyakini oleh pernyataan dari Ibu Serly selaku staf muda yang
juga menyampaikan bahwa kenyamanan pada lingkungan kerja yang diciptakan
oleh pimpinan mendorong semangat kerja pegawai dalam bekerja.

24
“Pimpinan baik sangat mengayomi, jadi selalu memberikan energi
positif kepada bawahannya baik melalui pekerjaan maupun
lingkungan jadi ada perubahan dibanding dengan pimpinan
sebelumnya, jadi selalu berusaha membuat staf – stafnya untuk
selalu dekat dengan pimpinan, benar – benar dinaungi seperti
keluarga.”

Tidak hanya itu, beliau menyebutkan bahwa pimpinan selalu mendekatkan diri
kepada para pegawai dan memberikan energi positif yang membuat para
pegawai merasa nyaman dan ingin selalu dekat dengan pimpinan. Seperti yang
dikatakan oleh Ibu Theresia

“sepanjang beliau memimpin sangat merangkul bawahannya, sejak


bapak datang jadi lebih nyaman baik lingkungannya sampai suasana
kerjanya, jadi lebih semangat kerjanya juga terutama dari bapaknya
menarik kami untuk lebih dekat, pasti siapapun ingin dekat dengan
pimpinan.”

Dengan demikian, pimpinan BPSDM Hukum dan HAM selalu mendorong


semangat kerja pegawainya dengan menciptakan lingkungan yang nyaman dan
mendekatkan diri dengan pegawainya.
Dalam merespon terjadinya kesalahan, kepala BPSDM Hukum dan HAM
biasanya melakukan penyelesaian bersama dengan pertama – tama
memberitahukan kesalahan apa yang terjadi secara struktural atau administratif
atau berjenjang yang kemudian memberikan solusi untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut. Pimpinan juga memberikan peringatan dan motivasi
agar permasalahan tersebut tidak terulang kembali. Seperti yang dinyatakan oleh
Ibu Dyah
“jadi selalu mengajak stafnya mencari solusi, kan lingkungannya
cuman ini kecil jadi selalu mengajak dalam proses penyelesaian
masalah setiap senin dibahasnya masalah apapun pasti dibahas,
kalau ada pegawai yang melanggar ya nanti dirundingkan bersama.”

Hal tersebut diyakini oleh pernyataan dari Ibu Serly selaku staf muda yang
juga menyampaikan bahwa proses penyelesaian masalah dilakukan pimpinan
dengan berunding bersama - sama pegawainya dan mencari solusi terbaik dari
masalah tersebut.
“setiap konsolidasi senin itu wajib, nanti ditanya ada permasalahan
apa atau ada yang harus dirundingkan kah, nanti kalau ada dicari
solusinya gimana, terutama mengenai pegawai.”

25
Tidak hanya itu, beliau menyebutkan bahwa proses penyelesaian masalah
dilakukan di konsolidasi atau rapat rutin setiap hari senin baik permasalahan
internal dan eksternal. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Theresia 
“Pimpinan selalu meminta pendapat dari orang – orang yang
berkaitan jadi bila ada laporan permasalahan yang tidak sesuai
beliau tidak langsung memutuskan jadi selalu mengklarifikasi dan
selalu memperhatikan masukan dari bawahannya, kalau masalah
diluar kedisiplinan biasanya pejabat dibawahnya seperti kepala
pusat yang membimbing jadi dilihat dulu tingkat kesalahannya
terutama yang berkaitan dengan pegawai karenakan ada
peraturannya.”

