Anda di halaman 1dari 9

“Penerapan Gaya Kepemimpinan di BPSDM Hukum dan HAM”

Seorang pimpinan dapat merubah pemikiran, memotivasi, dan menanamkan pemikiran bahwa
setiap individu berhak untuk berkontribusi pada tujuan organisasi. Gaya kepemimpinan adalah cara
seorang pemimpin berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang – orang terkait dibawahnya yang
dapat mempengaruhi bawahannya untuk melakukan sesuatu. Dengan kata lain, gaya kepemimpinan
adalah pola tingkah laku seorang pimpinan yang diterapkan kepada orang lain, gaya kepemimpinan
yang diterapkan bisa berbeda – beda tergantung apa dasar dan motivasinya ataupun orientasi terhadap
tugas atau orang, sehingga tingkah laku dan gayanya menjadi pembeda dirinya dengan orang lain.
Sebagaimana yang kita ketahui, untuk menjadi pemimpin yang efektif harus menggunakan
gaya kepemimpinan yang berbeda – beda dalam situasi berbeda. Hal tersebut juga dilakukan oleh
kepala Pemerintahan Pimpinan BPSDM Hukum dan HAM yang memiliki komitmen organisasi untuk
memanifestasikan keyakinan yang sudah dirumuskan sebelumnya.
Peranan kualitas kepemimpinan Kepala BPSDM Hukum dan HAM menjadi faktor penentu
dalam memimpin bawahannya, sehingga beliau dapat terus menyesuaikan diri dengan tuntutan
birokrasi untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas dirinya. Dalam hal ini pemimpin memiliki
keinginan untuk meningkatkan berbagai kelemahan dan hambatan yang dihadapi. Model
kepemimpinan seorang pimpinan cenderung memberikan motivasi kepada bawahannya untuk bekerja
dengan lebih baik dan dan mengutamakan pada perilaku transformasi antara individu dengan
organisasi.
Kepemimpinan transformasional merupakan gaya kepemimpinan yang menginspirasi dan
memberdayakan individu, kelompok, dan organisasi dengan cara mentransformasi paradigma dan
nilai – nilai organisasi menuju kemandirian (Maryanto, 2010). Perilaku Pimpinan BPSDM Hukum
dan HAM dalam memotivasi bawahannya sangat berpengaruh pada lingkungan BPSDM Hukum dan
HAM. Hal ini menunjukkan tipe kepemimpinan transformasional yang diterapkan oleh Pimpinan
BPSDM Hukum dan HAM. Ikatan emosional yang dibangun bersama staf – stafnya dengan baik
melalui pendekatan persuasif menjadi salah satu cara alami yang dilakukan oleh pimpinan BPSDM
Hukum dan HAM yang sangat peka terhadap lingkungan disekitarnya. Tipe kepemimpinan
transformasional mendominasi pada perilaku pimpinan BPSDM Hukum dan HAM sehingga menjadi
contoh atau panutan untuk para staf – stafnya. Menurut salah satu pegawai dari hasil wawancara
dikatakan bahwa dalam hal kedisiplinan maupun kualitas pelayanan, pimpinan sangat berpengaruh
secara signifikan. 
Berdasarkan teori Robbins dalam (Edison, 2016) Gaya kepemimpinan transformasional
adalah pemimpin yang merangsang dan menginspirasi (mentransformasi) pengikutnya untuk hal
yang luar biasa. Berdasarkan teori Yukl dalam (Edison, 2016) dengan kepemimpinan
transformasional, para pengikut merasakan kepercayaan, kekaguman, kesetiaan, dan penghormatan
terhadap pemimpin, serta mereka termotivasi untuk melaksanakan lebih daripada yang diharapkan
mereka.
Berdasarkan pemaparan diatas diambil kesimpulan bahwa pemimpin pada organisasi ini
adalah seorang pemimpin yang memiliki kelebihan, yang dimana kelebihan tersebut berasal dari
pelatihan, pengalaman, pendidikan yang memadai dan menjadikan pemimpin yang hebat sehingga
dapat mengayomi bawahannya dan menjadi panutan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik informan
Pada bab ini peneliti akan menjelaskan mengenai hasil dan pembahasan penelitian yang
diteliti. Sebagai pendukung dan kelengkapan, peneliti melakukan pengumpulan data melalui teknik
observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk mendapatkan hasil penelitian yang relevan.
Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan empat orang informan yang terdiri dari 1 (satu)
informan ahli pada bidang Komunikasi Pemerintahan untuk mendapatkan hasil penelitian yang
terarah dan 3 (tiga) informan kunci yang merupakan pegawai di BPSDM Hukum dan HAM Jakarta.
No Informan Keterangan
1. Nama :
Jabatan :
2.