Dengan demikian, pimpinan BPSDM Hukum dan HAM selalu memeriksa


kembali permasalahan yang dilaporkan didampingi dengan saran dari staf -
stafnya sesuai dengan peraturan yang ditetapkan. Pimpinan selalu memberikan
respon pada kesalahan yang dilakukan bawahannya dan terlibat langsung untuk
membantu dalam proses penyelesaian masalah dengan cermat dan rasional. Hal
tersebut dibuktikan dengan sikap pimpinan yang tidak hanya menegur stafnya
karena melakukan kesalahan namun mengarahkan dimana letak kesalahan,
memberikan solusi, dan memberikan motivasi untuk menghindari permasalahan
yang sama dan mulai belajar untuk menjadi lebih baik.
Pemberian reward pada capaian kinerja yang dilakukan pimpinan BPSDM
Hukum dan HAM tidak hanya dengan pemberian motivasi saja tetapi juga
dengan pemberian piagam pegawai teladan dan dinas luar kota yang dilakukan
pada waktu tertentu. Seperti yang dinyatakan oleh Ibu Dyah
“Reward diberikan kepada pegawai teladan atau yang berpotensi
jadi dilibatkan dalam tim berupa pengakuan dari pimpinan karena
berupa tim istimewa dan berupa dinas luar kota jadi kita kerja
sambil liburan, jadi nanti diusulkan siapa – siapanya nanti dari
beberapa pusat terus diseleksi siapa yang jadi pegawai teladan.”

Hal tersebut diyakini oleh pernyataan dari Ibu Serly selaku staf muda yang
juga menyampaikan bahwa pimpinan memberikan reward kepada stafnya
apabila tujuan diselesaikan secara baik dan benar, reward berupa pengakuan
dari pimpinan dan dinas luar kota sambil berlibur.
“sebagai pengakuan biasanya bapak memberikan reward berupa
piagam atau dinas luar kota, jadi masih di lingkup dinas karna kita
pemerintahan ga mungkin hadiah uang justru bahaya, jadi sambil
belajar bekerja dan jalan - jalan.”

26
Tidak hanya itu, beliau menyebutkan bahwa pemberian reward kepada staf
teladan berupa piagam penghargaan dan dinas luar kota. Seperti yang dikatakan
oleh Ibu Theresia
“kalau reward ga secara langsung diberikannya karena disini ada
mekanisme penilaian pegawai teladan jadi sesuai prosedur kantor
aja kalau secara pribadi nggak ada, jadi bentuknya bukan materi
berupa pengakuan kayak dilibatkan dalam tim khusus tim
istimewa.”

Dengan demikian, pimpinan BPSDM Hukum dan HAM selalu memberikan


reward kepada staf teladan yang sesuai dengan indikator penilaian yang
ditentukan oleh pimpinan, pemberian reward berupa pengakuan dengan
dilibatkannya kedalam tim inovasi atau istimewa dan piagam pegawai teladan.
Dalam hal pemberian reward dan capaian kinerja, pimpinan BPSDM Hukum
dan HAM memberikan imbalan reward  sesuai dengan jenis pekerjaan yang
dibebankan dan capaian yang dihasilkan.  Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa setiap staff yang memiliki capaian kinerja akan diberikan reward atas
kinerjanya dan diakui oleh pimpinan dengan harapan dapat meningkatkan
semangat kerja dan produktivitas.
Dalam proses penerimaan kritik dan saran dari staf BPSDM Hukum dan
HAM, pimpinan mendengarkan dan mempertimbangkan terhadap permasalahan
yang terjadi. Kritik dan saran tersebut ditampung terlebih dahulu lalu diarsir
mana yang harus ditindak lanjuti dan diabaikan. Namun, pimpinan sangat
mendukung pada staf yang memberikan inovasi atau ide baru yang dapat
dikembangkan dan memajukan organisasi. Seperti yang dinyatakan oleh Ibu
Dyah
“siap menerima kritik tapi kalau pelaksana ga berani kritik secara
langsung jadi hanya memberi masukan aja.”

Hal tersebut diyakini oleh pernyataan dari Ibu Serly selaku staf muda yang
juga menyampaikan bahwa pimpinan mengizinkan siapapun untuk mengkritik
namun para stafnya tidak berani melakukan kritik karena tingkat jabatan atau
eselon yang lebih tinggi.
“kalau langsung engga tapi beliau siap menerima kritik tapi ya itu
bawahannya yang ga berani kritik secara langsung, kalau saran ya
jelas bapak seneng banget sangat diterima.”

27
Tidak hanya itu, eliau menyebutkan bahwa pimpinan siap menerima kritik
namun stafnya tidak berani mengkritik dan hanya memberikan masukan saja.
Seperti yang dikatakan oleh Ibu Theresia
“Jadi kritik dan saran itu pasti biasanya beliau ngasih ruang dan
waktu pas konsolidasi hari Senin jadi nanti ditanya, malah beliau
sangat senang kalau ada stafnya yang memberikan inovasi, jadi
ada tim inovasi tujuannya menampung ide anak – anak muda ada
forumnya, jadi beliau ingin melibatkan anak – anak muda.”

Dengan demikian, pimpinan selalu memberikan ruang dan waktu untuk kritik
dan saran pada konsolidasi rutin dan menggabungkan staf - staf muda yang
memiliki inovasi atau ide baru kedalam tim yang sama. Dalam hal penerimaan
kritik dan saran, pimpinan BPSDM Hukum dan HAM memberikan waktu
penyampaiannya di setiap rapat konsolidasi yang dilaksanakan pada setiap hari
Senin, jika pimpinan menilai bahwa kritik atau saran baik untuk kepentingan
organisasi maka akan segera diterapkan. Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa setiap staf memiliki ruang untuk menyampaikan kritik dan saran kepada
pimpinan BPSDM Hukum dan HAM. 