Nama : Dyah Ratu Rosari, M. Si


Jabatan : Analis Kepegawaian Ahli Madya /
Koordinator Kepegawaian
NIP : 196411281993032001

3.

Nama : Theresia Fafa Kurniawati, S.H


Jabatan : Analis Kepegawaian Muda
NIP : 198611022009122006

4.

Nama : Serly Yunita, S.H


Jabatan : Analis Kepegawaian Muda
NIP : 198209102006042001
4.2. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil wawancara pada informan BPSDM Hukum dan HAM dan narasumber
lainnya yang adalah staf pada perusahaan tersebut, maka peneliti menganalisis gaya kepemimpinan
yang diterapkan oleh pimpinan pada BPSDM Hukum dan HAM dibedakan berdasarkan indikator
sebagai berikut :
4.2.1. Pendelegasian wewenang
Pimpinan mendelegasikan wewenangnya secara pribadi atau melalui pejabat
struktural dibawahnya. Pimpinan mengawasi bawahannya dalam pelaksanaan tugas
secara berjenjang melalui staf dibawahnya lalu turun sampai dengan staf terkait.
Pimpinan sering memotivasi para staf untuk memahami mengapa mereka harus
menjalankan wewenang tersebut sehingga karyawan tidak hanya melakukannya hanya
sebatas tugas dan tanggung jawab tetapi dengan sepenuh hati bahkan melebihi
wewenang yang diberikan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
Berikut pemaparan dari Ibu Serly :
“Pimpinan mendelegasikan wewenangnya secara struktural berjenjang
melalui pejabat yang berada dibawahnya, jadi tidak dengan sembarangan
atau semaunya tapi tetap ada tata caranya dan secara resmi, pimpinan juga
mendelegasikan wewenangnya saat konsulidasi rutin sembari memberikan
motivasi kepada bawahannya untuk mendorong semangatnya.” (Hasil
wawancara dengan Ibu Serly pada 8 Juni 2022)
Dengan demikian cara pendelegasian wewenang menjurus pada penggunaan
gaya kepemimpinan transformasional, yaitu dengan memotivasi dan mendorong
karyawan untuk melakukan lebih dari sekedar wewenang yang didelegasikan.
4.2.2. Pengambilan keputusan
Proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Kepala BPSDM Hukum
dan HAM sebagian besar melibatkan staf dengan menerima dan bertanya inovasi dan
ide – ide terbaru yang dimiliki untuk perencanaan perkembangan perusahaan
kedepannya yang bertujuan untuk menciptakan rasa memiliki karyawan terhadap
perusahaan, sehingga ide tersebut dapat direalisasikan dengan sebaik mungkin. Proses
tersebut dirundingkan dengan pihak terkait saat konsulidasi.
Berikut pemaparan dari Ibu Dyah :
“Pimpinan selalu melibatkan bawahannya atau pihak – pihak terkait dalam
proses pengambilan keputusannya pun secara terstruktur, jadi pasti
dirundingkan dahulu dengan pejabat dibawahnya seperti Kepala Sekretariat
dan pimpinan Kepala Pusat yang ada di BPSDM Hukum dan HAM nah
biasanya dirundingkan pas konsulidasi setiap hari senin itu.” (Hasil
wawancara dengan Ibu Dyah pada 8 Juni 2022)
Dengan demikian, cara pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Kepala
BPSDM Hukum dan HAM cenderung sesuai dengan gaya kepemimpinan
transformasional yang dimana melibatkan karyawan dalam proses pengambilan
keputusan dengan memotivasi staf agar tidak hanya sebagai “pelaku” keputusan tapi
juga membangun skill karyawan untuk menumbuhkan rasa sebagai seorang pribadi
yang lebih baik dalam proses pengambilan keputusan.
4.2.3. Keterbukaan informasi
BPSDM Hukum dan HAM memberikan keterbukaan terhadap informasi
kepada seluruh staff seperti perkembangan organisasi, kondisi organisasi, hasil
konsulidasi, dan lain – lain. Informasi tersebut bersifat terbuka hingga seluruh struktur
dalam perusahaan mengetahui.
Berikut pemaparan dari Ibu Dyah :
“Jadi permasalahan apapun pimpinan selalu memberitahu stafnya karena
BPSDM kan lingkungannya kecil jadi di rapat konsulidasi itu penting ya
wajib nah di rapat konsul itu, baik informasi terkait kesalahan maupun bukan