Sebagai Kepala Pemerintahan, Pimpinan BPSDM Hukum dan HAM memiliki


komitmen organisasi untuk menerapkan tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Model kepemimpinan untuk seorang pemimpin yang cenderung memberikan
motivasi kepada bawahan untuk dapat bekerja dengan lebih baik dan
mengutamakan pada perilaku transformasi antara individu dengan organisasi.
Perilaku pimpinan BPSDM Hukum dan HAM sangat berperan pada proses
memotivasi pegawai dan lingkungan BPSDM Hukum dan HAM. Hal ini
menunjukkan tipe kepemimpinan transformasional yang diterapkan pimpinan
BPSDM Hukum dan HAM. Hubungan emosional dengan para staf yang dibangun
cukup baik melalui pendekatan perilaku menjadi cara atau perilaku pimpinan yang
alamiah atau bawaan karakter yang sangat sadar dengan kondisi lingkungannya.
Dalam dimensi tipe kepemimpinan transformasional perilaku pimpinan dikagumi
bahkan menjadi panutan staf - stafnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah
satu pegawai, dikatakan bahwa peran pimpinan BPSDM Hukum dan HAM dalam
hal kedisiplinan maupun kualitas pelayanan sangat signifikan.
Salah satu aspek kepemimpinan yang sangat berhubungan dengan efektivitas
kepemimpinan di BPSDM Hukum dan HAM adalah tipe kepemimpinan
28
transformasional. Selain tipe kepemimpinan yang telah disebutkan sebelumnya,
sifat menginspirasi yang sangat mendominasi dari tipe - tipe lainnya. Salah satu
penyebab popularitas pemimpin yang transformasional yaitu peranan dalam
memotivasi dalam yang dipimpinnya.
Persepsi seorang pemimpin yang transformasional tentang peranannya dalam
kehidupan organisasional diwarnai oleh harapan pengikutnya yang pada umumnya
berwujud keinginan agar pemimpin mampu berperan sebagai motivator yang
bersifat mendorong dan menjadi tempat yang layak untuk menjadi panutan.
Kepemimpinan tersebut mempunyai sifat yang tidak mementingkan diri sendiri
melainkan memberikan kenyamanan terhadap kepentingan dan kesejahteraan
bawahannya.
 4.3. Pembahasan
Pada bagian ini, penulis memberikan penjelasan dan pembahasan terkait dengan data
yang ditemukan sebelumnya. Dalam pembahasan, peneliti menggunakan konsep yang
sudah ditetapkan sebelumnya.
4.3.1. Gaya Kepemimpinan di BPSDM Hukum dan HAM
Dalam memimpin organisasi, gaya kepemimpinan Kepala BPSDM Hukum dan
HAM dalam berkomunikasi berperan sebagai media penyampaian pesan untuk
mencapai tujuan organisasi (Ruliana, 2014). Pimpinan mengelola komunikasi
dengan bawahan untuk menghasilkan feedback berupa komunikasi dua arah,
terutama dalam proses penyampaian pesan yang jelas dan mudah sehingga dapat
dipahami oleh pegawainya. Maka dari itu adanya penerapan Komunikasi
Organisasi seperti yang dipaparkan oleh Naibaho (2016) yang memaparkan bahwa
proses komunikasi pimpinan BPSDM Hukum dan HAM dikelola secara efektif
karena staf - stafnya dapat memahami dan menerima pesan dengan cara yang sama,
keterampilan komunikasi yang baik dan jelas dalam proses penyampaian tugas dan
informasi mudah dipahami oleh staf - stafnya dan menghasilkan feedback.
Pimpinan mendekatkan diri dengan bawahannya melalui komunikasi dan
lingkungan kerja yang dibuat dengan senyaman mungkin, sehingga bawahannya
tertarik dan lebih bersemangat dalam bekerja. Berdasarkan teori komunikasi
organisasi R. Wayne Pace (2013), pimpinan mendekatkan diri dengan
berkomunikasi bersama pegawainya, bawahan juga melakukan komunikasi kepada
pemimpin seperti pemberian laporan, dan melakukan komunikasi dua arah atau
pertukaran pesan diantara sesama pegawai di dalam organisasi. Hal tersebut
29
mendukung penerapan gaya kepemimpinan yang berlangsung di BPSDM Hukum
dan HAM.
Berdasarkan teori Gaya Kepemimpinan Sutarto dalam (Tohardi, 2002)
menyatakan bahwa gaya bersikap dan bertindak pimpinan dapat dilihat dalam cara
memberi perintah, cara memberikan tugas, cara berkomunikasi, cara membuat
keputusan, usaha mendorong semangat bawahan, memberikan bimbingan,
menegakkan disiplin, bisa mengawasi pekerjaan bawahan, mengecek laporan dari
bawahan, memimpin rapat, dan menegur kesalahan bawahan. Pada BPSDM
Hukum dan HAM, pimpinan memberikan perintah kepada bawahannya secara
langsung saat rapat berlangsung, namun pimpinan lebih dominan memberikan
perintah secara berjenjang yang didelegasikan melalui staf dibawahnya hingga staf
terbawah yang dituju. Dalam pemberian tugas pun pimpinan menyampaikan secara
berjenjang atau di rapat konsolidasi rutin.
Cara pimpinan berkomunikasi dengan bawahan dan bawahan kepada atasan
dengan komunikasi antar sesamanya sangat berbeda. Pada proses komunikasi
tersebut akan terjadi pertukaran informasi yang menghasilkan adanya komunikasi
dua arah dan terbentuknya kesepahaman. Seperti yang dipaparkan oleh R. Wayne
Pace (2013), komunikasi yang dilakukan oleh pimpinan BPSDM Hukum dan
HAM terhadap bawahannya dan komunikasi yang dilakukan bawahan kepada
pimpinan berupa pemberian laporan kinerja dan pertukaran pesan yang terjadi
diantara staf - staf yang berada di dalam organisasi. Pimpinan mengambil
keputusan dengan cara melibatkan bawahannya untuk berunding dengan membuka
ruang pendapat dan merundingkan pendapat tersebut untuk diambil keputusan
secara berhati - hati.
Pimpinan mendorong semangat staf - stafnya untuk lebih kreatif dan inovatif,
dengan memberikan quotes, motivasi, hingga membentuk tim inovatif yang
beranggotakan staf - staf muda yang siap memberikan ide - ide baru. Pimpinan
membimbing bawahannya dalam melaksanakan tugas dengan bijaksana dan prose
penyelesaian masalah untuk menghindari terjadinya masalah kembali. Dalam
menegakkan kedisiplinan staf - stafnya, pimpinan menilai seberapa besar tingkat
kesalahan stafnya sehingga dapat diberikan tindakan yang sesuai dengan peraturan
kepegawaian yang sudah ditetapkan. Pimpinan mengawasi atau memonitoring
pekerjaan bawahannya secara berjenjang melalui staf dibawahnya, dengan
meminta laporan kinerja staf - stafnya setiap rapat rutin. Pimpinan memimpin rapat
30
konsolidasi secara langsung dengan bijaksana, pimpinan selalu memberikan ruang
untuk staf - stafnya yang ingin menyampaikan pendapat atau memiliki inovasi
yang dapat dikembangkan untuk tercapainya tujuan organisasi. Pimpinan tidak
menegur kesalahan yang dilakukan bawahannya secara langsung, namun pimpinan
akan menegur staf struktural di bawahnya untuk membimbing staf yang memiliki
kesalahan.
Selama menjabat sebagai kepala BPSDM Hukum dan HAM, pimpinan
menciptakan lingkungan yang nyaman dan asri yang mampu mendorong motivasi
staf - stafnya untuk lebih semangat dalam membangun kinerja. Pimpinan menjadi
panutan untuk bawahannya karena gayanya dalam memimpin yang menjadi
pembeda dirinya dengan pimpinan sebelumnya. Pimpinan BPSDM Hukum dan
HAM mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan birokrasi untuk memperbaiki dan
mengembangkan kualitas dirinya. Model kepemimpinan seorang pimpinan
cenderung memberikan motivasi kepada bawahannya untuk bekerja dengan lebih
baik dan dan mengutamakan pada perilaku transformasi antara individu dengan
organisasi.Dalam penerapan gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh pimpinan
BPSDM Hukum dan HAM mampu mengembangkan, membimbing, dan
mengayomi bawahannya untuk membangun semangat kerja. Maka dari itu adanya
penerapan gaya kepemimpinan seperti yang dipaparkan oleh Maryanto (2010) yang
memaparkan bahwa gaya kepemimpinan kepala BPSDM Hukum dan HAM
berperan untuk meningkatkan kualitas dan motivasi bawahannya.
Berdasarkan hasil analisa, peneliti menemukan dua tipe kepemimpinan yang
digunakan oleh pimpinan BPSDM Hukum dan HAM yaitu tipe kepemimpinan
kharismatik dan tipe kepemimpinan demokratis. Berdasarkan teori Tipe
Kepemimpinan Sondang P. Siagian (2003) terdapat lima tipe kepemimpinan,
namun peneliti menemukan dua tipe kepemimpinan yang diterapkan oleh pimpinan
BPSDM Hukum dan HAM, yaitu :
1. Tipe Kharismatik
Pimpinan mampu menjadikan dirinya sebagai panutan untuk staf -
stafnya, ketegasan pimpinan dalam mengayomi staf - stafnya menjadi
daya tarik yang justru dikagumi oleh staf - stafnya. Pimpinan bersikap
terbuka atas permasalahan yang terjadi dan informasi yang didapatkan,
pimpinan juga mampu memberikan kenyamanan lingkungan dan
bekerja kepada staf - stafnya dengan menciptakan lingkungan yang
31
asri. Pimpinan mengajak staf - stafnya untuk melakukan perubahan
positif demi tercapainya tujuan organisasi melalui interaksi secara
langsung dengan stafnya. Pimpinan mampu mengendalikan situasi dan
siap mengintropeksi diri saat menerima kritik dan saran dari staf -
stafnya. Pimpinan mampu memberikan inspirasi pada staf - stafnya
untuk bekerja secara bersama agar mencapai tujuan organisasi dengan
bersama - sama. Pimpinan juga selalu mengapresiasi saat stafnya
menghasilkan karya yang berkualitas. Seperti yang dipaparkan oleh
Fauzan (2019) pemimpin BPSDM Hukum dan HAM dipandang
istimewa karena sifat - sifat kepribadiannya yang mengagumkan dan
berwibawa, sehingga menjadi panutan untuk staf - stafnya. 
2. Tipe Demokratis
Dalam proses pengambilan keputusan, pimpinan selalu mendorong dan