pasti diberitahu seluruh stafnya, sampai PPNPN pun pasti tau.” (Hasil
wawancara dengan Ibu Dyah pada 8 Juni 2022)
Dengan demikian, keterbukaan informasi tersebut menjurus pada penggunaan
gaya kepemimpinan transformasional dengan adanya keterbukaan informasi kepada
seluruh struktur di organisasi tersebut, sehingga memotivasi para staf untuk melakukan
lebih dari pekerjaan yang dilakukan demi keberlangsungan dan kesuksesan perusahaan
bersama sehingga organisasi yang sejahtera akan dapat mensejahterakan staf nya juga.
4.2.4. Hubungan antara pemimpin dengan bawahan
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi peneliti yang dilakukan pada
staff di dalam BPSDM Hukum dan HAM, peneliti menemukan bahwa kepala BPSDM
Hukum dan HAM mengasumsikan hubungannya dengan setiap karyawan dengan
menganggap mereka sebagai keluarga di dalam pekerjaan, sebagai anak atau staff, dan
sebagai sahabat maupun teman. Pimpinan biasanya tidak hanya menganggap mereka di
dalam dunia pekerjaan saja tapi bahkan dalam dunia nyata atau kehidupan sehari – hari
juga, seperti misalnya jika anggota keluarga dari staff yang sakit atau berduka maka
pimpinan akan menjenguk keluarga staff tersebut dengan mengajak staf lainnya.
Berikut pemaparan dari Ibu Sherly :
“Pimpinan baik sangat mengayomi, jadi selalu memberikan energi positif
kepada bawahannya baik melalui pekerjaan maupun lingkungan jadi ada
perubahan dibanding dengan pimpinan sebelumnya, jadi selalu berusaha
membuat staf – stafnya untuk selalu dekat dengan pimpinan, benar – benar
dinaungi seperti keluarga.” (Hasil wawancara dengan Ibu Serly pada 8 Juni
2022)
Dengan demikian peneliti menganalisis jika didalam asumsi hubungan antara
pemimpin dengan karyawan, pimpinan BPSDM Hukum dan HAM cenderung
menggunakan gaya kepemimpinan autentik atau asli dikarenakan pimpinan tidak hanya
menganggap staff-nya sebagai keluarga, karyawan, dan juga teman maupun sahabat
hanya didalam ruang lingkup kerja saja tapi juga diluar ruang lingkup kerja, hal
tersebut membuktikan bahwa direktur menunjukkan sifat aslinya dan tulus pada
hubungan yang tercipta dengan karyawannya tanpa dibuat – buat.
4.2.5. Penyelesaian masalah
Dalam merespon terjadinya kesalahan, kepala BPSDM Hukum dan HAM
biasanya melakukan penyelesaian bersama dengan pertama – tama memberitahukan
kesalahan apa yang terjadi secara struktural atau administratif atau berjenjang yang
kemudian memberikan solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Pimpinan
juga memberikan peringatan dan motivasi agar permasalahan tersebut tidak terulang
kembali.
Berikut pemaparan dari Ibu Theresia :
“Pimpinan selalu meminta pendapat dari orang – orang yang berkaitan jadi
bila ada laporan permasalahan yang tidak sesuai beliau tidak langsung
memutuskan jadi selalu mengklarifikasi dan selalu memperhatikan masukan
dari bawahannya, kalau masalah diluar kedisiplinan biasanya pejabat
dibawahnya seperti kepala pusat yang membimbing jadi dilihat dulu tingkat
kesalahannya.” (Hasil wawancara dengan Ibu Dyah pada 8 Juni 2022)
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan kepala
BPSDM Hukum dan HAM lebih cenderung menggunakan gaya kepemimpinan
transformasional dalam memberikan respon pada kesalahan yang dilakukan
bawahannya. Hal tersebut dibuktikan dengan sikap pimpinan yang tidak hanya
menegur stafnya karena melakukan kesalahan namun mengarahkan dimana letak
kesalahan, memberikan solusi, dan memberikan motivasi untuk menghindari
permasalahan yang sama dan mulai belajar untuk menjadi lebih baik.
4.2.6. Hubungan dan interaksi antara pemimpin dan karyawan
Hubungan dan interaksi yang dilakukan pimpinan BPSDM Hukum dan HAM
tidak hanya dibangun di dalam jam kerja tetapi juga diluar jam kerja melalui adanya
kegiatan di setiap tahunnya dan pada waktu tertentu mengajak staf-nya makan bersama
yang dilakukan di taman atau saung yang telah disediakan oleh pimpinan untuk
menciptakan lingkungan yang nyaman.
Berikut pemaparan dari Ibu Dyah :
“Kayak rapat suka ditaman atau di saung supaya ada udara segar jadi ga
terlalu kaku, kalau ada acara apa ga selalu diruangan terkadang di guest
house, kalau panen buah semua harus merasakan jadi semuanya dapat, jadi
pimpinan memang nyaman lingkungan yang diciptakannya.” (Hasil
wawancara dengan Ibu Dyah pada 8 Juni 2022)
Dalam hal membangun hubungan dan interaksi pimpinan dengan
bawahannya, pimpinan BPSDM Hukum dan HAM cenderung menggunakan gaya
kepemimpinan autentik yang dimana setiap interaksi dan hubungan yang dibangun
tidak hanya semata karena terikat dengan pekerjaan dalam organisasi saja melainkan
adanya inisiatif dari pimpinan sendiri untuk menciptakan hubungan dengan
mengadakan kegiatan tertentu setiap tahunnya.
4.2.7. Pemberian reward dan capaian kinerja
Pemberian reward pada capaian kinerja yang dilakukan pimpinan BPSDM
Hukum dan HAM tidak hanya dengan pemberian motivasi saja tetapi juga dengan
pemberian piagam pegawai teladan dan dinas luar kota yang dilakukan pada waktu
tertentu.
Berikut pemaparan dari Ibu Dyah :
“Reward diberikan kepada pegawai teladan atau yang berpotensi jadi
dilibatkan kedalam tim berupa pengakuan dari pimpinan karena berupa tim
istimewa dan berupa dinas luar kota jadi kita kerja sambil liburan, jadi nanti
diusulkan siapa – siapanya nanti dari beberapa pusat terus diseleksi siapa
yang jadi pegawai teladan.” (Hasil wawancara dengan Ibu Dyah pada 8 Juni
2022)
Dalam hal pemberian reward dan capaian kinerja, pimpinan BPSDM Hukum
dan HAM memberikan imbalan reward  sesuai dengan jenis pekerjaan yang
dibebankan dan capaian yang dihasilkan.  Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
gaya kepemimpinan kepala BPSDM Hukum dan HAM lebih cenderung menggunakan
gaya kepemimpinan transaksional yang dimana setiap staff yang memiliki capaian
kinerja akan diberikan reward atas kinerjanya dan diakui oleh pimpinan dengan
harapan dapat meningkatkan semangat kerja dan produktivitas.
4.2.8. Penerimaan kritik dan saran
Dalam proses penerimaan kritik dan saran dari staf BPSDM Hukum dan
HAM, pimpinan mendengarkan dan mempertimbangkan terhadap permasalahan yang
terjadi. Kritik dan saran tersebut ditampung terlebih dahulu lalu diarsir mana yang
harus ditindak lanjuti dan diabaikan. Namun, pimpinan sangat mendukung pada staf
yang memberikan inovasi atau ide baru yang dapat dikembangkan dan memajukan
organisasi.
Berikut pemaparan dari Ibu Theresia :
“Jadi kritik dan saran itu pasti biasanya beliau ngasih ruang dan waktu pas
konsulidasi hari senin jadi nanti ditanya, malah beliau sangat senang kalau ada
stafnya yang memberikan inovasi, jadi ada tim inovasi tujuannya nampung ide anak –
anak muda ada forumnya, jadi beliau ingin melibatkan anak – anak muda.” (Hasil
wawancara dengan Ibu Theresia pada 8 Juni 2022)
Dalam hal penerimaan kritik dan saran, pimpinan BPSDM Hukum dan HAM
memberikan waktu penyampaiannya di setiap rapat konsulidasi yang dilaksanakan pada
setiap hari senin, jika pimpinan menilai bahwa kritik atau saran baik untuk kepentingan
organisasi maka akan segera diterapkan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa gaya
kepemimpinan kepala BPSDM Hukum dan HAM lebih cenderung menggunakan gaya
kepemimpinan transformasional yang dimana setiap staf memiliki ruang untuk
menyampaikan kritik dan saran kepada pimpinan BPSDM Hukum dan HAM.
4.3. Pembahasan
Proses penelitian dalam mengumpulan data menggunakan metode wawancara dan observasi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, peneliti menghasilkan data yang digunakan untuk