melibatkan stafnya untuk terlibat dalam perundingan dan memutuskan
solusi yang tepat dalam penyelesaian masalah yang terjadi. Seperti
yang dipaparkan oleh Veithzal Rivai (2009) pimpinan melakukan
pendekatan dengan menggunakan proses pengambilan keputusan yang
kooperatif yaitu secara bersama - sama. Pimpinan juga memberikan
kebebasan bimbingan kepada stafnya yang melakukan pelanggaran
atau kesalahan untuk menghindari terulangnya kesalahan. Pimpinan
lebih mengutamakan kepentingan bersama daripada pribadi. Pimpinan
mampu menciptakan iklim kerja yang dengan memberikan ruang dan
tempat untuk staf - stafnya memberikan saran, kritik, dan pendapat.
Pimpinan selalu mengembangkan kualitas staf - stafnya dengan
memberikan piagam pegawai teladan sebagai bukti pengakuan untuk
staf yang menghasilkan capaian. Pimpinan membangun semangat
stafnya dengan memberikan quotes dan melaksanakan kegiatan rapat di
ruang terbuka yang bertujuan untuk menyegarkan pikiran, sehingga
dapat menghasilkan ide - ide baru.
Berdasarkan konsep Tipe Kepemimpinan menurut Siagian (2003), pimpinan
telah menerapkan tipe kepemimpinan sesuai dengan konsep tersebut. Pemimpin
mengembangkan dan menginspirasi bawahannya. Para pegawai merasakan
kepercayaan, kekaguman, kesetiaan, dan penghormatan terhadap pemimpin, hingga
termotivasi untuk melaksanakan lebih daripada yang diharapkan.
32
4.3.2. Penerapan Gaya Kepemimpinan di BPSDM Hukum dan HAM
Penerapan gaya kepemimpinan oleh pimpinan BPSDM Hukum dan HAM
digunakan dalam cara memberi perintah, cara memberikan tugas, cara berkomunikasi,
cara membuat keputusan, usaha mendorong semangat bawahan, memberikan
bimbingan, menegakkan disiplin, bisa mengawasi pekerjaan bawahan, mengecek
laporan dari bawahan, memimpin rapat, dan menegur kesalahan bawahan. Seperti
yang dipaparkan oleh Veny (2017) penerapan gaya kepemimpinan menciptakan
kepercayaan dari bawahan kepada pimpinan dengan memberikan motivasi kepada
bawahan. Pimpinan selalu memberikan motivasi pegawainya dengan memberikan
quotes semangat saat semangat pegawainya mulai menurun.  
Pemimpin mengetahui kebijakan yang telah ditentukan dalam tujuan organisasinya,
pelaksanaan tugas para stafnya dapat diselesaikan sesuai dengan apa yang telah
didelegasikan. Mengetahui bidang tugasnya dan selalu mengarahkan bawahannya
untuk menaati peraturan kedisiplinan yang telah ditetapkan sehingga dapat terlaksana
dengan baik. Untuk meningkatkan kedisiplinan pegawai di BPSDM Hukum dan
HAM, pimpinan menempuh cara dengan meningkatkan pelaksanaan fungsi
kepemimpinan dan tanggap terhadap situasi lingkungan. Ketanggapan itu ditunjukkan
dengan konsolidasi senin dengan bawahannya khususnya menyangkut pekerjaan di
lingkungan kantor. Sementara hubungan yang dilakukan pimpinan dalam pelaksanaan
kerja dengan pegawainya dari hasil pengamatan penulis dengan melakukan
pendekatan – pendekatan melalui komunikasi secara tatap muka.
Dalam penerapannya harus disesuaikan dengan keadaan lingkungan yang sebenar -
benarnya. Dalam penelitian ini membahas mengenai Gaya Kepemimpinan di BPSDM
Hukum dan HAM, dengan delapan indikator tersebut menunjukkan dan menjelaskan
bahwa penerapan Gaya Kepemimpinan oleh pimpinan di BPSDM Hukum dan HAM
bermanfaat bagi pemerintah, pegawai pemerintah, dan lingkungan sekitarnya dalam
melaksanakan kewajibannya untuk memberikan pelayanan publik.
Dalam penerapan yang dilakukan oleh pimpinan BPSDM Hukum dan HAM dapat
mengembangkan kualitas para pegawainya dalam menghasilkan capaian dan kinerja.
Maka dari itu terlihat adanya penerapan gaya kepemimpinan di BPSDM Hukum dan
HAM seperti yang dijabarkan oleh Hacker dan Roberts (2004) yang memaparkan
bahwa penerapan gaya kepemimpinan yang diperlukan adalah yang menghasilkan
transformasi dengan ditandainya adanya perubahan pada setiap tahapan kegiatan. Hal
tersebut peneliti temui dalam penelitian ini.
33
Seperti yang dipaparkan oleh Hartono (2017) pimpinan melakukan pendekatan
dengan bawahannya untuk menciptakan perubahan yang sesuai dengan tujuan
organisasi, pimpinan mampu mendorong bawahannya dengan memberikan motivasi
dan inspirasi. Berdasarkan konsep kepemimpinan transformasional menurut Avolio
(1987) pimpinan memiliki karakteristik, yaitu :
1. Idealized influence  (Charismatic influence)
Pemimpin memiliki karisma yang mampu "menyihir" bawahannya
untuk mengikuti perintahnya, pimpinan dikagumi, diikuti, dan dihargai
oleh bawahannya.  Pimpinan mampu memunculkan rasa bangga dari
stafnya karena memiliki kesempatan untuk bekerjasama dengan
pimpinannya. 

2. Inspirational motivation
Pemimpin mendorong bawahannya untuk mencapai tujuan dengan
memberikan semangat menggunakan quotes motivasi dan reward
sebagai pengakuan dari pimpinan kepada staf yang memiliki capaian
kinerja, pimpinan juga mengikutsertakan staf teladan kedalam tim
khusus yang bertanggung jawab atas inovasi baru yang akan
diterapkan. 
  
3. Intellectual stimulation
Pimpinan selalu melibatkan bawahannya dalam proses penyelesaian
masalah dengan berunding bersama - sama dan mencari solusi yang
mengharuskan stafnya berpikir dengan cermat dan rasional. Pimpinan
selalu memberikan ruang untuk stafnya yang ingin menyampaikan
pendapat atau solusi untuk penyelesaian permasalahan. 

4. Individualized consideration
Pemimpin memahami perbedaan bawahannya, dalam hal ini pemimpin
mau dan menerima kritik, saran, dan inovasi dari bawahannya dengan
memberikan ruang saat konsolidasi rutin dan menciptakan tim inovasi
untuk menampung aspirasi dan ide - ide baru dari bawahannya
khususnya stad - staf muda. Pemimpin mampu memahami dan
menghargai bawahannya. 
34
Ikatan emosional yang dibangun bersama staf – stafnya dengan baik menjadi salah
satu cara alami yang dilakukan oleh pimpinan BPSDM Hukum dan HAM yang sangat
peka terhadap lingkungan disekitarnya. Tipe kepemimpinan transformasional
mendominasi pada perilaku pimpinan BPSDM Hukum dan HAM sehingga menjadi
contoh atau panutan untuk para staf – stafnya. Menurut salah satu pegawai dari hasil
wawancara dikatakan bahwa dalam hal kedisiplinan maupun kualitas pelayanan,
pimpinan sangat berperan secara signifikan. Berdasarkan teori Robbins dan Yukl
dalam (Edison, 2016), pimpinan telah menerapkan Gaya Kepemimpinan
Transformasional sesuai dengan teori tersebut. Pemimpin mengembangkan dan
menginspirasi bawahannya. Para pegawai merasakan kepercayaan, kekaguman,
kesetiaan, dan penghormatan terhadap pemimpin, hingga termotivasi untuk
melaksanakan lebih daripada yang diharapkan.
Kepemimpinan transformasional salah satu gaya kepemimpinan modern yang
mampu mengubah dari visi misi menjadi aksi yang dilakukan dengan membuat visi
yang jelas, memotivasi pegawainya untuk menjadi kreatif, inovatif, serta membangun
komunikasi yang efektif. Berdasarkan hasil penelitian Andreas Avellino (2017), hal
ini sesuai bahwa gaya kepemimpinan dengan penerapan gaya kepemimpinan
transformasional memberikan inspirasi yang dijadikan panutan dalam bekerja, dengan
adanya pemimpin kreatif maka memicu karyawan untuk mengemukakan inovasi baru
bagi perusahaan, serta memberikan semangat dan motivasi bagi karyawan untuk
bekerja lebih baik lagi.
Berdasarkan hasil analisa peneliti melihat bahwa gaya kepemimpinan yang
diterapkan oleh pimpinan BPSDM Hukum dan HAM untuk mengembangkan kualitas
pegawainya sebagai panutan organisasi lain. Hal yang ditemukan dalam penelitian ini
adalah pemberian motivasi yang bertujuan untuk menciptakan generasi yang
berkualitas, saat ini yang dilakukan oleh pimpinan tidak hanya untuk pihak internal
saja namun untuk pihak eksternal organisasi seperti masyarakat umum. Penerapan
gaya kepemimpinan juga diterapkan dengan baik oleh pimpinan karena mampu
menghasilkan lingkungan kerja yang nyaman dan menyenangkan. Walaupun belum
dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat umum.