menganalisis gaya kepemimpinan di BPSDM Hukum dan HAM. Pengumpulan data dilakukan pada
bulan Mei – Juni 2022 dengan waktu yang sama pada setiap informan. Dari hasil wawancara, peneliti
akan menjabarkan hasil dari observasi dan jawaban yang diberikan oleh informan.
Kepemimpinan yang ada di BPSDM Hukum dan Ham menggunakan konsep sosial yang
mana seorang yang menjadi pemimpin memiliki pengalaman, pendidikan yang memadai, pemimpin
yang sudah ditetapkan dan dibentuk, dengan kata lain tidak lahir begitu saja.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti, ditemukan jika pimpinan
BPSDM Hukum dan HAM menggunakan gaya kepemimpinan Transformasional. Kepemimpinan
transformasional merupakan gaya kepemimpinan yang menginspirasi dan memberdayakan individu,
kelompok, dan orhanisasi dengan cara mentransformasi paradigma dan nilai – nilai organisasi menuju
kemandirian (Maryanto, 2010).
Pencapaian tujuan merupakan fokus utama dalam berorganisasi, namun pada kenyataannya
tidak selamanya dapat dicapai dengan mulus. Salah satu pilihan untuk menyelesaikan suatu
permasalahan yang kompleks adalah dengan menggunakan pendekatan kepemimpinan
transformasional.
Kepemimpinan transformasional merupakan kemampuan kepemimpinan yang komprehensif
dan terpadu yang diperlukan bagi individu, kelompok, maupun organisasi untuk menghasilkan
transformasi yang ditandai dengan perubahan pada setiap tahapan kegiatan (Hacker & Roberts, 2004).
Makna dari kepemimpinan transformasional terlihat pada proses pimpinan dalam menginspirasi dan
memanfaatkan individu, kelompok dan organisasi.
4.3.1. Pendelegasian wewenang
Pendelegasian wewenang adalah hak seorang pejabat untuk mengambil tindakan yang
diperlukan agar tugas serta tanggung jawabnya yang didelegasikan dapat dilaksanakan dengan
berhasil (Wasistiono, 2009). Pendelegasian wewenang oleh pimpinan BPSDM Hukum dan HAM
terjadi dengan tindakan mempercayakan tugas, kewenangan, hak, tanggung jawab, kewajiban, dan
pertanggung jawaban kepada stafnya.
Gaya kepemimpinan sangat dibutuhkan dalam pendelegasian wewenang dalam mencapai
tujuan - tujuan organisasi. Pendelegasian wewenang adalah hak seorang pejabat untuk mengambil
tindakan yang diperlukan agar tugas serta tanggung jawabnya yang didelegasikan dapat dilaksanakan
dengan berhasil (Wasistiono, 2009). Pendelegasian wewenang oleh pimpinan BPSDM Hukum dan
HAM terjadi dengan tindakan mempercayakan tugas, kewenangan, hak, tanggung jawab, kewajiban,
dan pertanggung jawaban kepada stafnya. Pimpinan mengawasi staf – stafnya dalam melakukan
tugasnya tidak secara langsung tetapi secara berjenjang dari staf dibawahnya hingga staf terbawah,
dalam dunia pemerintahan hal tersebut merupakan hal yang normal karena karena dunia pemerintahan
sudah memiliki prosedurnya masing – masing.
4.3.2. Pengambilan keputusan
Kepemimpinan seseorang dalam sebuah organisasi sangat besar perannya dalam setiap
pengambilan keputusan, sehingga membuat keputusan dan mengambil tanggung jawab terhadap
hasilnya adalah salah satu tugas pemimpin (Suseno, 2017). Dengan kata lain, jika seorang pemimpin
tidak dapat membuat keputusan maka tidak dapat menjadi pemimpin. Proses pengambilan keputusan
yang dilakukan pimpinan BPSDM Hukum dan HAM selalu dilakukan secara bersama melalui
konsulidasi wajib yang dilakukan setiap hari senin. Pimpinan mempertimbangkan beberapa alternatif
yang tersedia
4.3.3. Keterbukaan informasi
4.3.4. Hubungan antara pimpinan dengan bawahan
4.3.5. Penyelesaian masalah
4.3.6. Hubungan dan interaksi antara pemimpin dan karyawan
4.3.7. Pemberian reward dan capaian kerja
4.3.8. Penerimaan kritik dan saran

Anda mungkin juga menyukai