35
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disampaikan peneliti, didapatkan
kesimpulan bahwa Gaya Kepemimpinan yang diterapkan oleh pimpinan BPSDM
Hukum dan HAM, sebagai berikut :
1. Dalam menjalani tugasnya sebagai pemimpin BPSDM Hukum dan HAM
selaku organisasi pemerintahan, gaya pimpinan saat berinteraksi dan
berkomunikasi dengan staf - stafnya sangat mengayomi. Pimpinan menjadi
inspirasi staf - stafnya untuk meningkatkan kualitas dirinya. Lingkungan
nyaman yang diciptakan oleh pimpinan pun menjadi pemicu staf - stafnya
dalam mengembangkan kreativitas diri. Dari hasil penelitian, pimpinan
BPSDM Hukum dan HAM memiliki karakteristik Idealized influence,
inspirational motivation, intellectual stimulation, dan individualized
consideration. Tipe kepemimpinan transformasional mendominasi pada
perilaku pimpinan BPSDM Hukum dan HAM sehingga menjadi contoh atau
panutan untuk para staf – stafnya.
2. Penerapan gaya kepemimpinan oleh pimpinan BPSDM Hukum dan HAM
digunakan dalam cara memberi perintah, cara memberikan tugas, cara
berkomunikasi, cara membuat keputusan, usaha mendorong semangat
bawahan, memberikan bimbingan, menegakkan disiplin, bisa mengawasi
pekerjaan bawahan, mengecek laporan dari bawahan, memimpin rapat, dan
menegur kesalahan bawahan. Sehingga penerapan gaya kepemimpinan
tersebut menghasilkan pengembangan kualitas para pegawainya dalam
memberikan capaian dan kinerja. Maka dari itu, penerapan gaya
kepemimpinan yang dilakukan menghasilkan transformasi dengan ditandainya
adanya perubahan pada setiap tahapan kegiatan.
5.2. Saran
Pada penelitian terkait analisis gaya kepemimpinan di Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Hukum dan HAM Jakarta, peneliti memberikan saran secara
akademis dan praktis untuk dijadikan pembelajaran kedepannya
5.2.1 Saran Akademis
1. Peneliti berharap pada penelitian selanjutnya dapat menggunakan konsep yang
berbeda untuk mendapatkan unsur keterbaruan dalam penelitian selanjutnya.
2. Dalam penelitian ini, peneliti menjelaskan terkait penerapan gaya
kepemimpinan yang dilakukan oleh Kepala BPSDM Hukum dan HAM Jakarta
36
dengan menggunakan teori Gaya Kepemimpinan oleh Peter G. Northouse
(2019). Peneliti berharap akan lebih banyak penelitian terkait gaya
kepemimpinan dengan menggunakan teori lainnya agar mendapatkan unsur
keterbaruan dalam penelitian.
5.2.2 Saran Praktis
1. Pimpinan BPSDM Hukum dan HAM Jakarta harus mempertahankan dan terus
meningkatkan gaya kepemimpinan yang selama ini diterapkan agar tujuan
organisasi dapat tercapai karena terbukti dari penelitian yang dilakukan
memperoleh hasil bahwa staf mampu mengikuti gaya kepemimpinan yang
diterapkan.
2. Pimpinan BPSDM Hukum dan HAM diharapkan dapat memberikan
keyakinan kepada stafnya yang ingin memberikan kritik yang bertujuan untuk
mewujudkan organisasi, karena kritik dari yang dipimpin sangat bermanfaat
dalam proses penerapan gaya kepemimpinan

37

Anda mungkin juga menyukai